DISUSUN OLEH :
Nur Fitriana
Salis Maghfurina
Universitas Brawijaya
2017
ASSESMEN
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Keluhan Utama : Mual, nyeri lambung, dan merasa pusing berputar-putar selama kurang
lebih 3 hari terakhir
Riwayat Penyakit : (-)
Sekarang
Riwayat Penyakit : (-)
Dahulu
Riwayat Penyakit : Hipertensi dan obesitas
Keluarga
Kesimpulan : Ny. T adalah seorang ibu rumah tangga yang berusia 36 tahun dengan tingkat
pendidikan terakhir SMA. Beliau memiliki keluhan mual, muntah, nyeri lambung, dan merasa pusing
berputar-putar selama kurang lebih 3 hari terakhir. Riwayat penyakit keluarga beliau adalah
hipertensi dan obesitas. Beliau tinggal bersama ayah dan anaknya. Sehari-hari beliau jarangan
berolahraga dan suka mengkonsumsi gorengan dan es krim serta pasien makan 1 kali sehari.
B. ANTROPOMETRI
TB Estimasi BB
160,42 cm 110 kg
Kesimpulan : Indeks Masa Tubuh (IMT) estimasi Ny. T adalah 42,74 kg/m2 dan tergolong obesitas
tingkat 2.
C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA
2. Vital Sign :
Nadi : 100x/menit
Respirasi : (-)
Suhu : (-)
Normal
Nadi : 0-100x/menit
Respirasi : 20-24x/menit
Suhu : 36,5oC-37C
F. TERAPI MEDIS
BAB II
DIAGNOSIS GIZI
1. Asupan oral tidak adekuat ( NI 2.1 ) berkaitan dengan adanya keluhan mual, muntah, dan
nyeri lambung dibuktikan oleh hasil recall dengan persentase asupan energi sebesar 10,5%,
protein 11%, lemak 32,3%, dan karbohidrat 5% yang berarti defisit tingkat berat.
2. Penurunan kebutuhan zat gizi (kolesterol) (NI-5.4) berkaitan dengan kondisi
hiperkolesterolemia dibuktikan oleh hasil pemeriksaan laboratorium kolesterol 260 mg/dl.
BAB III
INTERVENSI GIZI
PLANNING
1. Tujuan Diet :
1) Memberikan diet untuk menurunkan berat badan dan tekanan darah
2) Memberikan diet untuk menurunkan kadar kolesterol dan gula darah sewaktu
3) Memberikan diet yang tidak memperberat kerja GI Tract (lambung)
= 1427,46 kkal
= 1427,46 x 1
= 1427,46 kkal.
b. Kebutuhan Protein
20 x energi
Kebutuhan protein = 4
20 x 1427,46
= 4
= 71,4 gram
c. Kebutuhan Lemak
15 x energi
Kebutuhan lemak = 9
15 x 1427,46
= 9
= 23,8 gram
d. Kebutuhan Karbohidrat
65 x energi
Kebutuhan karbohidrat = 4
= 231,96 gram
1. Energi diberikan cukup dengan menggunakan perhitungan berat bada adjusted yaitu
sebesar 1427,46 kkal untuk mencukupi kebutuhan pasien.
2. Protein diberikan cukup yaitu 20% dari kebutuhan energi, sebesar 71,4 gram untuk
perbaikan jaringan.
3. Lemak diberikan cukup yaitu 15% dari kebutuhan energi, sebesar 23,8 gram. Diutamakan
lemak tidak jenuh serta pembatasan kolesterol <200 mg.
4. Karbohidrat diberikan cukup yaitu 65% dari kebutuhan energi, sebesar 231,96 gram,
diutamakan jenis karbohidrat kompleks. Membatasi konsumsi jenis karbohidrat sederhana
untuk mencegah terjadinya peningkatan glukosa darah lebih lanjut.
5. Serat diberikan cukup yaitu 25 gram per hari sesuai AKG. Jenis serat terutama serat larut
air untuk membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan mengontrol kadar
gula darah. Contoh bahan makanan mengandung serat larut air yaitu apel, beras tumbuk
atau beras merah, sereal gandum, wortel, kedelai, jeruk, strawberi, timun, seledri, pir,
havermout, dan kacang-kacangan.
6. Natrium diberikan rendah sebesar 1000 mg per hari untuk mengontrol tekanan darah.
Makanan rendah natrium seperti makanan yang diolah tanpa atau sedikit menggunakan
garam natrium, vetsin, kecap, kaldu bubuk, dan makanan yang diawetkan.
7. Menghindari makanan tinggi natrium seperti otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing,
makanan yang diolah menggunakan garam natrium yaitu crackers, pastries, dan kue lain-
lain, krupuk, kripik dan makanan kering yang asin ,makanan dan minuman dalam kaleng:
sarden, sosis, kornet, sayuran dan buah-buahan dalam kaleng, makanan yang diawetkan:
dendeng, abon, ikan asin, ikan pindang, udang kering, telur asin, telur pindang, selai
kacang, acar, manisan buah, mentega dan keju, bumbu-bumbu: kecap asin, terasi, petis,
garam, saus tomat, saus sambel, tauco dan bumbu penyedap lainnya.
8. Vitamin A, vitamin C, dan vitamin E dan selenium diberikan cukup sesuai AKG sebagai
antioksidan, secara berurutan yaitu sebesar 500 mcg, 75 mg, 15 mg, 30 mcg.
9. Cairan diberikan cukup yaitu 8 gelas sehari atau 2 L perhari untuk mencegah terjadinya
dehidrasi akibat muntah.
10. Menghindari makanan tinggi lemak jenuh seperti gorengan, jeroan, margarin, mentega,
fast food, otak, dan kuning telur.
11. Bahan makanan sumber karbohidrat yang dianjurkan adalah beras, roti tinggi serat,
kentang. Serta yang tidak dianjurkan adalah produk makanan jadi seperti biscuit,
krackers dan kue-kue berlemak.
4. Terapi Diet :
5. Rekomendasi Diet
1. Penerapan Konseling
a. Sasaran Konseling
1) Pasien
2) Keluarga pasien
b. Tujuan Konseling
1. Meningkatkan pengetahuan terkait diet yang tepat sesuai kondisi pasien yaitu rendah
lemak, rendah natrium, dan rendah serat
2. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasien tentang pentingnya aktivitas fisik
c. Target Konseling
1. Pasien dapat menjelaskan terkait preskripsi diet sesuai kebutuhan yang sudah
ditetapkan, pola makan, dan penerapannya pada pengaturan makanan sehari
2. Pasien mulai patuh terhadap diet yang diberikan
3. Pasien mulai merubah pola makan dan menerapkan modifikasi makanan terkait cara
pengolahan bahan makanan sesuai yang dianjurkan
4. Pasien dapat menjelaskan terkait manfaat aktivitas fisik dan bahaya dari sedentary life
style
5. Pasien dapat menerapkan olahraga yang sesuai dengan kondisi pasien
d. Waktu Konseling
Waktu konseling kepada pasien dan keluarga pasien kurang lebih 30 menit
e. Metode Konseling
TINJAUAN PUSTAKA
1. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan
subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya
(Misnadierly, 2007). Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang
dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Menurut Myers (2004), seseorang yang dikatakan
obesitas apabila terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka. Berdasarkan IMT
untuk orang Asia seseorang dikatakan obesitas apabila IMT lebih dari 24,9 (Handayani, dkk.2014).
Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang memiliki berat badan berlebih
atau obesitas (CDC, 2009). Diantaranya adalah:
1. Ketidakseimbangan antara asupan kalori dari makanan dengan penggunaan kalori sebagai
energi pada aktivitas fisik
2. Lingkungan tempat tinggal dan tempat bekerja
3. Faktor genetik
4. Faktor lain seperti obat - obatan. Orang yang menggunakan steroid jangka panjang akan
mengalami penambahan berat badan
2.1 Hubungan riwayat keluarga obesitas terkait status gizi obesitas pada pasien
Menurut Sri Kartini (2013) bahwa anak yang memiliki ayah dengan status gizi obesitas
akan memiliki peluang mangalami obesitas 1,2 kali dibandingakan anak yang memiliki
ayah dengan status gizi tidak obesitas. Selain itu, jika ayah dan/atau ibu menderita
kelebihan berat badan maka kemungkinan anaknya akan mengalami hal tersebut
sebanyak 40%-50%. Lain halnya jika kedua orangtua anak tersebut memiliki status gizi
obesitas maka peluang anak mengalami obesitas akan lebih besar yaitu 70-80%.
2.2 Hubungan riwayat keluarga hipertensi terkait status hipertensi pada pasien
Faktor genetik tertentu akan menyebabkan suatu keluarga memiliki risiko hipertensi.
Didapatkan bahwa 70-80% kejadian hipertensi esensial disertai dengan riwayat keluarga
yang juga mengalami hipertensi. Hal tersebut berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium individu
dengan orang tua yang mengalami hipertensi. Peluang untuk terjadinya hipertensi
menjadi dua kali lebih besar dibandingkan dengan individu dengan riwayat keluarga yang
tidak mengalami hipertensi (Nuraini, 2015).
3. Hubungan obesitas dengan kadar kolesterol, tekanan darah, dan gula darah sewaktu
3.1 Hubungan obesitas dengan kadar kolesterol
Obesitas yang menetap selama periode waktu tertentu, sehingga kilokalori yang masuk
melalui makanan lebih banyak dan dapat menyebabkan terjadinya gangguan metabolik
A. Kesimpulan
Ny. T memiliki status gizi obesitas tingkat 2 dan hipertensi stage 1. Beliau mengalami
ketidakcukupan asupan per oral dikarenakan adanya keluhan mual, muntah, dan nyeri lambung;
memiliki pengetahuan yang rendah terkait gizi serta kurangnya aktivitas fisik. Hal tersebut
dibuktikan oleh data-data seperti hasil recall dengan persentase asupan energi sebesar 10,5%,
protein 11%, lemak 32,3%, dan karbohidrat 5% yang berarti defisit tingkat berat, penerapan diet
yang kurang tepat (energi 149,9 kkal protein 7,9 gram lemak 7,7 gram karbohidrat 11,6 gram), dan
cenderung memiliki perilaku sedentary life style dan jarang berolahraga.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu adanya penurunan kebutuhan kolesterol (<200
mg/hari) dan karbohidrat sederhana. Adapun prinsip diet yang dapat diterapkan sesuai kondisi
Ny.T adalah rendah lemak (15% dari total kebutuhan energi) dan rendah natrium (1000 mg/hari)
serta memperhatikan beberapa hal seperti konsumsi serat cukup (25 gram/hari), konsumsi vitamin
A, C, E dan selenium sesuai AKG, cairan cukup (2 liter/hari), dan menghindari sayuran yang
mengandung gas.
Selain dari segi asupan, Ny.T juga perlu meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari sesuai
kondisinya dengan memperhatikan frekuensi (1-2 x/ minggu), intensitas (rendah sedang), durasi
(minimal 45 menit), dan jenis olahraga aerobik.
B. Saran
Dalam menurunkan berat badan pasien dengan status gizi obesitas tidak perlu melakukan diet
penurunan berat badan secara ekstrim, namun dapat dilakukan dengan menerapkan pola makan
sesuai dengan kebutuhan serta melakukan aktivitas fisik yang cukup dan teratur agar tidak
menimbulkan efek samping yang merugikan.
Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet edisi baru Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo
dan Asosiasi Dietisien Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Cornelia, Edith, Irfanny, Rita, Sri Iwaningsih,Triyani, dkk . 2014. Konseling Gizi Proses Komunikasi,
Tata Lakasana, serta Aplikasi Konseling Gizi pada Berbagai Diet. Penebar Plus: Jakarta.
Delmi. 2012. Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Etnik
Minangkabau Di Kota Padan. Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
Deviwanti. 2016. Hubungan Obesitas dengan Tekanan Darah Dan Aktivitas Fisik pada
Remaja di Kota Bitung. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1. Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.
DAnci, Kristen E, Kara L. Watts, Robin B. Kanarek, Holly A. Taylor. 2009. Low-Carbohydrat
Weight-Loss Diet. Effect on Cognition and Mood. Appetite 52: 96-103.
Handayani, Olivia, Cleonara, Fuadiyah, Inggita, Kanthi, dkk. 2014. Nutrition Care Proses (NCP).
Graha Ilmu: Yogyakarta.
Henny. 2014. Hubungan Obesitas Dengan Kadar Gula Darah Pada Karyawan Di Rs Tingkat
Kartini, Sri. Faktor Risiko Obesitas pada Anak Usia 5-15 Tahun,
(https://www.researchgate.net/publication/303995959_Faktor_Risiko_Obesitas_Pada_Anak_
Usia_5-15_Tahun), diakses pada 4 Januari 2017.
Litchfield, Ruth, Diane Nelson, dan Micki Nelson. 2004. Fact of FAD Diet,
(https://www.iahsaa.org/Sports_Medicine.../Nutrition/Fad_Diets.pdf), diakses pada 7 Januari
2017.
Pancardo, Diana C. T., Ramiro Jesus-Sandoval, Myrna Miriam Valera-Mota, Jose Luis Cadena-
Anguiano, Miguel Murguia-Romero, Rafael Villalobos-Molina. 2012. Identification of Life
Habit Factors as Risk for Gastritis and Colitis Occurance in a Mestizo Population of
Chabeklumil, Chiapas, Mexico. Open Jorunal of Nursing 2: 67-71.