Anda di halaman 1dari 11

RAHASIA UPACARA NUJUH BULAN DI BIMA

Ibuku, Ibuku, Ibuku. Terimakasih atas pengorbanan mu

3/15/12

MUHAMMAD RAMADHAN C13111111

PENDAHULUAN
Dalam tradisi Masyarakat Nusa Tenggara Barat ( NTB) tepatnya di kab. Bima-Dompu juga dikenal adanya Upacara Nujuh Bulan atau dikenal dengan Kiri Loko atau Salama Loko. Upacara ini digelar saat kandungan seorang ibu yang edit Master subtitle style Click to baru pertama kali mengalami hamil dan memasuki usia tujuh bulan.Upacara ini penuh dengan simbol dan makna selain itu dihajatkan untuk menjaga agar sang ibu bersama calon bayi berada dalam keadaan sehat wall afiat baik jasmani maupun rohani. Dengan harapan apabila sang bayi sudah lahir dengan selamat, akan menjadi anak yang beriman, bertaqwa, cerdas dan berguna bagi agama, bangsa dan negara.

3/15/12

Langkah-langkah upacara

Upacara dilaksanakan pada waktu Maci Oi Ndeu dalam pengertian pada waktu yang cocok untuk memandikan bayi, yaitu sekitar jam 08.30 yang dihadiri ibu ibu dan Sando Nggana. Diawali dengan doa bersama oleh para ibu memohon kepada Allah SWT agar sang ibu bersama bayi dalam kandungan selalu dalam keadaan sehat wal afiat.
3/15/12

Selama masa Tani Weki ( mengandung ) sang ibu bersama suami dan seluruh anggota keluarga harus mematuhi ketentuan adat sebagai berikut:

Piara nggahi ro eli (Memelihara Perkataan): suami dan isteri juga bersama keluarga tidak boleh sama sekali mengucapkan kata kata yang kotor dan yang kasar. Piara ruku ro rawi ( memelihara prilaku atau kelakuan): suami isteri bersama anggota keluarga harus berusaha untuk meningkatkan amal saleh dan menjauhi perbuatan tidak terpuji. Piara ngaha ro nono ( Memelihara 3/15/12

Selama nujuh bulanan ( selama loko)dan setelah melahirkan seorang ibu harus diberi beberapa pengobatan alternative ala tradisional bima seperti:saha ( keramas cabe 1. Isu ) 2. Mama tambaku ( menguyah tembakau)

3/15/12

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

3/15/12

Isu saha ( keramas cabe ) Walaupun tidak didukung oleh ilmu pengetahuan yang memadai, masyarakat bima saat itu memiliki naluri ilmu kedoteran yang begitu tinggi. Mereka mengatakan dengan keramas cabe Pada saat mengandung, bisa membuat calon ibu memiliki nafsu makan yang baik, tekanan darah yang stabil, tubuh yang sehat, serta lancarnya metabolisme tubuh. Hal ini dibuktikan oleh: Dr. Budi Sugiarto Widjaja, TCM, dari Klinik Beijing, Jakarta mengatakan cabe rawit merah berkhasiat sebagai tonik dan stimulan kuat untuk jantung dan aliran darah, juga obat rematik. Gilingan cabai rawit dapat menghancurkan bekuan darah (antikoagulan) dan mengatasi gangguan rematik dan radang beku. Cabai rawit bisa meningkatkan nafsu makan (stomakik), perangsang kulit, peluruh kentut 3/15/12 (karminatif), serta peluruh keringat (diaforetik), air liur,
1.

2. Mama tambaku ( mengunyah tembakau) Ketika kandungan berumur 3-9 bulan para calon ibu melakukan kegiatan mama tambaku ( mengunyah tembakau ) 2 kali dalam seminggu. Menurut pemuka adat dengan mengunyah tembakau membuat tubuhnya rileks lemas, santai dan gampang mengingat sesuatu. Hal ini sesuai pernyataan dokter spesialis syaraf Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Abdulbar Hamid dan persatuan dokter spesialis saraf Indonesia serta berdasarkan referensi ilmu kedokteran mengungkapkan bahwa tembakau bisa meningkatkan kecerdasan. Karena nikotin yang dikandungnya Asal tidak diisep,melainkan di kunyahkatanya
3/15/12

Tujuh lapis sarung memiliki makna tertentu disetiap lapisnya. Pada setiap lapis sarung disimpan uang perak dan beras kuning (Beras kuning adalah lambang kesejahteraan dan kejayaan keluarga dan uang perak mengandung makna sebagai modal dalam kehidupan). Tujuh lapis sarung sebagai simbol tujuh lapis langit dan tujuh lapis tanah tempat manusia hdup di dunia. Tujuh lapis sarung juga mengandung makna bahwa manusia akan mengalami kehidupan dalam tujuh tahap yaitu: masa dalam kandungan masa bayi masa anak anak masa dewasa masa tua hidup di alam kubur yang terakhir hidup di alam baqa ( akhirat).
3/15/12

sang ibu tidur di atas hamparan kain putih yang telah disediakan. Sando Nggana mengoles dan mengurut perut sang ibu dengan sebutir telur yang telah diminyaki dengan minyak kelapa yang masih baru. Hal ini dikandung maksud agar sang bayi berada dalam posisi yang normal dan juga urat urat perut ibu tidak berkerut. Pengolesan perut dilakukan secara bergilir oleh Sando Nggana kemudian diikuti oleh para tokoh adat perempuan. Sehingga pada waktu melahirkan bisa berjalan 3/15/12 normal.

Sando Nggana memandikan sang ibu dengan air dingin yang dicampur dengan Wunta Mundu ( kembang melati), Wunta Kananga ( kembang kenanga) dan wunta jampaka ( kembang cempaka). Hal itu dilakukan sebagai simbol pengharapan seluruh keluarga agar sang ibu bersama sang bayi beserta seluruh keluarga mampu mengharumkan nama sanak saudara dan keluarga. Kemudian Sando Nggana bersama para ibu menabur beras kuning ke hadapan para tamu sambil membagi bagikan uang sedekah kepada anak anak yang sudah menunggu di halaman rumah. Upacara ditutup dengan menikmati bersama Mangonco ( Rujak) dan berbagai jenis kue tradisional dengan diakhiri pembacaan doa.

3/15/12

Anda mungkin juga menyukai