Anda di halaman 1dari 14

ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.

2, Juli-Desember 2015

ANALISIS NILAI-NILAI TRADISI TURUN MANDI DALAM


MASYARAKAT MINANGKABAU DI KANAGARIAN SELAYO
KAB. SOLOK

Januar
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Bukittinggi
e-mail: eljanuar78@gmail.com

Diterima: 17 November 2015 Direvisi : 24 November 2015 Diterbitkan: 17 Desember 2015

Abstract
The tradition of “turun mandi” (which literally means: going down to bathe) in Minangkabau society in Selayo District of
Solok is a hereditary tradition, and it is actually a baby blessing ceremony, a tradition to thank for the blessings of a newborn
baby given by Allah. Prior to the ritual of turun mandi tradition, the baby’s mother family and baby’s bako (father’s family)
prepare everything to do the ritual, including preparing various foods, preparing bathing covering (tapihan mandi), betel and areca
nut, fishing gear (tangguak), torch (suluah), bareh babiyak, bareh randang, and sprouted coconut. The process of this ritual
involves bako (father’s family) and baby’s family. The values contained in the tradition of turun mandi in Kenegarian Selayo are
: 1) to introduce the child to the world outside the house, 2) after growing up, the child is expected to be a torch for society, religion,
and nation, 3) being courageous in upholding the truth, being able to be a successful person in terms of the finance, education, and
other fields of life, 4) being able to be an independent person who does not depend the life on someone else, and 5) being a generous
person.

Key words: Value Analysis, Baby blessing ceremony, Minangkabau

Abstrak
Tradisi turun mandi dalam masyarakat Minangkabau di kenagarian Selayo Kabupaten Solok merupakan
tradisi yang turun temurun, dan merupakan tradisi untuk mengucapkan syukur atas nikmat yang diberikan
oleh Allah SWT berupa bayi yang baru lahir. Sebelum pelaksanaan tradisi turun mandi keluarga ibu bayi dan
bako bayi mepersiapkan segala sesuatu untuk pelaksanaan turun mandi, di antaranya mempersiapkan berbagai
menu makanan, mempersiapkan tapian mandi, sirih dan pinang, tangguak (alat penangkap ikan), suluah (obor),
bareh babiyak, bareh randang, dan kelapa yang sudah bertunas. Proses pelaksanaanya dengan melibatkan bako
dan keluarga bayi. Nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi turun mandi di kenegarian Selayo ini adalah 1)
memperkenalkan anak dengan lingkungan alam skitarnya, 2) setelah anak besar nanti diharapkan dapat menjadi
penerang bagi masyarakat, agama, dan bangsanya, 3) pemberani dalam menegakan kebenaran, dapat menjadi
orang yang sukses, sukses dari segi ekonomi, pendidikan dan kemapanan dari segala bidang, 4) dapat menjadi
orang yang mandiri, tidak menggantungkan hidupnya dengan orang lain, dan 5) nilai yang terkandung dalam
tradisi turun mandi yaitu menjadi orang yang tidak pelit dan suka memberi serta dermawan.

Kata Kunci: Analisis Nilai, Tradisi Turun Mandi, Minangkabau

Latar Belakang khas ritual upacara adat yang berbeda dengan


Negara Indonesia memiliki keaneka-­masyarakat lainnya yang tata cara pelaksanaannya
ragaman suku bangsa, agama, bahasa, dan adat berdasarkan kepada nilai-nilai dan aturan-aturan
istiadat yang berbeda satu sama lainnya. Namun yang ada dalam masyarakat dimana kebudayaan
semboyan Bhineka Tunggal Ika, dapat memper- itu berada. Di antara suku bangsa yang mendiami
satukan perbedaan tersebut dalam satu tanah Indonesia adalah sala satunya etnis Minangkabau.
air, suku bangsa dan satu bahasa yaitu bahasa Masyarakat Minangkabau merupakan salah satu
Indonesia, terdapat 200 lebih macam suku bang- suku terbesar di Pulau Sumatera yang penduduk­
sa di Indoesia, bahkan lebih banyak lagi bila nya sebagian besar bertempat tinggal diwilayah
dikaitkan dengan agama yang dianutnya yang ­propinsi Sumatera Barat.
mendiami lebih dari 13.000 kepulauan Indonesia. Masyarakat Minangkabau seperti suku lain-
Setiap suku bangsa atau satu kelompok ma- nya memiliki tradisi daerah, adat istiadat dan corak
syarakat akan mempunyai berbagai macam corak kebudayaan yang berbeda dengan suku bangsa

Januar Analisis Nilai Tradisi…….


187
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015

daerah lainnya. Tradisi merupakan kebiasaan yang makna tingkah laku manusia sebagaimana yang
turun temurun dalam suatu masyarakat. Tradisi dimaksudkan oleh ­pelakunya sendiri, dan bagi
adalah mekanisme yang dapat membantu untuk peneliti sendiri sifatnya interpertatif.
memperlancar perkembangan pribadi anggota Sumber data atau informan diambil dari
masyarakat, misalnya dalam membimbing anak orang-orang yang betul-betul memiliki pe­
menuju kedewasaan. ngetahuan tentang obyek penelitian, agar data
Tradisi juga penting sebagai ­ pembimbing yang didapat benar-benar dapat dipercaya. Ini
pergaulan bersama di dalam masyarakat. W.S. ­diambil dari orang yang terlibat langsung dalam
Rendra menekankan pentingnya tradisi dengan proses pelaksanaan tradisi turun mandi, seperti
mengatakan bahwa tanpa tradisi, pergaulan bersa- orang yang mengerti adat-istiadat masyarakat di
ma akan menjadi kacau, dan hidup manusia akan ­kenagarian Salayo. Dalam hal ini peneliti memulai­
menjadi biadab. Namun demikian, jika tradisi mulai nya dari sumber kunci seperti Bundo Kanduang,
bersifat absolut, nilainya sebagai ­ pembimbing Ninik Mamak, penghulu adat, alim ulama, dan ma-
akan merosot. Jika tradisi mulai absolut bukan syarakat yang melaksanakan tradisi turun mandi,
lagi sebagai pembimbing, melainkan merupakan serta beberapa masyarakat yang terlibat langsung
penghalang kemajuan. Oleh karena itu, tradisi
­ dalam tradisi turun mandi tersebut.
yang diterima perlu direnungkan kembali dan dise- Dalam memperoleh data dan informasi
suaikan dengan zamannya.1 yang lengkap dan menyeluruh diadakan tiga cara,
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, “diteruskan”) yaitu sebagai berikut : 1) Wawancara, peneliti be-
atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling se- rupaya mengajukan pertanyaan langsung kepada
derhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk informan sesuai dengan data yang ­ diperlukan.
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan Dalam hal ini peneliti berangkat dari ­beberapa
suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu orang informan kunci, berlanjut berbagai
negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. informan lainnya sampai pada suatu keadaan
­
Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah ada­ yang menunjukan bahwa data atau informasi
nya informasi yang diteruskan dari generasi ke sudah dirasakan cukup memadai karena dirasakan
generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, tidak ditemukan lagi informasi-informasi baru
karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. yang signifikan, atau menggunakan teknik snow-
Tradisi yang dilakukan dalam masyarakat ball sampling. 2) Observasi, peneliti melakukan
Minangkabau dikenagarian Selayo Kabupaten pengamatan langsung dilokasi penelitian dalam
Solok terdapat berbagai bentuk tradisi seperti upaya membandingkan hasil wawancara dengan
tradisi kelahiran dan tradisi kematian. Tradisi ini hasil observasi. penelitian ini dilakukan dengan
dilakukan ada perbedaan dan persamaanya de- menggunakan observasi partisipasi (participan
ngan daerah lainya. Di Nagari Selayo Kacamatan observation) untuk memperoleh data mengenai
Kubung Kabupaten Solok pelaksanaan trdisi tradisi turun mandi.
turun mandi dilakukan ketika umur bayi sudah
Nilai-nilai Tradisi dalam Masyarakat
lima belas hari keatas. Dalam pelaksanaan tradisi
Minangkabau
turun mandi di Nagari Selayo dibantu oleh bako
(keluarga dari pihak bapak bayi) dengan meng- Nilai yang dalam bahasa Inggris disebut
gunakan berbagai peralatan dan simbol-simbol. “value”, menurut Dardji2, dapat artikan sebagai
Peralatan dan simbol-simbol yang digunakan harga, makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa
dalam tradisi turun mandi tersebut memiliki yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan
makna dan nilai-nilai dalam masyarakat setempat. teori, sehingga bermakna secara fungsional. Di
Penelitian ini menggunakan metode kualita- sini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, me­
tif, yaitu berusaha mengungkapkan makna peri­laku ngendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang,
dan tindakan orang-orang dalam berbagai situasi karena nilai dijadikan standar perilaku. Sedangkan
sosial di masyarakat dalam kaitannya dengan tra- menurut Dictionary dalam Winataputra3, nilai
disi turun mandi di Salayo. Pendekatan kualitatif 2
Dardji Darmodihardjo, Penjabaran Nilai-Nilai
bertitik tolak dari pandangan fenomenologis yang Pancasila dalam Sistem Hukum Indonesia (Jakarta: Rajawali, 1996)
penekanannya pada “Verstehen” yaitu pemahaman h. 21.
3
Udin Winataputra, ‘Apa dan Bagaimana Pen-
1
Mardimin Johanes, Jangan Tangisi Tradisi (Yoya- didikan Kewarganegaraan’, Makalah dalam Lokakarya
karta: Kanisius, 1994), h. 12-13. Civic Education Dosen IAIN/STAIN Se-Indonesia 2001,

Januar Analisis Nilai Tradisi…….


188
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015

adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu dapat menyatakan berguna atau tidak berguna,
dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut se- benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah
cara intrinsik memang berharga. atau tidak indah. Keputusan yang dilakukan oleh
Menurut Zakiah Darajat, nilai adalah suatu subjek penilai tentu berhubungan dengan un-
perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sur-unsur yang ada pada manusia, sebagai subjek
sebagai suatu identitas yang memberikan corak penilai, yaitu unsur-unsur jasmani, akal, rasa, karsa
yang khusus kepada pola pemikiran dan perasaan, (kehendak) dan kepercayaan. Sesuatu itu dikatakan
keterikatan maupun perilaku.4 bernilai apabila sesuatu itu berharga, berguna,
Kalau definisi nilai merupakan suatu benar, indah, baik, dan lain sebagainya.
keyakinan atau identitas secara umum, maka Kalau definisi nilai merupakan suatu
­penjabarannya dalam bentuk formula, peraturan ­keyakinan atau identitas secara umum, maka pen-
atau ketentuan pelakasanaannya disebut dengan jabarannya dalam bentuk formula, peraturan atau
norma. Dengan kata lain, norma merupakan pen- ketentuan pelakasanaannya disebut dengan norma.
jabaran dari Nilai sesuai dengan sifat dan tata nilai. Dengan kata lain, norma merupakan penjabaran
Kajian tentang nilai dalam bidang filsafat dari Nilai sesuai dengan sifat dan tata nilai.
dibahas dan dipelajaran secara khusus pada salah Adapun definisi nilai yang benar dan dapat
satu cabang filsafat yang disebut Filsafat Nilai atau diterima secara universal menurut Linda dan
yang terkenal dengan istilah Axiology, The Theori of Ricard Eyre adalah sesuatu yang menghasilkan
Value. Cabang filsafat ini sering juga diartikan se- perilaku dan perilaku berdampak positif baik
bagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai di dalam yang menjalankan maupun bagi orang lain.
bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata
benda abstrak yang artinya “keberhargaan (worth) Nilai Adat dan Tradisi dalam Agama Islam
atau “kebaikan” (goodness), dan kata kerja yang arti­ Luasnya materi ajaran agama Islam harus­
nya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam me- lah dipahami oleh seorang mukmin yang ingin
nilai atau melakukan penilaian. mengamalkan ajaran Islam secara kaffah, akan
Di dalam Dictionary of Sociology and Related tetapi dari kesemuanya itu yang juga penting
Sciences ditemukan bahwa nilai adalah kemampuan untuk diketahui adalah pemahaman tentang nilai-
yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk nilai atau unsur-unsur yang terkandung dalam
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang agama Islam.
menyebabkan menarik minat seseorang atau Pendidikan Islam di kalangan umatnya me-
kelompok (The beleived Capacity of any object to rupakan salah satu bentuk manifestasi ­cita-cita
statisfy a human desire). Jadi nilai itu pada hakikat- hidup Islam untuk melestarikan, mengalihkan
nya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada dan mentransformasikan nilai-nilai Islam ­kepada
suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu pribadi penerusnya. Dengan demikian pribadi se-
mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas orang muslim pada hakikatnya harus ­mengandung
yang melekat pada sesuatu itu, misalnya bunga itu nilai-nilai yang didasari atau dijiwai oleh iman dan
indah, perbuatan itu susila. Indah, susila adalah taqwa kepada Allah SWT sebagai sumber mutlak
sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan yang harus ditaati.
perbuatan. Dengan demikian, maka nilai itu se- Ketaatan kepada kekuasaan Allah SWT yang
benarnya adalah suatu kenyataan yang “tersem- mutlak itu mengandung makna sebagai penyerah-
bunyi” di balik kenyataan- kenyataan lainnya. Ada an diri secara total kepadanya. Dan bila manusia
nilai itu, karena adanya kenyataan-kenyataan lain telah bersikap menghambakan diri sepenuhnya ke-
sebagai pembawa nilai yang disebut wartrager5 pada Allah, berarti ia telah ­berada dalam dimensi
Menilai berarti, suatu kegiatan manusia untuk kehidupan yang dapat mensejahterakan kehidupan
menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, didunia dan membahagia­kan kehidupan di akhirat.
kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan. Adapun dimensi ­ kehidupan yang mengandung
Keputusan itu merupakan keputusan nilai yang nilai-nilai ideal Islam dapat dikategorikan kedalam
tiga ­kategori, yaitu: Dimensi yang mengandung
Sawangan-­Depok.
4
Zakiah Derajat, Dasar-dasar Agama Islam (Ja-
nilai yang meningkatkan ­kesejahteraan hidup ma-
karta: Bulan Bintang, 1984), h. 260. nusia di dunia. Dimensi yang mengandung nilai
5
Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakar- yang mendorong manusia untuk meraih kehidupan
ta: Paradigma, 2003), h. 87. di akhirat yang membahagiakan. Dimensi yang

Januar Analisis Nilai Tradisi…….


189
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015

mengandung nilai yang dapat memadukan antara sensorik adalah nilai yang mendasari orientasinya
kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi.6 pada hal yang menyenangkan atau menyedihkan.
Dari dimensi nilai-nilai kehidupan tersebut, 4) Nilai religius: nilai religius adalah nilai yang
seharusnya ditanam tumbuhkan didalam ­ pribadi mendasari orientasinya pada dosa dan pahala,
Muslim secara seutuhnya melalui proses pem- halal dan haramnya.
budayaan secara paedagogis dengan sistem atau Kemudian sebagian para ahli ­memandang
­struktur kependidikan yang beragam. Dari sinilah bentuk nilai berdasarkan bidang apa yang
dapat diketahui bahwa dimensi nilai-niali Islam yang dinilainya, misalnya nilai hukum, nilai etika,
­
menekankan keseimbangan dan keselarasan hidup nilai estetika, dan lain sebagainya. Namun
duniawi ukhrawi menjadi landasan ideal yang hendak pada ­ dasarnya, dari sekian nilai diatas dapat
dikembangkan/ dibudayakan dalam pribadi Muslim ­dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: a) Nilai
melalui pendidikan sebagai alat pembudayaan. formal; Yaitu nilai yang tidak ada wujudnya, tetapi
Adapun nilai-nilai pendidikan Islam pada ­memiliki bentuk, lambang, serta simbol-simbol.
dasarnya berlandaskan pada nilai-nilai Islam Nilai ini terbagi menjadi dua macam, yaitu nilai
yang meliputi semua aspek kehidupan. Baik sendiri dan nilai turunan. b) Nilai material: yaitu
itu mengatur tentang hubungan manusia, dan nilai yang berwujud dalam kenyataan peng-
hubungan manusia dengan lingkungannya. Dan alaman rohani dan jasmani. Nilai ini juga terbagi
pendidikan disini bertugas untuk melestarikan menjadi dua macam, yaitu: nilai rohani yang ter-
mempertahankan, menanamkan, dan mengem- diri dari : nilai logika, nilai estetika, nilai etika, dan
bangkan nilai dan kelangsungan berfungsinya nilai religi, yang kedua yakni nilai jasmani yang
nilai-nilai Islam tersebut. terdiri dari: nilai guna, nilai hidup, dan nilai ni’mat.
Adapun nilai-nilai Islam apabila ditinjau Untuk memperjelas mengenai nilai-nilai di-
dari sumbernya, maka dapat digolongkan men- atas, maka akan dirinci mengenai nilai-nilai yang
jadi dua macam, yaitu: 1) Nilai Illahi; Nilai Ilahi mendominasi jika ditinjau dari segala sudut pan-
adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur’an dan dang, yaitu antara lain: 1) Nilai etika; Nilai etika
hadits. Nilai ilahi dalam aspek teologi (kaidah ke­ adalah nilai yang mempunyai tolak ukur baik atau
imanan) tidak akan pernah mengalami ­perubahan, buruk. Sedangkan pandangan baik dan buruk
dan tidak berkecenderungan untuk berubah atau dalam nilai etika sangatlah beragam. Hal ini karena
mengikuti selera hawa nafsu manusia. Sedangkan sudut pandang tinjauannya berbeda. 2) Nilai esteti-
aspek alamiahnya dapat mengalami perubahan se- ka; Nilai estetika ini mutlak ­mutlak di­butuhkan oleh
suai dengan zaman dan lingkungannnya. 2) Nilai manusia, karena merupakan bagian hidup manusia
Insani; Nilai insani adalah nilai yang ­tumbuh dan yang tak terpisahkan, yang dapat membang­kitkan
berkembang atas kesepakatan ­manusia. Nilai in- semangat baru dan gairah berjuang. Nilai ini meru­
sani ini akan terus berkembang ke arah yang lebih pakan fenomena sosial yang lahir dari rangsangan
maju dan lebih tinggi. Nilai ini ­bersumber dari cipta dalam rohani seseorang. Rangsangan tersebut
ra’yu, adat istiadat dan kenyataan alam.7 Perlu kita untuk memberikan ­ekspresi dalam bentuk cipta
ketahui, sumber nilai-nilai yang tidak ­berasal dari dari suatu emosi, sehingga akan melahirkan rasa
Al-Qur’an dan Hadits, dapat ­digunakan sepan- yang disebut dengan indah. 3) Nilai logika; Nilai
jang tidak menyimpang atau dapat ­ menunjang logika merupakan nilai yang banyak menca­ kup
sistem nilai yang bersumber pada Al-Qur’an dan pengetahuan, penelitian, keputusan, penuturan,
Hadits. pembahasan, teori atau cerita. Nilai ini bermuara
Sedangkan nilai bila ditinjau dari orienta- pada pencarian kebenaran. 4) Nilai religi; Nilai
sinya dikategorikan kedalam empat bentuk nilai religi merupakan tingkatan integritas kepri­badian
yaitu: 1) Nilai etis; nilai etis adalah nilai yang yang mencapai tingkat budi, juga sifatnya mutlak
mendasari orientasinya pada ukuran baik dan kebenarannya, universal, dan suci.
buruk. 2) Nilai Pragmatis; nilai pragmatis adalah Sistem Kekerabatan Minangkabau
nilai yang mendasari orientasinya pada berhasil Masyarakat komunal dengan pola
atau gagalnya. 3) Nilai efek sensorik: nilai efek perkawinan eksogami menimbulkan ­
­ hubungan
6
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:
kekerabatan yang mempunyai daya ikat antar
Bumi Aksara, 1993), h. 20. ­individu di luar jalur stelsel matrilineal dan ­system
7
Muhaimin Abd Mujib, Pemikiran Agama Islam ­ persukuan. Dapat juga dikatakan bahwa oleh
(Bandung: Bumi Aksara, 1991), h. 111.

Januar Analisis Nilai Tradisi…….


190
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015

hubungan kekerabatan menurut jalurnya akan kemenakan dan tali kerabat suku sako bersifat
sa­ngat dan dapat membangkitkan sovinisme kedalam dan timbul karena pertalian darah. Tali
­kesukuan. Namun, oleh karena hubungan kekera­ kerabat induk bako anak pisang dan tali kerabat
batan akibat perkawinan itu dengan sendirinya andan pasumandan bersifat keluar, timbul karena
dapat melenyapkan kebanggaan suku yang ber- perkawinan.
lebih-lebihan , maka sovinisme tidak dapat terjadi. a. Tali kerabat mamak kemenakan ialah
Perkawinan bukan semata-mata hubungan hubungan antara seorang anak laki-laki dan
Antara dua orang individu, tetapi juga hubungan saudara laki-laki ibunya, atau hubungan
antara dua kerabat dan bahkan hubungan antara seorang anak laki-laki dengan saudara
seluruh kerabat yang telah berhubungan karena perempuannya bagi seseorang, saudara
perkawinan itu. laki-laki ibunya adalah kemenakan saudara
Sistem kekerabatan di Minangkabau ­adalah laki-laki ibunya, sedangkan anak saudara
bersifat matrilineal yaitu menurut keturunan ibu. perempuanya merupakan kemenakan dan ia
Anak-anak yang dilahirkan para ibu termasuk adalah mamak anak saudara perempuan.
suku (clan) ibunya atau saudara-saudara ­ibunya, b. Tali kerabat suku sako dikenal sebagai hubun-
sementara ayah termasuk dalam suku ibunya pula. gan kerabat yang bersumber dari sistem ke-
Seluruh anak-anak seorang ibu, baik ­laki-laki mau- kerabatan geneologis yang berstelsel matri-
pun perempuan masuk dalam suku ­ibunya. Status lineal pada lingkungan kehidupan sosial
kesukuan ini bersifat permanen, tidak ada perpin- sejak dari rumah sampai ke nagari yang lazim
dahan suku dalam sistem kekerabatan matrilinal disebut suku, suatu nagari didiami penduduk
Minangkabau8. yang terdiri dari sekurang-kurangya 4 buah
Sistem kekerabatan matrilineal tidak men- suku, nagari itu terdiri dari beberapa kam-
ciptakan keluarga inti (nuclear family) yang baru pung, setiap kampung diisi beberapa kelom-
meskipun perkawinan dilangsungkan, sebab pok rumah, tiap-tiap kelompok rumah itu
suami atau istri tetap menjadi anggota dari garis didiami oleh saparuik (seperut).
keturunan ibu mereka masing-masing. Keluarga c. Induak bako anak pisang merupakan hubung-
inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak sebagai an kekerabatan mereka antara seseorang
unit tersendiri tidak terdapat dalam struktur so- anak dan saudara perempuan dan anak-anak
sial Minangkabau karena selalu bernaung dalam saudara-saudara laki-lakinya, dengan demiki-
sistem garis keturunan ibu. an saudara seorang perempuan merupakan
Selanjutnya Radjab9 menjelaskan ­kekerabatan induak bako anak saudara laki-lakinya dan
matrilineal di Minangkabau yang menganut sistem iapun merupakan anak pisang saudara per-
penghitungan keturunan menurut garis ibu sema- empuan bapaknya.
ta-mata, pusaka dan waris diturunkan pada garis d. Andan pasumandan merupakan hubungan
ibu, anak laki-laki dan perempuan termasuk dalam antara anggota suatu rumah, rumah gadang,
kaum ibunya. atau kampung yang lain sebab salah satu
Menurut Navis10 budaya masyarakat ang­gota kerabatnya melakukan perkawinan.
Minangkabau yang menganut sistem ­matrilineal, Keempat jenis tali kerabat inilah yang ber-
terdapat empat jenis hubungan kekerabatan, tanggung jawab untuk melangsungkan hidup ang­
yaitu: (1) tali kerabat mamak kemenekan, (2) tali gotanya dengan melakukan aktifitas baik sebagai
kerabat suku sako, (3) tali kerabat induak bako anak penentu, perencana, dan pelaksana hal-hal yang
pisang (keluarga perempuan ayah dan anak ­saudara berkaitan dengan kerabatnnya masing-masing.
laki-laki) dan (4) tali kerabat andan pasumanandan Di samping itu, keempat tali kerabat ini
(tali kerabat yang berbentuk segitiga, hubungan menjadi daya ikat dan yang menyatakan individu-­
antara anggota suatu rumah). Tali kerabat mamak individu ke dalam suatu jaringan yang kompleks.
8
Januar, Upacara Kematian dalam Masyarakat Mi- Meskipun kompleks, tata tertib yang mengaturnya
nangkabau di Kenagarian Selayo Kabupaten Solok (Bukittinggi: dapat menjamin kesatuan, kesamaan, dan ­keutuhan
P3M STAIN Bukitinggi, 2010). pendirian sikap dan perbuatan seorang individu
9
Radjab, M., Sistem Kekerabatan di Minangkabau terhadap suatu kasus yang mnyentuh kehidupan
(Padang: Cenre for Minangkabau Studies Press, (1969), h.
20. kekerabatan.
10
Navis, AA., Alam Takambang Jadi Guru (Jakar-
ta: Temprit, 1984), h. 20

Januar Analisis Nilai Tradisi…….


191
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015

Ikatan dalam tali kekerabatan ini memuncul­ dari suku Subarang Tabek dan suku Parak Panjang,
kan beberapa tradisi dalam menjaga ­kelanggengan 4) suku Tambang Padang, 5) suku Kampai, 6)
ikatan kekerabatan mulai dari tradisi perkawinan, suku Tapi Aie, dan 7) suku Melayu.
upacara kehamilan, turun mandi bayi, dijapuik Nagari Salayo berada di Kecamatan
bako, khitanan, upacara kematian dan tradisi Kubuang Tigo Baleh Kabupaten Solok. Nagari
budaya lain, yang semuanya itu diadakan untuk ini disebut-sebut sebagai model tata ruang tra-
menjaga kelanggengan ikatan perkawinan. disional masyarakat Minangkabau sebagai contoh
Sejarah Singkat dan Monografi Nagari Selayo ideal adalah tata ruang tradisional Nagari Salayo
Kabupaten Solok yang terletak di Kubuang Tigo Baleh Kabupaten
Asal usul masyarakat Selayo terdapat dua Solok. Pemukiman masyarakat Nagari Salayo
pendapat11, pertama: menurut naskah Tjuraian asal adalah pola melingkar dan mengelompok. Pola
mula Nagari Selayo menjelaskan bahwa nenek mo­ ini ditandai dengan adanya pusat pemukiman
yang penduduk asli Solok dan Selayo b ­ erasal dari yang merupakan pusat nagari yang dikelilingi
datangnya 73 orang dari Kubung Agam ke daerah oleh “hutan rendah” dan “hutan tinggi”. Hutan
Solok, 13 orang diantaranya tinggal di Solok dan rendah adalah daerah pertanian yang dapat di-
Selayo serta mendirikan nagari-nagari. 60 orang jangkau oleh air, daerah ini kemudian dijadikan
lainnya meneruskan perjalanan ke ­daerah Alahan sebagai sawah dengan tanaman utamanya padi.
Panjang, Surian, dan Muara Labuh yang dipertu- Hutan tinggi adalah daerah pertanian yang tidak
ankan Padang Galundi. Lantak Kubuang di Selayo, terjangkau oleh air, sehingga kemudian dijadikan
Nik Koto di Linjuang Koto Tinggi, Rajo Jihin di sebagai ladang atau dalam istilah setempat disebut
Talang dan Bagajabin di Kinari. Kedatangan me­ “parak”12.
reka diperkirakan terjadi pada abad XIV yaitu pada Pusat Nagari Salayo terletak di bekas
masa Aditiawarman yang punya derah campuran Jorong Salayo Ateh dan Salayo Baruh yang seka-
Jawa-Melayu. Ke-13 orang buang­an yang menetap rang menjadi Jorong Galanggang Tangah setelah
di Solok ini akhir­nya menjadi asal nama Kubuang bergabung dengan Jorong Subarang pada waktu
Tigo Baleh, merekalah yang mendirikan nagari dilakukan Penataan Desa di Sumatera Barat pada
sekitar Solok dan Selayo. tahun 1990. Sebelum Nagari Salayo menjadi se-
Kedua, berdasarkan Tambo menyatakan buah pemukiman, Penghulu Nan Batujuah beserta
Penduduk Selayo berdasar dari Pariangan Tuanku Nan Batigo telah membuat rancangan
Padang Panjang. Rute perjalanan mereka adalah tata ruang bagi pemukiman warganya. Hal ini
Pariangan menuju keselatan kemudian menyusuri dilandasi oleh pemikiran bahwa penduduk Nagari
­punggung bukit Ribu-Ribu (Padang Simawang) Salayo terdiri dari kelompok-kelompok sapruik,
sebelah timur danau Singkarak sampai di Aripan, sakaum, dan sasuku.
dan dari sini ada dua jalan, yaitu 1) arah Singkarak Tata ruang Nagari Salayo yang disusun oleh
Saning Bakar leretan Kayu Merunduk Kasiak, Ninik Nan Sapuluah tersebut merupakan tata
Sumani, Kumur Kecil, Kumur Gadang, Hulu ruang yang sangat baik dan tidak kalah dengan
Imang, Batang Guguk, selingkar Gunung Tanag. tata ruang yang dikembangkan oleh ahli tata ruang
2) Arah Kuncir ke Taluang Laing, Tanjung Paku, modern dewasa ini. Hal ini menunjukkan keting-
Solok, Selayo, Koto Baru, Gaung, Gantung Ciri, gian budaya nenek moyang orang Minangkabau.
Jawi-Jawi, Talang, Talago Dadok (Sungai Janiah). Pusat Nagari Salayo memanjang sekitar 1,5 km
Dari dua pendapat di atas terlihat, pendapat dari selatan ke utara dan berbatasan dengan
pertama keterangannya lebih kuat dan jelas, ter- Nagari Kotobaru di selatan dan Nagari Solok di
perinci dan masuk akal. Pendapat kedua kurang utara. Di sebelah barat pusat nagari dipisahkan
terperinci dan tidak jelas mengapa mereka pindah oleh hamparan sawah yang luas dengan Jorong
serta berapa jumlahnya dan kapan terjadinya. Munggu Tanah dan Jorong Sawah Sudut. Di se-
Di Nagari Selayo terdapat 7 macam suku, belah timur pusat nagari dipisahkan oleh Sungai
yaitu 1) suku Tigo Korong, terdiri dari Caniago, Batang Lembang dengan Jorong Subarang.
Supanjang, dan Lubuak Batang, 2) suku Ampek Wilayah pusat nagari ini terbagi atas tiga bagian
Ninik, terdiri dari suku Piliang, Koto, Kutianyie, Witrianto, ‘Tata Ruang Tradision-
12
dan suku Jambak, 3) suku Subarang Tabek, terdiri al Nagari Selayo’, <http://www.nagarisalayo.blogspot.
Soewardi Idris, Upacara Adat di Selayo (Jakarta:
11 co.id/2013_02_01_archive.html> [diakses pada tanggal 20
Ikatan Keluarga Selayo, 1992), h. 15. September 2015]

Januar Analisis Nilai Tradisi…….


192
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015

yaitu Kapalo Koto yang terletak bersebelahan de- Jalan-jalan yang ada di Nagari Salayo terse-
ngan Nagari Kotobaru di selatan, Tangah Koto, but tidak ada yang buntu, semuanya bersambung
dan Ikua Koto yang terletak bersebelahan dengan atau mempunyai simpang dengan jalan yang lain-
Nagari Solok di utara. Tangah Koto merupakan nya. Di Salayo Baruah, jalan yang tegak lurus
pusat pemukiman yang terpadat, di sinilah pusat dengan jalan utama semuanya menuju ke Sungai
aktivitas kehidupan bernagari dilaksanakan yang Batang Lembang, sedangkan di Salayo Ateh jalan
ditandai dengan adanya sejumlah bangunan pen- yang tegak lurus dengan jalan utama semuanya
ting yang merupakan lambang keberadaan sebuah menuju ke pincuran tempat mandi yang terdapat
nagari, seperti pasar nagari, kantor wali nagari, di surau-surau atau masjid yang ada di Salayo.
balai adat, kantor Badan Perwakilan Anak Nagari Jalan yang diciptakan oleh nenek moyang orang
(BPAN), Masjid Raya, dan sekarang juga dileng- Salayo yang semuanya ternyata mengarah ke sum-
kapi dengan sebuah puskesmas bertingkat yang ber air menunjukkan bahwa orang Salayo tidak
berdiri megah persis di pusat nagari. bisa lepas dari air yang digunakan untuk mandi,
Tata ruang yang diciptakan oleh Ninik Nan mencuci, memasak, berwudhu untuk shalat, dan
Sapuluah Nagari Salayo tersebut dimulai dengan untuk pengairan sawah dan kolam ikan.
membuat sebuah jalan utama yang membelah Jorong-jorong lainnya di Salayo, yang ­semula
pusat nagari menjadi dua bagian, yaitu Jorong terdiri dari 13 jorong, kecuali Jorong Subarang
Salayo Ateh yang terletak di sebelah barat dan yang terletak di sebelah timur, 10 jorong lain­nya
Jorong Salayo Baruah yang terletak di sebelah terletak di sebelah barat pusat nagari. Jorong-
timur. Jalan ini pada masa pemerintahan Belanda jorong tersebut adalah Munggu Tanah, Parak
dijadikan sebagai jalan raya yang menghubungkan Gadang, Sawah Kandang, Sawah Sudut, Padang
Kota Solok dengan Kota Padang. Selanjutnya di Kunik, Sumur Belimbing, Kubur Harimau, Lurah
kedua jorong tersebut dibangun jalan yang tegak Ateh, Lurah Baruh, dan Pakan Sinayan.
lurus dan sejajar dengan jalan besar tersebut yang Jorong-jorong tersebut semula ­ merupakan
bertujuan untuk mengelompokkan penduduk daerah pertanian warga Salayo yang kemudian
berdasarkan sukunya. Dengan adanya jalan-jalan berkembang menjadi pemukiman setelah kedatang­
tersebut, batas kepemilikan tanah tiap suku men- an penduduk pendatang dari berbagai nagari di
jadi jelas sehingga tidak terdengar adanya perse- sekitar Danau Singkarak, seperti Sulit Air, Kacang,
lisihan warga antar-suku mengenai batas tanah di Simawang, Pasilihan, Paninggahan, dan Saniangbaka.
nagari Salayo13. Pendatang lainnya juga banyak yang berasal dari
Jalan yang tegak lurus dengan jalan utama Mudiak, sebutan orang Salayo untuk nagari-nagari
yang membagi dua pusat nagari di Salayo Ateh yang terletak di selatan Salayo, yaitu Bukit Sileh,
mulai dari selatan ke utara berturut-turut adalah Talang Babungo, Garobak Data, dan Sirukam.
Jalan Rumah Potong, Jalan Andaleh, Jalan Ampek Di samping para pendatang, penduduk asli
Ninik, Jalan Nurul Falah, Jalan Kampai, Jalan Selayo banyak juga yang kemudian bermukim di
Masjid Raya, dan Jalan Munggu Tanah. Yang jorong-jorong luar pusat nagari. Mereka ­adalah para
sejajar dengan jalan utama adalah Jalan Kelok petani yang menggarap lahan pertanian di daerah
Sembilan, Jalan Piliang, Jalan Mesjid Raya dari tersebut. Untuk menghemat waktu dan tenaga me-
arah Andaleh, dan Jalan Lubuk Batang. reka kemudian membuat pondok di lahan pertani-
Di Jorong Salayo Baruah, jalan yang tegak an mereka yang mereka tinggali ketika pekerjaan di
lurus dengan jalan utama mulai dari selatan sawah atau ladang sedang banyak. Lama-kelamaan
ke utara berturut-turut adalah Jalan Badenah, pondok tersebut kemudian mereka jadikan sebagai
Jalan Tapi Aia, Jalan Labong, Jalan Caniago, rumah tempat tinggal permanen.
Jalan Kalampaian, Jalan Tampuniak, dan Jalan Sampai sekarang, penduduk asli yang tinggal
Saribulan. Yang sejajar dengan jalan utama ada- di luar pusat nagari jika mengunjungi kerabatnya
lah Jalan Bintang Jaya, Jalan Simpang Ampek, dan yang tinggal di pusat nagari, mereka menyebut­nya
Jalan Tapi Batang Aia (Sungai) Batang Lembang. “pai pulang” (pergi pulang), karena asal mereka
memang dari pusat nagari. Berbeda halnya dengan
penduduk pendatang, jika pergi ke pusat nagari me-
13
Witrianto, ‘Tata Ruang Tradision- reka menyebutnya “pai ka Salayo” (pergi ke Selayo),
al Nagari Selayo’, <http://www.nagarisalayo.blogspot.
co.id/2013_02_01_archive.html> [diakses pada tanggal 20
walaupun tempt tinggal mereka pun sebenarnya
September 2015] masih merupakan bagian dari Nagari Salayo.

Januar Analisis Nilai Tradisi…….


193
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015

Tradisi Turun Mandi Setelah si anak lahir, diberitahukanlah ke-


Upacara turun mandi adalah salah satu di pada pihak keluarga bapak (induak bako) ten-
antara upacara adat Minangkabau yang masih ter- tang sifulan telah melahirkan anak laki-laki atau
lestarikan hingga saat ini. Upacara turun mandi perem­puan. Setelah itu, pihak bako menyilau (me-
merupakan upacara adat yang dilaksanakan untuk lihat) anak tersebut dengan berbagai bawaan.
mensyukuri nikmat Allah atas bayi yang baru lahir Dibawakan daun marunggai (pucuk daun katu)
dan upacara ini juga merupakan Sunnah Rasul. untuk disayur oleh ibu si bayi agar air susu ibu
Pada upacara turun mandi inilah pertama kalinya bertambah banyak dari semula.
bagi si bayi untuk melihat lingkungan dan masya- Kemudian setelah anak berusia 15 hari,
rakat sekitar. Tradisi kebudayaan Minangkabau maka pihak siibu memberitahukan kepada pihak
itu unik, bukan hanya karena sifat matrilinealnya, induak bako tentang rencana acara turun mandi,
tetapi juga karena variasinya yang ­berbeda-beda setelah hari di sepakati, Pihak bako menyediakan
antara satu nagari dengan nagari lainnya. Di berbagai bahan persiapan turun mandi.
­antara perbedaan tradisi ini, terlihat perbedaan Setelah bahan-bahan di siapkan pihak bako
antara tradisi di kawasan pesisir dengan tradisi juga mempersiapkan personil rombongan yang
daerah “darek” di Sumatera Barat yang masih akan ikut dalam acara turun mandi itu, sekaligus
hidup sampai sekarang. menentukan tugasnya yaitu membawa ragam
Upacara turun mandi biasanya dilaksanakan bawaan yang telah disiapkan. Rombongan terse-
di sungai (batang aie) dan tidak boleh dilakukan but berjumlah lebih kurang 15 orang.
hanya dengan membawa air ke halaman rumah Kemudian di rumah ibu si bayi yang akan
tanpa ke sungai. Yang membawa anak ini dari diturun mandikan tadi juga di persiapkan:
rumah ke sungai adalah orang yang berjasa mem- Persiapan malam bersama dengan bako sianak
bantu proses persalinan (dukun yang manjawek). yaitu nasi dan lauk pauk selengkapnya. Yang
Orang biasanya menggunakan istilah itu, tapi se- Biasanya dilakukan sekaligus dengan p ­ emotongan
karang sudah canggih mungkin bidan atau ­dokter hewan aqiqah si bayi (barupa kambing atau sapi)
yang menolong proses melahirkan tersebut. sesuai kemampuan keluarga bayi.. Kegiatan ma-
Upacara turun mandi ini dilakukan dengan cara sak-memasak ini biasanya dilakukan secara ber-
mengkondisikan keadaan ibu, apabila  sudah kuat gotong-royong antara pihak si ibu dan bako
si ibu yang melahirkan maka sudah boleh dilaku- serta anggota masyarakat yang ada dilingkungan
kan upacara ini. Bagi yang ingin melakukan upa­ rumah ibu bayi. Membuat nasi kuning atau nasi
cara ini maka ibu dan anak yang baru lahir tidak kunyit, Jika bayi yang akan diturun mandikan itu
boleh dulu keluar dari rumah. Upacara turun laki-laki disediakan bareh randang (beras pulut yang
mandi inilah pertama kalinya bagi si bayi untuk di rendang). Beras rendang atau bareh babiak yang
melihat lingkungan dan masyarakat sekitar14. di siapkan tadi di bawa oleh rombongan bako
Tradisi turun mandi adalah tradisi yang bersama rombongan lainya dari pihak ibu menuju
masih mendarah daging sampai saat ini oleh tepian mandi16.
masyarakat Minangkabau di Kenagarian Selayo
Di samping itu pihak keluarga ibu bayi juga
Kabupaten Solok. Tradisi turun mandi meru-
menyiapkan sirih dan pinang yang sudah dirangkai,
pakan tradisi untuk mengucapkan syukur atas
kemudian dimasukan kedalam carano bersamaan
nikmat yang tak ternilai dari Allah SWT. Tradisi
dengan beras rendang dan beras babiak serta di-
turun mandi merupakan ritual untuk ­mensyukuri
tutup tudung atau songgkok adat. Berikutnya pihak
nikmat Allah (berupa bayi) yang baru lahir.
keluarga ibu bayi juga menyiapkan tangguk (jaring
Dalam pelaksaanan tradisi ini, harus memperhati­
penangkap ikan), untuk dibawa bersamaan dengan
kan syarat-syarat yang telah kental di masyarakat
rombongan menuju tapian mandi. Kemudian se-
Minang. Adapun langkah-langkah pelaksanaan
belum berangkat menuju tapian mandi rombong­
upacara turun mandi dinagari Selayo Kab. Solok
an membawa suluah (obor), yang terbuat dari kain
sebagai berikut15:
14
Yefri Pratama, ‘Upacara Turun Mandi di buruak (kain yang tidak terpakai lagi) dengan tang-
Minangkabau’, <http://www.expresitopia.blogspot. kainya menggunakan pisau, saat mau berangkat
co.id/2012/01/upacara-turun-mandi-di-minangkabau.
html> [diakses pada tanggal 12 September 2015]
15
Nurbaiiti, Wawancara Pribadi, Sabtu 12 Sep- Miswarti, Wancara Pribadi, Sabtu 12 Septem-
16

tember 2015. ber 2015.

Januar Analisis Nilai Tradisi…….


194
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015

ketapian suluah tersebut dinyalakan17 bayi, rombongan tersebut terdiri dari rombongan
Di samping itu terdapat beberapa syarat pihak keluarga bayi, dan rombongan pihak bako
dalam upacara turun mandi adalah :pertama, bayi. setelah itu, rombongan turun dari rumah
Upacara turun mandi harus di laksanakan di dan menyalakan suluah yang sudah dipersiapkan
sungai atau masyarakat Minang menyebutnya sebelumnya menuju tepian tempat mandi. Anak
batang aie dan yang membawa anak ini dari rumah yang akan diturunmandikan itu digendong de-
ke sungai adalah orang yang berjasa memban- ngan kain panjang oleh bakonya, diiringgi ang­gota
tu proses persalinan. Kedua, Harus ada batiah rombongan yang membawa kelapa, bareh randang,
bareh badulang yaitu beras yang digoreng. Batiah bareh babiak dan tangguak yang dibawa oleh pihak
ini kemudian dibagikan kepada anak-anak kecil bakonya. 
yang pergi mengikuti upacara turun mandi ini. Sesampai di tapian mandi peralatan yang
Tujuannya, sebagai ucapan terima kasih dan dibawa diletakan di pinggir tapian mandi tersebut,
memperkenalkan diri sebagai bagian dari teman- termasuk sirih dan pinang digantung di tapian
teman itu kelak. Ketiga, Terdapat sigi kain buru- yang bertujuan untuk dimakan bagi rombongan
ak (obor yang terbuat dari kain-kain yang telah atau masyarakat yang datang. Kebudian pakaian
robek). Sigi ini dibakar dari rumah dan kemu- bayi dibuka satu-persatu oleh bako bayi. Selajutnya
dian dibawa ke tempat upacara atau ke sungai dibasuh muka bayi dan disirami seluruh tubuh
tempat si bayi akan dimandikan. Sigi kain buruak dengan air, setelah itu disabuni serta disirami lagi
ini memiliki makna mengajarkan kepada si bayi dengan air bersih. Setelah selesai memandi bayi
bahwa jika kelak telah besar nanti tidak ada satu tersebut, kemudian dikeringkan badanya pakai
hambatanpun dalam menuntut ilmu. Keempat, handuk serta dipasangkan bajunya.
Harus ada Tampang karambia tumbua (bibit kelapa Sementara kelapa yang sudah bertunas dan
yang siap tanam). Gunanya, pada saat telah sam- tangguak yang dibawa sebelumnya diletakan di-
pai di tempat upacara anak ini dimandikan, bibit aliran air bekas mandi bayi. Kemudian ­tangguak
kelapa tadi dihanyutkan dari atas lalu ditangkap dan kelapa yang sudah bertunas diangkat dan
oleh ibunya setelah kelapa tersebut mendekati dibawa pulang setelah selesai proses turun mandi.
anak. Setelah pulang kelapa ini ditanam dan inilah Kemudian kelapa yang sudah bertunas tadi dita-
nanti menjadi bekal hidup si anak kelak. Kelima, nam dipekarangan keluarga bayi.
Harus ada Tangguak. Merupakan alat yang digu- Setelah selesai mandi bareh randang dan
nakan untuk menangkap ikan. Melambangkan bareh babiyak dibagikan kepada anak-anak terma-
juga untuk bekal ekonomi si bayi kelak. Kegunaan suk kepada rombongan yang ikut ketapian tempat
Tangguak untuk meletakkan batu yang diambil mandi, untuk dicicipi.
dari sungai sebanyak tujuh buah, kemudian batu Selesai dimandikan, maka rombongan tadi
ini bersama tampang karambia dibawa pulang. Batu membawa bayi pulang kerumah ibunya, ­sesampai
inilah yang dimasukkan ke dalam lubang tempat ditangga rumah disambut oleh nenek dan
karambia ditanam. Keenam, Harus ada palo nasi ­keluarga ibu bayi dengan ditaburi dengan bunga-­
(nasi yang terletak paling atas) yang telah dilumuri bungaan, kemudian nenek bayi mengungkapkan
dengan arang serta daran ayam. Tujuan tradisi ini kata-kata yang indah dan cukup puitis “puti datang
untuk mengusir setan, makluk halus yang ingin rajo mananti” dan setelah itu barulah naik keatas
ikut meramaikan upacara tersebut. Syarat ini di- rumah.
siapkan sebanyak tiga cawan atau bejana. Dua Sampai di rumah, bayi lalu sedikit diasok
untuk diletakkan di jalan menuju sungai yang ja- (diasapi), asapnya berasal dari pembakaran ra-
raknya sudah diatur dan disesuaikan, satu dibawa muan daun-daunan yaitu daun galundi, daun sicerek
ke sungai tempat upacara berlangsung. dan daun kunyit dengan maksud agar sibayi tidak
Pelaksanaan Tradisi Turun Mandi cepat kedingan kalau suhu berubah. Setelah itu
Tradisi turun mandi di Kenagarian Selayo bayi diberi wangi-wangian.
ini dilakukan sekitar jam sembilan pagi, sebelum Setelah proses turun mandi dilakukan, pada
menuju tepian mandi, rombongan yang akan malam harinya sesudah sholat magrib urang siak
berangkat makan bersama dulu di rumah si ibu (bapak-bapak) berdatangan ke rumah ibu sibayi,
dan duduk bersila dalam rumah, kemudian pihak
17
Nurbaiiti, Wawancara Pribadi, Sabtu 12 Sep- tuan rumah atau keluarga bayi diwakili satu urang
tember 2015. pandai (orang bisa dalam berbahasa atau dalam

Januar Analisis Nilai Tradisi…….


195
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015

pidato adat) menyampaikan maksud dan tujuan talempong, bayi ini terlebih dahulu dibawa bersi-
acaranya, kemudian pihak tamu juga d­ awakili oleh lat di halaman rumah oleh pemandu sebelum
satu orang urang pandai dalam merespon yang dis- menuju sungai dan diringi dengan membawa bin-
ampaikan oleh pihak tuan rumah tadi, kemudian tang limau dan ayam.
setelah itu dilanjutkan dengan doa yang dimint- Sesampainya di tepian sungai, p ­emandu
akan kepada urang siak dari pihak tamu. Selajutnya memulai prosesi turun mandi ini dengan b ­ eragam
setelah selesai berdoa, pihak tuan rumah meng- cara dan makna yang luas, diantaranya adalah se-
hidangkan makanan berupa nasi dan berbagai belum mandi ke sungai sang bayi ini dipasang-
jenis sambal, serta makanan ringan lainya, Ketika kan colak yang terbuat dari ramuan arang kayu
makanan sudah selesai dihidangkan maka pihak dan sarang laba-laba, sarang laba-laba mempu-
tuan rumah mempersilakan pihak tamu untuk nyai makna kelak sang bayi ini sudah dewasa ia
mencicipi makananya dengan titah (bahasa) adat, akan sama seperti laba-laba yang rajin mencari
titah adat ini disampaikan oleh satu orang per- nafkah, m ­ endudukan sang bayi di atas ayam, ini
wakilan dari pihak tuan rumah, dan satu orang melambangkan kendaraan bagi sang bayi kelak,
perwakilan dari pihak tamu. Setelah itu baru ­artinya sang bayi ini jika sudah dewasa akan men-
dilanjutkan dengan makan bersama18. cari nafkah, menghanyutkan bara kayu ke ­sungai
Namun dalam kesempatan lain agak mempunyai makna melepaskan segala beban atau-
bersama­an dengan ritual di atas, sebelum pelaksana­ pun masalah terhadap bayi ini, ­menghadapkan
an prosesi turun mandi tersebut hal yang harus sang bayi ke cermin setelah dibedaki ini mem-
dipersiapkan oleh tuan rumah (orang tua sang punyai makna kelak dia akan m ­ emperhatikan
bayi) adalah karambia bulat (2 buah kelapa yang penampilan­nya (lai manggaya), setelah selesai
belum dikupas kulitnya dan diambil sedikit kulit- mandi balimau, ketupat yang ada di dalam bin-
nya dan diikat satu sama lain), bareh kampia (beras tang limau tadi diperebutkan oleh para penonton
yang diletakkan dalam kantong yang terbuat dari yang bermakna ketupat ini adalah pemberian/se-
daun pandan kering), satu ekor ayam (maksudnya dekah dari bayi kepada orang lain dan ada juga
disini adalah bukan sejenis makanan, tetapi se­ekor yang menyebutkan kalau kelak nanti setelah de-
ayam kampung yang beratnya sekitar 7-9 ons), wasa dia akan menjadi primadona/rebutan oleh
limau mandi (buah jeruk purut yang direbus ber- wanita jika bayi laki-laki dan sebaliknya
sama dengan akar bunga siak-siak, sejenis bunga Sesampainya dirumah sang bayi dimasuk-
hutan yang mempunya akar yang wangi), katupek kan ke dalam ayunan yang terlebih dahulu dibuat
(ketupat yang terbuat dari beras pulut), satu buah dengan menggunakan kain sarung yang diletak-
cermin kecil, sisir, bedak dan minyak kelapa. kan parasoan (asap yang ditimbulkan oleh sabut
Setelah semua bahan baku di atas kepala yang dibakar) dengan diiringi ­ menbaca
dipersiapkan maka sang pemandu adat memulai doa oleh pemandu. Setelah hitungan ayunan
prosesi turun mandi yang dimulai dengan dinilai tepat oleh sang dukun maka sang bayi ini
memberikan/memasang colak(colak terbuat dari ditidurkan di tempat tidurnya, ini menandakan
ramuan arang kayu dan jaring laba-laba yang prosesi turun mandi bagi sang bayi telah selesai,
berwarna hitam pekat) kepada bayi yang telah
Acara selanjutnya adalah makan bersama, ibu
dia persiapkan sebelumnya dari rumah dengan
bayi dan seluruh keluarga serta para undangan
menggunakan kuas bulu ayam, ini dipasang ke alis
makan bersama, yang menarik disini adalah ibu
mata sang bayi. Limau mandi, katupek, cermin
sang bayi dipersilahkan untuk memilih makanan
kecil, sisir, bedak, minyak kelapa dimasukkan
kedalam sebuah nampan besar yang biasa disebut apa saja yang ia sukai, setelah diletakkan ­dipiring
talam, yang biasanya dikenal dengan sebutan maka sang dukun bayi membacakan sesuatu dan
bintang limau sang ibu bayi boleh makan sepuasnya tanpa harus
Setelah itu bayi dan orang tuanya dibawa k­ eluar memperhatikan segala pantangan yang sebelum­
nya memang sangat ketat bagi ibu bayi ini, tapi
rumah menuju sungai/tempat pemandian,
jangan coba untuk makan semaunya jika belum
sang pemandu yang menggendong bayi terse-
ditawari oleh pemandu.
but menggunakan payung dan memegang obor
Jika acara turun mandi ini dilakukan dengan
(puntung kayu bakar) yang diiringi dengan rarak sangat meriah sekali, maka hal yang tak keting-
18
Syamsul Bahri, Wawancara Pribadi, Minggu 13 galan sisampek yang sebelumnya dibuat oleh bako
September 2015.

Januar Analisis Nilai Tradisi…….


196
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015

dari keluarga bapak sang bayi ini diperebutkan, Sebagai salah satu aset budaya, Tirai dalam
acara ini sangat dinanti-nanti oleh anak-anak dan upacara adat di Minangkabau dipakai pada alek
pe­
­ ngunjung lainnya karena selain seru mereka aspek adat maupun alek aspek syara’. Tidak ban-
memperebutkan makanan yang digantungkan di yak sumber tertulis ditemui selain dalam kaba dan
sisampek tersebut. Sisampek adalah terbuat dari novel Minang, bahkan nyaris langka ­ diskursus
rangka bambu atau batang pisang yang ­ dihiasi (wacana ilmiah) yang menjelaskan tentang tirai,
dengan bunga-bunga yang ditusuk dengan lidi
­ bahkan kamus Minang pun tidak banyak men-
daun ­kelapa yang diselipkan dengan kue-kue dan jelaskan tentang tirai langik-langik tempat upacara
penganan kecil. Bermacam model sisampek dibuat, adat Minang itu. Tirai langik-langik barvariasi di
ada yang berbentuk kapal, pesawat terbang dan berbagai nagari di Minang. Pada dasarnya terlihat
lain-lain. Setelah rentetan acara selesai maka sang bentuk empat persegi seperti kotak tertelungkup,
dukun bayi pulang dengan membawa 1 rantang yang menutupi seluruh areal ruang depan per-
makanan, ayam dan karambial satali. sandingan anak daro dengan marapulai. Tirai ini
Di samping tata cara upacara, atribut yang lebih besar dari layang-layang. Pada bagian tepi
digunakan dalam upacara juga membawa ­fungsi tirai langik-langik ini biasanya diberi jurai-jurai
enkulturasi dan internalisasi nilai-nilai Islam dalam yang terbuat dari seng tipis dengan bertahtakan
adat Minangkabau. Salah satu atribut yang lazim di- kuning emas sehingga bila diterpa cahaya dari ke-
gunakan adalah tirai. Tirai juga ­disebut ­langit-langit jauhan akan memancarkan pantulan cahaya yang
seperti juga tabir, bagian dari atribut adat dan di- berkilauan. Selain itu, pada pinggiran kain langik-
gunakan dalam upacara adat, baik dalam upacara langik ini dihiasi berbagai motif sulaman.
aspek adat istiadat maupun dalam upacara adat Salah satu bentuk tirai adalah tirai adat
aspek syara’ (Islam). Dalam penggunaannya tirai Selayo, sejenis tirai yang memiliki warna aneka
merupakan bagian karya fann zukhrufiyah (seni de- ragam. Ada warna hitam, kuning, dan warna
koratif) menghiyasi ­tempat upacara adat, menam- merah. Ketiga warna itu merupakan simbol dari
bah kesemarakan dan kehangatan upacara adat itu daerah Minangkabau, yaitu luhak nan tigo (Tanah
dan indah. Karena ada nilai keindahan (estetika/ Datar, Agam dan 50 Kota) dan menaruh kekayaan
jamal) maka dapat dipastikan dari perspektif fung- spirit masyarakat adatnya. Pada tirai itu ada kom-
sinya ada ­nuansa keIslaman. Karena, keindahan ponen disebut lidah-lidah, karena memang ben-
dalam budaya Islam, bagian penting kehidupan tuknya seperti lidah. Namun yang lebih tepatnya
umat Islam itu sendiri bahkan digunakan orang arif lagi adalah berbentuk seperti dasi yang sering di-
dalam Islam sebagai canel berhubungan dekat de- gunakan laki-laki, yaitu panjang serta diujungnya
ngan Allah swt. Karenanya pula menarik me­nyidik berbentuk agak lancip. Jenis lidah-lidah ini ada
tirai sebagai atribut adat Minangkabau dalam per­ yang bersulamkan benang emas, ada pula yang
spektif seni Islam. bertaburkan bintang dan ada pula yang memakai
Namun keindahan yang di dengar, dibaca, d­ ilihat kaca kegemerlapan. Di dalam lidah-lidah itu ada
dan dirasa itu mengikuti identitas seni yang ber- pula komponen angkin, adalah sejenis aksesori
nafaskan Islam menaruh tiga nilai yakni: (1) atau atribut yang menyela di antara lidah-lidah.
mau’izhah (advis/ pengajaran yang indah), (2) Angkin terbuat biasanya terbuat dari beludru atau
hikmah (wisdom) dan (3) irsyadah (guidance/ kain saten. Selain itu, angkin sering juga diberi hi-
memberi arah lurus ke jalan yang benar). Juga asan berupa manik-manik api yang bermotif flora
yang dinikmati (didengar, dibaca, dilihat dan dira- atau fauna.
sa) itu oleh penikmat seni ada dalam batas tiga (3) Dapat juga jadi penjelasan tambahan, tirai
kontrol yakni dirumuskan dengan 3: (1) estetika pada fenomena histories masa lalu (tempo doe-
(indah), (2) erotika (erotis sebatas tidak mema- loe) bentuknya dua bentuk fann zukhrufiyah (seni
suki wilayah pornografi) dan dikontrol (3) etika dekoratif). Pertama bermotif paco-paco segi
empat tertata rapi seperti langit-langit di Taluk
(menerima yang baik menolak yang buruk seperti
(Pesisir Selatan) dipasang serasi dengan tabia, dan
keindahan yang kering dari nilai dan roh agama
kedua polos yang seperti di kelambu tempat/ ran-
serta menolak nilai yang tidak menjiwai adat se-
jang tidur penganten tempo dulu. Tirai itu meny-
perti fornogarafi yang merangsang seksualitas pe- imbolkan supremasi dan spirit adat. Dipajang di
nikmat seni). langit-langit rumah penutup loteng dan juga dise-
but pada langik-langik kelambu rumah. Pajangan

Januar Analisis Nilai Tradisi…….


197
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015

dekoratifnya serasi dengan tabia (tabir) menutup Bedasarkan wawancara dengan Nurbaiti19
dinding. Ada juga tirai dipajang pada eksterior ada nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi turun
di labuah gadang pada ­gapura (gaba-gaba pintu mandi di Kenagarian Selayo Kabupaten Solok se-
masuk) juga ada tirai bentuk mengambil motiv bagai berikut:
alam nabati rabuang (bambu muda) yakni bapu­ a. Membawa bayi keluar rumah agar mem-
cuak rabuang (berpusuk rabung). Bahkan juga ada perkenalkan anak dengan lingkungan alam
tirai dipajang pada makam ­inyiak, syeikh-­syeikh sekitarnya, agar anggota keluarga berharap
atau ulama tareqat dahulu dan biasa ­ dominar setelah anak besar nanti ia akan akrab de-
warna kuning atau putih. Warna yang dipakai tiga ngan alam, dapat hidup dari alam dan banyak
warna utama bersumber spirit masyarakat adat meles­tarikan alam. Sesuai dengan filsafah
Minangkabau yakni: kuning, merah dan hitam. Minang berbunyi alam takambang jadi guru.
Fenomena tradisi budaya ini sekarang sudah b. Nilai yang terkandung pada penyalaan suluah
didominasi warna warni amat semarak tetapi se- (obor) dengan tangkai pisau menuju tapian
cara luas tetap berakar pada alam Minangkabau, di mandi, supaya setelah bayi besar nanti dapat
antaranya warna merah-merah, hijau-hijau muda, menjadi penerang bagi masyarakat, agama,
pink, kuning-kuning dsb. Secara kategoris warna dan bangsanya, serta pemberani dalam me­
dan motivnya sudah berubah jauh dari tirai wari- negakan kebenaran.
san tempo dulu. Disebut-sebut masyarakat adat c. Makna yang terkandung dalam pengguna­
sekarang di Minangkabau, modern. Saat ini belum an tangguak (jaring penangkap ikan) dalam
ada peraturan ninik mamak yang melegalkan ke- ­proses turun mandi yaitu bayi setelah besar
cenderungan tirai dan tabir dekorasi rumah dalam nanti menjadi dapat orang yang sukses,
upacara adat yang dipakai sekarang. Artinya belum ­sukses dari segi ekonomi, pendidikan dan
ada keputus­an tegas hanya baru dengan sikap mem- kemapanan dari segala bidang.
biarkan dan membolehkan. Sikap itu seperti men- d. Nilai yang terkandung dengan membawa ke-
dominasi tingkat keterpakaian norma adat dalam lapa yang sudah bertunas ketapian mandi, agar
petitihnya: nan babunyi badanga/ nan barupo baliek/ setelah dewasa nanti dapat menjadi mandiri,
nan ­ baraso bamakan. Artinya sikap ninik mamak tegak mandiri ibarat pohon kelapa tegak de-
itu sudah m ­ erupakan aturan abstrak, manampung ngan posisi yang kokohnya, tidak menggan-
­setiap kesukaan orang banyak. Hal itu tentu saja tungkan hidupnya dengan orang lain.
memperbolehkan memakai atribut adapt yang tidak e. Membagi-bagikan bareh babiyak dan bareh
bertentangan dengan adat nan diadatkan (aturan yang randang kepada anak-anak dan rombongan
disusun nenek moyang seperti yang diwariskan Dt agar setelah dewasa nanti menjadi yang tidak
Perpatih nan Sabatang atau Dt. Katumanggungan), pelit suka dan memberi kesemua orang serta
tidak bertentangan dengan ajaran yang menjiwai dermawan.
adat (budi luhur/ akhlak mulia). Dengan demikian, secara fungsi adat, ­upacara
Nilai-nilai Adat dan Agama dalam Tradisi turun mandi dimaksudkan untuk menghormati
Turun Mandi keturunan yang baru lahir dan berbagi kebaha-
Pada prinsipnya, fungsi upacara adat di giaan dengan masyarakat sekaligus memberitakan
Minangkabau dalam proses enkulturasi dan in- bahwa di kaum tersebut telah lahir keturunan baru.
ternalisasi terhadap dalam kehidupan masyarakat Dalam syariat Islam yang dicontohkan Rasulullah
yang dilandasi oleh falsafah hidup yang mendasari SAW ketika seorang anak lahir, maka akan diberi-
peri kehidupan masyarakat. falsafah yang dimak- kan setetes madu ke dalam mulutnya. Hal ini selain
sud adalah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi bermakna kesehatam sebagai antobodi alamiah
kitabullah”. Selanjutnya disingkat dengan ABS bagi anak tersebut, juga sebenarnya mengandung
SBK. Maksudnya adalah, adat di Minagkabau makna filoofis dalam rangka memperkenalkan ke-
adalah berdasarkan pada syarak (agama Islam), baikan kepada anak dari usia dini.
dan agama itu dasarnya adalah al Qur’an. Enkultrasi budaya yang terdapat pada upa­
Selanjutnya falsafah ini dilengkapi dengan “syarak cara turun mandi ini berfungsi pembersihan anak
mangato, adat mamakai”. Maksudnya adalah, agama yang lahir dari segala pengaruh-pengaruh jahat
itu memberikan perintah atau aturan, dan adat dunia. Diharapkan hakikat kesucian anak yang
melaksanakan (memakainya). 19
Kasmiyati, Wawancara Pribadi, Minggu 13 Sep-
tember 2015.

Januar Analisis Nilai Tradisi…….


198
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015

lahir akan tetap terjaga dari dini. Internalisasi berarti juga harus siap untuk dibuang sepanjang
nilai Islam yang ingin diwujudkan adalah bahwa adat, maksudnya dikucilkan atau tidak dianggap
seorang anak yang lahir adalah dalam keadaan sebagai orang Minangkabau lagi dan diusir dari
fithrah, maka orang tuanyalah yang akan menja- nagari. Berikut ini akan dibahas satu-persatu
dikan anak tersebut Nasrani atau Yahudi. Jadi ke- bagaimana upacara adat melaksanakan fungsi en-
bersihan fisik dan batiniah harus tetap dijaga oleh kulturasi dan internalisasi nilai-nilai Islam kepada
orang tua. Hal ini terus mengakar dalam perilaku masyarakat Minangkabau
masyarakat Minang dalam menyelenggarakan Kesimpulan
upa­cara turun mandi bagi setiap anak yang lahir. Tradisi turun mandi dalam masyarakat
Meskipun zaman terus bergulir, namun bu- Minangkabau di Kenagarian Selayo Kabupaten
daya pelaksanaan upacara turun mandi ini tetap Solok merupakan tradisi yang turun temurun,
eksis di dalam masyarakat. Sebab dalam tataran dan merupakan tradisi untuk mengucapkan
pikiran dan keyakinan masyarakat Minangkabau syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah
upacara turun mandi ini tetap harus dilestarikan. SWT berupa bayi yang baru lahir. Nilai-nilai yang
Jadi dapat dikatakan upacara yang dinamakan terdapat dalam tradisi turun mandi di Kenegarian
turun mandi dalam masyarakat Minangkabau Selayo ini adalah memperkenalkan anak dengan
adalah hasil enkulturasi dan internalisasi nilai- lingkungan alam sekitarnya, supaya setelah bayi
nilai Islam dalam memberikan tuntunan pen- besar nanti dapat menjadi penerang bagi masya-
didikan untuk anak dari usia dini. Dari regerensi rakat, agama, dan bangsanya, serta pemberani
Al-Quran dan Sunah Rasulullah SAW ditemukan dalam menegakan kebenaran, agar dapat menjadi
bahwa ada minimal 2 tuntunan syariat yang harus orang yang sukses, sukses dari segi ekonomi, pen-
dilaksanakan orang tua ketika mendapat rahmat didikan dan kemapanan dari segala bidang, agar
dengan kelahiran anak di tengah keluarga mereka. setelah dewasa nanti dapat menjadi orang yang
Dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa mandiri, tidak menggantungkan hidupnya de-
bagi masyarakat Minangkabau, agama dan adat ngan orang lain, menjadi orang yang suka mem-
adalah dua hal yang tak terpisahkan, di setiap beri dan dermawan.
aktivitas adat selalu berlandaskan pada fungsi
penyampaian nilai-nilai agama. Jadi ada sebuah Daftar Pustaka
proses ”pengadatan’ atau enkulturasi nilai-nilai
­ Buku Teks
Islam melalui proses adat. Selanjutnya diharapkan
proses tersebut bisa menghantarkan pada terin- Abd Mujib, Muhaimin, Pemikiran Agama Islam
ternalisasinya nilai-nilai Islam dalam kehidupan (Bandung: Bumi Aksara, 1991)
masyarakat Minangkabau. Pada pembahasan Arifin, M., Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi
lebih lanjut, penulis mencoba untuk membong- Aksara, 1993)
kar fungsi masing-masing dari upacara adat ada- Darmodihardjo, Dardji, Penjabaran Nilai-Nilai
lam enkulturasi dan internalisasi nilai-nilai Islam. Pancasila dalam Sistem Hukum Indonesia.
Satu hal lagi yang perlu dipahami tentang (Jakarta: Rajawali, 1996)
keunikan adat istiadat di Minangkabau adalah, Derajat, Zakiah, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta:
bahwa adat telah ada jauh sebelum agama Islam Bulan Bintang, 1984)
masuk ke Sumatera Barat. Akan tetapi setelah Idris, Soewardi, Upacara Adat di Selayo (Jakarta:
Islam masuk, terjadi sebuah perubahan tahap- Ikatan Keluarga Selayo, 1992)
demi tahap yang akhirnya mejadikan Islam se-
bagai landasan pokok adat dan sistem adat. Maka Johanes, Mardimin, Jangan Tangisi Tradisi
oleh karena itu, segala perangkat sistem adat se- (Yoyakarta: Kanisius, 1994)
benarnya dapat dikatakan membudayakan Islam Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta:
ke masyarakat dan menjadikan nilai-nilai Islam Paradigma, 2003)
tersebut mendarah daging dalam pribadi anak Keesing, M. Rogert, Antropologi Budaya Suatu
nagari Minangkabau. Sebuah prinsip yang tetap Perspektif Kontemporer Edisi Dua (Jakarta:
kokoh dianut oleh masyarakat Minangkabau Erlangga, 1992)
hingga saat ini adalah, kalau tidak beragama Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi II
Islam berarti bukan orang Minang, sekiranya ada (Jakarta: UI Pers, 1998)
orang Minang yang murtad dari agama Islam,

Januar Analisis Nilai Tradisi…….


199
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015

---------------------, Manusia dan kebudayaan Indonesia


(Jakarta: UI Pers, 1983)
L. Robert, The Core of the M87 Globular Cluster
System., (ApJ, 303, L1. T 1986)
Naim, Mochtar, Merantau Pola Migrasi Suku
Minangkabau (Yokyakarta: UGM Press,
1982)
Navis, AA., Alam Takambang Jadi Guru (Jakarta:
Temprit, 1984)
Ogburn, William Fielding, Social Change with Respect
to Culture and Original Nature (New York:
B.W. Huebsch, 1922)
Radjab, M., Sistem Kekerabatan di Minangkabau
(Padang: Cenre for Minangkabau
Studies Press, 1969)
Karya Ilmiah, Jurnal dan Artikel
Januar, Upacara Kematian dalam Masyarakat
Minangkabau di Kenagarian Selayo
Kabupaten Solok (Bukittinggi: P3M
STAIN Bukittinggi, 2010)
Winataputra, Udin, ‘Apa dan Bagaimana
Pendidikan Kewarganegaraan’, Makalah
dalam Lokakarya Civic Education
Dosen IAIN/STAIN Se-Indonesia,
Sawangan-Depok 2001
Wawancara dan Sumber Internet
Bahri, Syamsul, Wawancara Pribadi, Di Selayo Kab.
Solok , 13 September 2015
Kasmiyati, Wawancara Pribadi, Di Selayo Kab.
Solok 13 September 2015
Miswarti, Wancara Pribadi, Di Selayo Kab. Solok
12 September 2015
Nurbaiiti, Wawancara Pribadi, Di Selayo Kab.
Solok tanggal 12 September 2015
Yefri Pratama, ‘Upacara Turun Mandi di
Minangkabau’, <http://www.
expresitopia.blogspot.co.id/2012/01/
upacara-turun-mandi-di-minangkabau.
html> [diakses pada tanggal 12
September 2015]
Witrianto, ‘Tata Ruang Tradisional Nagari Selayo’,
<http://www.nagarisalayo.blogspot.
co.id/2013_02_01_archive.html>
[diakses pada tanggal 20 September
2015]

Januar Analisis Nilai Tradisi…….


200

Anda mungkin juga menyukai