Disusun Oleh:
kelompok 1
Umalasari 422021728033
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kebugaran jasmani merupakan hal yang sudah populer di kalangan masyarakat saat ini.
Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, akan
tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda-beda sesuai dengan tugas/profesi
masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari komponen-komponen yang dikelompokkan
menjadi kelompok yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Physical Fitness) dan
kelompok yang berhubungan dengan keterampilan (Skill Related Physical Fitness) (Istiqomah
et al., 2021).
Seseorang yang memilik kasegaran jasmani yang baik dapat diartikan cukup
mempunyai kesanggupan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisien tanpa menimbulkan
kelelahan yang berarti, sehingga masih memiliki sisa tenaga untuk mengisi waktu luangnya
dan tugas-tugas mendadak lainnya. Bisa dikatakan pula bahwa tingkat kesegaran jasmani yang
baik memberikan seseorang kesanggupan pada seseorang untuk menjalankan hidup yang
produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tiap pembebanan yang banyak. Komponen
kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, terdiri dari daya tahan jantung dan
paruparu, komposisi tubuh, fleksibilitas, kekuatan dan daya tahan otot. Sedangkan komponen
kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan, meliputi: daya ledak, kecepatan,
kelincahan, koordinasi, kecepatan, reaksi dan keseimbangan (Dmitriy, 2018).
Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani dapat
diartikan sebagai kemampuan fisik untuk melakukan tugas pekerjaan sesuai dengan bidangnya
tanpa mengalami kelelahan yang berlebih dan mendapat pemulihan yang cepat seperti pada
saat belum melakukan aktivitas (Istiqomah et al., 2021).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kebugaran Jasmani ?
2. Apa tujuan Kebugaran Jasmani ?
3. Apa saja komponen-komponen Kebugaran Jasmani ?
4. Bagaimana daya tahan jantung dan paru-paru ?
5. Bagaimana daya tahan otot dan kelenturan (fleksibilitas) ?
6. Bagaimana kekuatan otot ?
7. Bagaimana komposisi tubuh ?
8. Bagaimana tes dan pengukuran Kebugaran Jasmani ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami pengertian kebugaran jasmani
2. Untuk memahami tujuan kebugaran jasmani
3. Untuk mengetahui komponen-komponen kebugaran jasmani
4. Untuk mengetahui daya tahan jantung dan paru-paru
5. Untuk mengetahui daya tahan otot dan kelenturan
6. Untuk mengetahui kekuatan otot
7. Untuk memahami komposisi tubuh
8. Untuk mengetahui tes dan pengukuran kebugaran jasmani
BAB II
PEMBAHASAN
Kebugaran jasmani merupakan modal utama bagi semua lapangan kehidupan manusia.
Olahragawan membutuhkan tingkat kesegaran jasmani yang tinggi untuk dapat mencapai
prestasi yang setingi- tingginya, karyawan membutuhkan kesegaran jasmani yang cukup untuk
bekerja dengan baik sehingga dapat meningkatkan daya kerja dan produktivitas yang tinggi.
Demikian juga para siswa sekolah lanjutan tingkat pertama membutuhkan tingkat kesegaran
jasmani yang lebih baik untuk dapat belajar dengan baik (Istiqomah et al., 2021).
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang cukup dan memadai dalam pelatihan fisik
terapan yang dipengaruhi berbagai faktor dan kegiatan yang dilakukan oleh pengajar yang
dipilih, hal tersebut bertujuan mencapai status kesehatan yang berkualitas secara profesional
yang berkontribusi dalam keberhasilan pelatihan fungsional, yang mencerminkan peningkatan
dari adaptasi organisme (Dmitriy, 2018).
Pendidikan jasmani adalah salah satu aspek yang paling berperan untuk pendidikan dari
segi total. Pendidikan jasmani tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan segi kebugaran
jasmani, keahlian berpindah, keahlian berpikir pada situasi yang genting, keahlian
bersosialisasi, intuisi, keseimbangan emosi, segi life style sehat dan penjelasan tentang
keadaan sekitar yang rapi dan tertata lewat kegiatan jasmani terencana dengan sangat
terstruktur supaya bisa menggapai apa yang diinginkan dalam pendidikan nasional (Prasetio,
2017).
Aktivitas fisik adalah fenomena yang dikabarkan bervariasi sesuai dengan kategori dan
tingkat sensitivitasnya. Aturan terpenting untuk melatih anak olahraga adalah melatih setiap
sistem tubuh menggunakan berbagai teknik, sepertiaerobik, anaerobik, kekuatan, daya tahan,
dan latihan teknis. Aktifitas fisik yang berat dapat terjadi peningkatan metabolisme tubuh dan
meningkatkan frekuensi denyut jantung. Istilah denyut nadi merupakan manifestasi dari
kemampuan jantung indikator dari denyut jantung adalah denyut nadi. Apabila ingin
mengetahui denyut jantung dapat dilihat dari denyut nadi yang merupakan rambatan dari
denyut jantung. Denyut jantung dihitung tiap menitnya dengan hitungan repetisi (kali/menit)
atau dengan denyut nadi maksimal adalah 220 dikurangi umur. Latihan fisik atau aktifitas fisik
memiliki pengaruh pada sistem kardiovaskuler (Khasan et al., 2013).
1. Kekuatan (Streght)
Kekuatan adalah kemampuan otot ketika digunakan untuk menerima beban
sewaktu melakukan aktivitas atau melakukan kerja. Kekuatan otot, baik otot lengan
ataupun otot kaki, dapat diperoleh dari latihan yang kontinyu dengan beban berat dan
frekuensi sedikit. Latihan angkat beban dapat digunakan untuk melatih kekuatan otot
lengan. Jika beban yang Anda gunakan tersebut hanya dapat diangkat 8-12 kali saja.
Berikut adalah contoh latihan dari latihan untuk meningkatkan kekuatan atau latihan
strength (Nasywa, 2020):
a. Squat jump – latihan ini dapat menambah kekuatan otot tungkai dan otot perut Anda.
b. Push up – latihan ini dapat menambah kekuatan otot lengan.
2. Daya Tahan (Endurance)
Daya tahan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan sistem jantung,
paruparu atau sistem pernapasan, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk
menjalankan kerja secara terus menerus dan tidak pernah berhenti. Berkebalikan dengan
latihan kekuatan, daya tahan dapat dilatih dengan beban yang tidak terlalu berat, namun
dengan frekuensi yang lama dan dalam durasi waktu yang lama pula (Nasywa, 2020).
Contoh latihan untuk kebugaran jasmani bagian daya tahan antara lain adalah lari
minimal 2 km, lari minimal 12 menit, lari multistage, angkat beban dengan berat yang
ringan namun pengulangan dan jumlahnya diperbanyak serta lari naik turun bukit atau
tanjakan dan turunan (Nasywa, 2020).
3. Daya Otot (Muscular Power)
Pengertian dari daya otot adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
kekuatan maksimum yang dikeluarkan dalam waktu yang sangat singkat. Selain itu, hal ini
dapat juga dihubungkan dengan sistem anaerobik dalam proses pemenuhan sebuah energi.
Daya otot dapat juga disebut daya ledak otot atau dalam bahasaIinggrisnya adalah
explosive power (Nasywa, 2020).
Latihan yang dapat menambah daya otot contohnya antara lain adalah:
a. vertical jump atau gerakan meloncat ke atas, dapat melatih daya ledak otot tungkai.
b. front jump atau gerakan meloncat ke depan, dapat juga melatih daya ledak otot tungkai.
c. side jump atau gerakan meloncat ke samping, melatih explosive power dari otot tungkai
4. Kecepatan (Speed)
Kecepatan atau biasa juga disebut speed merupakan kemampuan seseorang untuk
mengerjakan gerakan secara kontinyu atau terus menerus dalam bentuk yang sama dengan
waktu yang pendek atau relatif singkat. Kecepatan sangat dibutuhkan dalam olahraga lari
pendek 100 meter dan lari pendek 200 meter. Kecepatan dalam hal ini lebih mengarah pada
kecepatan otot tungkai dalam bekerja. Contoh latihannya (Nasywa, 2020):
a. Lari cepat 50 m
b. Lari cepat 100 m
c. Lari cepat 200 m.
D. Daya Tahan Jantung dan Paru-paru
Daya tahan jantung-paru adalah kemampuan jantung untuk memompa darah dan paruparu
untuk melakukan respirasi (exhale dan inhale) dan kerja kontraksi otot dalam waktu yang lama
secara terus menerus tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan segara pulih asal dalam
waktu yang singkat. Daya tahan jantung paru sangat penting untuk menunjang kerja otot
dengan mengambil oksigen dan menyalurkannya ke seluruh jaringan otot yang sedang aktif
sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh. Kemampuan jantung, paru dan
pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada waktu kerja dalam mengambil O2 secara
maksimal (VO2 maks) dan menyalurkannya keseluruh tubuh terutama jaringan aktif sehingga
dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh. Pengukuran daya tahan jantung- paru dapat
dilakukan melalui test lari 2,4 Km (12 menit), Bangku Harvard test, dan Ergocycles test
(Luthfitasari et all., 2020).
E. Daya Tahan Otot dan Kelenturan
Daya tahan otot adalah kapasitas sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang
beruntun atau berulang-ulang terhadap suatu beban submaksimal dalam jangka waktu tertentu.
Daya tahan otot bermanfaat untuk mengatasi kelelahan. Pengukuran daya tahan otot dilakukan
melalui Push up test, Sit up test. Daya tahan otot mengacu pada suatu kelompok otot yang
mampu untuk melakukan kontraksi yang berturut-turut, atau mampu mempertahankan suatu
kontraksi statis untuk jangka waktu lama. Contohnya, atlet yang melakukan push-up atau
seorang ibu yang mengulek sambal (Salamah, 2019).
kelenturan selalu dikaitkan dengan ruang gerak sendi dan elastisitas otot-otot, tendon dan
ligament. Dengan demikian orang yang lentur adalah yang memiliki ruang gerak luas dalam
sendi-sendinya dan yang mempunyai otot yang elastis. Kelentukan (fleksibilitas) adalah
kemampuan tubuh untuk melakukan gerak melalui ruang gerak sendi atau ruang gerak tubuh
secara maksimal tanpa dipengaruhi oleh suatu paksaan atau tekanan. Kelenturan gerak tubuh
pada persendian tersebut, sangat dipengaruhi oleh : elastisitas otot, jenis sendi, struktur tulang,
jaringan sekitar sendi, tendon dan ligamen di sekitar sendi serta kualitas sendi itu sendiri.
Terkait dengan kesehatan, maka kelenturan merupakan salah satu parameter atau tolok ukur
kesembuhan akibat cedera dan penyakit-penyakit sistem muskuloskeletal. Puncak kelenturan
terjadi pada akhir masa pubertas (Salamah, 2019).
Kelenturan penting pada setiap gerak tubuh karena meningkatkan efisiensi kerja otot dan
dapat mengurangi cedera (orang yang kelenturannya tidak baik cenderung mudah mengalami
cedera). Pengukuran kelentukan dilakukan dengan melakukan duduk tegak depan (Sit and
reachTest) Flexometer. Kelenturan menurut Kirkendall dkk (1980:248) adalah kemampuan
tubuh atau bagian-bagian tubuh untuk melakukan berbagai gerakan dengan leluasa dan
seimbang antara kelincahan dan respon keseimbangan. Secara umum, suhu badan dan usia
sangat mempengaruhi luasnya gerakan bagian-bagian tubuh. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kelenturan adalah ukuran kemampuan seseorang yang mempunyai ruang
gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan yang mempunyai otot-otot yang elastis (Salamah,
2019).
F. Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh (body composition) adalah persentase (%) lemak dari berat badan total
dan Indeks Massa Tubuh (IMT). digambarkan dengan berat badan tanpa lemak dan berat
lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri dari massa otot, tulang dan organ-organ tubuh. Masing-
masing unsur tersebut memiliki komposisi sebagai berikut (Prasetio, 2017):
1. Massa otot : 40 – 50%
2. Tulang : 16 – 18%
3. Organ-organ tubuh : 29 – 39%
Komposisi tubuh memberi bentuk pada tubuh. Pengukuran dilakukan melalui Skinfold
callipers, IMT, IMT = (Berat Badan Dalam kg : Tinggi Badan Dalam M2). Obesitas pada anak-
anak disebabkan oleh : hipeplasi dan hipertropi sel adiposit serta input berlebihan sedangkan
obesitas pada orang dewasa oleh : hiperplasi dan hipertropi sel adiposit serta output yang
kurang (Prasetio, 2017).
Berat lemak dinyatakan dalam persentasenya terhadap berat badan total. Secara umum
dapat ditarik konklusi bahwa semakin kecil persentase lemak, maka akan semakin baik kinerja
seseorang.Kecukupan energi diperlukan sebagai metabolisme tubuh. Energi dibutuhkan untuk
mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan aktifitas fisik. Energi diperoleh dari
karbohidrat, lemak, protein dalam suatu bahan makanan. Aktivitas fisik berat yang dijalankan
oleh seorang atlet menimbulkan kecukupan zat gizi yang dalam hal ini adalah energi dan zat
gizi berbeda dengan masyarakat umum. Konsumsi zat gizi baik yang sesuai dengan kebutuhan
gizi akan membuat kebugaran atlet menjadi baik, sehingga menjadi tidak cepat lelah dan
mampu melakukan aktivitasnya dengan baik pula sehingga mampu mencapai prestasi olahraga
dengan maksimal. Hal ini diperlukan untuk beberapa pemain cabang olahraga atau para pekerja
(Salamah, 2019).
Status gizi yang rendah atau tidak normal akan memberikan dampak pada
tingkat kebugaran jasmani. Status gizi adalah indikator yang
dapat digunakan untuk mengetahui baik atau buruknya asupan makanan. Menurut data
Riskesdas 2018 menyebutkan bahwa, proporsi status gizi berdasarkan kategori IMT menurut
karakteristik pekerjaan kelompok PNS/TNI/Polri/BUMN dan BUMD memiliki proporsi
kategori kurus sebanyak 2,8%, 43,6% kategori normal, 20,0 % kategori berat badan lebih serta
33,7% kategori obesitas (K. A. M. Yusuf et al., 2020).
G. Tes dan Pengukuran Kebugaran Jasmani
Tingkat kebugaran jasmani seseorang siswa dapat diketahui dengan cara melaksanakan tes
dan pengukuran kebugaran jasmani. Terdapat beberapa petunjuk yang harus dicermati sebagai
acuan dalam melaksanakan tes kebugaran jasmani, yaitu mempersiapkan pengorganisasian
yang berisi tentang pedoman pelaksanaan bagi peserta tes dan pelaksanaan tes, prinsip-prinsip
tes dan pengukuran serta prosedur pelaksanaan tes dan pengukuran hubungan jasmani
(Pasaribu, 2020).
Untuk mengetahui derajat kebugaran jasmani siswa-siswi sekolah, Pusat Kesegaran
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995) telah menuyusun Tes Kebugaran Jasmani
untuk anak-anak dan remaja dalam berbagai kelompok usia. Tes kebugra jasmani terdiri dari
beberapa tes yang merupakan suatu rangkaian (battery test) yang tidak terpisahkan (Pasaribu,
2020).
Rangkaian tes kebugaran jasmani untuk usia 16-19 tahun (untuk siswa SMA) terdiri dari
(Pasaribu, 2020):
1. Lari cepat (60 m)
2. Angkat tubuh (pull-up/ 30 detik untuk putri dan 60 detik untuk putra
3. Cara memberi skor : Skor hasil tes yaitu, jumlah angkatan tubuh yang dilakukan dengan
benar selama waktu yang telah ditetapkan. Setiap gerakan angkat tubuh yang tidak benar
diberi 0 (nol)
H. Beberapa Hubungan Status gizi dengan pemain cabang olahraga:
1. Status gizi dengan kebugaran pada pemain bola voli
Pemain voli SMAN 4 Kota Madiun perlu memperhatikan gizi yang di
konsumsi sehari-hari. Status gizi adalah keadaan tubuh akibat penyerapan
makanan dan zat gizi. Masalah gizi pada remaja perlu mendapat perhatian khusus
karena pengaruhnya yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh
serta dampaknya terhadap gizi pada masa dewasa. Kondisi fisik dapat dikontrol dengan
cara aktivitas fisik yang terprogram dan memperhatikan konsumsi asupan gizi yang
seimban (Nursiah Yaco, 2018).
Berdasarkan hasil observasi yang telah di lakukan, hubungan antara status
gizi dengan kebugaran sangat berpengaruh terhadap latihan fisik pemain bola voli.
Tingkat prestasi siswa dapat dikatakan masih rendah, karena daya tahan tubuh
siswa masih kurang, berdasarkan hasil pengamatan mayoritas pemain bola voli
putra siswa SMAN 4 Kota madiun pola makannya tidak beraturan dan pola hidup
yang kurang sehat, seperti mengkonsumsi rokok.(Luthfitasari. D. et. All. 2022)
2. Hubungan Antara Pola Makan Dan Status Gizi Dengan Tingkat Kebugaran Atlet Dayung
Pada kompetisi Atlet nasional ataupun kompetisi olahraga lainnya, atlet akan
membutuhkan jumlah asupan energi (kalori) yang besar untuk mendukung aktivitasnya.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan energi, seorang atlet secara umum disarankan untuk
memenuhi kebutuhannya dengan 55-65% melalui konsumsi karbohidrat, 20-35% lemak
serta 12-15% protein (Pasaribu, 2020).
Apabila zat gizi dalam mencukupi maka kesehatan dan kebugaran jasmani atlet
tersebut dalam keadaa maksimal, Didalam makanan terdapat kandungan-kandungan yang
akan memberikan dampak baik bagi tubuh. Pola makan dan status gizi sangat menentukan
bagaimana gambaran kebugaran jasmani atlet. Maka dari itu, di perlukan penelitian untuk
mengetahui hubungan antara pola makan dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet
dayung (Pasaribu, 2020).
Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka. Tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pola makan dan status gizi dengan tingkat kebugaran jasmani Atlet
Dayung Daerah Kabupaten Bandung Barat. Kebugaran jasmani merupakan kemampuan
tubuh dalam melakukan aktivitas tanpa menimbulkan kelelahan berlebihan. Pekerja
memerlukan kebugaran sehingga tidak mudah kelelahan dan mengurangi risiko cedera
yang timbul akibat kelelahan fisik (Muharam. Rhildan.R. et all. 2019)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat di simpulkan bahwa kebugaran jasmani
dapat diartikan sebagai kemapuan fisik untuk melakukan tugas pekerjaan sesuai dengan
bidangnya tanpa mengalami kelelahan yang berlebih dan mendapat pemulihan yang cepat
seperti pada saat belum melakukan aktivitas. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat kesegaran jasmani seseorang, salah satunya yaitu melalui aktivitas jasmani yang
dapat digunakan sebagai upaya menjaga dan meningmati kesegaran jasmani. Dengan
mempelajari kebugaran jasmani akan mampu membentuk sikap : menghargai tubuh,
berperilaku sportif, bertanggung jawab, menghargai perbedaan karakteristik, menunjukkan
kemauan bekerja sama, toleransi dan disiplin, mampu menganalisis variasi dan kombinasi
keterampilan bergerak serta mempraktikkan variasi dan kombinasi latihan kebugaran dan
kesehatan jasmani yang baik.
B. Saran
Kita harus rajin latihan kebugaran jasmani agar mendapatkan kesehatan tubuh,
tidak mudah sakit ataupun mengalami kelelahan, tidak gampang stress, mendapatkan tubuh
yang ideal serta tubuh terasa lebih ringan.
Daftar Pustaka
Apriliani, Linda, O., & Astuti, N. H. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan
Kerja pada Petugas Pemadam Kebakaran di Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan
Penyelamatan Jakarta Selatan. ARKESMAS (Arsip Kesehatan Masyarakat), 4(1), 162–
167. https://doi.org/10.22236/arkesmas.v4i1 .3139.
Dmitriy. (2018). Implementation of Applied Physical Education with Students with Disabilities
in High School. Russia : Department of Physical Education and Health, South Ural State
University.
Istiqomah, I. P. N., Kristiyanto, A., & Ardyanto, T. D. (2021). Hubungan Status Gizi Dengan
Kebugaran Jasmani Atlet Taekwondo Remaja. Fisio Mu: Physiotherapy Evidences, 3(1),
1–7. Https://Doi.Org/10.23917/Fisiomu.V3i1.14802.
Luthfitasari.D. Cicilia N.P. Ghon L. (2022). Analisis Status Gizi, Kebugaran Dan Frekuensi
Denyut Jantung Latihan Pemain Bola Voli Putra Siswa Sman 4 Kota Madiun. Vol. 2 No.
1, Juni 2022, Hal. 20-27 https://e-journal.umc.ac.id/index.php/PLY.
Muharam. Rhildan.R. Imas. D. Yati.R. (2019). hubungan Antara Pola Makan Dan Status Gizi
Dengan Tingkat Kebugaran Atlet Dayung. Journal Of Sport Science And Education
(Jossae) Vol: 4, No: 1 April (2019).
Nursiah Yaco, U. W. A. (2018). Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Di
Smk Negeri 1 Polewali Kecamatan Poliwali Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 4(No 2), 5–24.
Pasaribu, A. M. N. (2020). Tes dan Pengukuran OLahraga. In A. R. H (Ed.), Tes dan Pengukuran
Olahraga. Banten: Yayasan Pendidikan dan Sosial Indonesia Maju Banten.
Prasetio, E.. (2017). Tingkat Kebugaran Jasmani berdasarkan IMT pada Siswa SMPN 29
Bengkulu Utara. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Salamah, R. (2019). Hubungan Asupan Zat Gizi, Aktivitas Fisik, Dan Persentase Lemak Tubuh
Dengan Kebugaran Jasmani. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 18(2), 14–18.
Https://Doi.Org/10.14710/Mkmi.18.2.14-18.
Ulpi, W., Hakim, N., Kadir, A., Pajarianto, H., & Rahmatia, R. (2021). Gambaran Kebugaran
Jasmani Anak Usia Dini Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 6(1), 30–39. Https://Doi.Org/10.31004/Obsesi.V6i1.1197.
Yusuf, K. A. M., Nurcahyo, P. J., & Festiawan, R. (2020). Hubungan Status Gizi dan Asupan
Energi dengan Tingkat Kebugaran Jasmani. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 19(1), 76–83.
Dengan Kelelahan Kerja Pada Petugas Pemadam. Borneo Student Research, 1(1), 105–
109.