Anda di halaman 1dari 15

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

A. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan sistem pendidikan

yang mengutamakan aktifitas jasmani, fisik, permainan dan olahraga yang dijadikan

media untuk mencapai perkembangan yang menyeluruh terhadap individu

(Darminto,2017:2). Istilah serupa juga dikemukakan oleh Andriyanto (2016:4) bahwa

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mengandung makna pembelajaran yang

mengedepankan aktifitas jasmani sebagai media dalam mencapai suatu tujuan

pembelajaran.

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dalam arti serupa juga diartikan

sebagai sebuah media untuk mendorong pertumbuhan fisik, psikis, motorik,

pengetahuan dan penalaran, serta pembiasaan pola hidup sehat yang seimbang

Darminto (2017:1). Istilah lain juga dikemukakan oleh Rizky,dkk (2013:460) bahwa

penjasorkes sebagai media pembinaan anak dalam menjalani hidup sehat serta upaya

pembuatan keputusan terbaik khususnya pada bidang jasmaninya. Pernyataan ini lebih

menekankan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah sebagai media

yang efektif dalam pembelajaran supaya tercapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

Tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan juga mendukung tujuan pendidikan

nasional.
10

B. Hakitat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu mata

pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Pendidikan melalui pembelajaran gerak

disajikan sejak kelas rendah sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.

Pembelajaran jasmani olahraga dan kesehatan amat berbeda dengan pembelajaran pada

mata pelajaran lain. Penekanan aspek fisik membuat siswa menguasai keterampilan

dan pengetahuan, mengembangkan apresiasi estetis, mengembangkan keterampilan

generik serta nilai dan sikap positif, dan memperbaiki kondisi fisik untuk mencapai

tujuan penjasorkes.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki kepentingan yang relatif

sama dengan program pendidikan mata pelajaran lain dalam ranah pembelajaran.

Ranah pembelajaran yang dikembangkan meliputi tiga ranah utama yakni psikomotor,

afektif dan kognitif (Samsudin, 2008:21). Seperti dijelaskan dibawah ini :

1. Pengembangan aspek psikomotor

Peserta didik memiliki tugas menguasai keterampilan gerak dalam berbagai cabang

olahraga yang merupakan tanggung jawab utama guru. Banyak guru mata pelajaran

penjasorkes yang memiliki pemahaman bahwa peserta didik harus menguasai

cabang olahraga. Padahal dalam mengajarkan keterampilan gerak tersebut adalah

pengembangan keterampilan untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, serta

membantu dirinya bertindak efisien dalam melaksanakan tugas sehari-harinya,

bukan untuk mempersiapkan mereka untuk menjadi atlet yang berprestasi. Hal ini
11

relevan dengan tujuan penjasorkes yang berhubungan dengan kebugaran jasmani

yaitu individu, sebagai anggota keluarga, serta sebagai anggota masyarakat.

2. Pengembangan aspek kognitif

Penjasorkes secara umum identik dengan pembelajaran psikomotorik atau

peningkatan keterampilan gerak. Padahal salah satu tugas penjasorkes adalah

meningkatkan pengertian anak tentang tubuh dan kemungkinan geraknya, serta

berbagai faktor yang memengaruhinya ditinjau dari segi konsep gerak. Ditinjau dari

konsep kebugaran yakni diharapkan peserta didik mengetahui pengertian tentang

pengaruh latihan atau kegiatan fisik terhadap kesehatan tubuh yang berguna bagi

mereka untuk menjalani gaya hidup secara aktif.

3. Konsep gerak

Istilah konsep gerak merujuk pada gagasan-gagasan kognitif yang memiliki nilai

transfer. Konsep gerak dalam pendidikan jasmani dapat berupa respon gerak seperti

menangkap, melempar, atau perpindahan gerak (lokomotor), yang benar-benar

hanya sebuah nama dari keterampilan gerak yang bisa digunakan dalam berbagai

situasi. Peserta didik diharuskan untuk mengenal nama-nama tersebut dengan

keharusan memahami ciri-ciri, jenis, serta syarat yang harus dipenuhi agar layak

disebut gerak.

4. Pengembangan aspek afektif

Aspek afektif berbeda dengan psikomotor dan kognitf. Aspek ini lebih dikenal

bawaan lahir maupun kebiasaan lingkungan, ketika peserta didik memiliki

lingkungan yang buruk aspek ini akan berjalan buruk, namun sama halnya

lingkungan yang baik maka peserta didik akan otomatis mengikuti lingkungannya.
12

Strategi afektif yang digunakan dalam penjasorkes selama ini baru terbatas pada

upaya membangkitkan sikap dan minat siswa terhadap penjasorkes walaupun tanpa

peegangan yang jelas.

C. Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan memiliki tujuan yang beragam

dalam dunia pendidikan. Tujuan pembelajaran jasmani olahraga dan kesehatan yang

dipaparkan oleh Samsudin (2008:3) antara lain :

1. Membentuk landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai dalam

pendidikan jasmani

2. Mencetak landasan kepribadian yang kuat, sikap sosial dan toleransi dalam

konteks kemajemukan budaya

3. Menggali kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran

penjasorkes

4. Mengembangkan sifat jujur, sportif, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama,

percaya diri, dan demokratis melalui pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan

5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik disertai strategi

pada permainan dan olahraga

6. Mengembangkan kemampuan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan

dan pemeliharaan kebugaran jasmani disertai pola hidup sehat melalui berbagai

aktifitas jasmani

7. Mengembangkan kemampuan menjaga keselamatan diri dan orang lain


13

8. Mengetahui konsep aktifitas jasmani untuk mencapai kebugaran dan pola hidup

sehat

9. Mampu mengisi waktu luang dengan memanfaatkan aktifitas jasmani yang

menyenangkan

D. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan menurut Samsudin

(2008:142) mencakup aspek-aspek sebagai berikut :

1. Permainan dan Olahraga, meliputi: olahraga sederhana, permainan gerak,

keterampilan gerak tetap, berpindah dan campuran, atletik, rounders, kasti,

kippers, bola basket, bola voli, sepak bola, tenis meja, tenis lapangan,

badminton, beladiri dan aktifitas lainnya.

2. Aktifitas pengembangan, meliputi: mekanika sikap tubuh, kebugaran jasmani,

dan bentuk tubuh serta aktifitas lainnya.

3. Aktifitas senam, meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan dengan alat

atau tanpa alat, senam lantai, dan aktifitas lainnya.

4. Aktifitas ritmis, meliputi: senam pagi, gerak tak beraturan, senam aerobic, SKJ

serta aktifitas lainnya.

5. Aktifitas air, meliputi: renang, permainan dalam air, keselamatan air,

keterampilan gerak di air, serta aktifitas lainnya.

6. Pendidikan luar kelas, meliputi: karyawisata atau piknik, pengenalan

lingkungan, berkemah, penjelajahan, pendakian gunung, dan petualang alam

bebas.
14

7. Kesehatan rohani, meliputi: penanaman hidup sehat dalam kehidupan sehari-

hari, perawatan tubuh, merawat lingkungan, pemilihan makanan dan minuman

sehat, mencegah dan merawat cedera, mengatur waktu beristirahat, berperan

aktif dalam P3K dan UKS.

E. Bidang-Bidang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Bidang-bidang dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan menurut

Sukintaka (2004:36) yakni sebagai berikut :

1. Pendidikan

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mempunyai istilah lain pendidikan

manusia melalui gerak. Hal itu berdampak bahwa penjasorkes harus mampu

mengembangkan seluruh aspek pribadi manusia, dan harus berpegang pada

norma-norma pendidikan. Pegangan pelaksanaan tugas berpacu pada dasar-

dasar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

2. Belajar Motorik

Pengembangan kemampuan motorik dan pengertian didaktik harus ada dalam

belajar gerak. Belajar gerak merupakan kemampuan gerak dengan tahapan

gerak dari gerak refleks, gerak kasar, gerak halus, gerak sempurna, serta gerak

dasar berolahraga atau gerak dasar keterampilan motorik.

3. Kesehatan dan Kebugaran

Kesehatan dan kebugaran dikhususkan kearah pembiasaan hidup sehat dan

bugar terhadap peserta didik. Tentunya dengan tujuan tubuh selalu sehat dan

bugar.
15

4. Penelitian

Bidang-bidang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dapat diteliti,

yang akan diteliti, dan yang harus diteliti sebaiknya ditentukan. Hal ini

bertujuan dapat menentukan teori-teori baru, mengkaji teori yang telah ada,

atau menguatkan teori yang sudah ada sebelumnya.

5. Rekreasi Pendidikan

Seperti halnya butir nomor 4, rekreasi pendidikan bertujuan untuk pembiasaan

anak supaya mampu mengadakan rekreasi fikiran.

F. Pengertian Bermain

Bermain merupakan suatu kegiatan yang biasa dimainkan oleh anak sebagai

alat untuk meluapkan ekspresi dan pelampiasan ketegangan terhadap suatu hal yang

sedang dipikirkan (Ardiansyah,dkk,2014:672). Secara alamiah bermain pada masa

kanak-kanak merupakan suatu aktifitas keseharian sebagai dasar pembelajaran

mengenai diri sendiri dan lingkungannya yang dilakukan secara menyenangkan,

dinamis, aktif dan konstruktif (Perdani,2014:132)

Bermain bagi anak tidak sekedar melakukan permainan, bermain adalah suatu

bentuk kegiatan dalam proses pembelajaran sehingga bermain merupakan salah satu

unsur yang sangat penting pada proses pendidikan (Saputra dkk,2015:289). Menurut

Komariyah (2017:37) Melakukan permainan juga akan meningkatkan perkembangan

kemampuan kognitif ketika anak terlibat dalam kegiatan sosial dan bergabung dalam

permainan tipe pura-pura. Misalnya bermain peran kehidupan sehari-hari, berpura-pura

dalam permainan drama.


16

G. Manfaat Bermain

Manfaat yang didapatkan dalam kegiatan bermain menurut Thobroni, dkk

(2011:43) adalah sebagai berikut :

1. Aspek Fisik

Tubuh yang sehat akan didapatkan setelah melakukan aktifitas bermain karena

saat bermain gerakan-gerakan kecil maupun besar akan dilakukan oleh fisik

seseorang bahkan gerakan yang sebelumnya belum pernah digerakkan. Hal tersebut

akan berdampak pada fisik seseorang yang melakukan aktifitas bermain.

2. Aspek perkembangan motorik kasar dan halus

Anak akan berfikir dan belajar tentang bagaimana cara menyiasati permainan

sehingga secara tidak langsung akan memunculkan kecerdasannya yang akan

berimbas pada keterampilan anak. Anak yang sering melakukan hal tersebut tidak

akan merasa kesulitan ketika menghadapi suatu masalah karena sudah terampil dan

terlatih melalui permainan.

3. Aspek Sosial

Anak belajar interaksi dengan orang lain ketika bermain. Menjalin hubungan

dengan teman sebaya, belajar memberi, mempertahankan hubungan,

menyelesaikan masalah, serta belajar berpisah dengan orang yang biasa

mengasuhnya.

4. Aspek Bahasa

Aspek bahasa diartikan sebagai keterampilan dalam diri anak ketika melakukan

komunikasi verbal dan komunikasi sosial. Komunikasi verbal dari teman bermain
17

akan memberikan kosakata baru yang belum dimiliki seorang anak tanpa disadari.

Sedangkan komunikasi sosial merupakan terbentuknya sifat mudah bergaul

sehingga memiliki banyak teman.

5. Aspek Emosi dan Kepribadian

Rasa percaya diri dan rasa merasa dihargai akan timbul melalui kegiatan

bermain. Anak akan berusaha melepaskan ketegangan yang dialaminya melalui

permainan yang dimainkannya.

H. Permainan dan Permainan tradisional

Permainan merupakan suatu kegiatan dalam aktifitas jasmani yang sering

dimasukan dalam pembelajaran, permainan atau bermain juga mempunyai tugas dan

tujuan yang sama dengan tugas dan tujuan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan

(setiawan dkk,2014:40). Permainan juga mempunyai banyak manfaat sebagai

penunjang perkembangan kecerdasan anak terutama melatih motorik kasar dan motorik

halus yang juga merupakan salah satu hal yang diasah dalam pembelajaran

penjasorkes. Permainan tradisional mempunyai arti tersendiri dalam penanaman sikap,

perilaku, dan keterampilan pada anak-anak (Efendi, 2015:12). Permainan dibedakan

menjadi dua, yakni permainan modern dan permainan tradisional.

Permainan tradisional yang diwariskan turun temurun memiliki faedah yang

tidak sedikit, selain untuk melestarikan budaya juga bermanfaat positif bagi

perkembangan psikologi maupun kreativitas anak (Ilham,2011:20). Permainan

tradisional dapat dimainkan di dalam ruangan ataupun di luar ruangan sesuai tipe

permainan, dalam hal peraturan juga dapat diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan
18

yang memainkan (Perdani,2014:133). Hal serupa juga diungkapkan oleh

(Ardiansyah,2014:672) bahwa permainan tradisional tidak terikat oleh aturan-aturan

resmi dan detail sehingga dapat disesuaikan namun tetap memiliki aspek psikomotor

yang tinggi.

I. Hubungan bermain, olahraga, dan pendidikan jasmani

Pakar pendidikan mulai mempelajari kegiatan bermain dengan tujuannya dalam

pendidikan nasional. Sewaktu mempelajari pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

hubungan antara bermain, olahraga dan pendidikan jasmani haru benar-benar

dipertimbangkan. Ketiganya berbeda namun saling tumpang tindih pada beberapa

aspek (Sukintaka,2004:100).

1. Bermain merupakan suatu aktifitas penting yang biasa dilakukan dengan tujuan

memperoleh kesenangan serta berkaitan dengan pendidikan. Bermain bukan

merupakan aktifitas kompetitif, bukan olahraga, juga bukan pendidikan

jasmani, namun dalam olahraga dan pendidikan jasmani terdapat unsur

bermain.

2. Olahraga atau sport merupakan kegiatan yang terencana. Arti lain juga

menyebutkan bentuk bermain yang bersifat kompetitif yang amat erat kaitannya

dengan pendidikan jasmani. Beberapa orang berpandangan bahwa olahraga

sederhana diartikan sebagai bentuk permainan terorganisasi. Kedekatan ini

membuat kita harus mempertimbangkan bahwa olahraga harus menunjukan

keterlibatan dengan aktifitas yag bersifat kompetitif. Olahraga itu diatas

segalanya dan merupakan aktifitas kompetitif, sebab tanpa kompetisi olahraga


19

hanya akan menjadi aktifitas bermain sederhana atau biasa disebut rekreasi.

Bermain pada waktu tertentu dapat tergolong olahraga, namun olahraga

bukanlah permainan sederhana dengan aspek kompetisi yang membedakan

kedua hal tersebut.

3. Pendidikan jasmani mengandung unsur bermain dan olahraga, tetapi kedua

unsur itu harus seimbang dan tidak boleh terjadi perbandingan antara kedua

unsur yang menyimpang dan membuat salah satu unsur terhalangi. Pendidikan

jasmani merupakan aktifitas fisik dengan tujuan pendidikan. Pendidikan

jasmani dan olahraga berdiri sendiri dengan filsafatnya masing-masing.

J. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar

Anak yang sedang menempuh sekolah dasar masih disebut dengan masa kanak-

kanak. Menurut Sudarmono (2013:176) Masa kanak-kanak adalah masa seorang anak

untuk menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar keterampilan dasar. Usia

yang sebagian besar berada pada rentang usia 6 hingga 12 tahun. Tahapan

perkembangan anak menurut Piaget dalam Djaali (2012:70) terbagi dalam empat tahap

perkembangan :

a. Tahap sensori-motorik, anak berada pada usia 0-2 tahun.

b. Tahap berfikir operasional, anak berada pada usia 2-7 tahun.

c. Berfikir operasional konkret, anak berada pada usia 7-11 tahun.

d. Berfikir operasional formal, anak berada pada usia 11-15 tahun.

Penjelasan teori diatas menyatakan bahwa anak jenjang pendidikan sekolah

dasar secara umum berada pada usia 7-11 tahun. Usia ini masuk dalam tahap berfikir
20

operasional konkret. Anak pada tahap ini sudah bisa menyelesaikan masalah yang

bersifat konkret. Tahap operasional konkret merupakan tahap transisi dari tahap pra

operasional ke tahap operasional formal. Cara berfikir anak pada tahap ini berhubungan

dengan sesuatu yang konkret dan masalah yang abstrak belum dapat terselesaikan.

Terdapat teori yang juga menjelaskan mengenai karakteristik perkembangan

fisik anak usia sekolah dasar (8-12 tahun). Menurut (Meggitt,2013:65) usia ini adalah

periode perkembangan anak melaju dengan cepat. Bagian tulang bertambah panjang

dan meluas secara cepat. Tinggi anak anak bertambah antara 5 hingga 7,5 cm setiap

tahunnya. Anak laki-laki berusia 8 tahun pada umumnya memiliki tinggi yang lebih

dari anak perempuan, namun ketika menginjak usia 12 tahun keadaan akan berbalik.

Otot anak laki-laki maupun perempuan pada periode ini sama-sama mengalami

peningkatan berat. Kurang lebih berat anak akan bertambah 2,5 hingga 3 kilogram

setiap tahunnya. Jaringan lemak anak perempuan akan dipertahankan lebih banyak oleh

tubuh untuk masa pubertas. Dampaknya pada usia ini anak perempuan akan terlihat

lebih berisi daripada anak laki-laki dengan usia yang hampir sama.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan penelitian yang telah dilaksanakan oleh

orang lain dan memiliki beberapa kesamaan sebagai pendukung penelitian ini.

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dalam mendukung penyusunan penelitian

ini yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh oleh Dwi Supriyanto (2012), dengan judul

“Pengembangan Model Modifikasi Permainan Sepakbola untuk Siswa Sekolah


21

Dasar”. Tujuan dari penelitian ini yakni mengembangkan dan menghasilkan

produk baru dengan nama sepakbola holahop dan disesuaikan dengan

karakteristik siswa sekolah dasar supaya efektif dan dapat diterima pada kelas

tersebut. Penelitian ini melewati beberapa tahapan antara lain; mendesain draf

produk awal; validasi ahli; uji coba skala kecil; revisi tahap I; uji coba skala

luas dan revisi tahap II (revisi terakhir). Penelitian ini relevan terhadap

penelitian yang sedang dikembangkan yakni dalam hal sasaran pengembangan

yaitu siswa sekolah dasar. Perbedaan penelitian ini terdapat pada cabang

olahraga yakni sepak bola, sedangkan pada penelitian yang sedang

dikembangkan mengacu pada pengembangan permainan tradisional kucing-

kucingan.

2. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Kusbani (2012), dengan judul

“Pengembangan Model Modifikasi Permainan Bola Tangan dan Basket untuk

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Sekolah

Menengah Kejuruan”. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk

botabas yakni modifikasi gabungan antara permainan bola tangan dengan

menggunakan aturan bola basket yang dikembangkan supaya efektif untuk

diterapkan pada siswa kelas XI di sekolah menengah kejuruan. Penelitian ini

menggunakan beberapa tahapan yang sama antara lain; mendesain draf produk

awal; validasi ahli; uji coba skala kecil; revisi tahap I; uji coba skala luas dan

revisi tahap II (revisi terakhir). Penelitian ini relevan terhadap penelitian yang

sedang dikembangkan khususnya pada jenis olahraga yang sudah ada,

kemudian dikembangkan dengan aturan cabang olahraga lain. Perbedaan


22

penelitian ini terdapat pada sasaran pengembangan yakni siswa kelas XI

sekolah menengah kejuruan, sedangkan pada penelitian yang sedang

dikembangkan ditujukan kepada siswa kelas V sekolah dasar.


23

2.3 Kerangka Pikir

Kerangka pikir yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut :

Pengembangan Modifikasi Permainan Tradisional Catball pada Mata


Pelajaran Penjasorkes Sekolah Dasar

Kondisi Dilapangan : Kondisi Ideal :

1. Pembelajaran penjasorkes kelas 02 1. Pembelajaran penjasorkes


di SDN Ngoran 02 Kabupaten harus bervariasi
Blitar kurang bervariasi 2. Pembelajaran penjasorkes di
2. Pembelajaran penjasorkes fokus ke SD tidak hanya terpaku pada
cabang olahraga cabang olahraga namun
3. Siswa kurang memahami gerak bermain dan permainan
dasar lokomotor dan non 3. Siswa harus memahami jenis
lokomotor dan perbedaan gerak dasar
lokomotor dan non lokomotor

Siswa membutuhkan variasi baru dalam pembelajaran penjasorkes supaya pembelajaran lebih
efektif

Modifikasi Permainan Tradisional Catball

Model Pengembangan ADDIE

Analisis Perencanaan Pengembangan Implementasi Evaluasi

Merancang Mengembang Uji coba Evaluasi di


Analisis desain cara produk lakukan
kan desain
kebutuhan penggunaa akan di uji pada setiap
menjadi
pada n dan tata cobakan tahap, hal ini
produk berupa
pembelajar aturan pada kelas 2 di lakukan
permainan
an produk SDN untuk
catball dan
penjasorke modifikasi Ngoran 02 mengetahui
buku panduan
s permainan Kabupaten kelayakan
penggunaaan
tradisional Blitar produk

Produk Modifikasi Permainan Catball Valid dan Efektif digunakan untuk pembelajaran

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Anda mungkin juga menyukai