Anda di halaman 1dari 19

1.

Rangkuman isi dari jurnal 1 :


https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-jasmani/article/view/
14367/13050

SURVEI TINGKAT KEMAJUAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN


KESEHATAN DI SMA, SMK, DAN MA NEGERI SE-KABUPATEN GRESIK

Pengertian Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan memiliki pengertian


yan luas sehingga bila dijelaskan akan sangat beragam penjabarannya. Menurut
Rahayu, (2013: 17) Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk memperoleh kemampuan
individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Pengertian ini tidak hanya
menunjuk pada pengertian tradisional saja yang menganggap bahwa pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan berasal dari aktivitas fisik, tetapi kita harus
mengerti bahwa pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sebagai suatu
proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh. Sedangkan UNESCO yang
tertera dalam International Charte of Physical Education 1974 (dalam Mardiana, dkk,
2008: 1.4) mengemukakan, Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan
seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan
secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka
memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan
kecerdasan, dan pembentukan watak.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Ateng, 1983 (dalam Mardiana, dkk, 2008:
1.4) pendidikan jasmani merupakan bagian integrase dari pendidikan secara
keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan
individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional.

Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

Menurut Kristiyandaru (2010:39) tujuan pendidikan jasmani olahraga, dan kesehatan


sebagai berikut:
a. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai dalam
pendidikan jasmani;
b. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial
dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama;
c. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar
pendidikan jasmani;
d. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin,bertanggung jawab, kerjasama,
percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani, permainan dan
olahraga;
e. Mengembangkan Keterampilan gerak dan keterampilan berbagai macam
permainan dan olahraga seperti; permainan dan olahraga, aktivitas
pengembangan, uji diri/senam, aktivitas ritmik, akuatik, dan pendidikan luar
kelas (outdoor education);
f. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai
aktivitas jasmani dan olahraga;
g. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang
lain;
h. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk
mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.
i. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat kreatif.
Berdasarkan pendapat di atas, tujuan dari pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan yaitu untuk, membentuk karakter yang kuat, mengembangkan
keterampilan gerak seseorang, menumbuhkan kemampuan berfikir secara kritis,
mengembangkan sikap sportifitas, serta pola hidup yang sehat.
Fungsi pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan berkaitan dengan
meningkatkan fungsi tubuh, mengembangkan kemampuan keterampilan dan
pengetahuan, meningkatkan kemampuan koordinasi gerakan tubuh, menyesuaikan
diri dengan orang lain di kehidupan sehari- hari, serta mengembangkan respon yang
positif.

Sarana dan Prasarana Olahraga


Sarana dan prasarana olahraga merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan satu
sama lain dalam hal pendidikan. Dimana antara keduanya terdapat suatu
keterkaitan yang sama. Sarana adalah sesuatu yang dapat digunakan dan
dimanfatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani.
Sedangkan prasarana adalah sesuatu yang mempermudah ataumemperlancar tugas
dan memiliki sifa yang relative permanen (Soepartono, 2000: 5-6).
Berdasarkan pengertian sarana olahraga di atas, sarana dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu:
a. Peralatan (apparatus), ialah sesuatu yang digunakan, contoh: peti loncat, palang
tunggal, palang sejajar, gelang-gelang, kuda-kuda, dan lain- lain.
b. Perlengkapan (device), yaitu:
1) Sesuatu yang melengkapi kebutuhan prasarana, misalnya: net, bendera untuk
tanda, garis batas, dan lain-lain.
2) Sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki,
misalnya: bola, raket, pemukul, dan lain-lain.

(Junaedi & Wisnu, 2016)Abduljabar, B. (2011). Pengertian pendidikan jasmani. Ilmu


Pendidikan, 1991, 36.
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196509091991021-
BAMBANG_ABDULJABAR/Pengertian_Penjas.pdf
Bangun, S. Y. (2016). Peran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Pada Lembaga
Pendidikandi Indonesia. Publikasi Pendidikan, 6(3).
https://doi.org/10.26858/publikan.v6i3.2270
Junaedi, A., & Wisnu, H. (2016). Survei Tingkat Kemajuan Pendidikan Jasmani,
Olahraga, Dan Kesehatan Di Sma, Smk, Dan Ma Negeri Se-Kabupaten Gresik.
Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, 3(3), 834–842.
Rohman, U. (2016). TINJAUAN ALTERNATIF KONSEP MODEL PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) DI SEKOLAH.
Buana Pendidikan: Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 12(22), 111–
118.
Rukmana, A. (2011). Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. JURNAL,
Pendidikan Dasar, 9(1), 4.

2. Rangkuman isi dari jurnal 2 :


http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_9-April
2008/Pembelajaran_Pendidikan_Jasmani_di_Sekolah_Dasar.pdf

Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

Hakikat dan karakteristik pendidikan jasmani, pendidikan olahraga dan


pedidikan kesehatan
Hakikat Pendidikan Jasmani
Tugas yang paling utama dalam menyelenggarakan pendidikan jasmani adalah
bagaimana membantu para siswa untuk dapat menjalani proses pertumbuhan
dan perkembangan secara optimal baik secara fisik, motorik, mental dan sosial.
Belajar, seperti ditulis Rusli Lutan (2001: 7) adalah “perubahan perilaku sebagai
hasil dari pengalaman, bukan karena pengaruh faktor keturunan atau
kematangan.”
Perubahan perilaku yang diharapkan dari belajar bersifat melekat secara
permanen. Proses belajar itu sendiri tidak dapat diamati secara langsung.
Namun demikian keterlaksanaannya hanya dapat ditafsirkan berdasarkan
perilaku nyata yang diamati.
Perubahan-perubahan perilaku akan terjadi melalui proses mengajar yang
disengaja, yang kebetulan, tidak disengaja, bahkan mungkin karena seseorang
melakukan kesalahan-kesalahan belajar.
Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dan merupakan alat pendidikan
banyak didefinisikan dengan berbagai macam tekanan. Baik pada proses
maupun tujuannya. Salah satunya dikutip Rusli Lutan sebagai berikut
“pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktifitas
jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik,
neuromuscular, intelektual, dan emosional.” Pada hakekatnya ; “pendidikan jasmani
adalah sebagai proses pendidikan via gerak insani (human movement) yang
dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk mencapai tujuan
pendidikan” (Rusli Lutan : 7:1995-1996).
Selaras dengan upaya untuk mencapai tujuan pendidikan maka dalam
pendidikan jasmani bukan saja dikembangkan dan dibangkitkan potensi individu
tetapi juga ada unsur pendidikan yang dikembangkan meliputi aspek kemampuan
fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral spiritual yang berorientasi kepada
life skill. Sasaran pendidikan jasmani adalah peningkatan kebugaran jasmani dan
keterampilan gerak dasar yang kaya dengan koordinasi otot-otot saraf yang halus
yang akan bermanfat bagi kelangsungan hidup sehari-hari dan menjadi pondasi
yang kuat untuk suatu cabang olahraga. Kalaupun kita jumpai terdapat adegan-
adegan tugas yang memerlukan ketangkasan dan bahkan prestasi, namun
demikian prestasi optimal, rekor, juara, tidak menjadi gol setting dalam pendidikan
jasmani.
Pembinaan nalar anak melalui pemecahan masalah menjadi sangat penting
untuk meningkatkan pencapaian domain kognitif dan afektif yang selama ini
kurang

Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani


Kurikulum yang diberlakukan saat ini masih menggunakan dua kurikulum
yaitu kurikulum 2004 (kurikulum berbasis kompetensi) dan kurikulum yang
berorientasi KTSP. Ruang lingkup pembelajaran meliputi tiga aspek terstruktur
dalam kurikulum yang tersebar mulai kelas satu sampai kelas enam, yang meliputi :
a. Pendidikan Jasmani
Pendidikan gerak yang bertujuan mengmbangkan potensi- potensi aktifitas
anak secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional.
b. Pendidikan Olahraga
Pendidikan gerak yang bertujuan mengembangkan kemampuan gerak dasar
cabang-cabang olahraga.
c. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan yang membentuk dan mengembangkan pengetahuan serta
pandangan hidup sehat, serta dapat menerapkan prilaku hidup sehat dalam
kehidupan sehari- hari.
Pendekatan dan gaya mengajar
Pendekatan belajar sebagai upaya efesiensi proses yang akanmenjembatani
antara tujuan dengan hasil belajar. Tujuan belajar pendidikan jasmani seperti
dikemukakan oleh Bucher dalam Adang Suherman (1998: 4) sebagai berikut :
1. Perkembangan fisik.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang
melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang
(physical fitness);
2. Perkembangan gerak.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif,
efesien, halus, indah, sempurna (skill full)
3. Perkembangan mental.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterprestasikan
keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya.
4. Perkembangan sosial.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri
pada suatu kelompok atau masyarakat.

(Rukmana, 2011)Abduljabar, B. (2011). Pengertian pendidikan jasmani. Ilmu Pendidikan,


1991, 36.
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196509091991021-
BAMBANG_ABDULJABAR/Pengertian_Penjas.pdf
Bangun, S. Y. (2016). Peran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Pada Lembaga
Pendidikandi Indonesia. Publikasi Pendidikan, 6(3).
https://doi.org/10.26858/publikan.v6i3.2270
Junaedi, A., & Wisnu, H. (2016). Survei Tingkat Kemajuan Pendidikan Jasmani,
Olahraga, Dan Kesehatan Di Sma, Smk, Dan Ma Negeri Se-Kabupaten Gresik.
Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, 3(3), 834–842.
Rohman, U. (2016). TINJAUAN ALTERNATIF KONSEP MODEL PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) DI SEKOLAH.
Buana Pendidikan: Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 12(22), 111–
118.
Rukmana, A. (2011). Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. JURNAL,
Pendidikan Dasar, 9(1), 4.

3. Rangkuman isi dari jurnal 3:


http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196509091991021-
BAMBANG_ABDULJABAR/PengertianPenjas.pdf

Pengertian Pendidikan Jasmani

Siedentop (1991), seorang pakar pendidikan jasmani dari Amerika Serikat,


mengatakan bahwa dewasa ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai
model “pendidikan melalui aktivitas jasmani”, yang berkembang sebagai akibat dari
merebaknya telaahan pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 ini dan menekankan
pada kebugaran jasmani, penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan
sosial. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa: "pendidikan jasmani adalah pendidikan
dari, tentang, dan melalui aktivitas jasmani". Menurut Jesse Feiring Williams (1999;
dalam Freeman, 2001), pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani
manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan. Pengertian ini didukung oleh adanya pemahaman bahwa: „Manakalah
pikiran (mental) dan tubuh disebut sebagai dua unsur yang terpisah, pendidikan,
pendidikan jasmani yang menekankan pendidikan fisikal... melalui pemahaman sisi
kealamiahan fitrah manusia ketika sisi keutuhan individu adalah suatu fakta yang tidak
dapat dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal.
Pemahaman ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan respon
emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental, intelektual,
emosional, dan estetika.’
Pendidikan melalui fisikal maksudnya adalah pendidikan melalui aktivitas
fisikal (aktivitas jasmani), tujuannya mencakup semua aspek perkembangan
kependidikan, termasuk pertumbuhan mental, sosial siswa. Manakala tubuh sedang
ditingkatkan secara fisik, pikiran (mental) harus dibelajarkan dan dikembangkan, dan
selain itu perlu pula berdampak pada perkembangan sosial, seperti belajar bekerjasama
dengan siswa lain. Rink (1985) juga mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai
"pendidikan melalui fisikal", seperti: ‘Kontribusi unik pendidikan jasmani terhadap
pendidikan secara umum adalah perkembangan tubuh yang menyeluruh melalui
aktivitas jasmani. Ketika aktivitas jasmani ini dipandu oleh para guru yang kompeten,
maka basil berupa perkembangan utuh insani menyertai perkembangan fisikal-nya.
Hal ini hanya dapat dicapai ketika aktivitas jasmani menjadi budaya dan kebiasaan
jasmani atau pelatihan jasmani.
Hubungan Pendidikan Jasmani, Play (bermain) dan Sport Merumuskan pengertian
pendidikan jasmani harus mempertimbangkan dalam hubungan-nya dengan bermain
(play) dan olahraga (sport). Berbagai studi di negara maju telah menelusuri dan
mengembangkan konsep bermain dan implikasinya bagi kesejahteraan-total manusia.
Demikian juga dengan studi tentang pendidikan jasmani dan olahraga, tetapi
sesungguhnya ketiga istilah itu memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Bermain
adalah aktivitas yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, keriangan, atau
kebahagiaan.
Dalam budaya Amerika bermain adalah aktivitas jasmani non-kompetetif,
meskipun bermain tidak harus berbentuk aktivitas jasmani. Bermain, seyogyanya
bukanlah pendidikan jasmani atau olahraga. Tetapi sayang, kegiatan aktivitas jasmani
anak-anak di masa lalu, seperti: eggrang, bakiak, gobag sodor, atau gebuk bantal
dikategorikan sebagai olahraga tradisional dari bentuk permainan, maka tidak jelas
perbedaannya dengan kegiatan olahraga secara umum. Penulis menyadari, secara tidak
sengaja telah terjadi keragaman makna olahraga seharusnya dikategorikan sesuai
dengan tujuannya, namun demikian sangat memungkinkan terjadinya kerancuan
dalam pemaknaan hakiki olahraga. Kerancuan ini terjadi pada pemaknaan konsep
bermain dengan konsep olahraga tradisional. Karena itu, disarankan olahraga
tradisional tetap saja sebagai kegiatan permainan, dan bukan mengarah pada makna
kompetisi atau olahraga. Sport, jika diartikan sebagai olahraga (ingat: olahraga bisa
bermakna ganda, olahraga dalam Bahasa Indonesia, yang berarti membina raga,
mengembangkan tubuh agar sehat, kuat, dan atau produktif; dan olahraga dalam
pemaknaan konsep sport). Sport dalam sistem budaya Amerika adalah bentuk aktivitas
bermain yang diorganisir dan bersifat kompetetif. Coakley (2001), menyatakan bahwa
olahraga memiliki tiga indikator, yaitu: 1) sebagai bentuk keterampilan tingkat tinggi;
2) dimotivasi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik motivasi; dan 3) ada lembaga yang
mengatur dan mengelolanya.
Sport dalam budaya Amerika tidak sama dengan olahraga dalam budaya
Indonesia. Karena itu pula, olahraga bukanlah sport. Sebagai contoh: cobalah
bandingkan ketika:
sepuluh orang anak bermain sepakbola di suatu halaman serambi swalayan,
masing-masing berusaha memasukan bola kegawang lawan, dengan b) sebelas orang
pemain PERSIB bertanding sepakbola melawan sebelas orang pemain PERSIJA.
Manakah yang disebut olahraga? Dan manapula yang disebut sebagai kegiatan
bermain?. Lebih lanjut, olahraga dalam konteks sport adalah keterampilan yang
diformalkan kedalam beberapa tingkatan dan dikendalikan oleh aturan atau peraturan
yang telah disepakati. Meskipun peraturan tersebut tertulis atau tidak tertulis, tetapi
diakui sebagai rujukan bersama dan tidak bisa diubah ketika sedang melakukan
olahraga tersebut. Olahraga tidak dapat diartikan terpisah dari ciri kompetitif-nya.
Ketika olahraga kehilangan ciri kompetitifnya, maka aktivitas jasmani itu menjadi
bentuk permainan atau rekreasi. Bermain dapat berubah menjadi olahraga, sementara
olahraga tidak akan pernah menjadi bentuk bermain; unsur kompetitif menjadi aspek
penting pada kegiatan olahraga sebagai sport. Pendidikan jasmani memiliki ciri
bermain dan olahraga, tetapi secara eksklusif bukanlah suatu kombinasi yang setara
diantara istilah bermain dan olahraga. Seperti sudah dikemukakan pada bagian awal
tulisan ini, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang diarahkan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik dan juga
aktivitas pendidikan, tetapi baik itu kegiatan bermain atau olahraga (sebagai sport),
keduanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan proses kependidikan, hampir selalu
pengalaman aktivitas jasmani dapat dimanfaatkan untuk pencapaian kepentingan
pendidikan. Bermain, olahraga (sport) dan pendidikan jasmani mengandung unsur
"gerak insani". Ketiganya dapat dimanfaatkan untuk proses kependidikan. Bermain
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan relaksasi dan hiburan, tanpa ada dampak pada
tujuan pendidikan, seperti juga olahraga muncul bukan diarahkan untuk kepentingan-
kepentingan pendidikan. Sebagai contoh: beberapa atlet profesional (dalam beberapa
cabang olahraga) tidak menunjukkan adanya ciri-ciri kependidikan. Sedangkan, ada
pula beberapa ahli kependidikan jasmani belum menerapkan olahraga sebagai ciri
kehidupannya. Keriangan dan pendidikan bukanlah sesuatu yang bermakna eksklusif,
tetapi semua itu dapat dan harus muncul bersama-sama.
Beragamnya makna olahraga oleh masyarakat menandakan bahwa olahraga
memiliki sejuta makna yang dapat diterjemahkan menurut selera dan wawasan
pengetahuan masyarakat itu sendiri. Makna yang sangat sederhana adalah aktivitas
jasmani. Namun terkadang juga diterjemahkan sebagai bentuk "prestasi" dari
penampilan keterampilan tingkat tinggi. Makna olahraga bercampur antara olahraga
sebagai aktivitas jasmani, bermain, atau gerak badan, sampai dengan makna olahraga
sebagai bentuk "prestasi" tingkat tinggi. Sistem budaya dan kepercayaan kemudian
menentukan bahwa olahraga di masyarakat terbagi ke dalam olahraga pendidikan,
olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Selain itu juga dikenal olahraga kesehatan,
olahraga rehabilitiasi, dan olahraga tradisional. Hal ini terjadi ditunjang pula oleh nilai-
nilai atau keyakinan yang diperoleh, untuk kemudian dikelompokkan berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai dari keterlibatan masyarakat dalam kegiatan olahraga.

(Abduljabar, 2011)Abduljabar, B. (2011). Pengertian pendidikan jasmani. Ilmu


Pendidikan, 1991, 36.
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196509091991021-
BAMBANG_ABDULJABAR/Pengertian_Penjas.pdf
Bangun, S. Y. (2016). Peran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Pada Lembaga
Pendidikandi Indonesia. Publikasi Pendidikan, 6(3).
https://doi.org/10.26858/publikan.v6i3.2270
Junaedi, A., & Wisnu, H. (2016). Survei Tingkat Kemajuan Pendidikan Jasmani,
Olahraga, Dan Kesehatan Di Sma, Smk, Dan Ma Negeri Se-Kabupaten Gresik.
Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, 3(3), 834–842.
Rohman, U. (2016). TINJAUAN ALTERNATIF KONSEP MODEL PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) DI SEKOLAH.
Buana Pendidikan: Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 12(22), 111–
118.
Rukmana, A. (2011). Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. JURNAL,
Pendidikan Dasar, 9(1), 4.
Abduljabar, B. (2011). Pengertian pendidikan jasmani. Ilmu Pendidikan, 1991, 36.
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196509091991021-
BAMBANG_ABDULJABAR/Pengertian_Penjas.pdf
Bangun, S. Y. (2016). Peran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Pada Lembaga
Pendidikandi Indonesia. Publikasi Pendidikan, 6(3).
https://doi.org/10.26858/publikan.v6i3.2270
Junaedi, A., & Wisnu, H. (2016). Survei Tingkat Kemajuan Pendidikan Jasmani,
Olahraga, Dan Kesehatan Di Sma, Smk, Dan Ma Negeri Se-Kabupaten Gresik.
Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, 3(3), 834–842.
Rohman, U. (2016). TINJAUAN ALTERNATIF KONSEP MODEL PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) DI SEKOLAH.
Buana Pendidikan: Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 12(22), 111–
118.
Rukmana, A. (2011). Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. JURNAL,
Pendidikan Dasar, 9(1), 4.
4. Rangkuman isi dari jurnal 4:
https://ojs.unm.ac.id/pubpend/article/view/2270/1167

PERAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA PADA LEMBAGA


PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pendidikan jasmani di Indonesia memiliki tujuan kepada keselarasan antara


tubuhnya badan dan perkembangan jiwa, dan merupakan suatu usaha untuk
membuat bangsa Indonesia yang sehat lahir dan batin, diberikan kepada segala jenis
sekolah. (UU No. 4 tahun 1950, tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di
sekolah bab IV pasal 9).
Pendidikan jasmani mempunyai tujuan pendidikan sebagai:
1) perkembangan organ- organ tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran
jasmani,
2) perkembangan neuro muscular,
3) perkembangan mental emosional,
4) perkembangan sosial dan
5) perkembangan intelektual. Pendidikan Jasmani

Hakekat Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan keseluruhan karena pendidikan jasmani menggunakan aktivitas jasmani
sebagai pokok dari proses pembelajaran. Secara psikologis pendidikan yang
menggunakan fisik sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan peserta didik,
dengan demikian belajar pendidikan jasmani sangat penting. Belajar sebagai proses
yang aktif, learning by doing. Belajar dengan jalan melakukannya. Tidak ada belajar
tanpa aktivitas, baik aktivitas fisik maupun mental.
Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan secara total yang
berkontribusi pada perkembangan individual melalui media alamiah aktivitas
jasmani gerak insani. Pendidikan jasmani adalah urutan pengalaman belajar yang
direncanakan secara seksama, dirancang untuk memenuhi perkembangan dan
pertumbuhan, dan kebutuhan perilaku setiap siswa. Tujuan yang ingin dicapai
bersifat menyeluruh dan memerlukan waktu jangka panjang, maka dapat
dirumuskan kedalam beberapa tujuan jangka pendek, dengan tidak melupakan
tujuan hakiki yang ingin dicapai.

Hakekat Olahraga
Olahraga merupakan aktivitas yang sangat penting untuk mempertahankan kebugaran
seseorang. Olah raga juga merupakan salah satu metode penting untuk mereduksi
stress. Cara Pedia menyampaikan media on line olah raga juga merupakan suatu
perilaku aktif yang menggiatkan metabolisme dan mempengaruhi fungsi kelenjar di
dalam tubuh untuk memproduksi sistem kekebalan tubuh dalam upaya
mempertahankan tubuh dari gangguan penyakit serta stress. Oleh karena itu, sangat
dianjurkan kepada setiap orang untuk melakukan kegiatan olahraga secara rutin dan
tersetruktur dengan baik. Yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan
kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan
(athletic games di Amerika Serikat).
Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan
oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam
Webster’s New Collegiate Dictonary (1980). Untuk penjelasan pengertian olahraga
menurut Edward (1973) olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport.
Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain; (a) Terpisah dari rutinitas,
(b) Bebas, (c) Tidak produktif, (d) Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang
lingkup pada games mempunyai karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan
oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport;
permainan yang dilembagakan.
Menurut Cholik Mutohir (On Line) olah raga adalah proses sistematik yang berupa
segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina
potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota
masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak

Pendidikan Jasmani dan Olahraga


Kata olahraga atau sport menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin abad
pertengahan “disportare” yang berarti bersenang-senang, berpoya-poya, kemudian
diketemukan kembali dalam kata Perancis kuno “desport” yang artinya juga
bersenang- senang, berpoya-poya, atau mengabiskan waktu. Jadi sport bukan berasal
dari bahasa Inggris, meskipun kebanyakan bangsa-bangsa banyak mengimpornya
dari Inggris. Sport tidak sama dengan permainan (game), dapat dikatakan permainan
lebih luas dari sport. Yang jelas sport mempunya ciri permainan (Harsuki, 1982).
Unsur kompetisi telah dikenal sebagai ciri lain yang sangat menonjol dalam sport.
Istilah permainan atau game sekarang sudah menjadi umum dipakai untuk pekan
olahraga atau pesta olahraga seperti “Olympic Game”, asian Game”.
Telah disadari bahwa dalam istilah atau pengertian olahraga di Indonesia telah
mencakup pengertian “sport” dan physical education atau pendidikan jasmani. Telah
banyak definisi olahraga yang meliputi pengertian “sport” dan “physical education”
dicoba untuk dikemukakan. Masalahnya apakah definisi tersebut sudah memadai
untuk mencakup kedua pengertian sport dan pendidikan jasmani. Beberapa pendapat
tentang definisi olahraga sebagai berikut: (1) KONI. Olahraga merupakan kebutuhan
manusia yang bersumber atas kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan salah
satu aspek dan unsur yang berpengaruh dalam pembangunan (2) KEPRES No. 131.
tahun 1962 adalah: Segala kegiatan/usaha untuk mendorong, membangkitkan,
mengembangkan dan membina kekuatan-kekuatan jasmani maupun rohaniah pada
setiap manusia. (3) Dit. Jen PLSPO. Olahraga adalah suatu bentuk pendidikan individu
dan masyarakat yang memanfaatkan kapasitas fisik manusia yang dilakukan secara
sadar, sistematis dan terarah menuju kualitas hidup yang lebih tinggi.

(Bangun, 2016)Abduljabar, B. (2011). Pengertian pendidikan jasmani. Ilmu Pendidikan,


1991, 36.
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196509091991021-
BAMBANG_ABDULJABAR/Pengertian_Penjas.pdf
Bangun, S. Y. (2016). Peran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Pada Lembaga
Pendidikandi Indonesia. Publikasi Pendidikan, 6(3).
https://doi.org/10.26858/publikan.v6i3.2270
Junaedi, A., & Wisnu, H. (2016). Survei Tingkat Kemajuan Pendidikan Jasmani,
Olahraga, Dan Kesehatan Di Sma, Smk, Dan Ma Negeri Se-Kabupaten Gresik.
Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, 3(3), 834–842.
Rohman, U. (2016). TINJAUAN ALTERNATIF KONSEP MODEL PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) DI SEKOLAH.
Buana Pendidikan: Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 12(22), 111–
118.
Rukmana, A. (2011). Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. JURNAL,
Pendidikan Dasar, 9(1), 4.
Rangkuman isi dari jurnal 5:
http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/jurnal_buana_pendidikan/article/download/
622/449

TINJAUAN ALTERNATIF
KONSEP MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN
KESEHATAN (PJOK) DI SEKOLAH

 Pengertian Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sering


dikaburkan dengan konsep lain. Konsep ini menyamakan PJOK dengan setiap usaha
atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body
building), kesegaran jasmani (physical fitness), aktivitas fisik (physical activities), dan
pengembangan keterampilan (skill development).
PJOK merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Ia merupakan salah satu dari
subsistem-subsistem pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan
melalui gerakan fisik dan mempunyai peran yang berarti dalam mengembangkan
kualitas manusia Indonesia. Sebagaimana ditetapkan UU RI Nomor: II tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa, “Tujuan pendidikan jasmani adalah
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.” Yang dimaksud manusia Indonesia
seutuhnya diantaranya adalah manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
kesehatan jasmani, dan rokhani serta rasa tanggungjawab.
Salah satu pengertian pendidikan jasmani adalah definisi yang dirumuskan pada
Lokakarya Nasional Tentang Pembangunan Olahraga yang menyatakan bahwa:
“Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan
atau anggotamasyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistimatik melalui berbagai
kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan, dan kesegaran
jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta
kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berkualitas berdasarkan Pancasila.”

 Kondisi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan


Kualitas guru PJOK yang ada pada sekolah pada umumnya kurang memadai, mereka
kurang mampu dalam melaksanakan profesinya secara kompeten, tahap PJOK belum
berhasil mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak secara menyeluruh baik
fisik, mental, maupun inteletual. Hal ini benar mengingat masih banyak guru PJOK
terutama di sekolah dasar adalah bukan guru khusus yang secara formal mempunyai
kompetensi dan pengalaman dalam bidang pendidikan jasmani. Mereka kebanyakan
guru kelas yang harus mampu mengajar berbagai mata pelajaran yang salah satunya
adalah mata pelajaran PJOK
Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru PJOK dalam praktek cenderung tradisional.
Model metode praktek dipusatkan pada guru (teacher centered) dimana para peserta
didik melakukan latihan fisik berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru,
latihanlatihan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh peserta didik sesuai dengan
inisiatif sendiri (studen centered).

 Model Pengajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan


Dari beberapa literatur diperoleh gambaran tentang berbagai model pengajaran
pendidikan jasmani. Beberapa tahun terakhir ini telah dikembangkan berbagai model
pengajaran PJOK dan diterapkan dengan berhasil dilapangan. Beberapa model
pengajaran PJOK tersebut dikemukakan Siedentop, Herkowitz, dan Judith (2004)
sebagai berikut:
1. Pengajaran langsung/perintah (direct instruction)
2. Pengajaran tugas/pos (task /station teaching)
3. Pengajaran kelompok (reciprocal/group teaching)
4. Pengajaran sistem kontrak (contracting)
5. Pengajaran individual (mastery teaching)
6. Manajemen kontigensi (contingensi management)

Mosston (2006) mengklasifikasi model pengajaran adalah sebagai berikut:


1. Model komando (commad styles)
2. Pengajaran tugas (task teaching)
3. Pengajaran berpasangan (reciprocal teaching)
4. Pengajaran individual (individual program)
5. Penemuan terbimbing (guided discovery)
6. Pemecahan masalah (problem solving)

(Rohman, 2016)Abduljabar, B. (2011). Pengertian pendidikan jasmani. Ilmu Pendidikan,


1991, 36.
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196509091991021-
BAMBANG_ABDULJABAR/Pengertian_Penjas.pdf
Bangun, S. Y. (2016). Peran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Pada Lembaga
Pendidikandi Indonesia. Publikasi Pendidikan, 6(3).
https://doi.org/10.26858/publikan.v6i3.2270
Junaedi, A., & Wisnu, H. (2016). Survei Tingkat Kemajuan Pendidikan Jasmani,
Olahraga, Dan Kesehatan Di Sma, Smk, Dan Ma Negeri Se-Kabupaten Gresik.
Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, 3(3), 834–842.
Rohman, U. (2016). TINJAUAN ALTERNATIF KONSEP MODEL PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) DI SEKOLAH.
Buana Pendidikan: Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 12(22), 111–
118.
Rukmana, A. (2011). Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. JURNAL,
Pendidikan Dasar, 9(1), 4.

KESIMPULAN ISI DARI 5 JURNAL


A. Pengertian Pendidikan Jasmani

Kata olahraga atau sport menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin abad pertengahan
“disportare” yang berarti bersenang-senang, berpoya-poya, kemudian diketemukan kembali
dalam kata Perancis kuno “desport” yang artinya juga bersenang- senang, berpoya-poya, atau
mengabiskan waktu. Jadi sport bukan berasal dari bahasa Inggris, meskipun kebanyakan
bangsa-bangsa banyak mengimpornya dari Inggris. Sport tidak sama dengan permainan
(game), dapat dikatakan permainan lebih luas dari sport. Yang jelas sport mempunya ciri
permainan (Harsuki, 1982). Unsur kompetisi telah dikenal sebagai ciri lain yang sangat
menonjol dalam sport. Istilah permainan atau game sekarang sudah menjadi umum dipakai
untuk pekan olahraga atau pesta olahraga seperti “Olympic Game”, asian Game”.
Telah disadari bahwa dalam istilah atau pengertian olahraga di Indonesia telah
mencakup pengertian “sport” dan physical education atau pendidikan jasmani. Telah banyak
definisi olahraga yang meliputi pengertian “sport” dan “physical education” dicoba untuk
dikemukakan. Masalahnya apakah definisi tersebut sudah memadai untuk mencakup kedua
pengertian sport dan pendidikan jasmani. Beberapa pendapat tentang definisi olahraga sebagai
berikut: (1) KONI. Olahraga merupakan kebutuhan manusia yang bersumber atas kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan salah satu aspek dan unsur yang berpengaruh dalam
pembangunan (2) KEPRES No. 131. tahun 1962 adalah: Segala kegiatan/usaha untuk
mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan-kekuatan jasmani
maupun rohaniah pada setiap manusia. (3) Dit. Jen PLSPO. Olahraga adalah suatu bentuk
pendidikan individu dan masyarakat yang memanfaatkan kapasitas fisik manusia yang
dilakukan secara sadar, sistematis dan terarah menuju kualitas hidup yang lebih tinggi.
Adapun kesimpulan di atas menenai pendidikan jasmani merupakan suatu bagian
integral dari sebuah lembaga pendidikan secara total yang berkontribusi pada perkembangan
setiap individual yang melalui alat atau media alamiah aktivitas gerak tubuh setiap individual.
Pendidikan jasmani merupakan urutan pengalaman setiap belajar individual yang direncanakan
secara tertib atau seksama yang dirancang untuk memenuhi perkembangan dan pertumbuhan
setiap individual dan kebutuhan perilaku setiap individual pada masing-masing siswa. Tujuan
yang ingin dicapai bersifat menyeluruh dan memerlukan waktu jangka panjang, maka dapat
dirumuskan kedalam beberapa tujuan jangka pendek, dengan tidak melupakan tujuan hakiki
yang ingin dicapai.

B. Fungsi Pendidikan Jasmani


Fungsi pendidikan jasmani, olahraga untuk meningkatkan suatu fungsi tubuh, untuk
mengembangkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan setiap masing-masing
individual, meningkatkan kemampuan berkoordinasi gerakan tubuh, dapat menyesuaikan
diri dengan orang lain di kehidupan sehari- hari, serta mengembangkan respon yang positif.
C. Tujuan pendidikan jasmani
Adapun tujuan dari pendidikan jasmani sebagai berikut:
1) perkembangan organ- organ tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran
jasmani,
2) perkembangan neuro muscular,
3) perkembangan mental emosional,
4) perkembangan sosial dan perkembangan intelektual.

Adapun tujuan Menurut Kristiyandaru (2010:39) tujuan pendidikan jasmani olahraga, dan
kesehatan sebagai berikut:
a. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan
jasmani;
b. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi
dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama;
c. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar pendidikan
jasmani;
d. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri,
dan demokratis melalui aktivitas jasmani, permainan dan olahraga;
e. Mengembangkan Keterampilan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan
olahraga seperti; permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/senam, aktivitas
ritmik, akuatik, dan pendidikan luar kelas (outdoor education);
f. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani
dan olahraga;
g. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain;
h. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai
kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.
i. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat kreatif.
Berdasarkan pendapat di atas, tujuan dari pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
yaitu untuk membentuk sebuah karakter yang kuat, dapat mengembangkan keterampilan gerak
pada setiap individual, menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, mengembangkan sikap
sportifitas, serta pola hidup yang sehat.
D. Ruang Lingkup pendidikan jasmani
Kurikulum yang diberlakukan saat ini masih menggunakan dua kurikulum yaitu
kurikulum 2004 (kurikulum berbasis kompetensi) dan kurikulum yang berorientasi KTSP.
Ruang lingkup pembelajaran meliputi tiga aspek terstruktur dalam kurikulum yang tersebar
mulai kelas satu sampai kelas enam, yang meliputi:
1. Pendidikan Jasmani
Pendidikan gerak yang bertujuan mengmbangkan potensi- potensi aktifitas anak secara
organik, neuromuscular, intelektual dan emosional.
2. Pendidikan Olahraga

Pendidikan gerak yang bertujuan mengembangkan kemampuan gerak dasar cabang-


cabang olahraga.
3. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan yang membentuk dan mengembangkan pengetahuan serta pandangan hidup


sehat, serta dapat menerapkan prilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari.
Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain
Terpisah dari rutinitas, (b) Bebas, (c) Tidak produktif, (d) Menggunakan peraturan yang
tidak baku. Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil
ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport;
permainan yang dilembagakan.
E. Sarana Dan Prasana Olaraga

Sarana dan prasarana olahraga merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan satu sama lain
dalam hal pendidikan. sarana dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
a. Peralatan (apparatus), ialah sesuatu yang digunakan, contoh: peti loncat, palang
tunggal, palang sejajar, gelang-gelang, kuda-kuda, dan lain- lain.
b. Perlengkapan (device), yaitu:
1. Sesuatu yang melengkapi kebutuhan prasarana, misalnya: net, bendera untuk tanda, garis
batas, dan lain-lain.
2. Sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki, misalnya:
bola, raket, pemukul, dan lain-lain.

F. Pendekatan dan gaya mengajar

Pendekatan belajar sebagai upaya efesiensi proses yang akan menjembatani antara tujuan
dengan hasil belajar. Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru PJOK dalam praktek
cenderung tradisional. Model metode praktek dipusatkan pada guru (teacher centered) dimana
para peserta didik melakukan latihan fisik berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru,
latihan-latihan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh peserta didik sesuai dengan
inisiatif sendiri (studen centered).
A d a p u n model pengajaran pendidikan jasmani, olahraga. Beberapa model pengajaran PJOK
tersebut dikemukakan Siedentop, Herkowitz, dan Judith (2004) sebagai berikut:
1. Pengajaran langsung/perintah (direct instruction)
2. Pengajaran tugas/pos (task /station teaching)
3. Pengajaran kelompok (reciprocal/group teaching)
4. Pengajaran sistem kontrak (contracting)
5. Pengajaran individual (mastery teaching)
6. Manajemen kontigensi (contingensi management)
Adapun menurut Mosston (2006) mengklasifikasi model pengajaran adalah sebagai berikut:
1. Model komando (commad styles)
2. Pengajaran tugas (task teaching)
3. Pengajaran berpasangan (reciprocal teaching)
4. Pengajaran individual (individual program)
5. Penemuan terbimbing (guided discovery)
6. Pemecahan masalah (problem solving)

Anda mungkin juga menyukai