Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lebih dahulu perlu diketahui apa yang dimaksud dengan sehat , kesehatan, kesehatan
olahraga dan apa pula yang dimaksud dengan olahraga kesehatan.Bahasa khusus tentang
olahraga kesehatan olahraga (sports medicine). Pada dasarnya titik berat masalah
kesehtan olahraga adalah masalah kesehtan yang berkaitan dengan segala permasalahan
kerja dan olahraga .Sedangkan olahraga kesehatan titik berat permasalahanya trutama
pada kegiatan olahraganya itu sendiri ,serta bagaimana hubungan olahrega dengan
kesehatan, apa kriterianya olahraga kesehatan terhadap pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatan dan kemampuan kerja, dan yang terpenting adalah bagaimana tata cara
kita melakukan olahraga untuk tujuan kesehatan. (Giriwijoyo,2017)
Olahraga merupakan aktifitas system musculoskeletal yang sistematis dan terstruktur
dengan frekuensi, intensitas , type dan time yang telah ditentukan. gerak pada dasarnya
adalh ciri khidupan , olahraga adalah “stressor”, olahraga juga merupakan “nutrisi” bagi
tubuh. Penataan program pelatihan dengan dosis yang tepat, teratur, terukur, cukup
memberi rangsangan , sistemik , berkesinambungan, dan sesuai dengan umur. Masalah
pelatihan belum optimal dapat dilihat atau dapat dicek dari :
a. sistematika rencana
b. media pelatihan diberikan
c. evaluasi program latihan
d. landasan yang tepat dan terukur

Perlu disadari benar bahwa kesehatan merupakan lansadan/dasar bagi kondisi fsik
yang sangat diperlukan bagi keberhasilan melaksanakan pekerjaan konsisi fisik yang sangat
diperlukan bagi keberhasilan melaksanakan pekerjaan dan pencapaian prestasi dalam
olahraga. Oleh karena itu, perlu ada pembinaan dan pemeliharaan kesehatan. Pembinaan
meliputi pembinaan kesehatan jasmani, keshatan rohani dan social, yaitu merupakan konsep
olahraga sehat peripurna sesuai konsep sehat WHO. Dalam masalah kesehatan jasmani ,
manusia dalam hidupnya selalu dalam keadaan silih berganti antara istirahat dan bergerak ;
maka sehatpun dapat dibedakan antara sehat dalam keadaan istirahat (sehat statis)dan sehat
dalam keadaan bergerak ( sehat dinamis). Olahraga kesehatan hakikatnya meningkatkan
derajat sehat dinamis yang adalah wujud dari kebugaran jasmani.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas dapat ditemukan beberapa rumusan masalh sebagai berikut :
1.2.1 Apa saja prinsip-prinsip latihan untuk kesehatan dan kebugaran ?
1.2.2 Apa saja efek yang ditimbulkan dari latihan untuk kesehatan dan kebugaran?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui prinsip-prinsip latihan untuk kesehatan dan kebugaran.
1.3.2 Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari latihan untuk kesehatan dan
kebugaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pentingnya Berolahraga

Olahraga merupakan aktifitas system musculoskeletal yang sistematis dan terstruktur dengan
frekuensi, intensitas , type dan time yang telah ditentukan. gerak pada dasarnya adalh ciri
khidupan , olahraga adalah “stressor”, olahraga juga merupakan “nutrisi” bagi tubuh.
Penataan program pelatihan dengan dosis yang tepat, teratur, terukur, cukup memberi
rangsangan , sistemik , berkesinambungan, dan sesuai dengan umur. Masalah pelatihan
belum optimal dapat dilihat atau dapat dicek dari :

e. sistematika rencana
f. media pelatihan diberikan
g. evaluasi program latihan
h. landasan yang tepat dan terukur

Melatih tubuh untuk berolahraga pada dasarnya adalah meningkatkan kemampuan fungsional
raga yang sesuai dengan tuntutan penampilan jenis olahraga sampai ketingkat yang maksimal
baik pada aspek kemampuan dasar maupun pada aspek kemampuan tekniknya. Hal ini bagi
masyarakat umum biasanya dilakukan di sentra-sentra latihan yang umunya seperti fitness,
aerobic atau senam modern. Berikut beberapa perubahan yang terjadi dari kegiatan latihan /
olahraga: (Rushall dan Pyke 1992:27)

a. latihan fisik akan berptensial menimbulkan stressor apabila diberikan dalam


dosis yang tidak tepat.
b. untuk menyesuaikan dengan kebutuhan latihan maka mekanisme homeostatis
tersebut melibatkan berbagai system hormonal, saraf dan system-sistem lain
di dalam tubuh .
c. latihan olahraga yang dilakukan secara teratur akan memperkuat fungsi-
fungsi dari system jantung sebagai pusat pompa darah, system pernapasan
agar tercapai fungsi pertukaran oksigen dan karbondioksida yang optimal,
system kerja tulang dan otot, system kerja saraf yang berperan selain
mengatur kerja semua system organ juga membantu memobilisasi stress
dengan diaturnya pengeluaran hormon-hormon seperti endorphin, ardenalin,
dan serotonin.

Berikut dosis latihan olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan stamina dan kesehatan
tubuh : (Giri Wiarto ; 2013:165-166)

1. kenali kondisi kesehatan dan kebugaran anda sebelum berolahraga dengan


melakukan tes kesehatan dan kebugaran jasmani , ini melihat mulai dari aspek
identifikasi fisik seperti umur, jenis kelamin, kondisi fisik dan mental saat akan
melakukan olahraga.
2. berolahraga sesaui dengan kemampuan dan dapat ditingkatkan secara bertahap.
3. berolahragalah sesuai dengan dosis/takaran, penjelasan mengenai dosis olahraga
diterangkan sebagai berikut: (FITT , frekuensi , intensitas,tempo dan tipe )
a. hitunglah terlebih dahulu denyut nadi maksimal (DNM) yaitu 220-umur,
misalnya umur 40 th, makan DNM = 220- 40 = 180 kali/menit
b. frekuensi :3-5 kali/minggu , berselang 1 hari
c. intensitas latihan : aerobic : denyut nadi mencapai 70-85% x DNM ,
menurunkan lemak adrenalin yang berperan pentinga dalam proses
penghancuran lemak tubuh mulai efektif di kisaran menit ke 30 setelah
latihan.
d. tempo latihan : rata-rata 30-60 menit
4. tata cara olahraga :
a. pemanasan dan peregangan : 10 menit
b. latihan inti : 20-30 menit
c. pendinginan dan peregangan : 10 menit

2.2 Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari


dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta masih mempunyai sisa atau
cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan –keperluan
mendadak. (Sadoso Sumosardjuno; 1989)

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang adalah :


1. Umur
Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-
30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsiaonal dari seluruh tubuh,
kira-kira sebesar 0,8 – 1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat
dikurangi sampai separuhnya.
2. Jenis kelamin
sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan
anak prempuan , tapi setelah pubertas anak laki-laki biasanya mempunyai nilai yang
jauh lebih besar .
3. Genetik
Berpengaruh terhadap kapasitas jantung, paru, postur tubuh, obesitas , Hb/sel darah
dan serat otot.
4. Makanan
Daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi karbonhidrat (60-70%).
5. Rokok
Kadar CO yng terhisap akan mengurangi nilai VO2 maks , yang berpengaruh
terhadap daya tahan, selain itu menurut penelitian perkins dan sexton , nicotin yang
ada dapat memperbesar pengeluaran energy dan mengurangi nafsu makan.

Untuk meningkatkan kebugaran jasmani, kita harus mengetahui komponen-komponen yang


terdapat dalam kebugaran jasmani. komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kecepatan (speed)
Kecepatan adalh kemampuan untuk menempuh jarak tertentu dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
2. Kelincahan (agility )
Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengubah arah dengan cepat
dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan keseimbangan.
3. Koordinasi (coordination)
Koordinasi adalah kemampuan untuk secra abersamaan melakukan berbagai gerakan
secara mulus dan akurat.
4. Daya tahan ( endurance)
Daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang
relative lama .
5. Keseimbangan (banlance) adalah pemeliharaan keseimbangan pada saat statis atau
bergerak.
6. Kelentukan (flexibility) sama dengan kemudahan dalam bergerak terutama yang
terjadi pada otot dan sendi.
7. Kekuaatan (strength)
Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi yang berguna
membangkitkan ketegangan terhadap suatu tahanan.
8. Daya ledak (power)
Power adalah hasil dari kekuatan dan kecepatan apabila seseorang dapat megangkat
bebean 70kg dengan cepat maka orang tersebut di katakana memiliki daya ledak.
9. Waktu reaksi adalah lamanya waktu antara perangsangan dan respon dalam
melakukan kegiatan atau aktifitas.
10. Komposisi tubuh berkaitan dengan jumblah lemak tubuh pada tubuh seseorang.

2.3 Latihan Untuk Meningkatkan Kebugaran Jasmani

Latihan adalah suatau proses yang sistematis secara berulang-ulang , secara tetap dengan
selalu memberikan peningkatan beban . Tujuanya adalah untuk meningkatkan kesegaran
jasmani dan kemampuan ergosistem tubuh. sesuai dengan komponen-komponen kebugaran
jasmani , msks bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dapat
dijelaskan sebagai berikut: (Brian J Sharkley; 2011)

Komponen-komponen kebugaran Bentuk-bentuk latihan


jasmani
Kekuatan - sit-up
- push up
- back lift

Kecepatan - lari cepat dengan jarak 40 dan 60 meter


- lari menaiki bukit (up hill)
- lari menuruni bukit (down hill)
- lari menaiki tangga gedung
Daya tahan - lari jarak jauh(2,4 km )
- berenang
- pull up
Kelentukan - kayang
- latihan peregangan
- sit and reach
Kelincahan - shuttle run
- squat trust
- lari belok-belok (zig-zag)
Power - vertical jump
- squat
- medicine ball put
Koordinasi - lempar tangkap bola tenis
- hopping
- lateral movement
Waktu reaksi - reaksi terhadap sentuhan ketika latihan strat
untuk lari sprint (reaksi sentuhan )
Keseimbangan - sikap kapal terbang
- strok stand
Komposisi tubuh - antropometri
Tabel 1 bentuk –bentuk latihan kebugaran jasmani

Suatu latihan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, harus dilakukan
menurut aturan atau cara tertentu. Hal ini berkaitan pula dengan jenis kegiatan jasmani yang
terbagi dalam beberapa jenis yaitu kegiatan bersifat aerobic dan kegiatan yang bersifat
anaerobic dan yang tergantung pada keterampilan . Untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesegaran jasmani dengan baik haruslah memenuhi tiga macam takaran
antara lain sebagai berikut (Sadoso Sumosardjuno; 1989 )
a. Intensitas latihan kesegaran jasmani berkisar antara 72%-87% dari denyut nadi
maksimal. artinya bagi seseorang yang umurnya 45 tahun, bila melakukan latihan
maka intesnitas latihan yang dilakukan haruslah sampai denyut nadi mencapai paling
sedikit 126 per menit (72% dari denyut nadi maksimal ) dan paling tinggi 152 denyut
per menit ( 87% dari denyut nadi maksimal).
b. Lamanya latihan , yang baiknya dan tidak berbaha harus berlatih mencapai zone
latihan (traning zone) dan berada dalam zone latihan 15-25 menit.
c. Takaran latihan, jika intensitas latihan lebih tinggi, maka waktu latihan dapat lebih
pendek. Sebaliknya jika intensitasnya latihanya lebih kecil, maka waktu latihan harus
lebih lama,
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Prinsip-prinsip Latihan


Prinsip-prinsip latihan menurut Bompa (1994) dan Marten (1990) terdiri
dari 10 prinsip yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip Kesiapan
Pada prinsip ini, materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan usia atlet.
Atlet yang belum dewasa lebih sedikit untuk mampu memanfaatkan latihan.
Hal itu dikarenakan adanya perbedaan dalam kematangan, baik kematangan
otot, power maupun psikologis. Sebelum masa pubertas seorang atlet biasanya
secara fisiologis belum siap untuk menerima latihan secara penuh.
2. Prinsip Individual
Setiap individu pasti memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Beberapa
faktor yang dapat menyebabkan perbedaan terhadap kemampuan atlet dalam
merespon beban latihan adalah :
a. Keturunan
Meliputi keadaan fisik, ukuran jantung dan paru.
b. Kematangan
Semakin matang kondisi seorang atlet semakin mampu menerima
intensitas beban latihan yang lebih tinggi.
c. Gizi
Makanan yang bergizi sangat penting bagi atlet. Latihan dapat
mengakibatkan perubahan dalam jaringan, organ tubuh yang mana
perubahan tersebut memerlukan asupan protein, karbohidrat,
lemak dan gizi yang lain.
d. Waktu istirahat dan tidur
Untuk atlet junior yang masih dalam masa pertumbuhan,
diperlukan waktu istirahat dan waktu tidur yang cukup. Atlet
junior umumnya memerlukan waktu tidur kurang lebih 8 jam
untuk setiap hari.
e. Kebugaran
Atlet yang tidak memiliki kebugaran jasmani yang tinggi akan
mudah lelah dalam menerima beban latihan. Tingkat kebugaran di
pengaruhi oleh energi dan kebugaran otot.
f. Lingkungan
Lingkungan dapat berupa lingkungan fisik dan lingkungan psikis.
Lingkungan ini dapat mempengaruhi seorang atlet dalam
merespon beban latihan. Misalnya pada musim panas seorang atlet
akan sulit untuk menerima beban latihan yang tinggi.
g. Cidera
Ketika cidera, seorang atlet akan sulit untuk menerima beban
latihan baik secara fisiologis maupun psikis. Maka harus di
sesuaikan beban latihan untuk atlet yang sehat dan atlet yang
sedang cidera.
h. Motivasi
Seorang atlet yang memiliki motivasi yang tinggi akan melakukan
latihan dengan tekun dan rajin. Dan ketika bertanding akan
berusaha dengan keras dan mampu tampil dengan baik.
3. Prinsip Beban berlebih
Menggambarkan bahwa beban latihan harus di berikan secara cukup berat,
intensitas tinggi dan dilakukan secara berulang-ulang.
4. Prinsip Peningkatan
Ketika latihan, beban latihan harus bertambah secara bertahap dan kontinu.
Prinsip ini harus memperlihatkan frekuensi latihan, intensitas dan durasi
latihan untuk setiap latihan.
Prinsip Kekhususan
Setiap atlet melakukan latihan pasti memiliki tujuan. Materi latihan harus
dipilih sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga. Pertimbangan dalam
menerapkan prinsip kekhususan yaitu spesifikasi kebutuhan energy,
spesifikasi bentuk dan model latihan, spesifikasi cirri gerak dan kelompok
otot, dan waktu latihan.
5. Prinsip Variasi
Ketika melakukan latihan yang terus menerus, pastilah atlet akan merasa
bosan apabila bentuk dan model latihan yang di berikan monoton. Untuk
menghindari kejenuhan dan kebosanan, maka latihan harus disusun secara
variatif.
6. Prinsip Pemanasan dan Pendinginan
Fungsi pemanasan adalah untuk mempersiapkan otot untuk berkontraksi dan
mempermudah oksigen lepas dari hemoglobin dan menaikkan pemakaian
volume oksigen.
Aktifitas pendinginan terjadi proses penurunan kondisi tubuh dari latihan
yang berat menuju keadaan normal. Pada saat pendinginan akan membantu
memperlancar pengangkutan sisa metabolism.
7. Prinsip Latihan jangka panjang
Prestasi tidak dapat diraih seperti membalikkan telapak tangan. Untuk meraih
prestasi harus melalui proses latihan dalam jangka waktu yang lama.
8. Prinsip Multilateral
Mencakup keserasian semua organ dan sistem tubuh serta proses fisiologis
dan psikisnya. Perkembangan fisik merupakan salah satu syarat untuk
memungkinkan tercapainya perkembangan fisik khusus dan keterampilan
dapat dikuasai secara sempurna.
9. Prinsip Partisipasi aktif berlatih
Selama latihan seorang atlet harus di berikan informasi mengenai tujuan-
tujuan latihan dan efek latihan yang di lakukannya. Selain itu, seorang atlet
harus senantiasa menjaga kesehatannya, cukup istirahat dan tidak melakukan
hal-hal yang merugikan dirinya.

3.2 Efek Latihan untuk Kesehatan dan Kebugaran

3.2.1 Efek Latihan


Latihan olaraga yang dilakukan secara teratur dan kontinu akan memberikan
manfaat yang sangat besar bagi kesehatan tubuh. Hal ini karena dengan
melakukan latihan olahraga akan terjadi banyak perubahan-perubahan.
Perubahan tersebut ada yang positif dan juga negative. Perubahan-
perubahan yang bersifat positif antara lain (Santosa Giri Wijoyo : 1992) :

1. Efek latihan pada perubahan biokimia tubuh


a. Perubahan aerobik
- Meningkatnya kandungan myoglobin
- Meningkatnya oksidasi glikogen
- Meningkatnya jumlah dan ukuran mitokondria
- Meningkatnya simpanan glikogen otot
- Meningkatnya oksidasi lemak
b. Perubahan anaerobik
- Meningkatnya kapasitas sistem ATP-PC
- Meningkatnya simpanan ATP dan PC otot
- Meningkatnya aktifitas enzim yang memecah dan membentuk
ATP
- Meingkatnya kapasitas glikolitik
- Meningkatnya aktifitas enzim glikolitik
c. Perubahan pada serabut otot cepat dan otot lambat
- Meningkatnya kapasitas aerobik yang sama pada kedua tipe
serabut otot
- Tidak terjadi interkonvensi antar serabut otot
2. Perubahan Kardiovaskuler dan Respirasi
a. Perubahan pada sistem kardiovaskuler
Setelah melakukan latihan olahraga, akan tetap terlihat perubahan
yang terjadi pada system kardiovaskuler, diantaranya:
- Meningkatnya ukuran jantung
- Menurunnya denyut jantung
- Meningkatnya isi sekuncup (SV)
- Meningkatnya volume darah dan hemoglobin
- Meningkatnya kepadatan kapiler dan hypertrophy
Pada saat latihan dengan beban submaksimal juga terjadi perubahan-
perubahan pada system kardiovaskuler, diantaranya :
- Konsumsi O2 tidak berubah atau sedikit menurun
- Penggunaan glikogen otot menurun
- Produksi asam laktat menurun
- Curah jantung (CO) tidak berubah atau sedikit menurun
- Denyut nadi menurun
Latihan fisik sangat meningkatkan kapasitas kerja maksimal.
Perubahan yang terjadi pada system kardiovaskuler selama kerja
maksimal, diantaranya :
- VO2max meningkat
- Produksi asam laktat meningkat
- Curah jantung meningkat
- Denyut nadi tidak berubah atau sedikit menurun
- Aliran darah per kg otot yang bekerja menurun
b. Perubahan pada sistem respirasi
Ketika melakukan latihan olahraga system respirasi akan mengalami
perubahan.. perubahan tersebut diantaranya :
- Meningkatnya frekuensi bernapas
- Meningkatnya volume paru
- Meningkatnya kapasitas difusi
3. Perubaha pada komposisi tubuh
Bagi orang yang mengalami obesitas atau berbadan gemuk, ketika
melakukan latihan olahraga yang teratur akan terjadi perubahan pada
komposisi tubuhnya. Perubahan tersebut adalah :
a. Lemak tubuh secara total menurun
b. Berat badan tanpa lemak tidak berubah atau sedikit meningkat
c. Berat badan total sedikit menurun
Selama melakukan latihan olahraga banyak kalor yang dikeluarkan.
Lemak menjadi terbakar dan dikeluarkan melalui keringat. Latihan
olahraga dengan teratur juga dapat menurunkan level kolesterol darah.
Bagi yang mengalami tekanan darah tinggi setelah melakukan latihan
tekanan darah diastolik dan sistolik akan mengalami penurunan,
4. Meningkatkan kekuatan tulang, ligament dan tendon
Perubahan yang bersifat negative adalah perubahan yang terjadi pada atlet
apaila pada saat melakukan latihan tidak mengikuti prinsip-prinsip dalam
latihan. Efek negative pada olahraga bisa terjadi karena overtraining. Ada dua
jenis overtraining menurut Israel (Junusul Hairy ; 2009) yaitu :
a. Basedowoid
Basedowoid adalah keadaan latihan yang berlebih yang disebabkan
karena tekanan atau rangsangan yang terlalu berlebih pada proses
emosional yang di tandai dengan meningkatnya denyut nadi,
berkeringat dan kegelisahan.
b. Addisonoid
Addsonoid adalah keadaan berkelainan yang diakibatkan oleh
meningkatnya volume latihan yang berlebihan yang ditandai dengan
gejala anemia, tekanan darah rendah serta gangguan pencernaan.
3.2.2 Efek Latihan Terhadap Kontrol Gula Darah
Semua bagian badan kita menggunakan glukosa selama melakukan latihan-
latihan olahraga. Diabetes yang memiliki aktifitas fisik yang cukup, tentu
saja membutuhkan insulin lebih sedikit, ketimbang yang sama sekali tidak
ada aktifitas fisiknya.Menurut penelitian Harold Berman, M.D., hal ini
disebabkan latihan-latihan olahraga memacu badan sehingga dapat lebih
selektif menggunakan karbohidrat. Latihan olahraga membantu :
a. Penurunan berat badan
b. Menormalkan kadar lemak dalam darah
c. Memperbaiki toleransi glukosa serta mengurangi kebutuhan akan insulin
Pada penelitian yang membandingkan darah orang-orang yang melakukan
latihan-latihan olahraga dengan yang tidak melakukan aktifitas jasmani
apapun, maka disebut belakangan ini memerlukan insulin dua kali lebih
banyak untuk menurunkan kadar glukosa dalam darahnya.Berikut
perbandingan diabetes IDDM (bergantung pada insulin) dan diabetisi
NIDDM (tidak bergantung pada insulin).
Diabetesi IDDM Diabetes NIDDM
Seorang diabetes IDDM yang Pada diabetisi NIDDM, latihan
terkontrol dengan baik dan mendapat olahraga sangat erat kaitannya
perencanaan makan yang baik pula dengan pengontrolan kadar gula
sesuai dengan kebutuhan latihan darahnya. Tentu saja harus didahului
olahraganya, maka latihan olahraga dengan perencanaan makan terlebih
dapat menjadikan normoglikemi dahulu. Pada diabetisi NIDDM yang
(kadar gula darah normal), akan gemuk, perencanaan makan dan
tetapi bila latihan olahraga olahraga saja seringkali sudah dapat
diperberat dapat menimbulkan mengontrol gula darahnya. Bagi
hipoglikemi. Hal ini disebabkan oleh diabetisi NIDDM yang bertubuh
adanya peningkatan insulin di kurus, latihan olahraga tidak boleh
jaringan perifer, sedangkan dilakukan terlalu berat karena target
pembentukan glukosa oleh hati tidak pengobatan pada NIDDM jenis ini
bertambah. Atas dasar hal tersebut, adalah selain mengontrol kadar
latihan olahraga pada diabetes glukosa darah juga membentuk berat
IDDM harus dievaluasi sejak awal badan yang ideal. Efek latihan
mengenai kadar gula darah sebelum, olahraga pada diabetisi NIDDM
selama dan sesudah latihan olahraga, adalah menurunkan resistensi
porsi makanan dan kebutuhan insulin, meningkatkan sensitivitas
insulin selama hari latihan olahraga insulin pada otot-otot dan jaringan
dan selama tidak berlatih (istirahat). lain. Hasil akhir adalah gula darah
terkontrol dengan baik. Latihan
olahraga terutama sangat efektif bagi
NIDDM ringan sampai sedang, atau
pada kelompok toleransi glukosa
terganggu.
Dengan olahraga ternyata bisa :Membantu melancarkan metabolism
karbohidrat yang terganggu, sehingga akibatnya penumpukan gula dalam
darah bisa terkurangi.Olahraga juga akan membuang kelebihan kalori dalam
tubuh, sehingga dapat mengurangi atau mencegah kegemukan (obesitas),
yaitu salah satu faktor yang mempermudah munculnya DM.Bila melakukan
olahraga secara teratur, akan bisa meningkatkan alihan darah ke otot dengan
cara pembukaan kapiler, dan hal ini tentunya akan menurunkan tekanan
perifer dalam otot, yang pada gilirannya nanti akan meningkatkan
penyediaan oksigen dalam jaringan otot itu sendiri. Dengan demikian akan
mengurangi gangguan metabolism karbohidrat pada diabetisi, sehingga
menurunkan kadar glukosa.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahsan diatas dapat disimpulkan Olahraga merupakan aktifitas
system musculoskeletal yang sistematis dan terstruktur dengan frekuensi,
intensitas ,type dan time yang telah ditentukan. gerak pada dasarnya adalh ciri
khidupan olahraga adalah “stressor”, olahraga juga merupakan “nutrisi” bagi
tubuh. Penataan program pelatihan dengan dosis yang tepat, teratur, terukur,
cukup memberi rangsangan , sistemik , berkesinambungan, dan sesuai dengan
umur. Melatih tubuh untuk berolahraga pada dasarnya adalah meningkatkan
kemampuan fungsional raga yang sesuai dengan tuntutan penampilan jenis
olahraga sampai ketingkat yang maksimal baik pada aspek kemampuan dasar
maupun pada aspek kemampuan tekniknya. Hal ini bagi masyarakat umum
biasanya dilakukan di sentra-sentra latihan yang umunya seperti fitness, aerobic
atau senam modern.
Latihan adalah suatau proses yang sistematis secara berulang-ulang , secara
tetap dengan selalu memberikan peningkatan beban . Tujuanya adalah untuk
meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan ergosistem tubuh. sesuai
dengan komponen-komponen kebugaran jasmani , msks bentuk-bentuk latihan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani
4.2 Saran
Mahasiswa diharapkan lebih memahami bagaimana latihan kesehatan dan
kebugaran , agar bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Bompa,Tudor. (1994), Theory and Methodology of Trainning . Kendal. Lowal : Hunt Publishing
Company.

Giriwoyo, Y.S. Santosa (2017).Fisiologi Kerja Dan Olahraga. Jakarta: Rajawali,2017.

Giriwoyo, Y.S. Santosa (1992). Ilmu Faal Olahraga. Bandung. FPOK IKIP Bandung.

Hairy, Junusul. (1989), Fisiologi Olahraga, Jakarta : Depdikbud.

Martin, A , et.al. (1990) Farmasi Fisika. Jakarta: Universitas Indonesia Press .

Rushall BS.FS Pyke.1990.Training For Sport and Fitness.Melbourne; McbMilan Co

Sumosardjuno, Sadoso. (1993), Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam olahraga 2, Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Sharkley, Brian J. (2011), Kebugaran dan kesehatan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Sumosardjuno,Sadoso.(1989), Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam


Berolahraga.Jakarta:Galamedia.

Wiarto,Giri (2013).Fisiologi dan Olahraga.Yogyakarta:Graha Ilmu .

Anda mungkin juga menyukai