Anda di halaman 1dari 20

DIETETIC CONTEST

TATA LAKSANA DIET PADA PASIEN

PENYAKIT KRONIS PADA OBESITAS

DISUSUN OLEH :

Nur Fitriana

Salis Maghfurina

Rana Afifah Fitriani

Universitas Brawijaya

SCIENTIFIC AND EDUCATION FOR NUTRITION STUDENT

2017

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 1


BAB I

ASSESMEN

A. ANAMNESIS

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. T No RM : (-)


Umur : 36 Tahun Ruang : (-)
Sex : Perempuan Tanggal Masuk : (-)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Tanggal Kasus : (-)
Pendidikan : SMA Alamat : (-)
Agama : (-) Diagnosis Medis : (-)

2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit

Keluhan Utama : Mual, nyeri lambung, dan merasa pusing berputar-putar selama kurang
lebih 3 hari terakhir
Riwayat Penyakit : (-)
Sekarang
Riwayat Penyakit : (-)
Dahulu
Riwayat Penyakit : Hipertensi dan obesitas
Keluarga

3. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi

Data Sosio Ekonomi Penghasilan : (-)


Jumlah anggota keluarga : dua (ayah dan anak)
Suku : (-)
Aktifitas Fisik Jumlah Jam kerja : (-)
Jumlah tidur sehari : (-)
Jenis olahraga : (-)
Frekuensi olahraga : jarang berolahraga
Alergi makanan Makanan : (-) Jenis diet khusus : (-)
Penyebab : (-) Alasan : (-)
Yang menganjurkan : (-)
Masalah Gastrointestinal Mual, muntah, dan nyeri lambung
Penyakit kronik (-)

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 2


Kesehatan mulut (-)
Pengobatan (-)
Perubahan berat badan (-)
Mempersiapkan makanan Fasilitas memasak : (-)
Fasilitas menyimpan makanan : (-)
Riwayat/ pola makan Kebiasaan makan sehari 1x. Selingan (-)
Makanan pokok : (-)
Lauk hewani : (-)
Lauk nabati : (-)
Sayuran : (-)
Buah : (-)
Selingan : suka mengonsumsi gorengan dan es krim
Minuman : (-)

Kesimpulan : Ny. T adalah seorang ibu rumah tangga yang berusia 36 tahun dengan tingkat
pendidikan terakhir SMA. Beliau memiliki keluhan mual, muntah, nyeri lambung, dan merasa pusing
berputar-putar selama kurang lebih 3 hari terakhir. Riwayat penyakit keluarga beliau adalah
hipertensi dan obesitas. Beliau tinggal bersama ayah dan anaknya. Sehari-hari beliau jarangan
berolahraga dan suka mengkonsumsi gorengan dan es krim serta pasien makan 1 kali sehari.

B. ANTROPOMETRI

TB Estimasi BB
160,42 cm 110 kg

Kesimpulan : Indeks Masa Tubuh (IMT) estimasi Ny. T adalah 42,74 kg/m2 dan tergolong obesitas
tingkat 2.

C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA

Pemeriksaan urin/darah Satuan/ Nilai Normal Awal Masuk RS Keterangan


Hb 12-16 g/dl 14,9 g/dl Normal
Hemtokrit 36-46% 42,3% Normal
Ureum 10 -50 mg/dl 15,5 mg/dl Normal
Kreatinin 0,5-1,5 mg/dl 0,6 mg/dl Normal
Glukosa darah sewaktu 80-120 mg/dl 321 mg/dl Tinggi
Kolesterol 200 mg/dl 260 mg/dl Tinggi

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 3


Kesimpulan : Ny. T memiliki status gizi obesitas tingkat 2, sehingga dengan kondisi obesitas tersebut
menyebabkan kadar glukosa darah sewaktu dan kolesterol tinggi.

D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIK

1. Kesan Umum : (-)

2. Vital Sign :

Tensi : 140/70 mmHg

Nadi : 100x/menit

Respirasi : (-)

Suhu : (-)

Normal

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 0-100x/menit

Respirasi : 20-24x/menit

Suhu : 36,5oC-37C

Kesimpulan : Ny. T mengalami hipertensi stage 1.

E. ASUPAN ZAT GIZI

Implementasi Energi Protein Lemak Karbohidrat


Asupan Oral 149,9 kkal 7,9 gram 7,7 gram 11,6 gram

Kebutuhan 1427,46 kkal 71,4 gram 23,8 gram 231,96 gram

% Pemenuhan 10,5% 11% 32,3% 5%

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 4


Kesimpulan : Ny. T mengalami defisit energi, protein, lemak, dan karbohidrat tingkat berat karena
persentase pemenuhan <70% kebutuhan (Depkes RI 1996 dalam Handayani, dkk. 2014).

F. TERAPI MEDIS

Jenis Obat Fungsi Interaksi dengan zat gizi Solusi


- - - -
- - - -
- - - -

BAB II

DIAGNOSIS GIZI

1. Asupan oral tidak adekuat ( NI 2.1 ) berkaitan dengan adanya keluhan mual, muntah, dan
nyeri lambung dibuktikan oleh hasil recall dengan persentase asupan energi sebesar 10,5%,
protein 11%, lemak 32,3%, dan karbohidrat 5% yang berarti defisit tingkat berat.
2. Penurunan kebutuhan zat gizi (kolesterol) (NI-5.4) berkaitan dengan kondisi
hiperkolesterolemia dibuktikan oleh hasil pemeriksaan laboratorium kolesterol 260 mg/dl.

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 5


3. Penurunan kebutuhan zat gizi (karbohidrat sederhana) (NI-5.4) berkaitan dengan kondisi
hiperglikemi dibuktikan oleh hasil pemeriksaan laboratorium glukosa darah sewaktu 321
mg/dl.
4. Penurunan kebutuhan zat gizi (natrium) (NI-5.4) berkaitan dengan kondisi hipertensi stage 1
dibuktikan oleh hasil pemeriksaan fisik klinik tekanan darah yaitu 140/70 mmHg .
5. Kurangnya pengetahuan terkait makanan dan zat gizi (NB-1.1) yang dibuktikan oleh
penerapan diet yang kurang tepat ( energi 149,9 kkal protein 7,9 gram lemak 7,7 gram
karbohidrat 11,6 gram).
6. Kurangnya aktivitas fisik (NB-1.1) yang dibuktikan oleh aktivitas pasien cenderung memiliki
perilaku sedentary life style dan jarang berolahraga.

BAB III

INTERVENSI GIZI

PLANNING

1. Tujuan Diet :
1) Memberikan diet untuk menurunkan berat badan dan tekanan darah
2) Memberikan diet untuk menurunkan kadar kolesterol dan gula darah sewaktu
3) Memberikan diet yang tidak memperberat kerja GI Tract (lambung)

2. Syarat / prinsip Diet :

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 6


1) Rendah lemak
2) Rendah natrium

3. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi :


a. Kebutuhan Energi

BEE = 655,1 + (9,6 x BB adjusted) + (1,8 x TB) (4,7 xUmur)

= 655,1 + (9,6 x 68) + (1,8 x 160,42) (4,7 x36)

= 1427,46 kkal

TEE = BEE x Aktivitas fisik

= 1427,46 x 1

= 1427,46 kkal.

b. Kebutuhan Protein

20 x energi
Kebutuhan protein = 4

20 x 1427,46
= 4

= 71,4 gram

c. Kebutuhan Lemak

15 x energi
Kebutuhan lemak = 9

15 x 1427,46
= 9

= 23,8 gram

d. Kebutuhan Karbohidrat

65 x energi
Kebutuhan karbohidrat = 4

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 7


65 x 1427,46
= 4

= 231,96 gram

Pembahasan Preskripsi Diet :

1. Energi diberikan cukup dengan menggunakan perhitungan berat bada adjusted yaitu
sebesar 1427,46 kkal untuk mencukupi kebutuhan pasien.
2. Protein diberikan cukup yaitu 20% dari kebutuhan energi, sebesar 71,4 gram untuk
perbaikan jaringan.
3. Lemak diberikan cukup yaitu 15% dari kebutuhan energi, sebesar 23,8 gram. Diutamakan
lemak tidak jenuh serta pembatasan kolesterol <200 mg.
4. Karbohidrat diberikan cukup yaitu 65% dari kebutuhan energi, sebesar 231,96 gram,
diutamakan jenis karbohidrat kompleks. Membatasi konsumsi jenis karbohidrat sederhana
untuk mencegah terjadinya peningkatan glukosa darah lebih lanjut.
5. Serat diberikan cukup yaitu 25 gram per hari sesuai AKG. Jenis serat terutama serat larut
air untuk membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan mengontrol kadar
gula darah. Contoh bahan makanan mengandung serat larut air yaitu apel, beras tumbuk
atau beras merah, sereal gandum, wortel, kedelai, jeruk, strawberi, timun, seledri, pir,
havermout, dan kacang-kacangan.
6. Natrium diberikan rendah sebesar 1000 mg per hari untuk mengontrol tekanan darah.
Makanan rendah natrium seperti makanan yang diolah tanpa atau sedikit menggunakan
garam natrium, vetsin, kecap, kaldu bubuk, dan makanan yang diawetkan.
7. Menghindari makanan tinggi natrium seperti otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing,
makanan yang diolah menggunakan garam natrium yaitu crackers, pastries, dan kue lain-
lain, krupuk, kripik dan makanan kering yang asin ,makanan dan minuman dalam kaleng:
sarden, sosis, kornet, sayuran dan buah-buahan dalam kaleng, makanan yang diawetkan:
dendeng, abon, ikan asin, ikan pindang, udang kering, telur asin, telur pindang, selai
kacang, acar, manisan buah, mentega dan keju, bumbu-bumbu: kecap asin, terasi, petis,
garam, saus tomat, saus sambel, tauco dan bumbu penyedap lainnya.
8. Vitamin A, vitamin C, dan vitamin E dan selenium diberikan cukup sesuai AKG sebagai
antioksidan, secara berurutan yaitu sebesar 500 mcg, 75 mg, 15 mg, 30 mcg.
9. Cairan diberikan cukup yaitu 8 gelas sehari atau 2 L perhari untuk mencegah terjadinya
dehidrasi akibat muntah.
10. Menghindari makanan tinggi lemak jenuh seperti gorengan, jeroan, margarin, mentega,
fast food, otak, dan kuning telur.
11. Bahan makanan sumber karbohidrat yang dianjurkan adalah beras, roti tinggi serat,
kentang. Serta yang tidak dianjurkan adalah produk makanan jadi seperti biscuit,
krackers dan kue-kue berlemak.

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 8


12. Bahan makanan sumber protein hewani yang dianjurkan adalah ikan, unggas tanpa kulit,
putih telur, susu skim. Sedangkan makanan yang tidak dianjurkan adalah daging
berlemak, jeroan, otak,sosis, sardine, kuning telur, susu kental manis, es krim.
13. Bahan makanan sumber protein nabati yang dianjurkan yaitu tempe, tahu, dan kacang-
kacangan. Sedangkan yang tidak dianjurkan adalah yang dimasak dengan santan dan
digoreng dengan lemak jenuh.
14. Sayuran yang dianjurkan adalah semua jenis sayuran yang tidak mengandung gas yaitu
bayam, buncis, labu kuning, labu siam, wortel, kacang panjang, tomat, gambas, kankung,
kecipir, daun kenikir, ketimun, selada, dan toge. Pengolahannya dengan direbus, dikukus,
disetup, dan ditumis atau dimasak dengan santan encer Sedangkan yang tidak dianjurkan
adalah sayuran yang mengandung gas yaitu kol, kembang kol, lobal, sawi, nangka muda,
dan sayuran mentah dan dimasak dengan mentega, minyak kelapa atau minyak kelapa
sawit, dan disantan kental.
15. Buah yang dianjurkan adalah semua jenis buah yang tidak mengandung gas yaitu jeruk,
apel, pepaya, melon, jambu, pisang, alpukat, belimbing, dan mangga dalam keadaan segar
atau bentuk jus. Sedangkan yang tidak dianjurkan adalah buah yang diawetkan dengan
gula seperti buah kaleng dan buah kering serta buah buahan yang mengandung gas dan
tinggi lemak, seperti durian, nangka, cempedak, dan nanas.
16. Bahan makanan sumber lemak yang dianjurkan adalah minyak jagung dan minyak
kedelai. Sedangkan yang tidak dianjurkan adalah minyak kelapa sawit dan santan.
17. Bentuk makanan lunak tujuannya supaya tidak memperberat kerja GI Tract (lambung)
karena pasien mengalami nyeri di lambung.
18. Frekuensi pemberian makanan dengan porsi kecil namun sering sebanyak 5 kali dengan 2
kali makanan utama dan 3 kali makanan selingan.
19. Hindari makanan yang pedas, asam, dan bumbu yang dapat merangsang GI Tract
(lambung).

4. Terapi Diet :

Bentuk makanan : Makanan lunak

Cara pemberian : Secara oral

5. Rekomendasi Diet

Rekomendasi Diet Bahan Makanan Jumlah


Makan pagi Bubur nasi Bubur nasi 200 gr
Pepes ayam jamur Daging ayam 40 gr
Jamur kuping 25 gr
Sayur bayam Bayam 30 gr
Labu siam 30 gr

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 9


Buah Pisang ambon 50 gr

Selingan pagi Puding coklat susu Agar-agar coklat 2 gr


Tepung maizena 5 gr
Gula pasir 20 gr
Susu skim 100 gr
Makan siang Bubur kentang brokoli Bubur nasi 250 gr
Kentang 25 gr
Brokoli 30 gr
Susu skim 100 gr
Ikan kuah kuning Ikan tenggiri 50 gr
Tim tahu telur Tahu 50 gr
Telur ayam bagian putih 30 gr
Buah Pepaya 110 gr
Selingan siang Salad buah Jeruk manis 30 gr
Apel 30 gr
Semangka 30 gr
Yoghurt skim 50 gr
Madu 20 gr
Makan malam Bubur nasi Bubur nasi 200 gr
Gadon daging tempe Daging sapi 35 gr
Tempe 30 gr
Sup Wortel 30 gr
Buncis 25 gr
Jus jambu Jambu biji 50 gr
Gula pasir 13 gr
Persentase Pemenuhan Energi 1373,3 kcal 96,2 %
Protein 66,8 g 93,6 %
Lemak 22,2 g 93,3 %
Karbohidrat 229,1g 98,8 %

Kajian Rekomendasi Diet

Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)


Rekomendasi Diet 1373,3 66,8 22,2 229,1
Kebutuhan (planning) 1427,46 71,4 23,8 231,96
% rekomendasi/kebutuhan 96,2 % 93,6 % 93,3 % 98,8 %

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 10


6. Rencana monitoring dan evaluasi

Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target


Antropometri Berat badan Menggunakan Berat badan menurun secara
timbangan bertahap yaitu kg dalam satu
minggu. Berat badan dikur
sebanyak satu minggu sekali.
Biokimia Kolesterol Pemeriksaan Kadar kolesterol dan gula darah
Gula darah laboratorium mendekati atau mencapai
normal dan mencegah
peningkatan kadar kolesterol
dan gula darah lebih lanjut.
Pemeriksaan dilakukan dua
minggu sekali atau sesuai
dengan jadwal laboratorium.
Fisik Klinis Mual, muntah, nyeri Pemeriksaan Keluhan mual, muntah, nyeri
lambung, pusing, dan secara langsung lambung, pusing berkurang atau
tekanan darah hilang.
Tekanan darah mencapai nilai
normal.
Pemeriksaan dilakukan setiap
hari.
Asupan zat gizi Energi, protein, lemak, Asupan pasien meningkat
karbohidrat secara bertahap mulai dari 60%
Menggunakan
hingga mencapai >80%
metode 24 hour
kebutuhan.
recall
Pemeriksaan dilakukan setiap
hari.

7. Rencana Konsultasi Gizi

Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan

Kurangnya Meningkatkan pengetahuan 1. Preskripsi diet sesuai Semua materi


pengetahuan terkait diet yang tepat sesuai kebutuhan yang sudah konseling yang
terkait makanan kondisi pasien yaitu rendah ditetapkan. disampaikan
2. Perubahan pola makan
dan zat gizi. lemak, rendah natrium, dan akan
sesuai kondisi pasien.
rendah serat. didiskusikan
3. Cara melakukan
hambatan yang
modifikasi resep terkait

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 11


teknik pengolahan dirasa oleh
bahan makanan. pasien serta
4. Perubahan perilaku
alternatif
berisiko (misalnya
pemecahan
kebiasaan mengonsumsi
masalah.
makanan dan minuman
yang tidak dianjurkan),
cara penerapan diet.
Kurangnya Meningkatkan pengetahuan 1. Manfaat aktivitas fisik Semua materi
2. Bahaya dari sedentary
aktivitas fisik dan kesadaran pasien konseling yang
life style.
tentang pentingnya aktivitas disampaikan
3. Jenis olahraga yang
fisik akan
sesuai dengan kondisi
didiskusikan
pasien, dengan
hambatan yang
ketentuan:
- Frekuensi: 1-2 x/ dirasa oleh
minggu pasien serta
- Intensitas: rendah
alternatif
sedang (low impact)
pemecahan
- Durasi: minimal 45
masalah
menit
- Jenis olahraga:
aerobik

1. Penerapan Konseling
a. Sasaran Konseling
1) Pasien
2) Keluarga pasien
b. Tujuan Konseling
1. Meningkatkan pengetahuan terkait diet yang tepat sesuai kondisi pasien yaitu rendah
lemak, rendah natrium, dan rendah serat
2. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasien tentang pentingnya aktivitas fisik
c. Target Konseling
1. Pasien dapat menjelaskan terkait preskripsi diet sesuai kebutuhan yang sudah
ditetapkan, pola makan, dan penerapannya pada pengaturan makanan sehari
2. Pasien mulai patuh terhadap diet yang diberikan
3. Pasien mulai merubah pola makan dan menerapkan modifikasi makanan terkait cara
pengolahan bahan makanan sesuai yang dianjurkan
4. Pasien dapat menjelaskan terkait manfaat aktivitas fisik dan bahaya dari sedentary life
style
5. Pasien dapat menerapkan olahraga yang sesuai dengan kondisi pasien
d. Waktu Konseling
Waktu konseling kepada pasien dan keluarga pasien kurang lebih 30 menit
e. Metode Konseling

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 12


Penyampaian materi dan diskusi
f. Alat Bantu Konseling
1. Leaflet
2. Food model
3. Video edukasi
g. Materi Konseling
1. Preskripsi diet sesuai kebutuhan yang sudah ditetapkan
2. Perubahan pola makan sesuai kondisi pasien
3. Cara melakukan modifikasi resep terkait teknik pengolahan bahan makanan
4. Perubahan perilaku berisiko (misalnya kebiasaan mengonsumsi makanan dan
minuman yang tidak dianjurkan), cara penerapan diet
5. Manfaat aktivitas fisik
6. Bahaya dari sedentary life style
7. Jenis olahraga yang sesuai dengan kondisi pasien

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 13


BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

1. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan
subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya
(Misnadierly, 2007). Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang
dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Menurut Myers (2004), seseorang yang dikatakan
obesitas apabila terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka. Berdasarkan IMT
untuk orang Asia seseorang dikatakan obesitas apabila IMT lebih dari 24,9 (Handayani, dkk.2014).
Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang memiliki berat badan berlebih
atau obesitas (CDC, 2009). Diantaranya adalah:

1. Ketidakseimbangan antara asupan kalori dari makanan dengan penggunaan kalori sebagai
energi pada aktivitas fisik
2. Lingkungan tempat tinggal dan tempat bekerja
3. Faktor genetik
4. Faktor lain seperti obat - obatan. Orang yang menggunakan steroid jangka panjang akan
mengalami penambahan berat badan

2. Hubungan riwayat keluarga obesitas dan hipertensi terkait kondisi pasien

2.1 Hubungan riwayat keluarga obesitas terkait status gizi obesitas pada pasien
Menurut Sri Kartini (2013) bahwa anak yang memiliki ayah dengan status gizi obesitas
akan memiliki peluang mangalami obesitas 1,2 kali dibandingakan anak yang memiliki
ayah dengan status gizi tidak obesitas. Selain itu, jika ayah dan/atau ibu menderita
kelebihan berat badan maka kemungkinan anaknya akan mengalami hal tersebut
sebanyak 40%-50%. Lain halnya jika kedua orangtua anak tersebut memiliki status gizi
obesitas maka peluang anak mengalami obesitas akan lebih besar yaitu 70-80%.
2.2 Hubungan riwayat keluarga hipertensi terkait status hipertensi pada pasien
Faktor genetik tertentu akan menyebabkan suatu keluarga memiliki risiko hipertensi.
Didapatkan bahwa 70-80% kejadian hipertensi esensial disertai dengan riwayat keluarga
yang juga mengalami hipertensi. Hal tersebut berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium individu
dengan orang tua yang mengalami hipertensi. Peluang untuk terjadinya hipertensi
menjadi dua kali lebih besar dibandingkan dengan individu dengan riwayat keluarga yang
tidak mengalami hipertensi (Nuraini, 2015).

3. Hubungan obesitas dengan kadar kolesterol, tekanan darah, dan gula darah sewaktu
3.1 Hubungan obesitas dengan kadar kolesterol
Obesitas yang menetap selama periode waktu tertentu, sehingga kilokalori yang masuk
melalui makanan lebih banyak dan dapat menyebabkan terjadinya gangguan metabolik

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 14


berupa hiperkolesterolemia. Pengaturan metabolisme kolesterol akan berjalan normal
apabila jumlah kolesterol dalam darah mencukupi kebutuhan dan tidak melebihi jumlah
normal yang dibutuhkan. Namun pada obesitas dikatakan dapat terjadinya gangguan pada
regulasi asam lemak yang akan meningkatkan kadar trigliserida dan ester kolesteril
(Sherwood, 2001). Peningkatan kolesterol darah juga dapat disebabkan oleh kenaikkan
kolesterol yang terdapat pada very;low;density lipoprotein dan lowdensity lipoprotein
sekunder karena peningkatan trigliserida yang besar dalam sirkulasi apabila terjadi
penumpukan lemak berlebihan didalam tubuh (Ahmar, 2010).

3.2 Hubungan obesitas dengan tekanan darah


Obesitas meningkatkan resiko terjadinya penyakit tekanan darah tinggi yaitu hipertensi.
Banyak faktor yang dapat memicu terjadinya hipertensi, salah satunya adalah obesitas.
Obesitas dapat menimbulkan terjadinya hipertensi melalui berbagai mekanisme, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung obesitas dapat menyebabkan
peningkatan cardiac output karena makin
besar massa tubuh makin banyak pula jumlah darah yang beredar sehingga curah
jantung ikut meningkat. Sedangkan secara tidak langsung melalui perangsangan aktivitas
sistem saraf simpatis dan Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS) oleh mediator-
mediator seperti hormon, sitokin, adipokin, dsb. Salah satunya adalah hormon aldosteron
yang terkait erat dengan retensi air dan natrium sehingga volume darah meningkat.
Kejadian hipertensi yang disertai dengan obesitas ini dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
dan etnis. Usia 35 65 tahun merupakan usia yang dianggap paling banyak menderita
hipertensi dengan obesitas.
3.3 Hubungan obesitas dengan gula darah
Penderita obesitas mempunyai resiko tinggi terjadinya Resistensi insulin serta
peningkatan kadar gula darah. Dampak adanya retensi insulin dan gangguan toleransi
glukosa pada penderita obesitas tentunya akan berpengaruh pada kadar gula darah. Gula
darah merupakan istilah kesehatan yang menunjuk kepada kandungan gula dalam aliran
darah di tubuh, sehingga beresiko terjadinya pradiabetes. Sementara itu pradiebetes
merupakan kondisi dimana kadar gula darah lebih tinggi dari batas normal, namun belum
cukup untuk mendiagnosa sebagai diabetes. Bila tidak ditangani dengan baik, kondisi
pradiabetes bisa berkembang menjadi diabetes. Perubahan status dari pradiabetes menjadi
diabetes meliitus tipe II bisa berlangsung dalam waktu 10 tahun (Suyoto, 2011).
Sedangkan mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas sentral sangat
erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan salah satu
kelompok kelainan metabolik yang selain obesitas meliputi, retensi insulin, gangguan
toleransi glukosa, abnormalitas tri gliserida dan hemostatis, hipertensi, diabetes militus
tipe II, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit kandung empedu serta kanker

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 15


endometrium, payudara, prostat, dan kolon. Selain itu obesitas juga menimbulkan
masalah diskriminasi social (Asosiasi Dietiensein Indonesia, 2004).
4. Diet obesitas yang tepat dan tidak tepat serta dampaknya terhadap gastritis
Terdapat banyak sekali diet untuk menurunkan berat badan seperti Diet Atkins, South Beach
Diet, Good Carbs, Bad Carbs (Litchfield, dkk, 2004). Dari diet-diet tersebut, semuanya memiliki
pro kontra terkait pelaksanaannya yang berdampak pada kesehatan.
Pertama adalah Diet Atkins. Diet Atkins adalah tanpa pengurangan energi namun memiliki
komposisi karbohidrat 8%, protein 36%, dan lemak 53% pada saat awal menjalani diet. Sedangkan
saat masa pemeliharaan, komposisi diet menjadi 31% karbohidrat, 24% protein, dan 40% lemak. Diet
ini menganggap bahwa komposisi rendah karbohidrat merupakan kunci penurunan berat badan karena
karbohidrat dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Sedangkan tinggi protein dan tinggi lemak akan
menunda lapar. Tubuh akan membakar lemak saat membentuk massa otot. Pelaksanaan diet ini
memiliki kontra yaitu komposisi tinggi lemak dan protein akan meningkatkan risiko kanker tertentu.
Kekurangan serat, sayuran, dan buah dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, kanker,
diverticulosis, dan konstipasi. Serta membutuhkan penggunaan suplementasi vitamin dan mineral
(Litchfield, dkk, 2004).
Kemudian ada pula South Beach Diet. Diet ini merupakan diet pengurangan energi dimana
pada fase satu tidak ada karbohidrat samasekali, fase 2 pengenalan karbohidrat yang baik (yang
memiliki indeks glikemik rendah), dan fase 3 moderatsi diet. Diet ini menganggap bahwa karbohidrat
yang baik akan mengehentikan resistensi insulin dan memicu penurunan berat badan. Pelaksanaan
diet ini memiliki pro dan kontra. Pada sisi pro, diet ini memicu lemak yang lebih sehat untuk menjaga
jantung dan mencegah kelaparan; pada fase 2 dan 3 terdengar bergizi. Sedangkan pada sisi kontra,
pada fase 1 memicu bahaya yang potensial akan penurunan berat badan dan ketidakcukupan asupan
karbohidrat; pengurangan wortel, pisang, nanas, dan semangka (Litchfield, dkk, 2004).
Jenis diet yang ketiga adalah Good Carbs, Bad Carbs. Diet ini meningkatkan konsumsi
makanan rendah glikemik dan mengklaim bahwa perubahan makanan tinggai glikemik gusher ke
makanan rendah protein tricklers dapat memicu kehilangan berat badan. Sama seperti sebelumnya,
diet ini juga memiliki pro dan kontra dalam hal pelaksanannya. Pada sisi pro, diet ini mendorong
konsumsi makanan yang bervariasi. Sedangkan pada sisi kontra, beberapa makanan rendah glikemik
memiliki lemak yang tinggi (seperti kue spons, keripik, cokelat batang); para pelaksana diet berasumsi
mereka dapat menggunakan tricklers dan tidak menaikkan berat badan (Litchfield, dkk, 2004).
Menurut DAnci, dkk (2009) bahwa diet rendah karbohidrat akan berakibat pada rendahnya
kebingungan dan respon cepat seseorang. Selain itu, data yang ada menunjukkan bahwa orang yang
menjalani diet rendah karbohidrat akan mengalami kerusakan memori ketika cadangan glikogen yang
ada sangat rendah.
Diet yang tepat dalam menangani obesitas menurut Swinburn (2004) adalah total
lemak kurang dari 30% energi. Selain itu, gula sederhana kurang dari 10% total energi dimana
penting untuk mengonsumsi makanan dan minuman dengan densitas energi rendah. Selain itu

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 16


diperlukan juga aktivitas fisik satu jam per hari dengan intensitas aktivitas yang sedang pada
hampir di setiap hari.
Kejadian gastritis sangat erat hubungannya dengan gaya hidup seperti pendapatan,
edukasi, dan diet. Kondisi kelaparan yang terlalu lama akan menyebabkan gastritis kronis
(Pancardo, dkk, 2011). Sehingga penerapan diet yang dilakukan sangat perlu untuk
diperhatikan.

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 17


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ny. T memiliki status gizi obesitas tingkat 2 dan hipertensi stage 1. Beliau mengalami
ketidakcukupan asupan per oral dikarenakan adanya keluhan mual, muntah, dan nyeri lambung;
memiliki pengetahuan yang rendah terkait gizi serta kurangnya aktivitas fisik. Hal tersebut
dibuktikan oleh data-data seperti hasil recall dengan persentase asupan energi sebesar 10,5%,
protein 11%, lemak 32,3%, dan karbohidrat 5% yang berarti defisit tingkat berat, penerapan diet
yang kurang tepat (energi 149,9 kkal protein 7,9 gram lemak 7,7 gram karbohidrat 11,6 gram), dan
cenderung memiliki perilaku sedentary life style dan jarang berolahraga.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu adanya penurunan kebutuhan kolesterol (<200
mg/hari) dan karbohidrat sederhana. Adapun prinsip diet yang dapat diterapkan sesuai kondisi
Ny.T adalah rendah lemak (15% dari total kebutuhan energi) dan rendah natrium (1000 mg/hari)
serta memperhatikan beberapa hal seperti konsumsi serat cukup (25 gram/hari), konsumsi vitamin
A, C, E dan selenium sesuai AKG, cairan cukup (2 liter/hari), dan menghindari sayuran yang
mengandung gas.
Selain dari segi asupan, Ny.T juga perlu meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari sesuai
kondisinya dengan memperhatikan frekuensi (1-2 x/ minggu), intensitas (rendah sedang), durasi
(minimal 45 menit), dan jenis olahraga aerobik.

B. Saran

Dalam menurunkan berat badan pasien dengan status gizi obesitas tidak perlu melakukan diet
penurunan berat badan secara ekstrim, namun dapat dilakukan dengan menerapkan pola makan
sesuai dengan kebutuhan serta melakukan aktivitas fisik yang cukup dan teratur agar tidak
menimbulkan efek samping yang merugikan.

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 18


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet edisi baru Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo
dan Asosiasi Dietisien Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Cornelia, Edith, Irfanny, Rita, Sri Iwaningsih,Triyani, dkk . 2014. Konseling Gizi Proses Komunikasi,
Tata Lakasana, serta Aplikasi Konseling Gizi pada Berbagai Diet. Penebar Plus: Jakarta.

Delmi. 2012. Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Etnik

Minangkabau Di Kota Padan. Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.

Deviwanti. 2016. Hubungan Obesitas dengan Tekanan Darah Dan Aktivitas Fisik pada

Remaja di Kota Bitung. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1. Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.

DAnci, Kristen E, Kara L. Watts, Robin B. Kanarek, Holly A. Taylor. 2009. Low-Carbohydrat
Weight-Loss Diet. Effect on Cognition and Mood. Appetite 52: 96-103.

Handayani, Olivia, Cleonara, Fuadiyah, Inggita, Kanthi, dkk. 2014. Nutrition Care Proses (NCP).
Graha Ilmu: Yogyakarta.

Henny. 2014. Hubungan Obesitas Dengan Kadar Gula Darah Pada Karyawan Di Rs Tingkat

IV Madiun. Jurnal Nomor 25 Volume 01.

Kartini, Sri. Faktor Risiko Obesitas pada Anak Usia 5-15 Tahun,
(https://www.researchgate.net/publication/303995959_Faktor_Risiko_Obesitas_Pada_Anak_
Usia_5-15_Tahun), diakses pada 4 Januari 2017.

Litchfield, Ruth, Diane Nelson, dan Micki Nelson. 2004. Fact of FAD Diet,
(https://www.iahsaa.org/Sports_Medicine.../Nutrition/Fad_Diets.pdf), diakses pada 7 Januari
2017.

Nuraini, Bianti. 2015. Risk Factor of Hypertension. J Majority 4 (5): 10-19.

Pancardo, Diana C. T., Ramiro Jesus-Sandoval, Myrna Miriam Valera-Mota, Jose Luis Cadena-
Anguiano, Miguel Murguia-Romero, Rafael Villalobos-Molina. 2012. Identification of Life
Habit Factors as Risk for Gastritis and Colitis Occurance in a Mestizo Population of
Chabeklumil, Chiapas, Mexico. Open Jorunal of Nursing 2: 67-71.

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 19


Swinburn, BA, I Caterson, JC Seidell, dan WPT James. 2004. Diet, Nutrition and the Prevention of
Excess Weight Gain and Obesity. Public Health Nutrition 7 (1A): 123-146.

SCI-FI NEUTRON 2017 Page 20

Anda mungkin juga menyukai