19
Sport and Nutrition Journal, Vol. 1, No. 1, Juni 2019: 19-26
20
Nur Amin, Yanesti Nur Avianda Lestari / Hubungan Status Gizi, Tngkat Kecukupan Energi, dan Zat Gizi...
ditentukan, dan waktu (detik) tempuh jarak menggunakan uji Spearman’s Correlation
lari diukur menggunakan stopwatch. Adapun dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05)
waktu sebagai nilai hasil pengukuran kemudian (Uyanto, 2009).
diklasifikasikan menjadi 5 kategori bertingkat
yaitu sangat kurang, kurang, sedang, baik, dan HASIL DAN PEMBAHASAN
sangat baik. 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Analisis data hasil penelitian dianalisis Subjek dalam penelitian ini merupakan
menggunakan SPSS 16.0 for windows. Data atlet hoki Kota Surabaya yang tergabung
umur, berat badan, tinggi badan, IMT/U, rata-rata dalam tim inti hoki yang mewakili Provinsi
asupan energi dan zat gizi (karbohidrat, lemak, Jawa Timur sebanyak 20 atlet yang seluruhnya
protein, kalium, magnesium, natrium, kalsium, berjenis kelamin laki-laki. Subjek penelitian
dan zat besi), serta kecepatan subjek penelitian merupakan atlet pelajar yang masih berusia
dianalisis secara deskriptif dan disajikan remaja dengan rentang usia antara 14-
dalam bentuk tabel. Hubungan antara status 17 tahun. Karakteristik subjek penelitian
gizi serta rata-rata asupan energi dan zat gizi secara lengkap disajikan pada Tabel 1 dan 2.
terhadap kecepatan subjek penelitian dianalisis
21
Sport and Nutrition Journal, Vol. 1, No. 1, Juni 2019: 19-26
22
Nur Amin, Yanesti Nur Avianda Lestari / Hubungan Status Gizi, Tngkat Kecukupan Energi, dan Zat Gizi...
Atlet hoki yang menjadi subjek penelitian sebagian besar subjek penelitian yang rata-
ini merupakan atlet pelajar yang berasal dari rata tingkat kecukupan asupannya berlebih
beberapa klub hoki yang ada di Kota Surabaya, justru menunjukkan performa kecepatan yang
antara lain Airlangga Hockey Club, Al-Azhar sedang hingga baik. Hubungan rata-rata tingkat
Hockey Club, Badrussalam Hockey Club, Bima kecukupan energi dan zat gizi (karbohidrat,
UNESA Hockey Club, Dharmawangsa Hockey protein, lemak, kalium, magnesium, natrium,
Club, Farmasi Hockey Club, Kalam Kudus kalsium, dan zat besi) dengan kecepatan subjek
Hockey Club, Ittaquu Hockey Club, Libels penelitian disajikan secara lengkap pada Tabel 2.
Hockey Club, Persit Hockey Club, Sixteen Hasil peneitian ini sejalan dengan
Hockey Club, Sewelas Hockey Club dan penelitian yang dilakukan tahun 2017 pada atlet
Spemda Hockey Club. Federasi Hoki Indonesia renang yang berusia 13- 18 tahun di Klub Renang
(FHI) Jawa Timur kemudian melakukan TCS dan PPLOP Semarang sebanyak 30 orang,
seleksi atlet dari seluruh klub hoki yang ada yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
di Kota Surabaya untuk membentuk tim hoki signifikan antara tingkat kecukupan asupan
pada tingkat Provinsi. Adanya seleksi untuk energi dan lemak terhadap kebugaran jasmani
membentuk tim yang baru membuat atlet dari (termasuk kecepatan) (p=0,269 dan p=0,054)
berbagai klub hoki beradaptasi terhadap jenis (Setiaputri, Rahfiludin, & Suroto, 2017). Adapun
dan pola latihan yang mungkin saja berbeda asupan zat gizi yang hampir semuanya defisit
dengan yang dilakukan pada klub sebelumnya. pada atlet hoki dalam penelitian ini dikarenakan
Perbedaan jenis dan pola latihan yang berbeda tidak tersedianya ahli gizi pada perhimpunan atlet
dari setiap klub hoki inilah yang diduga menjadi hoki tersebut. Berdasarkan wawancara dengan
salah satu faktor tidak signifikannya hasil subjek penelitian, mereka hanya diberikan uang
penelitian ini. Selain berat badan dan tinggi untuk membeli makanan sendiri pada saat tidak
badan yang menentukan IMT seorang atlet yang sedang melakukan pertandingan, sedangkan
kemudian juga akan menentukan kemampuan pada saat pertandingan, mereka mengkonsumsi
kecepatan seorang atlet, faktor latihan dan makanan yang sudah disediakan oeh katering.
aktivitas fisik juga menjadi faktor lainnya yang Akan tetapi, hal tersebut kurang sesuai dengan
mempengaruhi kemampuan dan performa prinsip perhitungan kebutuhan asupan zat
kecepatan seorang atlet. Perbedaan aktivitas gizi, dikarenakan kebutuhan zat gizi setiap
fisik setiap atlet hoki yang menjadi subjek individu berbeda-beda dan harus ada yang
penelitian juga diduga menjadi penyebab tidak menghitungkan kebutuhan tersebut, yaitu ahli gizi.
signifikannya hasil penelitian. Usia atlet yang Kurangnya manajemen penyelenggaraan
masih remaja serta aktivitas sekolah beserta makanan bagi atlet hoki pada akhirnya akan
ekstrakurikuler yang spesifik dan berbeda-beda berdampak pada pemenuhan kebutuhan energi
tentu akan mempengaruhi kondisi fisik yang dan zat gizi. Tingkat kecukupan asupan energi
akan berdampak pada performa kecepatan dan zat gizi menjadi tidak terkontrol yang
terutama pada saat tes kecepatan dilakukan. pada jangka waktu panjang akan berpengaruh
terhadap status gizi atlet, dimana status gizi
3. Hubungan Rata-Rata Tingkat atlet tentu akan menentukan kondisi fisiologis
Kecukupan Asupan dengan Kecepatan serta performa atlet baik saat latihan maupun
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata- bertanding. Atlet hoki yang menjadi subjek
rata tingkat kecukupan asupan, baik asupan penelitian merupakan atlet hoki usia remaja
energi maupun zat gizi (karbohidrat, protein, yang merupakan masa pertumbuhan optimal
lemak, kalium, magnesium, natrium, kalsium, serta fase paling produktif dalam perkembangan
dan zat besi) tidak berkorelasi secara signifikan kemampuan motorik atlet. Selain itu atlet remaja
terhadap performa kecepatan subjek penelitian. juga memiliki aktivitas fisik yang sangat padat
Hal ini dikaitkan dengan sebagian besar subjek yaitu aktivitas sekolah, kegiatan ekstrakurikuler
penelitian yang rata-rata tingkat kecukupan energi maupun kegiatan di luar sekolah, ditambah
dan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, kalium, dengan aktivitas latihan rutin. Hal ini tentu
natrium, kalsium, dan zat besi) yang defisit justru membutuhkan asupan energi maupun zat gizi yang
menunjukkan hasil tes kecepatan lari sprint 50 lebih besar dibandingkan dengan usia lainnya.
meter yang sedang hingga baik . Hal berkebalikan Adapun telah disebutkan sebelumnya
ditunjukkan pada hasil analisis hubungan antara pula bahwa IMT dan berat badan memiliki
rata-rata tingat kecukupan asupan magnesium korelasi yang signifikan terhadap kecepatan
dengan kecepatan yang menunjukkan bahwa atlet. Jika atlet hoki memiliki berat badan
23
Sport and Nutrition Journal, Vol. 1, No. 1, Juni 2019: 19-26
berlebih tentu akan menghasilkan nilai IMT yang ini akan memicu mobilisasi lemak ebih cepat yang
tinggi pula sehingga performa kecepatannya kemudian akan mengakibatkan kelelahan pada
akan mengalami penurunan. Di sisi lain jika atlet tubuh atlet yang pada akhirnya akan berdampak
hoki memiliki berat badan yang kurang memang pada penurunan perforrma atlet. Metabolisme
akan menghasilkan nilai IMT yang rendah tetapi lemak menjadi energi tidak hanya membutuhkan
bukan berarti atlet tersebut pasti menunjukkan oksigen dalam jumlah yang banyak tetapi juga
performa kecepatan yang sangat baik, karena membutuhkan proses yang lebih panjang
semakin rendah nilai IMT menunjukkan dibandingkan dengan karbohidrat. Oleh karena
status gizi yang kurang sehingga tentu akan itu, jika hal ini terjadi pada seorang atlet yang
menurunkan performa. Hal ini diperkuat dengan tidak mendapat cukup asupan lemak, tentunya
hasil penelitian yang dilakukan tahun 2017 pada penurunan performa akan terjadi lebih cepat
pemain sepakbola berusia 9-12 tahun di Sekolah dibandingkan dengan atlet yang asupannya
Sepak Bola Sinar Harapan, Tulangan, Sidoarjo, terpenuhi sesuai kebutuhan (Primana,
Jawa Timur yang menyatakan bahwa tingkat 2000); (Damayanti, 2000); (Irianto, 2007).
kecukupan energi dan lemak menunjukkan Berbeda dengan karbohidrat dan lemak,
korelasi yang signifikan terhadap status protein hanya diperlukan sebanyak 3–5%
gizi atlet sepak bola (Amin & Lestari, 2017). sebagai sumber energi selama latihan maupun
Atlet secara mutlak membutuhkan bertanding selebihnya protein memiliki fungsi
pemenuhan energi yang sesuai dengan untuk perbaikan jaringan tubuh yang rusak,
kebutuhan untuk menjaga massa jaringan tubuh sebagai bahan pembangun/pembentuk jaringan
(massa lemak dan bebas lemak), sistim imunitas tubuh yang baru, merupakan prekursor berbagai
tubuh, fungsi reproduksi serta performa optimal hormon dan enzim untuk proses metabolism
atlet (Kandarina, 2007). Adapun pemenuhan tubuh (FIFA, 2005); (Almatsier, 2009).
energi sesuai dengan kebutuhan dapat ditentukan Adapun asupan protein yang tidak memenuhi
dari kualitas maupun kuantitas bahan makanan kebutuhan akan meningkatkan risiko cedera
yang dikonsumsi atlet, kondisi fisik, latihan pada jaringan otot atlet baik selama latihan
serta aktivitas fisik yang dilakukan atlet tersebut atau pada saat bertanding (Husaini, 2000).
(Sitorus, 2009). Tidak hanya energi, terpenuhinya Dalam kondisi cadangan glikogen otot dan
kebutuhan karbohidrat pada atlet juga pada liver sudah sangat menipis serta penggunaan
akhirnya akan mempengaruhi performa atlet baik lemak yang sudah mencapai batas, protein
saat latihan maupun bertanding. Karbohidrat mungkin akan dimobilisasi sebagai sumber
berperan sebagai sumber energi selama energi melalui proses glukoneogenesis yaitu
latihan maupun bertanding. Asupan karbohidrat proses konversi asam amino hasil pemecahan
berkaitan dengan pengaturan kadar gula darah molekul protein menjadi glukosa yang kemudian
dan simpanan glikogen dalam otot maupun liver, akan dimetabolisme untuk menghasilkan energi.
dimana gula darah maupun simpanan glikogen Apabila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang
akan berdampak pada laju produksi energi lama, tentu fungsi utama protein akan mengalami
(Karyamitha & Adhi, 2012); (Irawan, 2007). penurunan sehingga akan meningkatkan risiko
Sama halnya dengan karbohidrat, lemak cedera dan hambatan recovery pada atlet.
merupakan salah satu sumber energi yang penting Tingginya mobilisasi protein sebagai sumber
selama latihan maupun bertanding, dimana energi juga akan memperberat kinerja ginjal
mobilisasi penggunaan lemak sebagai sumber karena adanya produk sisa metabolism protein
energi tergantung dari durasi dan intensitas yaitu nitrogen yang harus dikeluarkan melalui
latihan yang dilakukan. Latihan yang dilakukan urin. Oleh karena itu, seorang atlet haruslahh
dalam durasi panjang disertai dengan intensitas tercukupi kebutuhan energi, karbohidrat
tinggi selain membutuhkan karbohidrat sebagai dan lemaknya untuk mencegah mobilisasi
sumber energi juga membutukan lemak sebagai protein sebagai sumber energi pengganti
sumber energi tambahan. Adapun pada saat karbohidrat maupun lemak (Irawan, 2007).
tubuh mengalami penurunan cadangan glikogen Pemenuhan zat gizi mikro terutama
otot dan liver, lemak kemudian dimobilisasi untuk mineral juga memainkan peranan penting
dijadikan sumber energi, namun penggunaan dalam menunjang performa atlet selama
lemak sebagai sumber energi akan menguras latihan maupun bertanding. Kalsium memiliki
lebih banyak oksigen dibandingkan karbohidrat peranan penting dalam proses pertumbuhan
daam proses metabolisme energi. Jika asupan cepat (growth spurt) terutama bagi atlet yang
karbohidrat tidak mencukupi kebutuhan, kondisi sedang dalam usia remaja atau dalam masa
24
Nur Amin, Yanesti Nur Avianda Lestari / Hubungan Status Gizi, Tngkat Kecukupan Energi, dan Zat Gizi...
25
Sport and Nutrition Journal, Vol. 1, No. 1, Juni 2019: 19-26
26