1. Flame Ionization FID biasanya menggunakan api Detector (FID) Hidrogen /Udara yang dilewati sampel untuk mengoksidasi molekul organik dan menghasilkan partikel bermuatan listrik (ion). Ion dikumpulkan dan menghasilkan sinyal listrik yang kemudian diukur.
Sensitivitas : gas pembawa harus
memiliki tingkat pengotor Air dan Oksigen yang rendah, karena Air dan Oksigen dapat berinteraksi dengan fase stasioner dan menimbulkan masalah besar seperti noise baseline dan bleed di kolom dalam kromatogram gas keluaran, yang menurunkan kepekaan penganalisis dan menurunkan masa pakai kolom. FID juga sangat sensitif terhadap pengotor Hidrokarbon dalam pasokan Hidrogen dan Udara untuk api. Kotoran Hidrokarbon dapat menyebabkan peningkatan baseline noise dan mengurangi sensitivitas detektor.
Linear Range : 10-11 ng - >107 μg
2. Thermal TCD membandingkan Conductivity konduktivitas panas dua aliran Detector (TCD) gas – gas pembawa murni (rujukan) dan sampel. Perubahan suhu pada kabel yang dipanaskan oleh listrik di dalam detektor dipengaruhi oleh konduktivitas panas gas yang mengalir di sekelilingnya. Perubahan dalam konduktivitas panas ini dideteksi sebagai perubahan resistansi listrik dan diukur.
Sensitivitas : sensitivitas TCD
lebih rendah dibandingkan dengan Flame Ionization Detector (FID). Sebagaimana pada teknik GC lainnya, gas pembawa harus memiliki tingkat pengotor Air dan Oksigen yang rendah, karena Air dan Oksigen dapat berinteraksi dengan fase stasioner dan menimbulkan masalah besar seperti noise baseline dan bleed di kolom dalam kromatogram gas keluaran, yang menurunkan kepekaan penganalisis dan menurunkan masa pakai kolom. Selain itu, pengotor oksigen dan air dalam gas detektor dapat memengaruhi TCD karena dapat menyebabkan oksidasi kabel detektor.
Selektivitas: TCD memerlukan
kontrol temperatur yang akurat, perbedaan temperatur antara blok kolom dan detektor akan mempengaruhi sensitivitas pada temperatur 15-50 diatas temperatur kolom.
Linear Range : 10-9 ng - >105 μg
3. Electron Capture Electron Capture Detector
Detector (ECD) (E.C.D.) beroperasi pada prinsip electrons attachments oleh molekul analit. Nitrogen sebagai gas pembawa mengalir melalui detektor dan terionisasi oleh sumber elektron biasanya tritum yang teradsorbsi pada Titanium atau Scandium (TiH3, ScH3) atau Nickel 63 (Ni63). Nitrogen terionisasi akan membentuk arus antar elektroda-elektroda.
Sensitivitas : Gas pembawa harus
memiliki kadar Halokarbon yang sangat rendah karena ECD sangat sensitif terhadap senyawa ini. ECD juga membutuhkan gas pengganti (makeup) jika menggunakan Helium sebagai gas pembawa, yang berfungsi menyediakan elektron yang tidak disediakan Helium. Kalibrasi rutin penganalisis menggunakan campuran kalibrasi biasa dilakukan.
Linear Range : 10-13 pg - 10 4 pg
4. Thermionic Dengan mengoperasikan flame Spesific Detector ionization detector pada (TSD) temperatur lebih rendah dan memasukkan atom-atom logam alkali ke dalam resulting plasma, maka detektor dapat dibuat selektif terhadap nitrogen dan phosphorus.
Sensitivitas : TSD juga sangat
sensitif terhadap kotoran Hidrokarbon dalam pasokan Hidrogen dan Udara untuk api. Kotoran Hidrokarbon dapat menyebabkan peningkatan baseline noise dan mengurangi sensitivitas detektor. Gas pengganti (makeup) dapat digunakan pada GC-NPD di titik keluar kolom untuk menambah laju aliran ke detektor. Kalibrasi rutin penganalisis menggunakan campuran kalibrasi biasa dilakukan. Detektor dapat dioperasikan secara sensitif baik dalam mode NP atau mode P dengan mengubah laju aliran hidrogen dan arus manik untuk mencapai sensitivitas yang lebih baik dari senyawa nitrogen atau fosfor.
Linear Range : 10-13 pg - 10 6 ng
5. Photoionization GC-PID adalah teknik yang Detector (PID) digunakan untuk menganalisis beragam hidrokarbon aromatik dan senyawa organik lainnya. Aplikasi yang umum adalah analisis polusi hidrokarbon pada air. PID menggunakan cahaya ultraviolet untuk mengionisasi komponen yang keluar dari kolom. Ion dikumpulkan oleh elektrode dan arus yang dihasilkan mengukur konsentrasinya. Sensitivitas : Sebagaimana pada teknik GC lainnya, gas pembawa harus memiliki tingkat pengotor Air dan Oksigen yang rendah, karena Air dan Oksigen dapat berinteraksi dengan fase stasioner dan menimbulkan masalah besar seperti noise baseline dan bleed di kolom dalam kromatogram gas keluaran,yang menurunkan kepek aan penganalisis dan menurunkan masa pakai kolom. Helium dan Nitrogen biasa digunakan. Gas pengganti (makeup) digunakan pada GC-PID di titik keluar kolom untuk menambah laju aliran ke detektor. Kalibrasi rutin penganalisis yang menggunakan campuran kalibrasi biasa dilakukan.
Linear Range : 10-12 pg - 10 6 ng
6. Flame FPD adalah teknik yang Photometric digunakan untuk menganalisis Detector (FPD) belerang atau fosfor yang mengandung senyawa dan logam seperti timah, boron, arsenik, dan kromium. FPD menggunakan api Hidrogen/Udara pada sampel yang dilewatkan. Fosfor dan belerang yang mengandung hidrokarbon menghasilkan chemiluminescene pada panjang gelombang tertentu, yang ketika dilewatkan ke dalam photo- multiplier menghasilkan sinyal listrik yang kemudian dapat diukur.
Sensitivitas : FPD sangat sensitif
terhadap pengotor Hidrokarbon dalam pasokan Hidrogen dan Udara untuk api. Kotoran Hidrokarbon dapat menyebabkan peningkatan baseline noise dan mengurangi sensitivitas detektor. Gas pengganti (makeup) dapat digunakan pada GC-FPD di titik keluar kolom untuk menambah laju aliran ke detektor. Kalibrasi rutin penganalisis menggunakan campuran kalibrasi biasa dilakukan.
Linear Range : 10-11 pg - 10 6 ng
7. Spektroskopi Spektroskopi massa adalah suatu Massa (MS) teknik analisis dengan prinsip dasar membuat suatu molekul netral menjadi bermuatan sehingga bisa dideteksi. Tujuan utama dari spektroskopi massa adalah mengetahui berat molekul. Informasi yang diperoleh dari spektrum MS adalah berat ion, yakni massa molekul isolat ditambah atau dikurangi sumber ion. Berat ion biasanya disajikan dalam [M+H]+ atau [M+OH]- atau dalam bentuk radikal [M*]+. Berat molekul sesungguhnya diperkirakan bertambah satu atau berkurang satu angka yang mendekati. Adakalanya ionisasi melalui penambahan berat molekul air (Saifudin, 2014).
Sensitivitas : Bergantung pada
faktor pelarutan dan metode ionisasi, sebuah ekstrak dengan 0,1 – 100 ng dari setiap komponen mungkin dibutuhkan agar sesuai jumlah yang diinjeksikan. Secara umum, penggunaan metode GC-MS hanya terbatas untuk senyawa dengan tekanan uap berkisar10-10 torr. Kebanyakan senyawa dengan tekanan lebih rendah hanya dapat dianalisis jika senyawa tersebut merupakan senyawa turunan (contoh , trimetilsili eter). Penentuan penentuan gugus fungsional pada cincin aromatic masih sulit. Untuk senyawa isomer tidak dapat dibedakan oleh spketometer (sebagai contoh : naftalena vs azulena), tapi dapat dipisahkan dengan kromatograpi.