Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Pandangan Dimensi Sosial

2. Hakekat Olahraga
Dewi, Damayanti, Ugelta, 2018 (dalam Roy, 2022:2) Mengatakan bahwa
olahraga salah satu kegiatan yang dilakukan untuk memelihara kesehatan. Olahraga
yang secara spesifik dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi pelakunya merupakan
olahraga kesehatan. Olahraga kesehatan juga mewujudkan ciri-ciri 5M dalam
pelaksanaannya yaitu: massal, mudah, meriah, murah, dan manfaat. Olahraga yang
sehat secara bertahap dapat menyesuaikan beban dengan dosis yang tepat, menjaga dan
meningkatkan fungsi fisik peserta.
Secara sederhana olahraga dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun,
dimanapun, tanpa memandang dan membedakan jenis kelamin, suku, ras, dan lain
sebagainya. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur
yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan
kebugaran jasmani. Kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan
olahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan. Olahraga merupakan sebagian
kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena dapat meningkatkan kebugaran
yang diperlukan dalam melakukan tugasnya. Olahraga dapat dimulai sejak usia muda
hingga usia lanjut dan dapat dilakukan setiap hari (Khairuddin,2018:5).
Kesehatan sangat penting bagi manusia, karena tanpa kesehatan yang baik,
setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Semakin
padatnya aktivitas yang dilakukan seseorang menjadikan mengabaikan masalah
berolahraga. Tidak adanya waktu luang karena kesibukan di kantor, di kampus, di
perusahaan, mengakibatkan seseorang tersita waktu kesempatan untuk berolahraga.
Olahraga pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap manusia di dalam kehidupan, agar
kondisi fisik dan kesehatannya tetap terjaga dengan baik. Oleh karena itu, manusia ingin
berusaha menjaga kesehatannya dan salah satu cara agar kesehatan tetap terjaga dengan
baik adalah melalui olahraga (Yudik, 2013:219).
Olahraga yang secara spesifik dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi
pelakunya adalah olahraga kesehatan. Olahraga kesehatan sangat berkaitan langsung
dengan masyarakat, karena pada dasarnya olahraga kesehatan melibatkan masyarakat
secara merata tanpa melihat tingkatan umur, gender, lapisan masyarakat tertentu. Selain
itu, olahraga kesehatan juga mencirikan 5 M dalam pelaksanaannya yaitu: massal,
mudah, meriah, murah, dan manfaat. Olahraga kesehatan mampu memelihara dan
meningkatkan kemampuan fungsional jasmaniah para pesertanya dengan pembebanan
yang dapat diatur secara bertahap dalam dosis yang adekuat (Yudik, 2013:224).
Christina Kwauk, (2011: 285) mengatakan pada dasarnya olahraga adalah
tentang partisipasi. Olahraga menyatukan individu dan komunitas, menyoroti kesamaan
dan menjembatani perbedaan budaya atau etnis. Olahraga menyediakan forum untuk
belajar keterampilan seperti disiplin, kepercayaan diri, dan kepemimpinan dan
mengajarkan prinsip-prinsip inti seperti toleransi, kerja sama, dan rasa hormat. Olahraga
mengajarkan nilai usaha dan bagaimana mengatur kemenangan dan juga kekalahan.
Saat ini aspek positif dari olahraga ditekankan, olahraga menjadi kendaraan yang kuat
yang melaluinya.
Mengacu pada Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 tahun
2005 Bab II pasal 4 menetapakan bahwa keolahragaan nasional bertujuan memelihara
dan meningkatkan kesehatan, kebugaran, prestasi, kualaitas manusia, menanmkan nilai
moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan
kesatuan bangsa, memperkokoh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat,
dan kehormatan bangsa.
Berdasarkan penjelasan menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
olahraga merupakan suatu kegiatan yang bersifat fisik mengandung unsur-unsur
permainan serta memberikan hiburan bagi diri sendiri dengan orang lain yang terkait
dengan interaksi lingkungan atau unsur alam yang terbuka bagi seluruh lapisan
masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kesenangan. Kegiatan olahraga tergantung
bagaimana kita memaknainya, setiap orang memiliki pandanganya masing-masing
mengenai olahraga. Semakin lama olahraga menjadi berkembang dan pandangan
tentang olahraga ikut berkembang pula. Semua itu tergantung seseorang melihat dari
olahraga apa dan dari sudut pandang bagaimana.
Ruang Lingkup Olahraga
Kemudian pada Bab VI pasal 17 menetapkan ruang lingkup olahraga itu sendiri
mencakup tiga pilar, yaitu: olahraga pendidikan, olahraga prestasi, dan olahraga
rekreasi. Ketiga pilar tersebut dibina dengan terstruktur, sistematik, berkelanjutan dan
berjenjang. Dimulai dari pengenalan gerak dari usia dini, penyediaan fasilisas olahraga
untuk umum, mengadakan pembibitan, dan menyelengarakan event-event untuk
berbagai usia. Semua itu dilakukan untuk meningkatkan minat, kualitas dan potensi
olahraga yang ada pada masyarakat. Adapun ruang lingkup dari ketiga pilar olahraga
dapat dijabarkan sebagi berikut:
1) Olahraga Pendidikan
Olahraga pendidikan merupakan pendidikan jasmani dan olahraga yang dilakukan
sebagai proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan yang bertujuan untuk
memberikan pengetahuan,keterampilan, kesehatan, dan meningkatkan kebugaran
jasmani bagi para siswa. Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian proses
pendidikan, dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun non formal,
biasanya dilakukan oleh satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan melalui guru
pendidikan jasmani dengan dibantu oleh tenaga olahraga untuk membimbing
terselenggaranya kegiatan keolahragaan di sekolah. Sedangkan menurut (Whalsen,
2014:89) Pendidikan olahraga merupakan sebuah konsep hasil pengembangan dari
Penjasorkes di mana memiliki tujuan yang lebih spesifik yaitu mengarah kepada
prestasi olahraga dari peserta didik.
Peran penjasorkes di sekolah atau satuan pendidikan sangat penting, hal ini
terkait dari dua hal yakni sisi pendidikan jasmani yang mengarah kepada aspek edukatif
dan sisi olahraga yang mengarah kepada aspek prestasi. Kedua hal ini merupakan hal
yang inheren dalam penjasorkes, karena disitulah ditempanya pribadi peserta didik agar
memiliki jasmaniah dan rohaniah yang sehat, segar, dan sekaligus memungkinkan untuk
prestasi di bidang olahraga pendidikan. Disamping itu, masih ada beberapa dimensi
terpendam pendidikan jasmani yang bisa mengembangkan dan membentuk kemampuan
serta kepribadian setiap individu misalnya sikap, semangat, emosi, kejiwaan dan
sebagainya.
Di Indonesia lebih dikenal dengan nama Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan (Penjasorkes), hal tersebut sesuai dengan yang diamanatkan dalam Standar
Nasional Pendidikan (PP RI No. 19 Tahun 2005 pasal 7 ayat 8). Selanjutnya dijelaskan
bahwa Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan didalamnya terkandung 3 (tiga)
komponen isi yang seharusnya ada, yaitu: Pendidikan Jasmani; Pendidikan Olahraga;
dan Pendidikan Kesehatan.
a) Pendidikan Jasmani
Menurut pendapat Rama Suwardayan (2020: 2) pendidikan jasmani adalah
pendidikan yang mengutamakan kemampuan peningkatan keterampilan motorik,
kekuatan fisik, dan daya nalar. Pendidikan jasmani memiliki peranan yang sangat
penting dalam perkembangan manusia dalam menunjang pertumbuhan dan
perkembangan jasmani, sikap, mental, pengetahuan, dan kepribadian. Peserta didik akan
mendapatkan banyak manfaat dengan melalui pendidikan jasmani antara lain: inovatif,
kreatif, terampil, mempunyai kebugaran yang bagus, dan mempunyai sistem motorik
manusia yang kompeten. Sedangkan menurut Tomi Yuliantoro (2020: 17)
mengemukakan pendapat bahwasanya tujuan dari pendidikan jasmani wajib melingkupi
tujuan dalam bidang psikomotorik, kognitif, dan afektif. Di samping hal itu, pendidikan
jasmani memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam
aneka kegiatan belajar melalui materi-materi jasmani, bermain, dan olahraga yang telah
diberikan secara sistematis dan terencana.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan
suatu pendidikan yang memiliki tujuan dalam bidang ketrampilan motorik, kognitif dan
afektif. Dalam pendidikan jasmani mengandung unsur belajar, bermain dan olahraga
yang telah diberikan secara sistematis. Hal ini dapat menunjang pertumbuhan dan
perkembangan bagi peserta didik.
b) Pendidikan Olahraga
Pendidikan olahraga merupakan sebuah konsep hasil pengembangan dari
Penjasorkes di mana memiliki tujuan yang lebih spesifik yaitu mengarah kepada
prestasi olahraga dari peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Daryl
Siedentop (dalam Whalsen Duli, 2014:89), mengatakan bahwa model pendidikan
olahraga dinilai memiliki tujuan yang lebih ambisius dibanding dengan program
olahraga di dalam pendidikan jasmani. Pendidikan olahraga berusaha mendidik murid
untuk menjadi pemain olahraga yang sebenarnya dan membantu mereka untuk menjadi
olahragawan yang kompeten, pintar dan antusias. Selanjutnya dijelaskan bahwa
olahraga yang kompeten berarti memiliki keterampilan yang memadai untuk
berpartisipasi dalam pertandingan, memahami dan dapat melaksanakan strategi sesuai
dengan kompleksitas permainan dan sebagai pemain yang berpengetahuan. Sedangkan
berdasarkan (Epirits.uny.ac.id), menjelaskan bahwa olahraga pendidikan adalah
olahraga yang mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial peserta didik siswa
atau mahasiswa melalui proses pembelajaran yang dirancang, dilaksanakan dan
dievaluasi dengan baik dan benar dengan tujuan utama untuk mengoptimalkan
kemampuan psikomotor sehat, bugar dan terampil, kognitif cerdas dan afektifnya
berkarakter.
Pendidikan olahraga berusaha mendidik murid untuk menjadi olahragawan yang
kompeten, cerdas dan antusias. Selanjutnya dijelaskan bahwa olahraga yang kompeten
berarti memiliki keterampilan yang memadai untuk berpartisispasi dalam pertandingan,
memahami dan dapat melakasanakan strategi sesuai dengan kompleksitas permainan
dan sebagai pemain yang berpengetahuan. Olahragawan yang cerdas berarti mudah
untuk memahami peraturan, tatacara dan tradisi dalam olahraga serta dapat
membedakan anatara praktek olahraga yang baik dan yang buruk, baik pada anak-anak
maupun olahragawan profesional. Olahragawan yang antusias berarti berpartisipasi dan
berperilaku dalam cara memelihara, melindungi dan mempertinggi budaya olahraga dan
yang paling penting menerapkan sikap sportifitas saat berada di lapangan.
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan olahraga
bertujuan menddik olahragawan agar cerdas, berkompeten, cermat dan terampil dalam
cabang olahraganya masing-masing. Selain itu diharapkan olahragawan dapat
mengoptimalkan bakat yang ada pada diri mereka, tetapi hal itu tidak mengesampingkan
akademik mereka.
c) Pendidikan Kesehatan
Menurut WHO dalam Depkes (2006), mendefinisikan pendidikan kesehatan adalah
proses pemberdayaan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan
mereka mengendalikan determinan-determinan kesehatan sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan mereka. Sedangkan menurut Sugiyanto (2013: 34) menyatakan
bahwa, “pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan kajian yang bersifat multi
disiplin”. Isinya diambil dari banyak bidang ilmu lain kedokteran, kesehatan
masyarakat, kejasmanian, psikologi, biologi dan sosiologi. Lingkup kajiannya pun luas
yang mencakup antara lain hakekat sehat dan penyakit, kegizian, pencegahan cedera,
pertolongan pertama pada kecelakaan, pencegahan penggunaan narkotika dan obat-obat
terlarang, hakekat perilaku dan kebiasaan hidup sehat dan pemeliharaan kesehatan.
Aspek layanan yang termasuk di dalamnya meliputi penanganan kehidupan sekolah
yang sehat melalui pembelajaran pendidikan kesehatan dan diaplikasikan dalam bentuk
organisasi UKS dan PMR.
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap aktivitas kehidupan dimana
kesehatan harus selalu dijaga dan ditingkatkan. Cara termurah untuk menjaga kesehatan
adalah dengan berolahraga. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap aktivitas
kehidupan dimana kesehatan harus selalu dijaga dan ditingkatkan. Untuk menjaga
kesehatan adalah dengan berolahraga dan menjaga pola hidup sehat. Slogan yang
berbunyi “kesehatan merupakan harta yang paling berharga” adalah benar adanya.
Banyak orang yang tidak perduli akan kesehatan bahkan tidak mementingkan kesehatan
untuk dirinya sendiri. Ketidaktahuan akan cara yang benar untuk menjaga kesehatan
menjadi salah satu faktor penyebabnya. Kehidupan sekolah yang terlalu membebankan
kepada tugas-tugas berkombinasi pula dengan kehidupan di rumah yang tidak
menekankan pentingnya hidup sehat akan berdampak buruk pada kesehatan itu sendiri.
Kemajuan teknologi yang semakin tidak terkendali akan memberikan efek yang buruk
jika tidak diimbangi dengan kemawasan diri akan pentingnya hidup sehat sehingga
anak-anak akan terfokus pada kemajuan teknologi dan tidak menyediakan waktu luang
untuk berolahraga. Hal ini dapat menyebabkan kebugaran tubuh anak-anak sekarang
akan cenderung semakin rendah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah
kegiatan atau upaya untuk meningkatkan kesehatan dan memperluas pengetahuan
tentang kesehatan agar terhindar dari penyakit.
2) Olahraga Prestasi
(Jumadin dan Syahputra 2019:12) Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina
dan mengembangkan olahragawan secara khusus dengan cara, terprogram, berjenjang
dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi keolahragaan.
Para atlet yang memiliki potensi untuk dapat ditingkatakan prestasinya akan
dimasukan ke dalam asrama maupun tempat pelatihan khusus agar dapat dibinas lebih
lanjut guna untuk mengembangkan prestasi yang lebih tinggi dengan didukung bantuan
ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan yang lebih modern. Pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keolahragaan adalah peningkatan kualitas maupun kuantitas
pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaedah dan teori ilmu
pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk peningkatan fungsi, manfaat dan
aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi
baru bagi kegiatan keolahragaan.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kristiyanto (2012: 12) yang menyatakan
bahwa, “Dalam lingkup olahraga prestasi, tujuannya adalah untuk menciptakan prestasi
yang setinggi-tingginya. Artinya bahwa berbagai pihak seharusnya berupaya untuk
mensinergikan hal-hal dominan yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi di
bidang olahraga. Berdasarkan (Epirits.uny.ac.id) menjelaskan adapun olahraga prestasi
adalah olahraga yang mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial atlet untuk
mencapai kinerja yang tinggi prestasi tingkat daerah, regional, nasional, maupun
internasional dan dengan demikian akan dapat mengangkat harkat, martabat dan
kehormatan individu, keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Untuk mendapatkan atlet olahraga yang berprestasi, disamping proses latihan
yang terprogram dan terencana dengan menerapkan prinsip-prinsip latihan, juga harus
memperhatikan asupan gizi para atlet, selain itu harus pula di barengi dengan pengadaan
kompetisi-kompetisi secara rutin agar atlet dapat menerapkan teknik dan taktik yang
diperoleh selama pelatihan di arena sesungguhnya dan itu dapat mengasah mental para
atlet itu sendiri dalam menghadapi kompetisi yang sesungguhnya. Semakin banyak jam
terbang atlet dalam suatu kompetisi maka akan semakin berpengalaman pula atlet itu
dalam megnhadapi situasi yang berubah-ubah dalam pertandingan. Pembinaan olahraga
prestasi bertujuan untuk mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang,
dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai yang prestasi yang tinggi dengan
dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Keterbatasan dari pemerintah
menuntut cabang-cabang olahraga lain yang belum menjadi prioritas pendanaan
pemerintah, perlu menggalang dana kolektif dari masyarakat dan swasta. Para
pemerhatiolahraga di Indonesia perlu menyatukan suara guna membangun kejayaan
olahraga. Salah satunya dengan menetapkan sebuah badan yang benar-benar independen
dan hanya berfokus pada pembangunan olahraga di Indonesia serta bebas dari segala
kepentingan politik di dalamnya.
Untuk dapat menggerakan pembinaan olahraga harus diselenggarakan dengan
berbagai cara yang dapat mengikutsertakan atau memberi kesempatan seluas-luasnya
kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga secara aktif,
berkesinambungan, dan penuh kesadaran akan tujuan olahraga yang sebenarnya.
Pembinaan olahraga seperti ini hanya dapat terselenggara apabila ada suatu sistem
pengelolaan keolahragaan nasional yang terencana, terpadu, dan berkesinambungan
dalam semangat kebersamaan dari seluruh lapisan masyarakat. Pembinaan atlet usia
pelajar sering kali tidak terjadi kesinambungan dengan pembinaan cabang olahraga
prioritas.
3) Olahraga Rekreasi
Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan
kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan
nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran dan kegembiraan. Hal ini
sejalan dengan pasal 19 Bab VI UU Nomor 3 Tahun 2005 dinyatakan bahwa “olahraga
rekreasi bertujuan untuk memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani dan kegembiraan,
membangun hubungan sosial dan atau melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya
daerah dan nasional”. Selanjutnya dinyatakan bahwa pemerintah daerah dan masyarakat
berkewajiban menggali, mengembangkan dan memajukan olahraga rekreasi. Dilansir
dari (Eprits.uny.id) menjelaskan bahwa Olahraga rekreasi adalah olahraga yang
mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial pelakunya melalui proses aktivitas
jasmani/pelatihan dengan tujuan utama agar sehat, bugar dan produktivitas, gembira,
membangun hubungan sosial yang positif dengan orang lain, juga dapat melestarikan
budaya dengan kegiatan olahraga tradisional.
Kegiatan rekreasi merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh setiap
manusia. Kegiatan tersebut ada yang diawali dengan mengadakan perjalanan ke suatu
tempat dan sebagainya. Secara psikologi banyak orang yang di lapangan merasa jenuh
dengan adanya beberapa kesibukan dari masalah, sehingga mereka membutuhkan
istirahat dari bekerja, tidur dengan nyaman, bersantai sehabis latihan, keseimbangan
antara pengeluaran dan pendapatan, mempunyai teman bekerja yang baik, kebutuhan
untuk hidup bebas, dan merasa aman dari resiko buruk. Melihat beberapa pernyataan di
atas, maka rekreasi dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan sebagai
pengisi waktu luang untuk satu atau beberapa tujuan, diantaranya untuk kesenangan,
kepuasan, penyegaran sikap dan mental yang dapat memulihkan kekuatan baik fisik
maupun mental.
Menurut Kristiyanto (2012: 6) berpendapat bahwa “olahraga rekreasi terkait erat
dengan aktivitas waktu luang dimana orang bebas dari pekerjaan rutin. Waktu luang
merupakan waktu yang tidak diwajibkan dan terbebas dari berbagai keperluan psikis
dan sosial yang telah menjadi komitmennya”. Kegiatan yang umum dilakukan untuk
rekreasi adalah pariwisata, olahraga, permainan, dan hobi dan kegiatan rekreasi
umumnya dilakukan pada akhir pekan.
Berdasarkan pendapat mengenai olahraga rekreasi dapat disimpulkan bahwa
olahraga rekreasi merupakan suatu olahraga yang memberikan efek bahagia,
memberikan kesenagan, dan dilaksanakan pada waktu luang. kegiatan ini berupa
pariwisata, olahraga, melakukan hobi dan kegiatan lainya.
3. Pengertian Masyarakat
Menurut Setiadi (dalam Tejokusumo, 2014:39) Masyarakat merupakan manusia
yang senantiasa berhubungan (berinteraksi) dengan manusia lain dalam suatu
kelompok. Dalam (Prasetyo dan Irwansah, 2020:164) secara umum pengertian
masyarakat adalah sekumpulan individu-individu atau orang yang hidup bersama,
masyarakat disebut dengan “society” artinya adalah interaksi sosial, perubahan sosial,
dan rasa kebersamaan, berasal dari kata latin socius yang berarti (kawan). Istilah
masyarakat berasal dari kata bahaa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan
berpartisipasi). Mac Iver dan Page (dalam Prasetyo dan Irwansah, 2020:164),
mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu system dari kebiasaan, tata cara, dari
wewenang dan kerja sama antar berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan
tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Masyarakat merupakan suatu bentuk
kehidupan bersama untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan suatu
adat istiadat. Adapun Soerjono Soekanto (1986: 27) mengemukakan bahwa ciri-ciri
kehidupan masyarakat adalah:
1) Manusia yang hidup bersama-sama sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang
individu
2) Bercampur atau bergaul dalam waktu yang cukup lama
3) Menyadari kehidupan mereka merupakan satu kesatuan
4) Merupakan sistem bersama yang menimbulkan kebudayaan sebagai akibat dari
perasaan saling terkait antara satu dengan lainnya.
Sitorus (dalam Tejokusumo, 2014:41), masyarakat merupakan sebuah sistem yang
saling berhubungan antara satu manusia dengan manusia lainnya yang membentuk suatu
kesatuan. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk
memenuhi kebutuhannya, mereka tidak dapat hidup sendiri dalam sebuah masyarakat,
akibatnya timbullah timbal balik atau interaksi antar manusia, dengan kriteriakriteria
sebagai berikut:
1) Harus ada pelaku yang jumlahnya lebih dari satu.
2) Ada komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol.
3) Ada dimensi waktu (lampau, kini, mendatang) yang menentukan sifat aksi yang
sedang berlangsung.
4) Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan
yang diperkirakan pengamat.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan suatu
kumpulan individu yang menetap, memiliki keterkaitan satu sama lain dan
menghasilkan suatu adat istiadat. Masyarakat bersifat sosial sehingga saling
membutuhkan satu sama lain.
4. Kondisi Geografi Gunungkidul
Dikutip dari Bappeda Gunungkidul (Minggu, 17 April 20221) kabupaten
Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta,
dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km atau
sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota
Wonosari terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi
menjadi 18 Kecamatan dan 144 desa. Letak geografi Kab. Gunung Kidul adalah 110O
21' sampai 110O 50' bujur timur, 7O 46' sampai 8O 09' lintang selatan. Batas Wilayah
Kabupaten Gunungkidul meliputi sebelah Barat yakni Kabupaten Bantul dan Sleman
(Propinsi DIY), sebelah utara yakni Kabupaten Klaten dan Sukoharjo (Propinsi Jawa
Tengah), sebelah timur yakni Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah) dan sebelah
Selatan yakni Samudera Hindia.
5. Kondisi Topografis Gunungkidul
Dikutip dari Bappeda Gunungkidul (Minggu, 17 April 20221), Gunugkidul secara
topografis terbagi menjadi 3 zona:
1) Zona Batur Agung atau Bagian Utara dengan ketinggian antara 200-700 meter di
atas permukaan laut. Keadaan berbukit-bukit, terdapat sungai diatas tanah, sumber
mata air yang dapat digali sumur dengan kedalam rata-rata 6-12 meter. Jenis tanah
zona ini adalah Vulkanis Laterit, sedangkan batuan induknya adalah berupa Dasiet
dan Anddesiet. Zona ini meliputi wilayah Patuk, Nglipar, Ngawen, Semin dan
Ponjong Utara.3 Pada Zona bagian Utara ini tumbuh-tumbuhan yang dapat hidup
dengan baik adalah tanaman keras seperti: Jati, Sonokeling, Akasia, Mahoni,
Tanaman buah-buahan, Cengkeh Melinjo serta Padi Gogo dan Palawija.
2) Zona Ledok Wonosari, dengan ketinggian 150-200 meter di atas permukaan laut
yang dikelilingi oleh pegunungan. Keadaannya agak landai dan sedikit
bergelombang. Terdapat sungai di atas tanah serta dapat digali dengan kedalaman
sekitar 5-25 meter. Apabila terjadi kemarau yang panjang daerah ini tidak akan
kekurangan air kerena masih ada sumber mata air. Pada Zona ini meliputi wilayah
Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong Tengah dan Semanu Selatan.4 Pada Zone
Ledok Wonosari ini tumbuh-tumbuhan yang dapat hidup dengan baik antara lain
Padi Sawah atau Padi Gogo, Palawija, Tembakau, Kapuk Randu, Melinjo, Tebu
dan Sayur-sayuran.
3) Zona Pegunungan Seribu atau Zuider Gebergton daerah ini ketinggiannya antara
100-300 meter di atas permukaan laut terletak dibagian selatan. Batuan dasarnya,
batuan kapur yang membentuk bukitbukit kapur (terrerosa). Batuan ini banyak
jumlahnya dengan memanjang dari barat ke timur, bukit-bukit tersebut membentuk
tempurung terbalik. Zona ini tidak ada sungai di atas tanah, karena tanahnya Poreus
hanya di sela-sela bukit terdapat genangan air hujan yang membentuk banyak
telaga yang merupakan sumber air bagi kebutuhan masyarakat sekitar. Telaga-
telaga tersebut menjadi kering bila memasuki musim kemarau panjang, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat mencari air dari Zona Tengah atau
masuk ke gua-gua yang terdapat sungai bawah tanah. Zona di Daerah Pegunungan
Seribu ini, air tanah dalamnya sampai 100 meter atau lebih di bawah permukaan
tanah. Ada beberapa daerah yang dapat ditemui adanya sungai di bawah tanah. Air
sungai ini kadangkadang tersembur ke luar tanah kemudian masuk lagi melalui gua
atau luweng yang akhirnya bermuara di pantai. Daerah ini meliputi wilayah-
wilayah Kecamatan Panggang, Paliyan, Tepus, Rongkop, Semanu Selatan dan
Ponjong Selatan.
6. Klimatologi wilayah Gunungkidul
Dikutip dari Bappeda Gunungkidul (Minggu, 17 April 20221), wilayah Kabupaten
Gunungkidul termasuk daerah beriklim tropis, dengan topografi wilayah yang
didominasi dengan daerah kawasan perbukitan karst. Wilayah selatan didominasi oleh
kawasan perbukitan karst yang banyak terdapat goa goa alam dan juga sungai bawah
tanah yang mengalir. Dengan kondisi tersebut menyebabkan kondisi lahan di kawasan
selatan kurang subur yang berakibat budidaya pertanian di kawasan ini kurang optimal.
Kondisi klimatologi di Kabupaten Gunungkidul DIY menunjukkan curah hujan rata-
rata pada Tahun 2010 sebesar 1.954,43 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata
103 hari/ tahun. Bulan basah 7 bulan, sedangkan bulan kering berkisar 5 bulan. Wilayah
Kabupaten Gunungkidul sebelah utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan
paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan. Wilayah Gunungkidul wilayah
selatan mempunyai awal hujan paling akhir. Suhu udara rata-rata harian 27,7° C, suhu
minimum 23,2°C dan suhu maksimum 32,4°C. Kelembaban nisbi berkisar antara 80 % -
85 %, tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim.
7. Karakteristik Masyarakat Gunungkidul
Damayanti dan ayuningtyas (2008: 91-92), pemukiman desa atau padukuhan-
padukuhan di Gunungkidul umumnya membentuk pola bergelombol dan berdekatan
satu sama lain, selain itu tidak jarang membentuk komunitas tersendiri yang diikat oleh
tata cara dan adat istiadat desa. Unit pemukiman terbagi ke dalam petak-petak tanah
yang merupakan kesatuan rumah tempat tinggal. Unit pemukiman yang lainnya milik
orang lain dibatasi oleh pagar bambu atau tatanan batu memanjang (galengan), tetapi
ada juga ditanami dengan pohon-pohon. Pemukiman di pedesaan biasanya terdapat
jalan-jalan desa di mana rumah penduduk menghadap ke jalan itu. Rumah-rumah di
pedesaan antara satu dengan rumah yang lain jaraknya berdekatan, bahkan kadang-
kadang dalam satu perkarangan terdapat lebih satu rumah tangga terdiri dari kumpulan
beberapa rumah tangga yang menempati rumah panjang membentuk keluarga besar
(Extended Family). Rumah tersebut terdiri dari beberapa keluarga batih yang
hubungannya dekat sekali. Ciri-ciri pemukiman yang rapat itu secara sosiologis akan
membentuk pola prilaku masyarakat, dimana masyarakat tersebut lebih bersifat kolektif
(kebersamaan), gotong royong, dan kekeluargaan. Hal ini bisa dibandingkan dengan
pola pemukiman penduduk pedesaan dimana letaknya berjauhan dan masyarakatnya
lebih bercirikan individualis dengan ikatan-ikatan ekonomis yang bersifat rasional.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat Gunungkidul dapat dilihat dari tata guna
tanah atau penggunaan tanah oleh petani. Penggunaan tanah oleh petani tidak hanya
terbatas pada satu macam tanah saja apabila dilihat dari letak tanahnya. Terdapat tiga
macam tanah yang dapat diusahakan oleh petani yaitu tanah perkarangan, tanah tegalan,
dan tanah lereng bukit atau lereng gunung. Tanah perkarang biasanya ditanami dengan
pohon-pohon seperti pisang, mlinjo, jeruk, kelapa, pepaya, dan tanaman yang lainnya.
Kadangkadang perkarangan juga ditanami dengan ubi-ubian, sayuran, dan juga tanaman
obat-obatan. Bagi petani yang tidak memiliki tanah tegalan tidak jarang mereka juga
memanfaatkan tanah perkarangan untuk menanam tanaman pangan seperti tanah
tegalan.
Hasil dari tanaman perkarang sering kali mempunyai nilai ekonomis yang sangat
besar, dengan kata lain hasil-hasil yang didapat dari hasil panennya dapat
diperdagangkan. Hasil dari perkarangan sebagian besar dipergunakan untuk konsumsi
sendiri, walaupun tidak sedikit yang dijual kepasar desa atau kepada tengkulak kelapa
dan buah-buahan. Para tengkulak setiap musim panen tanaman tertentu datang kedesa-
desa untuk membeli hasil dari tanah perkarangan yang bernilai tinggi bagi petani. Hasil
dari tanaman perkarang ini mampu menambah pendapatan keluarga petani.
Tanah tegalan pada umumnya ditanami jenis tanaman jenis tanaman seperti ubi
kayu, kedelai, jagung, kacang tanah, padi, dan jenis-jenis tanaman kacang-kacangan
lainnya. Pola tanaman tanah tegalan adalah tumpang sari beberapa jenis tanaman
tersebut ditanami pada lahan yang sama. Latar belakang yang mendasari pola tanam
tersebut adalah lahan garapan yang sempit dan kondisi perairan pertanian. Keadaan
seperti itu membuat para petani memikirkan lahan yang sempit untuk dimanfaatkan
secara maksimal.
Para petani itu menginginkan hasil panen dari berbagai jenis tanaman seperti
jagung, ubi kayu, kedelai, dan kacang tanah. Tindakan ini merupakan cara petani di
Gunungkidul untuk mengintensifkan penggunaan tanah. Usaha lain yang dilakukan oleh
para petani adalah dengan cara memanfaatkan waktu sesuai dengan kondisi iklim. Jenis
tanaman yang banyak memerlukan banyak air seperti jagung, padi, kedelai, dan sayur-
sayuran serta ubi kayu di tanam pada awal musim hujan. Tanaman kacang tanah dan
tembakau di tanam pada musim mereng atau kemarau. Keuntungan pola tanaman
tumpang sari adalah mengurangi resiko kegagalan panen baik karena serangan hama
maupun kurangnya curah hujan, selain itu petani dapat memperoleh hasil panen secara
berturut-turut sesuai dengan umur tanaman.
B. Penelitian Yang Relevan

C. Kerangka Berfikir
Olahraga yang secara spesifik dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi pelakunya
merupakan olahraga kesehatan. Olahraga kesehatan juga mewujudkan ciri-ciri 5M
dalam pelaksanaannya yaitu: massal, mudah, meriah, murah, dan manfaat. Olahraga
sendiri dapat meningkatkan imun atau kekebalan tubuh kita, terlebih dimasa pandemi
seperti ini menjadikan tubuh kita terjaga. Penelitian ini untuk mengetahui pandangan
dimensi sosial masyarakat Gunungkidul tentang keolahragaan pada masa pandemi
covid-19.
Penelitian tersebut akan dilaksanakan dengan menggunakan instrumen
penelitian berupa (kuesioner). Hasil dari mengisi kuesioner (angket) akan
diklasifikasikan menurut kategori tertentu sesuai dengan pandangan dimensi sosial
masyarakat Gunungkidul tentang keolahragaan pada masa pandemi covid-19.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami dari bacaan isi penelitian ini, maka
desain penelitian harus dijelaskan secara jelas dan runtut. Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015: 147) berpendapat bahwa
penelitian deskriptif kuantitatif merupakan sebuah pendeskripsian data yang sudah
dikumpulkan sebagai mana adanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pandangan dimensi sosial masyarakat Gunungkidul tentang keolahragaan pada masa
pandemi covid-19. Metode penelitian ini adalah survei dan teknik pengumpulan data
menggunakan angket atau kuesioner.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini berlangsung di wilayah Gunungkidul, yang akan dilaksanakan
pada tanggal 16 April 2022 - selesai.
C. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian
1) Populasi Penelitian
Sugiyono (2015: 61) berpendapat bahwa populasi ialah wilayah generalisasi atas
sebuah obyek atau subyek yang telah mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu,
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga dapat ditarik kesimpulannya.
Adapun populasi dalam penelitian ini yakni 30 Masyarakat Gunungkidul D.I
Yogyakarta.
2) Sampel Penelitian
Priyono, 2016 (dalam Wibowo, 2021: 31) berpendapat bahwa bagian dari populasi
merupakan sesuatu yang akan diteliti. Subyek dalam penelitian tersebut ialah 22 peserta
didik putra peserta ekstrakurikuler bola voli di SMP Negeri 1 Piyungan Bantul
D.I.Yogyakarta. Teknik dalam pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik
penelitian purposive sampling. Lararenjana (2020) menyatakan pendapat bahwa
purposive sampling (juga lebih dikenal sebagai judgement, selective atau subyektif
sampling) ialah teknik pengambilan sampel di mana peneliti mengandalkan
penilaiannya sendiri ketika memilih anggota populasi untuk berpartisipasi dalam
penelitian.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah pandangan dimensi sosial masyarakat
Gunungkidul tentang keolahragaan pada masa pandemi covid-19. Secara definisi
operasional adalah pandangan dimensi sosial masyarakat Gunungkidul tentang
keolahragaan pada masa pandemi covid-19 yang artinya segala sesuatu pandangan
masyarakat gunung kidul cara memandang tentang mengapa orang itu berolahraga
dimasa pandemi covid-19.
Aspek pandangan masyarakat tersebut dijadikan indikator dalam penelitian ini,
karena pandangan masyarakat sangat tampak untuk diteliti yang berkaitan dengan
tentang kegiatan berolahraga dimasa pandemi covid-19.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2015: 236) berpendapat bahwa teknik pengumpulan data
merupakan cara yang ditempuh agar peneliti mendapatkan data supaya datanya
memenuhi validitas, reliabilitas, dan obyektif.
Data yang ingin dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data tentang pandangan
dimensi sosial masyarakat Gunungkidul tentang keolahragaan pada masa pandemi
covid-19. Sehingga, dalam pengumpulan data tersebut digunakan angket atau kuesioner
dan responden diminta memilih jawaban yang tersedia melalui angket yang telah
disediakan atau secara online dengan mengirim link yang tersedia. Jawaban yang telah
dikerjakan oleh responden akan dikumpulkan untuk memperoleh data penelitian,
selanjutnya hasil data tersebut diambil simpulannya.
F. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data adalah instrument yang dipakai oleh peneliti dalam penelitian
ini. Arikunto (2010: 203) berpendapat bahwa instrumen ialah alat atau fasilitas untuk
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih ringan dan
hasilnya lebih baik dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga hasilnya mudah
diolah.
a) Menyusun Konstrak
Definisi konstrak ialah membuat suatu batasan mengenai ubahan atau variabel yang
akan peneliti ukur. Konstrak dalam penelitian ini merupakan variabel yang diukur.
Variabel yang diukur dalam penelitian ini ialah tentang pandangan dimensi sosial
masyarakat Gunungkidul tentang keolahragaan pada masa pandemi covid-19.Pandangan
pada penelitian ini untuk mengetahui pandangan dimensi sosial masyarakat
Gunungkidul tentang keolahraga pada masa pandemi.
b) Menyidik Faktor

Dari ulasan di atas, dapat dijabarkan menjadi beberapa faktor yang dapat diukur.
Faktor tersebut dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyusun instrumen berupa
pertanyaan yang akan diajukan kepada responden. Penelitian ini dibatasi oleh faktor
yang akan diteliti ialah pandangan dimensi sosial masyarakat Gunungkidul.
c) Menyusun Butir-butir Pertanyaan
Setelah menandai faktor yang akan diteliti maka langkah selanjutnya menyusun
butir-butir pertanyaan untuk memberikan deskripsi dan gambaran yang akan disusun
dalam bentuk kisi-kisi pertanyaan
G. Validitas dan Realibitas Instrumen
Pengujian validitas dan reliabilitas yang akan digunakan dalam mengujikan angket atau
kuesioner pada penelitian ‘’ Pandangan Dimensi Sosial Masyarakat Gunungkidul
Tentang Keolahragaan Pada Masa Pandemi Covid-19’’. Untuk mengetahui instrumen
layak atau tidak dengan di uji berikut ini:
a) Validitas
Dalam sebuah penelitian pada umumnya, diperlukan adanya suatu kepastian dalam
penggunaan instrumen. Hasil penelitian dapat dikatakan valid apabila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sebenarnya terjadi pada objek
yang akan diteliti. Sugiyono (2015: 121) menyatakan bahwa instrumen penelitian yang
valid berati alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid dalam
arti bahwa mengukur yang seharusnya diukur. Sedangkan menurut Yusuf, 2014: 234
(dalam Yuliantoro, 2020: 40) validitas yaitu sejauh mana alat ukur benar-benar
mengukur objek yang sebenarnya dalam pelaksanaan pengukuran.
Bila sebuah butir soal sudah dibuat, selanjutnya mengkonsultasikan dengan ahli
(Expert Judgement) atau kalibrasi ahli yang komponen khusus dibidang keahlian.
Setelah dikonsultasikan dan didiskusikan terkait sebuah alat ukurnya yaitu angket atau
kuesioner, sehingga dikatakan layak dan dapat dipakai alat ukurnya dalam penelitian.
Angket atau kuesioner yang telah siap pakai, terlebih dahulu di komunikasikan ke dosen
pembimbing dan selanjutnya divalidasi oleh dosen ahli.
b) Reliabilitas
Reliabilitas berpedoman pada satu pengertian bahwa suatu instrumen penelitian
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
penelitian tersebut sudah baik (Arikunto, 2010: 221). Reliabel ialah dapat dipercaya,
sehingga menghasilkan data yang dapat dipercaya. Sedangkan menurut Yusuf, 2014:
242 (dalam Yuliantoro, 2020: 41) realibilitas yaitu sebuah konsistenan atau keajegan
skor pada suatu alat ukur penelitian kepada orang yang sama dengan waktu yang tidak
sama.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini ialah menggunakan teknik data deskriptif
kuantitatif. Yusuf. 2014: 255 (dalam Yuliantoro 2020: 41) berpendapat bawah analisis
data merupakan sebuah tahapan untuk aktivitas penelitian sebagai penentu ketetapan
dan kevalidan hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai