Anda di halaman 1dari 6

TUGAS GIZI OLAHRAGA

“REVIEW JURNAL PENELITIAN”

OLEH

Dian Kurnia Rahayu


NIM. J310201197

DOSEN PEMBIMBING

Nur Lathifah Mardiyati, MS

S1 ILMU GIZI TRANSFER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
Judul : Hubungan Status Gizi, Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
dengan Kecepatan pada Atlet Hockey Kota Surabaya

Penulis : Nur Amin dan Yanesti Nur Avianda Lestari

Nama Jurnal : Sport and Nutrition Journal

Bulan dan Tahun Terbit : Juni 2019

Pendahuluan

Permainan hockey diketahui merupakan permainan yang membutuhkan banyak energi,


dimana pemain hockey dituntut untuk memiliki tingkat kondisi fisik yang baik agar mampu
mencapai prestasi yang optimal selama pertandingan. Adapun kondisi fisik yang optimal selama
bertanding tidak akan tercapai apabila tidak didukung dengan asupan zat gizi dan energi yang
memadai (Heatler, et al, 2006). Atlet yang kebutuhan asupan energi dan zat gizinya kurang atau
berlebih dapat memberikan efek yang kurang baik bagi fungsi fisiologis tubuh. Kecukupan zat
gizi terutama karbohidrat, lemak dan protein sebagai sumber energi sangat berkaitan erat dengan
pola konsumsi atlet (Irianto, 2007). Adapun seorang atlet yang tidak terpenuhi kecukupan energi
dan zat gizinya melalui tatalaksana gizi yang baik maka latihan atlet akan menjadi terhambat
(Griwijoyo & Sidik, 2017).

Tujuan Peneltian

Mengkaji tentang gambaran status gizi serta tingkat kecukupan energi dan menganalisis
korelasinya dengan kecepatan atlet hoki di Surabaya.

Metode Penelitian

Penelitian bersifat correlational descriptive dengan menggunakan rancangan cross


sectional yang dilakukan pada atlet hoki Kota Surabaya yang dilaksanakan di Gelanggang
Olahraga (GOR) Dwi Utomo, Gresik, Jawa Timur. Pada penelitian dilakukan pengukuran
antropometri dan wawancara tentang pola makan atlet hoki yang kemudian dinilai hubungannya
dengan kecepatan atlet hoki. Subjek penelitian adalah atlet hoki laki-laki dari berbagai klub hoki
di Kota Surabaya yang tergabung dalam tim hoki Provinsi Jawa Timur. Subjek penelitian
diambil menggunakan teknik total sampling sejumlah 20 orang. Status gizi subjek penelitian
ditentukan dengan menggunakan indikator IMT/U (Indek Massa Tubuh berdarkan usia). Rata-
rata asupan energi dan zat gizi diperoleh dari hasil wawancara dengan subjek penelitian
menggunakan kuesioner semi-FFQ (Food Frequency Questionnaire) dengan rentang waktu 30
hari ke belakang (30 days past). Kecepatan subjek penelitian diukur melalui tes lari jarak pendek
(sprint) 50 meter pada lintasan lurus dan datar yang telah ditentukan, dan waktu (detik) tempuh
jarak lari diukur menggunakan stopwatch. Hubungan antara status gizi serta rata-rata asupan
energi dan zat gizi terhadap kecepatan subjek penelitian dianalisis menggunakan uji Sprearman’s
Correlation dengan tingat kepercayaan 95% (α = 0,005) (Uyanto, 2009).
Hasil dan Pembahasan

1. Karakteristik Subjek Penelitian


Subjek penelitian merupakan atlet pelajar yang masih berusia remaja dengan rentang
usia antara 14-17 tahun. Hasil penilain status gizi menggunakan indikator IMT/U
menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki status gizi normal (85%) atau
yang berada pada rentang z-score >-2SD s/d 1 SD. Meskipun masih terdapat subjek penelitian
yang memiliki status gizi gemuk dan obesitas (10% dan 5%)
2. Hubungan Status Gizi dengan Kecepatan
Hasil analisis menunjukkan bahwa status gizi tidak berkolerasi secara signifikan
terhadap kecepatan atlet hoki yang ditunjukkan dengan nilai p>0,05 (p=0,266). Hal ini
dikaitkan dengan sebagian besar subjek penelitian yang memiliki status gizi normal tidak
menunjukkan hasik tes kecepatan lari sprint 50 meter yang baik dan sangat baik. Berdarkan
hasil penelitian, hanya 10% subjek penelitian yang memiliki status gizi normal yang
menunjukkan hasil tes kecepatan yang baik sedangkan sisanya hanya menunjukkan hasi tes
dengan kategori kurang dan sedang (35% dan 45%). Hasil penelitian ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 pada 46 atlet universitas (cricket, sepak bola, hoki
dan bola tangan) di India. Penelitian tersebut menyatakan bahwa IMT menunjukkan korelasi
negatif yang sifnifikan dengan kecepatan atlet (r=0,752 p=0,0001). Semakin tinggi nilai IMT
seorang atlet maka kemampuan kecepatan larinya akan semakin menurun (Dhapola & Verma,
2017).
Perbedaan jenis dan pola latihan dari setiap klub hoki diduga menjadi salah satu faktor
tidak signifikannya hasil penelitian ini. Selain berat badan dan tinggi badan yang menentukan
IMT seorang atlet yang kemudian akan menentukan kemampuan kecepatan seorang atlet,
faktor latihan dan aktivitas fisik juga menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi kemampuan
dan performa kecepatan seorang atlet. Usia atlet yang masih remaja serta aktivitas sekolah
beserta ekstrakulikuler yang spesifik dan berbeda-beda tentu akan mempegaruhi kondisi fisik
yang aan berdampak pada performa kecepatan terutama pada saat tes kecepatan dilakukan.
3. Hubungan Rata-Rata Tingkat Kecukupan Asupan dengan Kecepatan
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kecukupan asupan , baik asupan
energi maupun zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, kalium, natrium, kalsium dan zat besi)
tidak berkolerasi secara signifikan terhadap performa kecepatan subjek penelitian. Hal ini
dikaitkan dengan sebagian besar subjek penelitian yang rata-rata kecukupan energi dan zat
gizi yang deficit justru menjukkan hasil tes kecepatan lari sprint 50 meter yang sedang hingga
baik. Hal berkebalikan ditunjukkan pada hasil analisis hubungan antara rata-rata tingkat
kecukupan magnesium dengan kecepatan yang menunjukkan sebagian besar subjek penelitian
yang rat-rata tingkat kecukupan asupannya berlebih justru menunjukkan performa kecepatan
yang sedang hingga baik.
Adapun asupan zat gizi yang hampir semuanya deficit pada atlet hoki pada penelitian
ini dikarenakan tidak tersedianya ahli gizi pada perhimpunan atlet hoki tersebut. Berdasarkan
wawancara dengan subjek penelitian, mereka hanya diberikan uang untuk membeli makanan
sendiri pada saat tidak sedang melakukan pertandingan, sedangkan pada saat pertandingan
mereka mengkonsumsi makanan yang sudah disediakan oleh katering. Akan tetapi hal
tersebut kurang sesuai dengan prinsip perhitungan kebutuhan asupan zat gizi, dikarenakan
kebutuhan zat gizi setiap individu setiap individu berbeda-beda dan harus ada menghitungkan
kebutuhan tersebut, yaitu ahli gizi.
Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 pada pemain sepak bola yang berusia
9-12 tahun di Sekolah Sepak Bola Sinar Harapan, Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur
menyatakan bahwa tingkat kecukupan energi dan lemak menunjukkan korelasi yang
signifikan terhadap status gizi atlet sepak bola (Amin & Lestari, 2017). Atlet secara mutlak
membutuhkan pemenuhan energi yang sesuai dengan kebutuhan untuk menjaga massa
jaringan tubuh (massa lemak dan bebas lemak), system imunitas tubuh, fungsi reproduksi
serta performa optimal (Kandarina, 2007). Tidak hanya energi, terpenuhinya kebutuhan
karbohidrat pada atlet juga pada akhirnya akan mempengaruhi performa atlet baik pada saat
latihan maupun bertanding. Karbohidrat berperan sebagai sumber energi selama latihan
maupun bertanding. Asupan karbohidrat berkaitan dengan pengaturan gula darah dan
simpanan glikogen dalam otot maupun liver, dimana gula darah maupun simpanan glikogen
akan berdampak pada laju produksi energi (Karyamitha &Adhi, 2017); (Irawan, 2007).
Sama halnya dengan karbohidrat, lemak merupakan salah satu sumber energi yang
penting selama latihan maupun bertanding, dimana mobilisasi penggunaan lemak sebagai
sumber energi tergantung dari durasi dan intensitas latihan yang dilakukan. Latihan yang
dilakukan dalam durasi panjang disertai dengan intensitas tinggi selain membutuhkan
karbohidrat sebagai sumber energi juga membutuhkan lemak sebagai sumber energi
tambahan. Jika asupan karbohidrat tidak mencukupi kebutuhan, kondisi ini kemudian akan
memicu mobilisasi lemak lebih cepat yang kemudian akan mengakibatkan kelelahan pada
tubuh atlet yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan performa atlet (Primana,
200); (Irianto, 2007).
Berbeda dengan karbohidrat dan lemak, protein hanya diperlukan sebanyak 3-5%
sebagai sumber energi selama latihan maupun bertanding, selebihnya protein memiliki fungsi
untuk perbaikan jaringan tubuh yang rusak, sebagai bahan pembentuk/pembangun jaringan
tubuh yang baru, merupakan prekursor berbagai hormon dan enzim untuk proses metabolism
tubuh ((FIFA, 2005); (Almatsier, 2009). Adapun asupan protein yang tidak memenuhi
kebutuhan akan meningkatkan resiko cedera pada jaringan otot atlet baik selama latihan atau
pada saat pertandingan (Husaini, 2000). Dalam kondisi cadangan glikogen otot dan liver
sudah sangat menipis serta penggunaan lemak yang sudah mencapai batas, protein mungkin
akan dimobilisasi sebagai sumber energi melalui proses glukoneogenesis. Apabila hal ini
terjadi dalam waktu yang lama, fungsi utama protein akan mengalami penurunan sehingga
akan meningkatkan resiko cedera dan hambatan recovery pada atlet (Irawan, 2007).
Pemenuhan zat gizi mikro terutama mineral juga memainkan pernanan penting dalam
menunjang performa atlet selama latihan maupun bertanding. Kalsium memiliki pernanan
penting dalam proses pertumbuhan cepat terutama bagi atlet yang sedang dalam usia remaja
atau dalam masa pertumbuhan (Yusni &Amiruddin, 2015). Fungsi zat besi yang penting
sebagai penunjang performa atlet adalah sebagai kofaktor enzim dalam metabolism energi.
Kecukupan asupan zat besi akan mampu meningkatkan efisiensi laju metabolisme energi
sehingga tubuh tidak akan mengalami kekurangan energi karena dapat terbentuk cepat dengan
bantuan zat besi (Guyton & Hall, 2007). Natrium, kalium dan magnesium merupakan
komponen mineral yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan elektrolit
tubuh yang tentu sangat berperan dalam menunjang performa atlet (Kapsprzak, et all, 2007).

Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan yaitu atlet hoki Kota
Surabaya memiliki karakteristik (usia, berat badan, tinggi badan, status gizi IMT/U, rata-rata
tingkat kecukupan asupan energi dan zat gizi serta kecepatan) yang bervariasi. Status gizi IMT/U
serta rata-rata tingkat kecukupan asupan energi dan zat gizi atlet hoki tidak berkolerasi dengan
performa kecepatan. Oleh karena itu, sebagai rekomendasi pada institusi yang menaungi cabang
olahraga hoki Kota Surabaya dapat memberikan ahli gizi agar kebutuhan asupan energi dan zat
gizi atlet terpenuhi sesuai kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai