Anda di halaman 1dari 21

GIZI OLAHRAGA DAN DOPING

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi Olahraga

Oleh : Kelompok 9

Kori Ainil Fitri (1503410002)

Febriana Eka (1503410003)

Syarifudin Dimas (1503410006)

Azri Adillah (1503410011)

Hanifatun Nisa (1503410019)

Hafidah Nurmayanti (1503410024)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MALANG
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gizi Olahraga


2.1.1 Pengertian Gizi Olahraga
Ilmu gizi olahraga adalah terapan gizi kepada atlet agar mampu mencapai
prestasi yang optimal. Ilmu gizi olahraga adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara pengelolaan makanan dengan kinerja fisik yang bermanfaat untuk kesehatan,
kebugaran, pertumbuhan anak serta pembinaan prestasi olahraga. Pengaturan gizi
untuk atlet tidaklah jauh berbeda dengan pengaturan gizi bagi orang yang bukan
atlet. Fokus utama pengaturan gizi untuk keduanya adalah keseimbangan energi
yang diperoleh melalui makanan dan minuman dengan energy yang dibutuhkan
tubuh untuk menjaga keseimbangan metabolisme, kerja tubuh dan penyediaan
energi pada waktu istirahat, latihan dan sewaktu pertandingan. Kelebihan dan
kekurangan zat-zat gizi akan memberikan dampak yang sama baik bagi atlet
maupun bukan, yaitu tubuh akan mengalami gangguan keseimbangan dan akarbohi-
dratirnya akan mempengaruhi prestasi atlet.

2.1.2 Perencanaan Gizi Olahraga


Untuk memperoleh gizi yang optimal, perlu disusun perencanaan makanan
berjangka, baik jangka pendek, menengah maupun panjang yang selanjutnya
dijabarkan dalam program perencanaan makanan atlet. Pengaturan makanan atlet
disesuaikan dengan periode pembinaan atlet. Sesuai dengan periode tersebut
pengaturan makan atlet meliputi empat hal pokok:

a. Perbaikan status gizi


Dilaksanakan awal periode pembinaan yaitu tahap persiapan umum. Atlet
mengalami koreksi status gizi setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian
terhadap status gizi atlet, apakah termasuk gizi kurang atau gizi lebih atau sudah
tergolong normal. Atlet dengan status gizi kurang maka dilakukan proses yang
berkaitan dengan langkah-langkah meningkatkan status gizi mencapai normal,
sebaliknya bagi atlet yang mengalami kelebihan gizi salah satunya BB lebih atau
gemuk maka dilakukan penurunan BB mencapai berat normal.
Atlet yang mengalami status gizi yang belum optimal maka harus
dilakukan perbaikan status gizi. Tujuan pengaturan makanan pada tahap ini
adalah:
 Meningkatkan status gizi untuk menambah BB dan meningkatkan kadar Hb.
 Menurunkan BB bagi atlet dengan olahraga yang perlu klasifikasi BB tertentu
seperti cabang olahraga tinju, karate, pencak silat, gulat.

Perbaikan status gizi dengan mengatur makanan yang dikonsumsi sebaiknya


perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Bagi atlet yang menaikkan Berat Badan:
o Kebutuhan gizi sesuai menurut umur, jenis kelamin, BB dan aktifitas.
o Menu seimbang dengan aneka ragam bahan makanan
o Menu disesuaikan dengan pola makan atlet dan pembagian makanan
disesuaikan dengan jadwal pertandingan
o Untuk meningkatkan kadar Hb, makanan yang mengandung zat besi dari
hewani lebih banyak diserap
o Menambah makanan yang kaya vitamin C.
 Bagi atlet yang menurunkan Berat Badan perlu diperhatikan:
o Penurunan BB sebaiknya dilakukan pada persiapan umum
o Mengurangi konsumsi energi 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori
untuk penurunan 0.5 kgBB/mgg atau 1000 kalori untuk
penurunan/kg/BB/mgg
o Menambah aktifitas
o Menu seimbang dan memenuhi kebutuhan gizi

b. Pemeliharaan status gizi


Dapat dimulai dari awal pembinaan bila status gizi sudah optimal.
Pemeliharaan status gizi dilakukan pada atlet dengan status gizi optimal, mulai
dari persiapan umum atau setelah masuk persiapan khusus. Pemeliharaan
status gizi dilakukan dengan cara pengaturan makan yang baik, terus memantau
status gizi/komposisi tubuh melalui pengukuran BB pagi hari, tinggi badan dan
persentase lemak secara teratur
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Konsumsi energi harus cukup, terutama karbohidrat kompleks
2. Mengatur diri sendiri, bahan bakar otot harus diisi kembali setelah latihan.
3. Porsi makan kecil tapi sering
4. Gunakan waktu istirahat sebaik mungkin. Gunakan waktu ekstra untuk
makan agar lebih santai
5. Maksimalkan kemampuan endurens/daya tahan dengan meningkatkan
kapasitas erobik dan meningkatkan kadar Hb serta maksimalkan regulator
metabolisme dengan konsumsi vitamin dan mineral yang cukup
6. Banyak makan sayur hijau dan buah berwarna kuning, serealia, kacang-
kacangan.
7. Kurangi lemak dan minyak
8. Banyak minum air dan jus buah, jangan tunggu sampai haus
9. Timbang Berat Badan setiap hari untuk monitoring status gizi
(sesudah/sebelum latihan)

c. Pengaturan Gizi Pertandingan


Pengaturan makanan atlet sebelum, selama, saat pertandingan perlu
dilakukan, terutama untuk atlet yang bertanding lebih dari 60 menit.
Pengaturan Makanan Pertandingan
 Sebelum pertandingan (persiapan pertandingan)
Makanan yang dikonsumsi sebelum bertanding harus menyediakan
karbohidrat yang dapat meningkatkan dan mempertahankan kadar gula
darah tanpa mengeluarkan insulin secara drastis. Secara teoritis hal ini dapat
dicapai dengan mengoptimalkan baik glukosa maupun lemak sebagai
sumber energi. Pemberian makanan sumber karbohidrat sebelum bertanding
akan meningkatkan kadar gula darah dan kebutuhan insulin, sehingga dapat
menyebabkan hipoglikemia pada awal pertandingan yang menyebabkan
kelelahan lebih cepat. Peningkatan pengeluaran insulin juga menyebabkan
penurunan penguraian lemak sehingga meningkatkan ketergantungan pada
glikogen otot selama pertandingan berlangsung. Agar efek hipoglikemia awal
pertandingan tidak mengganggu performan atlet maka perlu diperhatikan
pemberian makan yang tepat untuk atlet baik jenis bahan pangan maupun
waktu pemberian. Ada beberapa petunjuk yang dapai digunakan dalam
pengaturan makan atlet sebelum pertandingan, yaitu:
a. 3 jam sebelum tanding atlet dianjurkan makan menu ringan, tinggi
karbohidrat terutama dengan indeks glikemik rendah, cukup protein,
rendah lemak, tidak bergas dan mudah cerna
b. Diusahakan tidak memberikan makanan sumber glukosa 30 menit atau
kurang sebelum pertandingan berlangsung. Hal ini akan menye-babkan
hipoglikemia.
c. Bagi atlet yang gugup dan cemas berikan makanan cair
d. Untuk olahraga endurens/daya tahan dapat diberikan diet khusus
(carbohidrat loading) beberapa hari (1minggu) sebelum bertanding.

Tujuan karbohidrat loading:


1. Mencegah hipoglikemia, gejala, sakit kepala, pandangan kabur, bingung
dan kelelahan.
2. Menenangkan lambung dan mengurangi lapar
3. Membentuk cadangan glikogen
4. Menjaga kecukupan cairan dan elektrolit agar tidak dehidrasi

Hal yang perlu diperhatikan :


1. Pola menu seimbang
2. Pola hidangan dapat pola tahap pemeliharaan
3. Tambahan makanan karbohidrat berupa makanan tinggi karbohidrat
seperti krakers, roti, biskuit, kue bolu, pisang dan lain-lain
4. Cara pemasakan lebih baik, rebus, kukus, bakar

 Makanan selama hari tanding


Tujuan: memberi makanan dan cairan yang cukup untuk memenuhi
energi dan zat gizi agar cadangan glikogen tetap terpelihara.
Syarat :
1. Cukup energi sesuai kebutuhan
2. Protein cukup 10-12%, lemak 15-20%, karbohidrat 68-70%
3. Banyak vitamin dan mineral
4. Mudah cerna, tidak bergas dan berserat, tidak meransang
5. Cairan gula diberikan dlm konsentrasi rendah
Hal perlu diperhatikan :
1. Pilih makan tinggi karbohidrat
2. Hindari terlalu banyak gula seperti sirop, softdrink
3. Atur waktu makan sesuai jadwal tanding
4. Perhitungkan wa
5. ktu cerna makanan
6. Berikan makan tambahan berupa cairan padat gizi
7. 2jam sebelum tanding
8. Makan malam sebelum hari tanding lebih banyak
9. karbohidrat dan rendah lemak
10. Memberi makanan yang dikenal atlet
11. Memberikan cukup cairan dengan interval tertentu
12. Susunan hidangan seperti pola tahap pemeliharaan

Waktu makan :
1. 3-4 jam sebelum tanding: makanan utama nasi + lauk +
2. sayur + buah
3. 2-3 jam sebelum tanding: makanan kecil roti/krakers
4. 1-2 jam sebelum tanding: makanan cair/minuman jus/teh
5. < 1jam sebelum tanding: cairan /minuman

Kebutuhan cairan atlet


1. 2,3 – 4 liter perhari
2. Sehari sebelum bertanding minumlah ekstra 2-3 gelas besar
3. 2 jam sebelum tanding minum 2-3 gelas
4. 5-15 menit minum 1-2 gelas
5. Pada saat pertandingan istirahat juga dapat minum (voli dan bola kaki)
6. Jenis cairan air putih, teh jus buah dapat diberikan dengan sedikit gula
(2,5%) dan suhu 10 derajat
7. Minuman diberikan setiap 10-15 menit
 Makanan selama pertandingan berlangsung (saat)
Cabang olahraga tertentu (> 90 menit) pd pos tertentu dapat tambahan
makan. Sebaiknya makanan dlm bentuk cair (400-500 kalori) seperti jus buah
+ tepung + gula, Jenis makanan cair ini dikenalkan terlebih dulu. Bila atlet
tidak suka makan cair beri makanan ringan (crakers, kue , pisang)

 Makanan setelah bertanding


Yaitu makanan setelah selesai bertanding dan menghadapi pertandingan
berikutnya. Tujuan: memberi makanan yang memnuhi energi dan zat gizi
untuk menulihkan glikogen otot, status dehidrasi dan keseimbangan elektrolit
Syarat:
1. Cukup energi, tinggi karbohidrat, vitamin mineral,
2. cukup protein, rendah lemak
3. Banyak cairan
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Minuman setelah bertanding penting untuk memulihkan status dehidrasi
2. Setiap penurunan 500 gr berat badan, tubuh memerlukan 500 cc air
3. Pada penurunan berat badan 4-7%, berat badan akan kembali normal
setelah 24-48 jam
4. Minuman diberikan dengan interval waktu tertentu
5. Minumlah jenis juice buah yang mengandung K dan Na (tomat,
belimbing)
6. Untuk memulihkan kadar gula darah, tubuh memerlukan hidrat arang.
Kebutuhan hidrat arang 1 jam setelah bertanding 1 gr/kg BB. Misal, Berat
badan 60 kg maka kebutuhan hidrat arang sebesar 60 gr atau 240 kalori
7. Pilihlah hidrat arang kompleks (polisakarida) dan disakarida
8. Pada umumnya setelah bertanding atlet malas makan, oleh karena itu
porsi makanan diberikan ½ porsi dari biasanya, ditambah makanan cair
yang banyak hidrat arang
Cara pemberian :
1. Segera setelah bertanding minum air dengan suhu 100c (sejuk), 1-2
gelas
2. ½ jam setelah bertanding; juice buah 1 gelas
3. 1 jam setelah bertanding; juice buah 1 gelas dan snack ringan atau
makanan cair yang mengandung hidrat arang sebanyak 300 kalori
4. 2 jam setelah bertanding makan lengkap dengan porsi kecil; sebaiknya
diberi lauk yang tidak digoreng dan tidak bersantan dan diberi banyak
sayuran dan buah.
5. Sayuran berkuah lebih bermanfaat untuk mencukupicairan dan mineral,
misal soto, sop.
6. 4 jam kemudian atlet biasanya baru merasa lapar.
Untuk itu penyediaan makanan pada malam hari menjelang tidur,
mutlak diperlukan bagi atlet yang bertanding malam hari. Jenis hidangan
yang disukai atlet ialah mie bakso, mie instan dan lainlain.

d. Pemulihan Status Gizi


Pengaturan makanan atlet setelah masa pertandingan berlalu
dimaksudkan untuk memulihkan kondisi fisik atlet dan mengisi kembali
cadangan glikogen yang habis setelah dipakai dalam pertandingan.
Masa pemulihan dapat diartikan sebagai masa pemulihan beberapa hari
setelah bertanding. Pengaturan makan mengikuti tatalaksana setelah
bertanding. Dalam suatu program latihan, masa ini disebut sebagai masa
istirahat aktif. Meskipun intensitas latihan menurun atlet harus tetap
menjaga kondisi fisiknya. Kebutuhan energi harus disesuaikan dengan
aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Ada kalanya pada masa ini atlet sudah
tidak berada dipemusatan latihan.Dalam hal ini atlet harus tetap
mempertahankan kebiasaan makan yang sudah terpola seperti
dipemusatan latihan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Kebutuhan energi harus disesuaikan dengan aktifitas yang dilakukan
2. Gizi seimbang dan bervariasi
3. Tetap mengontrol berat badan agar selalu dalam batas-batas yang
ideal
4. Bila status gizi menurun dapat digunakan susunan pola hidangan
peningkatan gizi. Bila status gizi tetap terpelihara digunakan susunan
pola hidangan pemeliharaan status gizi.
2.1.3 Minuman Olahraga
Adapun minuman yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Cairan bersifat hipotonik (kadar gula <2,5 g/100 cc air). Akan lebih baik
apabila isotonic (larutan intraseluler dan ekstraseluler seimbang).
2. Suhu 8-13 oC (umumnya 10 oC )
3. Minuman 100- 400 cc. 10- 15 menit sebelum bertanding
4. Selama bertanding, minum 100- 200 cc setiap 10- 15 menit terutama pada
saat bertanding ditempat yang panas.
5. Setelah bertanding, makanlah lebih banyak dari biasanya untuk
menggantikan elektrolit yang hilang lewat keringat
6. Catat berat badan untuk mengestimasi terjadinya kekurangan cairan.

Pada saat berolahraga, aktivitas minum memberi beberapa keuntungan yaitu:


1. Mengembalikan jumlah cairan yang hilang karena keringat
2. Dapat mengurangi timbulnya panas badan yang berlebihan
3. Memberikan kesempatan untuk memberikan tambahan sumber energi
berupa karbohidrat (gula)

2.1.4 Dampak makanan, minuman dan suplemen terhadap kinerja fisik


Banyak masyarakat umum termasuk para atlit memiliki keyakinan bahwa
untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya agar mampu bekerja atau berprestasi
optimal, diperlukan makanan/minuman tertentu termasuk suplemen. Beberapa
jenis makanan atau minuman “prestasi” yang dipercaya dapat meningkatkan
kinerja fisik antara lain :
1. Alkohol
Alkohol yang terkandung dalam minuman keras seperti bir, whiskey, dan lain-lain
mempunyai pengaruh pada vasodilatasi sehingga dapat melebarkan pembuluh
darah perifer, menyebabkan kulit kemerahan dan terasa hangat. Di samping itu,
alkohol termasuk jenis minuman penghasil energi instan; 1 gram alkohol dapat
menghasilkan 7 kalori. Namun, penggunaan alkohol merugikan tubuh sebab alkohol
mempunyai sifat-sifat di antaranya adalah :
 Depresan bagi susunan syaraf pusat
 Mempercepat kelelahan sebab memproduksi asam laktat
 Mengganggu kerja syaraf; menghambat waktu reaksi, mempengaruhi refleks,
kecepatan dan koordinasi menjadi lambat
 Merupakan zat diuretis yang menyebabkan dehidrasi.
Untuk itu, sebaiknya setiap orang termasuk olahragawan menghindari pemakaian
alkohol dalam bentuk apapun.
2. Kafein
Kafein terdapat pada kopi, teh, coklat, dan koka yang berpengaruh terhadap
perangsangan otot jantung, sehingga meningkatkan frekuensi kontraksi,
merangsang susunan syaraf yang mnejadikan orang lebih siaga dan mempunyai
efek vasodilatasi pada pembuluh darah perifer. Selain itu, kafein mampu
merangsang mobilisasi lemak sehingga dapat meningkatkan prestasi aerobik,
melindungi liver serta mengembangkan memori.
Meskipun memiliki beberapa manfaat, pemakaian kafein bagi olahragawan
sebaiknya dihindarkan sebab akan merugikan kinerja saat bertanding seperti denyut
nadi berlebihan (ekstrasistolik atau extrasystole), memacu produk urine, dan bagi
atlet yang sensitif menyebabkan depresi yang membuat atlet gelisah serta menderita
insomnia (sulit tidur).
Di samping itu, pemakaian kafein yang berlebihan dianggap doping apabila
konsentrasi dalam urine >12µg/ml. Seorang olahragawan yang minum 15 cangkir
kopi dalam sehari diperkirakan dapat dianggap sebagai doping.
3. Gula
Gula termasuk karbohidrat sederhana yang mudah diserap usus halus untuk
menghasilkan energi guna kinerja fisik. Konsumsi gula yang pekat (hipertonik)
>2,5g/100 cc air, menyebabkan terjadinya shock insulin atau rebound insulin yang
mengakibatkan hipoglikemia (kadar gula rendah <50mg%), sehingga berpengaruh
negatif terhadap kinerja atlet dalam berlatih maupun bertanding.
Mekanisme terjadinya hipoglikemia dimulai dengan masuknya minuman dengan
kadar gula tinggi (hipertonik), yang selanjutnya akan memacu pankreas untuk
mensekresi hormon insulin. Kehadiran insulin akan membawa gula masuk ke dalam
sel (insulin sebagai glukosa carier). Hal tersebut mengakibatkan kandungan gula
dalam darah menurun drastis (hipoglikemia). Gejala hipoglikemia antara lain badan
lemas, mudah tersinggung, sakit kepala, lapar, pucat, berkeringat banyak, bingung,
kejang, bahkan bisa sampai hilang kesadaran. Hal tersebut terjadi karena otak
kekurangan suplai makanan sebab glukosa/gula darah merupakan satu-satunya
sumber makanan bagi otak.
4. Ginseng
Ginseng merupakan bahan berupa akar-akaran dari Korea yang mengandung
dametrene triol glikosida, mempunyai efek merangsang sekresi adrenalin dalam
tubuh sehingga membuat orang lebih aktif. Ginseng biasanya dikonsumsi dalam
bentuk cairan, kapsul, obat-obatan, maupun jamu. Sampai saat ini belum ada
larangan penggunaan ginseng bagi olahragawan.
5. Protein
Pemakaian suplemen protein pada atlet dipercaya dapat meningkatkan ukuran
otot sehingga kekuatan otot akan bertambah dan dapat mengurangi lemak tubuh.
Penggunaan ektraprotein dapat berupa menambah konsumsi bahan makanan
sumber protein terutama protein hewani melebihi kebutuhan normal yang dianjurkan
atau menggunakan jenis asam amino tertentu dalam bentuk tepung.
Sebenarnya kebutuhan protein relatif sedikit sehingga apabila asupan makanan
sehari-hari sudah mencukupi kebutuhan zat gizi termasuk protein maka suplemen
protein (asam amino) tidak diperlukan. Dengan menu makanan tersebut, kebutuhan
protein untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak sudah tercukupi.
Asupan protein yang berlebihan memberatkan kerja ginjal dan hati yang
berpengaruh terhadap kinerja olahragawan. Untuk itu, olahragawan tidak dianjurkan
mengonsumsi protein yang berlebihan (high protein intake).
6. Multivitamin
Terdapat bukti bahwa vitamin dapat mempengaruhi prestasi seorang atlet.
Namun demikian, keadaan defisiensi vitamin dapat dicegah apabila konsumsi
makanan sehari-hari cukup kualitas dan kuantitas. Penelitian-penelitian
menunjukkan bahwa apabila kecukupan vitamin sudah terpenuhi dari makanan
maka suplemen vitamin tidak akan meningkatkan prestasi.
Atlet yang perlu pembatasan berat badan, misalnya senam, tinju, atau angkat
besi yang membatasi konsumsi makanannya untuk mempertahankan berat
badannya sesuai kelas atau cabang olahraganya, perlu mengonsumsi makanan
yang tinggi kandungan vitamin dan mineral terutama zat besi. Bagi atlet wanita yang
biasanya mengalami perdarahan yang banyak pada waktu haid maka kebutuhan
akan zat gizi dan vitamin yang terlibat dalam pembentukan sel darah merah akan
meningkat.
Demikian pula atlet vegetarian, suplemen vitamin B12 sangat penting untuk
mencegah anemia pernisosa karena sumber utama vitamin ini berasal dari makanan
hewani. Suplemen vitamin dan mineral pada keadaan tersebut dapat
dipertimbangkan. Kelebihan konsumsi vitamin (hipervitaminose) dari makanan
jarang terjadi kecuali pada pemberian suplemen vitamin dosis tinggi.
Toksisitas vitamin dapat terjadi khususnya pada pemberian vitamin-vitamin yang
larut dalam lemak (A, D, E, K) dengan dosis nonfisiologis (megadosis) dalam waktu
yang cukup lama. Hipervitaminose A misalnya menyebabkan kulit kering, pusing,
mual, hipervitaminose E menyebabkan pening, gangguan cerna dan mata kabur.
Contoh lainnya, pemberian suplemen niacine dan vitamin B6 dengan dosis 1.000mg
atau lebih dapat memberi efek toksik, karena akan menghambat mobilisasi asam
lemak pada waktu berolahraga. Keadaan tersebut menyebabkan terkurasnya
cadangan glikogen dalam waktu singkat sehingga mengurangi kemampuan tubuh
serta menurunkan prestasi dan dapat menyebabkan kerusakan tubuh. Kelebihan
vitamin yang larut air (B dan C) akan memperberat kerja ginjal untuk membuangnya
melalui urine.
7. Madu
Madu termasuk salah satu jenis minuman yang diyakini dapat meningkatkan
kinerja dan prestasi. Sebenarnya, kandungan zat gizi yang terdapat pada madu
hampir sama dengan gula (pasir, kelapa, dan aren). Madu yang dikonsumsi
menjelang dan pada saat bertanding dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya
hipoglikemia.
8. Telur Mentah
Beberapa orang meyakini bahwa minum telur mentah akan membuat fisik lebih
tangguh. Hal tersebut banyak dilakukan oleh para pekerja berat atau olahragawan
yang mengharapkan prestasi kerja maksimal.
Secara fisiologis usus manusia hanya dapat menyerap zat gizi dalam telur
apabila sudah dalam keadaan masak. Dalam putih telur terdapat zat Avitin yang
dapat merusak vitamin A. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
mengonsumsi telur mentah justru merugikan tubuh sebab tidak ada zat gizi yang
dapat diserap saluran cerna. Telur itu hanya lewat untuk selanjutnya dibuang dalam
bentuk feses. Selain itu, fungsi organ tubuh seperti mata dapat terganggu karena
rusaknya vitamin A.
9. Rokok
Sudah banyak diketahui umum bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan
seperti sistem pernafasan, paru-paru, jantung, dll. Asap rokok mengandung
karbonmonoksida yakni salah satu senyawa karbon yang memiliki afinitas (daya ikat)
terhadap Hb 200-300 kali lebih kuat daripada afinitas terhadap oksigen (o2). Dengan
demikian, perokok apalagi olahragawan dapat mengalami kekurangan suplai
oksigen untuk proses metabolisme dalam tubuh sehingga menurunkan prestasi
terutama aktivitas yang memerlukan oksigen (aerobik).
Selain itu, asap rokok termasuk zat radikal bebas yang menyebabkan berbagai
penyakit seperti kanker, merokok meningkatkan kebutuhan vitamin C (sebagai zat
antioksidan), merokok juga mengganggu metabolisme vitamin B1, B21, dan kalsium
sehingga memungkinkan terjadinya osteoporosis.

2.1.5 Pertimbangan Penggunaan Suplemen


Terkadang suplemen memang dibutuhkan dalam memenuhi gizi atlet.
Hanya saja, hal ini membutuhkan beberapa pertimbangan mendasar yang perlu
diperhatikan. Berikut adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk
memutuskan apakah suplemen perlu diberikan kepada seorang atlet :
1. Suplemen dapat diberikan jika atlet menderita kekurangan zat-zat gizi
tertentu yang mungkin terjadi saat :
a. Mengikuti program penurunan berat badan
b. Menstruasi (atlet perempuan)
c. Variasi makanan kurang baik, misalnya pada vegetarian
2. Penggunaan suplemen harus dalam pengawasan dokter atau ahli gizi
olahraga.
3. Dalam menggunakan suplemen vitamin perlu diingat tingkat toksisitas vitamin
dan mineral.
4. Dalam keadaan penyediaan menu makanan sehari-hari, cukup kandungan
zat gizi (vitamin dan mineral) sehingga suplemen tidak diperlukan.

2.2 DOPING
2.2.1 Pengertian Doping
Doping berasal dari kata dope, yakni campuran candu dengan narkotika
yang pada awalnya digunakan untuk pacuan kuda di Inggris. Definisi menurut
para ahli :
a. Doping adalah pemberian obat/bahan secara oral/parenteral kepada
seseorang olahragawan dalam kompetensi, dengan tujuan utama untuk
meningkatkan preatasi secara tidak wajar (Richard V.Ganslen)
b. Doping adalah pemberian/penggunaan oleh peserta lomba, berupa bahan
yang asing bagi organisme melalui jalan yang abnormal, dengan tujuan
meningkatkan prestasi (internasional conggress of sport sciences ; olympiade
Tokyo 1964).

2.2.2 Sejarah Doping


Doping telah dikenal dan dipergunakan sejak lama. Misalnya msayarakat
Indian memakan tumbuhan tertentu untuk meningkatkan kekuatan dan
menambah keberanian saat berburu. Perkembangan selanjutnya, doping banyak
digunakan oleh atlet balap sepeda. Sejarah abad modern mencatat pengunaan
doping sebagai berikut :
1865 : doping digunakan perenang dalam lomba disaluran air Amsterdam
1879 : bahan heroin dan kokain digunakan dalam balap sepeda
1886 : seorang pembalap sepeda perancis yang mengikuti lomba balap 600
Km meninggal setelah menggunakan Trimethyl
1910 : pemberian “paradoping” pada lawan bertanding agar prestasi lawan
menurun
1934 : “wake’ Amne” digunakan pada perang dunia II untuk mencegah kantuk
dan meningkatkan daya tempur para tentara
1952 : doping digunakan atlet dalam lomba skating di oslo
1956 : amphetamine digunakan pembalap sepeda
1960 : pembalap sepeda meninggal karena terlalu banyak mengonkunsi
amphetamine dan asam nicotine
1967 : ditemukannya kematian pembalap sepeda, pemain sepakbola dan
petinju karena pemakaian wake amine
1968 : doping digunakan atlet pancalomba
1972 : pada olimpiade munich ditemukan penggunaan ephydrine
1980 : ben johnson, pelari cepa 100 meter, dicopot gelar juaranya karena
ketahuan menggunakan anabolic streroid pada olimpiade seoul
2005 :petenis argentina mariano puerta positif menggunakan doping (zat
etilefrine) pada kejuaraan tenis grandslam di rolland garos, perancis. Puerta
merupakan petenis argentina ke-5 yang terjerat doping

2.2.3 Alasan penggunaan doping


1. Aspek psikososial
Setiap individu memiliki potensi melakukan pelanggaran, ditambah lagi
apabila lingkungan memberi kesempatan untuk melakukan pelanggaran
tersebut
2. Kepribadian
Individu yang memiliki konsep diri maupun harga diri negatif atau rendag,
dalam menghadapi situasi kompetitif, memiliki kecenderungan mencari
keuntungan pribadi dengan jalan menggunakan cara yang tidak sehat. Salah
satunya adalah menggunakan doping
3. Lingkungan sosial individu
a. Nilai sosial kemenangan
Menghalalkan segala cara untuk memenangkan sebuah kompetisi
termasuk penggunaan doping
b. Lingkungan masyarakat
Kekalahan dalam bertanding yang akan memicu respon negatif dari
masyarakat sehingga seorang atlet memiliki pemikirna untuk “menang”
dalam setiap event yang mereka ikuti
c. Lingkungan pemain
Keinginan menang yang selalu ada dalam lingkungan pemain, pelatih
maupun official bahkan keluarga sehingga melahirkan keinginan dan
rasa tanggung jawab yang tak terkontrol. Pemain merasa sungkan dan
takur pada atasan jika kalah dalam bertanding sehingga terjadilah kasus
doping.
4. Kurangnya informasi tentang bahaya penggunaan doping bagi diri sendiri
dan orang lain
5. Ketatnya persaingan
6. Komersialisasi, para atlet atau pelatih sering kurang selektif menghadapi
gencarnya tawaran obat-obatan dari produsen
7. Propaganda, persaingan merebut bonus misalnya, merupakan salah satu
pendorong bagi atlet untuk dapat merebut predikat terbaik pada setiap event
yang dihadapi, yang sayangnya terkadang dengan menghalalkan segala cara
termasuk menggunakan doping
8. Frustasi karena latihan yang telah dilakukannya tidak kunjung membuahkan
prestasi

2.2.4 Doping dan prestasi olahraga


Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pemberian placebo (zat doping
palsu) dapat meningkatkan prestasi menggenggam 63% dan prestasi step tes
72%. Analisis terhadap hasil tersebut meperlihatkan bahwa peningkatan prestasi
disebabkan oleh faktor psikologis, yakni sugesti yang muncul setelah
mengonsumsi zat-zat tertentu.

2.2.5 Alasan pelarangan doping


IOC memberikan batasan tentang dasar konsep doing meliputi
duapengertian, yakni : (1) penggunaan bahan yang dilarang dan (2) penggunaan
metoda yang dilarang. Adapun alasan pelarangan doping meliputi :
a. Alasan etis : penggunaan doping melanggar morma fairplay dan sportivitas
yang merupakan jiwa olahraga
b. Alasan medis : membahayakan keselamatan pemakainya, atlet akan
mengalami habituation (kebiasaan) dan addiction (ketagihan) serta drugs
abuse (ketergantungan obat) yang dapat membahayakan jiwanya seperti
kasus yang pernah terjadi pada kurun waktu 1967, yakni kematian atlet balap
sepeda, sepakbola dan tinju setelah mengonumsi obat-obatan doping.

2.2.6 Risiko penggunaan doping


1. Morphine : berpengaruh terhadap SSP (sistem saraf pusat) berupa
analgesia, meningkatkan rasa kantuk, perubahan mood dan depresi
pernafasan. Pada saluran cerna menyebabkan penurunan motilitas usu,
nausea serta emesis, disamping juga keracunan akut hingga berakibat koma,
miosis dan depresi pernafasan
2. Anabolik steroid : menyebabkan wanita bersifat maskulin, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan seks dan tulang, oedem, icterus, kanker
hati, impotensi dan peningkatan suhu tubuh.

2.2.7 Zat dan metode doping yang dilarang


Pelarangan doping dalam dunia olahraga prestasi meliputi (1) larangan
pengunaan zat-zat doping, (2) larangan metoda yang digunakan dan (3)
larangan bahan dengan ketentuan khusus.
1. Zat-zat doping
Dikelompokkan dalam 7 golongan yakni stimulan, narkotik analgetik, anabolik
androgenik, anabolik nonsteroid, penghalang beta, diuretika , dan peptida
hormon.
a. Metode doping yang dilarang
 Doping darah (blood doping) atau authotransfusi : yakni pemberian
darah, sel darah merah, pembawa oksigen buatan dan produk darah
yang terkait dengan atlet.
 Manipulasi farmakologik kimia dan fisik : yakni penggunaan bahan dan
atau metoda yang mengubah, mencoba mengubah, atau diharapkan
dapat menubah, kejujuran dan validitas sampeld alam pengawasan
doping. Termasuk didalamnya tanpa pembatasan, pemberian diuretika,
kateterisasi, subsitusi sampel dan atau pencampuran, menghambat
ekskresi ginjal, mislanya dengan probenecid dan ikatan terkait dan
perubahan pengukuran testosteron dan epitestosterone, misalnya
dengan pemberian epistestosterone atau bromantan.
b. Kelompok bahan dengan ketentuan khusus
1. Alkohol : bila pihak yang berwenang mengharuskan dilaksanakan tes
makan disiapkan tes untuk ethanol
2. Connabinoids : bila pihak yang berwenang mengaruskan dilaksanakan
tes makan disipakan tes untuk connabinoids (misalnya marijuana,
hashish).
3. Anestesi lokal : diperbolehkan dalam kondisi berikut :
a. Bupivacaine, lidocain,mepivacaine tetapi bukan cocain vasokontriktor
(misalnya adrenalin) boleh digunakan dalam hubungan dengan
anestesi lokal
b. Hanya pemberian suntikan lokal atau intraartikular
c. Hanya berdasarkan pertimbangan medik
4. Kortikosteroid
Penggunaan secara sistemik dilarang, tetapi pemberian secara anal,
aural, dermatologikal, inhalasi, dan opthalmological diperbolehkan.
Suntikan kortikosteroid intraartikular dan lokal diperbolehkan.
5. Penghalang beta
Beberapa contoh penghalang beta (beta blocker) antara lain :acebutolol,
atenolol, labetanol,nadolol,oxprenolol,propanol,satalol dan substansi
terkait.

2.2.8 Badan anti doping


WADA (world Anti Doping Agency) bertekad untuk melakukan perjuangan
melawan doping di tingkat dunia, sedangkan di indonesia adalah LADI (lembaga
anti doping indonesia). Dasar kerja WADA dan LADI mengacu apda the world
anti doping code yang merupakan hasil deklarasi copenhagen 5 maret 2003.
Penekanan program WADA dan LADI adalah melakukan tes doping kepada atlet
olahraga kompetitif yang akan dilakukan di luar kompetisi dan diambil secara
acak.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ilmu gizi olahraga adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara pengelolaan
makanan dengan kinerja fisik yang bermanfaat untuk kesehatan, kebugaran,
pertumbuhan anak serta pembinaan prestasi olahraga. Perencanaan gizi olahraga
meliputi perbaikan gizi, pemeliharaan gizi, pengaturan gizi pertandingan, serta
pemulihan gizi.
Doping adalah pemberian bahan asing kedalam tubuh olahragawan baik secara oral
maupun parenteral yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi. Penggunaan doping
dilarang karena melanggar norma sportivitas serta dapat membahayakan kesehatan
pemakai. Peningkatan prestasi disebabkan oeh factor psikologis yakni sugesti setelah
menggunakan/ mengonsumsi zat zat tertentu.

3.2 Saran
 Pemberian doping pada olahragawan tidak diperlukan karena hanya merugikan dan
membahayakan diri pengguna.
 Memberikan pelatihan fisik dan mental secara seimbang untuk meningkatkan tingkat
percaya diri olahragawan
DAFTAR PUSTAKA

Irianto, djoko pekik. 2009. Panduan gizi lengkap keluarga dan olahragawan. Ed-1.
Jogjakarta. ANDY
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=477282&val=9745&title=DOPING%
20DALAM%20OLAHRAGA

Anda mungkin juga menyukai