Anda di halaman 1dari 41

Laporan Pratikum Kimia Analisa

Penentuan Jenis Tanin dan Penetapan Kadar Tanin Buah Bungur


Muda (Lagerstroemia Speciosa Pers.)
Secara Spektrofotometri dan Permanganometri

Disusun oleh :

Anisa Candra Yuliandini

NIM : 40040120650052

Dari Kelompok B1:

Anisa Candra Yuliandini 40040120650052

Eka Julia Puspitasari 40040120650053

Raihan Surya Sequoiadenron Giganteum 40040120650054

Shofi Annisa Fitri Swasono 40040120650055

TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah S.W.T., Tuhan Yang Maha Esa, pada
akhirnya laporan yang penulis susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Praktikum Kimia Analisa yang berjudul “Penentuan Jenis Tanin dan Penetapan
Kadar Tanin dari Buah Bungur Muda (Lagerstroemia Speciosa Pers.) Secara
Spektrofotometri dan Permanganometri”, yang telah kami selesaikan.

Paper ini disusun dengan mengacu pada sumber dari Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya. Tulisan ini sebagian besar hanyalah kutipan
kutipan dari sumber sebagaimana yang tercantum dalam Daftar Pustaka, dengan
beberapa ulasan pribadi dari kelompok kami. Ulasan pribadi sifatnya hanyalah
analisis dan sintesis dari beberapa kutipan yang berasal dari bahan bacaan.

Tulisan yang amat sederhana ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya
peran dan bantuan serta masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, sudah
semestinya penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada:
1. Heny Kusumayanti, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing Mata Kuliah
Praktikum Fisika Teknik serta
2. Asisten Laboratorium Praktikum Kimia Analisa kami yaitu saudari Rizka
Lestari Dewi.
3. Teman-teman Kelompok B1 Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia
Industri Universitas, yang selalu memberikan motivasi dan beberapa
masukan-masukan dalam penyusunan paper ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini jauh dari sempurna dan
mungkin beberapa pandangan penulis sedikitnya belum teruji kebenarannya.
Namun, harapan penulis semoga karya yang sederhana ini ada manfaatnya,
terutama untuk penulis pribadi dan juga teman-teman yang telah membaca paper
ini. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................. 5
1.1. Latar Belakang.................................................................................................5
1.2. Tujuan .............................................................................................................7
1.2.1. Tujuan Umum ..........................................................................................7
1.2.2. Tujuan Khusus .........................................................................................7
BAB II : KAJIAN TEORI ............................................................................................... 8
2.1. Tanin ...............................................................................................................8
2.2. Titrasi ..............................................................................................................8
2.3. Permanganometri .............................................................................................8
2.4. Titik akhir Titrasi .............................................................................................9
2.5. Titik ekivalen...................................................................................................9
2.6. Kalium Permanganat (KMnO4) ........................................................................9
2.7. Kelebihan dan kekurangan metode permanganometri .......................................9
2.7.1. Kelebihan metode permanganometri.........................................................9
2.7.2. Kekurangan metode permanganometri.................................................... 10
2.8. Aplikasi permanganometri dalam industri ...................................................... 10
2.8.1. Penentuan biji dalam biji-biji besi........................................................... 10
2.8.2. Menentukan kadar Ca2+ dalam kapur ...................................................... 10
2.9. Spektrofotometri ............................................................................................ 10
2.10. Larutan standar .......................................................................................... 11
2.10.1. Larutan standar primer ........................................................................... 11
2.10.2. Larutan standar sekunder ........................................................................ 11
2.11. Larutan Blanko .......................................................................................... 11
2.12. Kurva baku ................................................................................................ 12
BAB III : METODOLOGI ............................................................................................ 13
3.1. Alat dan Bahan .............................................................................................. 13
3.1.1. Bahan Penelitian .................................................................................... 13
3.2. Alat Penelitian ................................................................................................... 14
3.3. Metode Kerja ................................................................................................. 16
3.3.4. Pembuatan Jenis Tanin ........................................................................... 17
3.2.5. Penetapan Kadar Tanin Secara Spektrofotometri .................................... 20
3.2.6. Penetapan Kadar Tanin Secara Spektrofotometri .................................... 22
BAB IV : PEMBAHASAN ........................................................................................... 25
4.1. Penentuan Kandungan Lembab Serbuk Buah Bungur Muda ........................... 25
4.2. Identifikasi Kualitatif Adanya Tanin .............................................................. 26
4.3. Identifikasi Jenis Tanin .................................................................................. 27
4.4. Penetapan Kadar Tanin Secara Spektrofotometri ............................................ 29
4.5. Pembakuan dan Penetapan Kadar Tanin secara Permanganometri .................. 34
4.6. Perbandingan Hasil Kadar Tanin dengan Dua Metode .................................... 37
BAB V : PENUTUP ..................................................................................................... 38
5.1. Kesimpulan.................................................................................................... 38
5.2. Saran ............................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 40
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari
senyawa fenolik yang banyak terdapat pada bermacam-macam tumbuhan,
Umumnya tanin tersebar hampir pada seluruh bagian tumbuhan seperti pada
bagian kulit kayu, batang, daun, dan buah (Sajaratud, 2013). Tanin
merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai
beberapa khasiat diantaranya yaitu sebagai astringent, anti diare, antibakteri
dan antioksidan (Desmiaty, Ratih, Dewi, & Agustín, 2008). Tanin berbentuk
serpihan mengkilat berwarna kekuningan sampai coklat muda atau serbuk
amorf, tidak berbau, atau sedikit berbau khas(RI, 1995). Tanin biasanya
disebut juga asam tanat atau galotanat. Tanin memiliki sifat kelarutan sangat
mudah larut dalam air, larut alkohol, larut aseton, larut 1:1 dalam gliserol
hangat, praktis tidak larut dalam petroleum, kloroform dan eter (Reynolds,
1996).
Umumnya senyawa tanin banyak terdapat pada tumbuhan dikotil dan
tersebar luas pada tanaman yang berpembuluh terutama pada Angiospermae
(Harbone, 1987). Salah satu tumbuhan Angiospermae dan berkeping dua
(dikotil) yang mengandung senyawa tanin adalah bungur (Lagerstroemia
speciosa Pers.). Tanaman ini banyak dijumpai sebagai peneduh jalan, akan
tetapi tanaman ini juga bisa digunakan untuk menurunkan kadar gula dalam
darah setelah diujikan pada mencit diabetik karena adanya kelompok
senyawa polifenol (Hernawan & Sutarno, 2004).
Bagian tumbuhan ini yang sering digunakan sebagai obat yaitu biji,
daun, dan kulit kayu. Biji tumbuhan ini dapat digunakan untuk mengobati
tekanan darah tinggi dan kencing manis. Daunnya digunakan untuk
mengobati kencing batu, kencing manis, dan tekanan darah tinggi, sedangkan
bagian kulit kayu digunakan untuk mengobati diare, disentri dan kencing
darah. Daun bungur memiliki kandungan kimia, seperti saponin, flavonoid
dan tanin, sedangkan pada kulit batang bungur mengandung flavonoid dan
_tanin (Dalimartha, 2003).
Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan penetapan kadar tanin dari
kulit buah dan byi bungur serta daun bungur. Oleh karena itu perlu adanya
upaya lebih lanjut untuk mengetahui jenis tanin dan kadar tanin pada bagian
lain pada tanaman bungur. Pada penelitian ini, digunakan buah bungur muda
untuk dilthat kadar senyawa taninnya karena buah yang masih muda
mengandung senyawa tanin yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
buah yang tua.
Metode penentuan kualitatif tanin dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi adanya tanin dan jenis tanin. Identifikasi adanya tanin dapat
dilakukan uji FeCls, gelatin test, wi penambahan kalium ferrycianida dan
ammonia, dan test for chlorogenic acid. Sedangkan untuk menentukan jenis
tanin terkondensasi, terhidrolisis, dan kompleks tanin dilakukan dengan
menggunakan uji asam asetat ditambah Pb asetat, uwji HCl, wji FeCl, uji
KBr, dan test for catechin. Jika hasil uji menunjukkan hasil positif pada
pengujian tanin terhidrolisis dan terkondensasi, kemungkinan tergolong tanin
kompleks. Untuk itu dilakukan uji tambahan dengan menggunakan pereaksi
Stiasny (formaldehid 30%-HC] 2N) dan uwji penambahan FeCl; pada filtrat.
Dua metode yang sering digunakan untuk menetapkan kadar tanin yaitu
secara spektrofotometri dan permanganometri (DepKes RI, 1989), dalam
penelitian ini digunakan buah bungur muda sebagai sampelnya.
Spektrofotometri UV-Vis merupakan teknik analisis yang memakai sumber
radiasi sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrument
spektrofotometer (Mulja, 1995). Pada metode im digunakan Folin Ciocalteu
sebagai pereaksi dan asam galat sebagai standart. Sedangkan metode titrasi1
permanganometri merupakan pengukuran volume suatu larutan yang
diketahui konsentrasinya dengan pasti, yang diperlukan untuk bereaksi
sempurna dengan salah satu volume tepat zat yang akan ditentukan. Larutan
yang kadarnya diketahui dengan pasti itu dinamakan larutan baku atau larutan
standart (Underwood AL, 2001).
Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan upaya lebih lanjut untuk
menjadikan buah bungur muda sebagai bahan yang bermanfaat, salah satunya
dengan menetapkan kadar senyawa tanin dengan metode spektrofotometri
dan permanganometri.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
1.2.1.1. Untuk mengetahui kadar tanin dalam suatu buah
1.2.2. Tujuan Khusus
1.2.2.1. Untuk mengetahui pengertian tanin
1.2.2.2. Untuk mengetahui pengertian titrasi
1.2.2.3. Untuk mengetahui pengertian titrasi permanganometri
1.2.2.4. Untuk mengetahui titik akhir titrasi
1.2.2.5. Untuk mengetahui titik ekivalen
1.2.2.6. Untuk mengetahui metode spektofotometri
1.2.2.7. Untuk mengetahui tentang larutan standar
1.2.2.8. Untuk mengetahui larutan blanko dan pembuatannya
1.2.2.9. Untuk mengetahui kurva baku
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Tanin
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui
mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri
dan antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat
kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar
mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan
protein tersebut. Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks mulai dari
pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga dapat berfungsi
sebagai antioksidan biologis.

2.2. Titrasi
Titrasi adalah metode penetapan kadar suatu larutan dengan
menggunakan larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam
hal ini, suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti (larutan
standar), ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya
tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut
berlangsung sempurna. Titik ekivalen dalam titrasi adalah titik keadaan
(kuantitas) asam-basa dapat ditentukan secara stokiometri.

2.3. Permanganometri
Permanganometri adalah metode titrasi yang menggunakan kalium
permanganat yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini
didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Reagensia ini mudah
diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan
larutan yang sangat encer. Permanganat beraksi secara beraneka, karena
mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 .
2.4. Titik akhir Titrasi
Titik akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan indikator asam
basa.. Indikator yang digunakan harus memberikan perubahan warna yang
nampak di sekitar pH titik ekivalen titrasi yang dilakukan, sehingga titik
akhirnya masih jatuh pada kisaran perubahan pH indikator tersebut. Menurut
suatu indicator digunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka :
1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi
ekivalen dengan titrat.
2. Perubahan warna itu harus terjadi secara mendadak, agar tidak ada
keraguan-keraguan tentang kapan titrasi harus dihentikan.

2.5. Titik ekivalen


Keadaan dengan jumlah ekivalen asam sama dengan basa disebut titik
ekivalen. pH larutan mengalami perubahan selama titrasi dan titrasi diakhiri
pada saat pH titik ekivalen telah tercapai.

2.6. Kalium Permanganat (KMnO4)


Dalam permanganometri, kalium permanganate (KMnO4) merupakan
oksidator kuat yang berfungsi sebagai titran. Titran ini biasanya ditempatkan
di buret. Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara
meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah, dan tidak
memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer.
(Haitami, Rakhmina, & Fakhridani, 2016).

2.7. Kelebihan dan kekurangan metode permanganometri


2.7.1. Kelebihan metode permanganometri
1. Larutan standarnya (KMnO4) mudah diperoleh dan harganya murah.
2. Tidak memerlukan indikator
3. Reaksinya cepat dengan banyak pereaksi
2.7.2. Kekurangan metode permanganometri
1. Larutan tidak stabil dalam penyimpanan sehingga harus dilakukan
pembakuan
2. Waktu yang dibutuhkan dalam analisa cukup lama
(Putra & Sugiarso, 2016)

2.8. Aplikasi permanganometri dalam industri


2.8.1. Penentuan biji dalam biji-biji besi
Asam terbaik untuk melarutan bijih-bijih besi adalah asam
klorida. Dan timah (II) klorida sering ditembakkan untuk membantu
proses pelarutan. Sebelum dititrasi dengan permanganate setiap besi
(III) harus direduksi menjadi besi (II) . Reduksi ini dilakukan dengan
timbal (II) klorida. (Days & Underwood, 1986)
2.8.2. Menentukan kadar Ca2+ dalam kapur
Kalium mengendap sebagai oksala, CaC2O4 setelah penyaringan
dan pencucian, endapan dilarutkan dalam asam sulfat dan oksalatnya
dititrasi dengan permangat. Proses ini lebih cepat daripada prosedur
gravimetric dimana CaC2O4 dibakar menjadi CaO dan ditimbang (Days
& Underwood, 1986).

2.9. Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah metode menganalisis unsur secara kuantitatif.
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spectrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari
spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy relatif jika energy
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang.
Keuntungan dari metode spektrofotometri adalah metode ini
memberikan cara sederhana untuk menetapkan kualitas zat yang kecil. akurat,
dimana angka yang terbaca langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam
bentuk angka digital ataupun grafik yang sudah diregresikan.

2.10. Larutan standar


Larutan standar/larutan baku merupakan larutan yang konsentrasinya
sudah diketahui. Larutan baku berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan
di buret. (Saadah, Nurdiana, & Wahyudiati, 2016). Larutan standar dibagi
menjadi 2 macam, yaitu:

2.10.1. Larutan standar primer


Menurut (Morie, 2015) larutan standar primer adalah larutan
standar yang diperoleh dengan cara menimbang secara akurat zat yang
memiliki kemurnian tinggi. Syarat zat yang dapat dijadikan standar
primer:
1. Zat dalam keadaan murni dengan keadaan pengotor sebesar 0,02%
2. Zat dalam keadaan stabil secara kimiawi, tidak bersifat higroskopis
3. Zat memiliki berat ekuivalen yang tinggi sehingga dapat
meminimalisasi kesalahan yang terjadi saat penimbangan

2.10.2. Larutan standar sekunder


Menurut (Wijaya, 2010), larutan standar sekunder adalah larutan
yang konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan
standar primer. Syarat larutan baku sekunder:
1. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer.
2. Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan.
3. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan

2.11. Larutan Blanko


Menurut , larutan blanko merupakan larutan yang tidak berisi analit
yang biasanya digunakan untuk kalibrasi sebagai larutan pembanding dalam
analisis fotometri. Larutan blanko dibagi menjadi 3 jenis:
1. Kalibrasi blanko adalah larutan yang digunakan untuk membuat titik
nol konsentrasi dari grafik kalibrasi. Larutan ini berisi pengener yang
digunakan untuk membuat larutan standar.
2. Reagen blanko adalah larutan yang berisi reagen yang digunakan untuk
melarutkan sampel. Pembacaan absorbansi larutan ini dikurangi dari
pembacaan sampel
3. Metode blanko adalah larutan yang diperlakukan sama dengan sampel
yang kemudian ditambah dengan reagen yang sama, mengalami kontak
dengan alat yang sama dan diperlakukan dengan prosedur yang sama.

2.12. Kurva baku


Pengukuran larutan standar akan menghasilkan kurva standar yang
merupakan standar dari sampel tertentu yang digunakan sebagai pedoman
ataupun acuan untuk sampel tersebut pada percobaan. Pembuatan kurva
baku/standar bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi
larutan dengan nilai absorbandinya sehingga konsentrasi sampel dapat
diketahui.
Untuk konsentrasi larutan sampel dapat ditentukan dengan
mensubtitusikan harga serapan atau absorbansi kedalam persamaan garis
kurva larutan standar 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏.
Kurva baku dibuat dengan mengamati serapan masing-masing
konsentrasi larutan standar. Kemudian dibuat grafik hubungan konsentrasi
larutan standar sebagai absis (𝑥) dan absorbansi sebagai ordinat (y)

Gambar 1. Kurva Baku/standar


BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Bahan Penelitian


Tabel 3.1. Bahan Penelitian
No. Bahan Fungsi
Buah Bungur Muda
1. Sebagai sampel
(Lagerstroemia speciosa Pers.)
2. Etanol 70% Sebagai pelarut
3. Aqua Demineralisata Sebagai pelarut
4. Asam Asetat 10% Untuk uji tannin hidrosis
Untuk uji pembakuan larutan
5. Asam Oksalat 2H2O baku primer 7 7 sebagai zat
terlarut
Untuk uji penetapan kadar
6. Asam Galat tannin secara spektofotometri &
sebagai zat terlarut
7. Folin Ciocalteu Sebagai reagen
Untuk mengidentifikasi jenis
8. Asam Klorida
tannin & sebagai pelarut
Stiasny (Formaldehid 30%-HCl
9. Sebagai pereaksi
2N)
Untuk uji test for chlorogenic
10. Larutan Amonia
acid & sebagai pelarut
Untuk uji pembakuan larutan
13. Kalium Ferricyanida
KMnO4 & sebagai pelarut
14. Bromine (KBr) Sebegai pereaksi
15. H2SO4 4N Untuk pelarut
16. Indigo Karmin P Sebagai indicator pH warna biru
(di bawah pH 11,4) dan kuning
(di atas pH 13)
17. Larutan FeCl3 Sebagai pelarut
Untuk gelatin test & sebagai
18. Larutan Gelatin 1%
pelarut
19. Larutan KMnO4 0,1N Sebagai penitrasi
Untuk menetralkan kembali
20. Na2CO3 15%
larutan
Sebagai penjernih dan
21. Pb Asetat 10%
pengendapan

3.2. Alat Penelitian


Tabel 3.2. Bahan Penelitian
No. Alat Fungsi
Untuk menimbang massa benda
1. Timbangan Analitik (Ohaus)
yang mempunyai ketelitian tinggi
2. Pengayak Mesh 30 Mengayak serbuk agar lebih halus
Memisahkan suatu pelarut(solvent)
dari sebuah larutan, sehingga akan
3. Rotary Evaporator (Buchii) menghasilkan ekstrak dengan
kandungan atau konsetrasi lebih
pekat
Moisture Content Balance
4. Untuk mengukur kelembaban
(Mettler Teledo)
5. Maserasi Kinetik Untuk merendam serbuk simplisia
Untuk menginkubasi sampel dalam
6. Waterbath B-480 (Buchii) air pada suhu konstan selama
periode waktu yang lama
Untuk menginkubasi sampel dalam
7. Waterbath Listrik (Memmert)
air pada suhu konstan selama
periode waktu yang lama
Menghaluskan bahan menjadi
8. Blender
lebih halus
Mengukur jumlah cahaya yang
Spektofotometer UV-Vis
9. diabsorbsi, ditransmisi, atau
(Shimadzu)
direfleksikan oleh sampel
Untuk memindahkan larutan atau
Mikropipet Volume 100-1000 cairan pada satu tempat ke tempat
10.
μl dan 0,5-5 ml (SOCOREX) lainnya pada volume dibawah 1
mili liter
Untuk mengaduk, memanaskan
11. Magnetic Stirrer dan menghomogenkan suatu
larutan secara magnetik
Untuk meneteskan sejumlah
12. Buret
reagen cair dalam eksperimen
Untuk mengukur volume dan
13. Pipet Volume memindahkan cairan dari satu
wadah ke wadah yang lain.
Sebagai tempat untuk melarutkan
14. Gelas Beaker
zat
3.3. Metode Kerja

3.3.1. Penyiapan Bahan Penelitian


Cuci buah bungur muda(sampel) dan keringkan dengan cara diangini

Setelah simplisia kering, sampel di blender sampai halus

Kemudian ayak agar serbuk menjadi lebih halus

3.3.2. Penentuan Kandungan Lembab


Timbang serbuk simplisia sebanyak 5 gr

Kemudian masukkan ke dalam Moisture Content Balance dan ratakan
permukaannya

Operasikan alat sampai proses selesai

3.3.3. Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Buah Bungur Muda (Lagerstroemia


speciosa Pers.) secara Maserasi Kinetik
Aduk Serbuk kering buah bungur muda sebanyak 100 gr

Sambil diaduk, tambahkan pelarut etanol 70% sebanyak 300 ml selama ±2
jam

Diamkan semalam lalu disaring, ambil ampas dan filtratnya

Maserasi ulang ampas sebanyak 3 kali

Kumpulkan dan pekatkan filtrat dengan Rotary Evaporator

Kemudian uapkan filtrat di atas waterbath

3.3.4. Pembuatan Jenis Tanin


3.3.4.1. Identifikasi Adanya Tanin
1. Penambahan ekstrak dengan FeCl3 yang menghasilkan
endapan biru-hitam pada tannin terhidrolisis dan
menghasilkan endapan hitam kehijauan pada tannin
terkondensasi.
2. Penambahan ekstrak dengan larutan gelatin 1% yang
mengandung NaCl akan menghasilkan endapan yang
berarti mengandung tannin.
3. Penambahan ekstrak dengan Kalium ferricyanide dan
ammonia. Apabila ekstrak mengandung tannin maka
bereakti positif dan menghasilkan warna merah tua.
4. Melakukan test for chlorogenic acid dengan
menambahkan ekstrak dengan larutan ammonia yang
kemudian dipaparkan ke udara. Apabila muncul warna
hijau berarti mengandung tannin.

3.2.4.2. Identifikasi Jenis Tanin


3.2.4.2.1. Tanin terhidrolisis
1. Penambahan ekstrak dengan 2 ml asam setat 10%
dan 1 ml larutan Pb asetat 10% yang akan
menghasilkan endapan dalam waktu 5 menit.
2. Mendidihkan ekstrak dngan HCl, yang tidak
akan membentuk warna merah phlobaphene
yang tidak larut.
3. Penambahan ekstrak dengan FeCl3 yang
menghasilkan warna hitam kebiruan.
4. Penambahan ekstrak dengan pereaksi KBr yang
tidak mengendap
5. Memasukkan batang korek api yang kemudian
dikeringkan lalu dibasahi dengan HCl dan
dipanaskan yang menghasilkan tidak terjadinya
perubahan warna menjadi pink atau merah pada
batang korek api tersebut.

3.2.4.2.2. Tanin terkondensasi


1. Penambahan ekstrak dengan 2 ml asam asetat
10% dan Pb asetat 10% yang tidak menimbulkan
endapan atau tetap berupa larutan,
2. Mendidihkan ekstrak dengan HCl yang akan
terjadinya perubahan warna merah phlobaphene
yang tidak larut.
3. Penambahan ekstak dengan FeCl3 yang
menghasilkan warna hitam kehijauan.
4. Penambahan ekstrak dengan Kbr yang akan
mengendap
5. Memasukkan batang korek api yang kemudian
dikeringkan lalu dibasahi dengan HCl. Jika
terbentuk phloroglucinol akan menyebabkan
perubahan warna menjadi pink atau merah pada
batang korek api.
3.2.4.2.3. Tanin kompleks
1. Adanya tanin katekol

Tambahan larutan ekstrak dengan pereaksi Stiasny


(formaldehid 30%-HCl 2N dengan perbandingan 2:1

Panaskan di atas penangas air sambil digoyangkan

Adanya tanin katekol ditandai dengan terjadinya endapan
merah

2. Adanya tannin galat

Filtrat dari hasil dari uji tannin katekol dinetralkan dengan


natrium asetat

Kemudian tambahkan dengan FeCl3

Adanya tanin galat ditandai dengan terbentuk warna biru tinta
atau hitam
3.2.5. Penetapan Kadar Tanin Secara Spektrofotometri
3.2.5.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Timbang asam galat sebanyak 10 mg lalu dilarutkan



Tambahkan aqua demineralisata sampai volume 100 ml (didapatkan
baku induk 100 bpj)

Masukkan larutan baku induk asam galat dengan pipet kedalam labu
ukur 10 ml

Tambahkan reagen Folin Ciocalteu sebanyak 1 ml, kocok dan
diamkan selama 5 menit

Tambahkan 2 ml larutan Na2CO3 15%, kocok hingga homogen dan
diamkan selama 5 menit

Kemudian tambahkan aqua demineralisata sampai 10 ml

Baca Panjang gelombong pada rentang λ 500-900 nm

3.2.5.2. Penentuan Waktu Stabil


Masukkan larutan baku induk dengan pipet ke dalam labu ukur 10
ml

Tambahkan reagen Folin Ciocalteu sebanyak 1 ml, kocok dan
diamkan selama 5 menit

Tambahkan 2 ml larutan Na2CO3 15%, kocok hingga homogen dan
diamkan selama 5 menit

Kemudian tambahkan aqua demineralisata sampai 10 ml

Amati absorbansinya pada λ 756 nm dengan waktu 0, 5, 10, 15, 20,
25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60, sampai 110 menit pada Panjang
gelombang maksimum

3.2.5.3. Pembuatan Kurva Baku Asam Galat dengan Reagen Folin


Ciocalteu.
Masukkan larutan baku induk dengan pipet ke dalam labu ukur 10
ml

Tambahkan reagen Folin Ciocalteu sebanyak 1 ml, kocok dan
diamkan selama 5 menit

Tambahkan 2 ml larutan Na2CO3 15%, kocok hingga homogen dan
diamkan selama 5 menit

Kemudian tambahkan aqua demineralisata sampai volume 10 ml

Tambahkan 2 ml larutan Na2CO3 15%, kocok hingga homogen dan
diamkan selama 5 menit

Kemudian tambahkan aqua demineralisata sampai 10 ml, kocok
hingga homogen dan diamkan selama 90 menit

Amati absorbansi pada Panjang gelombang maksimum

Ulangi percobaan sebanyak 7 kali (didapatkan 7 konsentrasi)

Buat kurva baku standar asam galatnya
3.2.5.4. Penetapan Kadar Tanin Total
Larutkan ekstrak etanol 70% 50 mg dengan aqua demineralisata
sampai volume 50 ml

Kemudian pipet dan ditambahkan dengan 1 ml reagen Folin
Ciocalteu, kocok dan diamkan selama 5 menit

Tambahkan 2 ml larutan Na2CO3 15%, kocok hingga homogen dan
diamkan selama 5 menit

Kemudian tambahkan aqua demineralisata sampai volume 10 ml,
diamkan pada range waktu stabil

Amati absorbansi pada panjang gelombang maksimum

Replikasi konsentrasi yang didapat sebanyak 2 kali

Hitung ekivalen kadar tannin total dengan asam galat

3.2.6. Penetapan Kadar Tanin Secara Spektrofotometri


3.2.6.1. Pembakuan Lautan Baku Primer Asam Oksalat
Timbang botol timbang asam oksalat 2H2O sebanyak ± 0,693 gr

Kemudian larutkan dengan aqua demineralisata secukupnya

Masukkan ke dalam labu ukur lalu tambahkan dengan aqua
demineralisata sampai batas tanda

Hitung N asam oksalat 2H2O
3.2.6.2. Pembakuan Larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat 0,1N
Ambil larutan asam oksalat 2H2O 0,1N sebanyak 10ml, lalu
masukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml

Tambahkan dengan larutan H2SO4 4N sebanyak 10ml, panaskan
sampai suhu 70ºC

Kemudian titrasi dengan KMnO4 0,1N

Ulangi dan catat replikasi sebanyak 5 kali

3.2.6.3. Penetapan Kadar Tanin dengan KMnO4


Masukkan serbuk buah bungur mudan sebanyak ± 2 gr ke dalam
gelas beker

Tambahkan 50 ml aqua demineralisata, lalu panaskan dan aduk
sampai mendidih di atas waterbath selama 30 menit

Diamkan beberapa menit dan diendapkan

Kemudian tuang dengan kertas saring ke dalam labu ukur 250 ml,
ambil filtratnya

Sari kembali ampasnya dengan aqua demineralisata mendidih, lalu
masukkan pada labu ukur yang sama

Ulangi penyaringan sampai residu tidak menunjukkan perubahan
warna menjadi warna biru hitam jika direaksikan dengan FeCl3

Dinginkan larutan dan tambahkan dengan aqua demineralisata
sampai 250 ml kedalam labu ukur

Pindahkan larutan tersebut dengan pipet 25 ml ke dalam Erlenmeyer
1000 ml

Tambahkan 750 ml aqua demineralisata dan 25 ml indicator asam
indigo sulfonate LP

Kemudian titrasi dengan KMnO4 hingga terjadi perubahan warna dari
biru tua menjadi warna kuning keemasan

Ulangi replikasi sebanyak 5 kali dan Catat volume KMnO4 yang
digunakan

3.2.6.4. Penyiapan dan Pengukuran Titrasi Blanko


Siapkan 775 ml aqua demineralisata dalam Erlenmeyer 1000 ml

Tambahkan indikasi asam indigo sulfonate 25 ml

Kemudian titrasi dengan KMnO4 hingga terjadi perubahan warna dari
biru tua menjadi warna kuning keemasan

Ulangi replikasi sebanyak 5 kali dan Catat volume KMnO4 yang
digunakan
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Penentuan Kandungan Lembab Serbuk Buah Bungur Muda


(Lagerstroemia speciose Pers.)

Tabel 4.1 Hasil Penentuan Kandungan Lembab Serbuk Buah Bungur


Muda (Lagerstroemia speciose Pers.)
W (gram) W0 (gram) MC (%)
5,003 4,589 9,02
5,000 4,588 8,98
5,006 4,582 9,25
Rata-rata 9,08
SD 0,1457
KV (%) 1,60
Kandungan lembab serbuk buah bungur muda ditentukan
menggunakan rumus:
𝑊 − 𝑊0
MC = 𝑥 100%
𝑊0
Keterangan :W = Bobot serbuk awal
W0 = Bobot serbuk akhir
%MC = % Moisture Content (kandungan lembab)
4.2. Identifikasi Kualitatif Adanya Tanin

Tabel 4.2 Penentuan Adanya Tanin secara Kualitatif


No. Pereaksi Hasil Tanin
1. FeCl3 Biru hitam +
Adanya
2. Larutan garam gelatin +
endapan
Penambahan K3Fe(CN)6 +
3. Merah Tua +
Ammonia
4. Test for Chlorogenic Acid + +

Berdasarkan data table percobaan diatas menunjukkan bahwa buah


bungur muda positif mengandung tanin.
Uji kualitatif dimanfaatkan untuk mendeteksi tannin dalam buah
bungur muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah bungur muda
mengandung tannin yang ditandai dengan adanya endapan berwarna biru
hitam saat diberi FeCl3. Gugus fenol pada tannin akan berikatan dengan FeCl3
dan membentuk kompleks yang berwarna biru. Lalu, saat ditambahkan
dengan larutan garam dan gelatin akan membentuk endapan yang
menunjukkan adanya tannin. Salah satu dari sifat tannin adalah dapat
mengendapkan protein dan gelatin termasuk protein alami. Kemudian, pada
penambahan Kalium ferricyanide dan ammonia positif dihasilkan warna
merah tua yang menandakan adanya kandungan tannin. Serta pada test for
chlorogenic acid terbentuk warna hijau pada lapisan atas yang menandakan
adanya kandungan tannin dalam sampel (Tabel 4.2).
4.3. Identifikasi Jenis Tanin

Tabel 4.3 Penentuan jenis Tanin Terhidrolisis


No. Pereaksi Hasil Kesimpulan
+ Asam Asetat
1. 10% Terbentuk endapan +
+ Pb Asetat 10%
Tidak terbentuk warna
2. + HCl dipanaskan merah phlobaphene +
yang tidak larut
3. FeCl3 Biru kehitaman +
4. Pereaksi Bromine Tidak mengendap +
Batang korek api tidak
5. Tes Katekin +
berubah warna

Tabel 4.4 Penentuan Jenis Tanin Terkondensasi


No. Pereaksi Hasil Kesimpulan
+ Asam Asetat
1. 10% Terbentuk endapan -
+ Pb Asetat 10%
Tidak terbentuk warna
2. + HCl dipanaskan merah phlobaphene -
yang tidak larut
3. FeCl3 Biru kehitaman -
4. Pereaksi Bromine Tidak mengendap -
Batang korek api tidak
5. Tes Katekin -
berubah warna
Tabel 4.5 Penentuan Jenis tannin Kompleks
No. Pereaksi Hasil Kesimpulan
+ Stiasny Tidak mengendap -
1.
+ FeCl3 Mengendap coklat muda -

Berdasarkan data table percobaan diatas menunjukkan bahwa buah


bungur muda mengandung tannin terhidrolisis. Buah bungur muda tidak
mengandung tannin terkondensasi dan tannin kompleks.
Penelitian analisis jenis tannin diperoleh hasil bahwa pada buah bungur
muda termasuk jenis tannin terhidrolisis. Hal tersebut ditandai oleh hasil yang
positif pada identifikasi jenis tannin terhidrolisis (Tabel 4.3). Sedangkan pada
identifikasi jenis tannin terkondensasi dan tannin kompleks menunjukkan
hasil negatif (Tabel 4.4 dan Tabel 4.5). Dari penelitian identifikasi jenis
tannin diperoleh juga hasil terbentuknya warna biru kehitaman saat diberi
FeCl3, jika ditambah HCl lalu dipanaskan tidak membentuk warna merah
phlobaphene yang tidak larut, jika ditambahkan asam asetat 10% dan larutan
Pb asetat 10% akan terbentuk endapan, jika ditambah dengan pereaksi
bromine tidak menghasilkan endapan (Tabel 4.3). Data tersebut
mengindikasikan bahwa tannin dalam buah bungur muda adalah tannin
terhidrolisis.
4.4. Penetapan Kadar Tanin Secara Spektrofotometri
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Gambar 4.1 Profil Spektra Panjang Gelombang Maksimum Asam
Galat

Berdasarkan gambar grafik spektrofotometer diatas menunjukkan


bahwa Panjang gelombang maksimum dari baku asam galat adalah
765,5 nm.
Penentuan panjang gelombang maksimum larutan asam galat
dilakukan dengan menambahkan larutan asam galat dengan reagen folin
ciocalteu dan Natrium karbonat dan diukur menggunakan
spektrofotometer shimadzu sehingga diperoleh panjang gelombang
765,5 nm (gambar 4.1).

Penentuan Waktu Stabil


Tabel 4.6 Penentuan Waktu Stabil
Waktu (menit) Absorbansi
0 0,300
5 0,312
10 0,320
15 0,328
Waktu (menit) Absorbansi
20 0,334
25 0,341
30 0,347
35 0,353
40 0,359
45 0,365
50 0,372
55 0,378
60 0,383
65 0,386
70 0,403
75 0,404
80 0,430
85 0,462
90 0,466
95 0,487
100 0,474
105 0,478
110 0,480

Berdasarkan data table percobaan diatas menunjukkan bahwa


waktu stabil didapat pada menit ke-90 yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan yang sangat kecil pada menit tersebut, yaitu sebesar 0,004
ppm.
Penentuan waktu stabil reduksi folin ciocalteu oleh asam galat
pada panjang gelombang 765 nm diukur dengan interval waktu tiap 5
menit selama 110 menit. Pada penelitian ini diperoleh absorbansi
larutan asam galat ditambah folin ciocalteu dan Natrium karbonat
absorbansi sudah stabil dengan ditunjukkannya perubahan absorbansi
yang sangat kecil pada menit ke-90 (Tabel 4.6).
Pembuatan Kurva Baku Asam Galat dengan Reagen Folin Ciocalteu
Tabel 4.7 Baku Kerja Asam galat
Konsentrasi (bpj) Absorbansi
1,0 0,156
2,0 0,242
3,0 0,313
4,0 0,409
5,0 0,508
6,0 0,590
7,0 0,687

Tabel diatas menunjukkan nilai absorbansi yang diperoleh dari


penambahan reagen Folin Ciocalteu pada larutan baku kerja yang
diamati pada spektrofotometri visible pada panjang gelombang 765,5
nm.
Regresi (Konsentrasi vs Absorbansi):
a = 0,0601
b = 0,0887
Y = a + bx Keterangan:
Y = absorbansi
Y = 0,0601 + 0,0887x X = konsentrasi
R = 0,9992 R2 = koefisien korelasi
R2 = 0,9985
Gambar 4.2 Kurva Baku Asam Galat

GRAFIK KURVA BAKU


0.8
0.7
0.6
Absorbansi 0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7

Konsentrasi

Hasil regresi menunjukkan bahwa r hitung > r table (0,999 >


0,754), maka hubungan antara konsetrasi dan absorbansi memiliki
korelasi yang bermakna.
Pembuatan kurva baku asam galat dilakukan untuk mengetahui
korelasi antara konsentrasi asam galat dan absorbansinya. Persamaan
kurva baku yang diperoleh dari konsentrasi larutan asam galat adalah y
= 0,0887x + 0,0601, nilai R hitung didapatkan 0,999 yang lebih besar
dari R tabel yaitu 0,754 dengan taraf signifikansi 5%. Hasil regresi
tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara konsentrasi dan
absorbansi memiliki korelasi yang bermakna (Gambar 4.2).
Penetapan Kadar Sampel Buah Bungur Muda
Tabel 4.8 Hasil penetapan Kadar Tanin secara Spektrofotometri
Konsentrasi Kadar
Bobot sampel (mg) Absorbansi
(bpj) (%)
50,1 15,03 0,393 24,96
20,04 0,497 24,57
30,06 0,698 23,92
50,6 15,18 0,392 24,64
20,24 0,495 24,22
30,36 0,704 23,91
Kadar Tanin Rata-
24,37
rata (%)
SD 0,4237
KV (%) 1,74

Berdasarkan data table percobaan penetapan kadar tannin pada


buah bungur muda secara spektrofotometri diperoleh rata-rata kadar
tannin adalah 24,37% b/b GAE.
Pengukuran serapan sampel dilakukan dengan mereaksikan
sejumlah sampel dengan 1 ml pereaksi folin ciocalteu yang berfungsi
sebagai reduktor kemudian direaksikan dengan Na2CO3 15% dan
menghasilkan larutan berwarna biru. Larutan tersebut dikocok hingga
homogen kemudian didiamkan pada waktu stabil yang diperoleh, lalu
dilihat absorbansinya pada panjang gelombang 765,5 nm dengan
blanko aquadem. Data absorbansi yang diperoleh kemudian
dimasukkan ke dalam kurva persamaan regresi linear larutan standar
asam galat sehingga didapatkan hasil dalam % b/b Gallic Acid
Equivalents (GAE). Hasil penetapan kadar tanin secara
spektrofotometri yang didapat adalah sebesar 24,37% b/b GAE (Tabel
4.8).
4.5. Pembakuan dan Penetapan Kadar Tanin secara Permanganometri
Penetapan Normalitas Asam Oksalat

Penetapan normaltas asam oksalat menggunakan rumus sebagai


berikut:
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑁𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
𝑀𝑟 𝑣𝑜𝑙. 𝐴𝑑
Hasil dari penimbangan baku prier asam oksalat sebesar 0,6948
g, sehingga diperoleh hasil normalitas baku primer asam oksalat sebesar
0,1102 N.
Penetapan kadar tanin dari buah bungur muda secara
permanganometri diawali dengan pembuatan baku primer. Didapatkan
penimbangan baku primer asam oksalat 2H2O sebanyak 0,6948 gram
kemudian dilarutkan dengan aqua demineralisata hingga 100 ml,
sehingga didapatkan normalitas asam oksalat sebesar 0,1102 N.

Penetapan Normalitas KMnO4


Penentuan normalitas KMnO4 yang dibaku dengan larutan asam
oksalat menggunakan rumus berikut:
𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑥 𝑁𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑁𝐾𝑀𝑛𝑂4 =
𝑉𝐾𝑀𝑛𝑂4
Sehingga diperoleh hasil normalitas KMnO4 yang
dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.9 Hasil Penetapan Normalitas KMnO4
Volume
Asam Normalitas Volume Normalitas
Oksalat Asam Oksalat KMnO4 (ml) KMnO4
(ml)
0,00 – 10,23
0,00 – 10,25
10,0 0,1102 0,00 – 10,25
0,1075
0,00 – 10,27
0,00 – 10,25
Rata-rata volume KMnO4 10,25

Pembakuan KMnO4 dibuat dengan asam oksalat sebagai larutan


baku. Dikarenakan asam oksalat sangat baik dalam keadaan asam
sehingga memudahkan proses titrasinya. Sebanyak 10 ml larutan asam
oksalat 2H2O yang telah dibuat dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100
ml dan ditambahkan 10 ml H2SO4 untuk menciptakan suasana asam.
Penambahan bertujuan untuk menjaga konsentrasi ion hidrogen yang
tetap dalam larutan titrasi, juga untuk mencegah pembentukan mangan
dioksida dan mencukupi kebutuhan ion hidrogen mereduksi
permanganat. Campuran larutan tersebut dipanaskan hingga suhu ±70
o
C lalu dititrasi dengan KMnO4 sambil dikocok konstan. Reaksi ini
berjalan lambat pada saat titrasi diperlukan pemanasan hingga suhu ±70
o
C. Pada penambahan tetesan titrasi, awalnya warna merah muda akan
hilang dengan lambat tetapi lama-kelamaan warna merah mudanya
akan hilang semakin cepat karena Mn2+ sudah banyak terbentuk yang
berfungsi sebagai katalis yang dapat mempercepat reaksi. Titrasi
dihentikan apabila sudah terjadi perubahan warna dari tidak berwarna
sampai merah muda dan mencatat hasil volume larutan baku pada titran.
Volume titran yang terpakai pada titrasi adalah sebanyak 10,25 ml
sehingga didapatkan normalitas KMnO4 0,1075 N.
Penetapan Kadar Tanin pada Buah Bungur Muda
Tabel 4.10 Hasil Penetapan Kadar Tanin secara Permanganometri
Bobot Serbuk Volume Volume Kadar Tanin
(g) Titran (ml) Blanko (ml) (%)
4,0023 0,00 – 8,50 0,00 – 1,38 7,95
4,0058 0,00 – 8,55 0,00 – 1,40 7,98
4,0027 0,00 – 8,50 0,00 – 1,38 7,95
4,0072 0,00 – 8,60 0,00 – 1,40 8,03
4,0050 0,00 – 8,55 0,00 – 1,40 7,98
Kadar tannin rata-rata (%) 7,98
SD 0,0327
KV (%) 0,41

Berdasarkan data table percobaan penetapan kadar tannin pada


buah bungur muda secara permanganometri diperoleh hasil rata-rata
kadar tannin sebesar 7,98%.
Penetapan kadar tanin pada buah bungur muda menggunakan
KMnO4. Sejumlah serbuk buah bungur muda ditambahkan aquadem
sambil dipanaskan selama 30 menit dan diaduk. Kemudian didiamkan
selama beberapa menit hingga terbentuk endapan dan dituang melalui
kertas saring ke dalam labu ukur 250 ml sehingga didapat filtrat.
Ampasnya disari kembali dengan Aqua demineralisata mendidih dan
dimasukkan ke dalam labu ukur yang sama. Penyarian dilakukan
beberapa kali hingga residu tidak mengalami perubahan warna menjadi
biru kehitaman jika direaksikan dengan FeCl3. Jika larutan ekstrak
diteteskan pada plat tetes dan berwarna kuning kecoklatan maka larutan
tersebut sudah tidak mengandung tannin. Filtrat yang terkumpul
ditambah Aqua demineralisata sampai 250 ml kemudian dikocok
hingga homogen. Selanjutnya 25 ml filtrat tersebut dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 1000 ml ditambah 750 ml aquades demineralisata
dan 25 ML indikator asam Indigo sulfonat LP. Penambahan Aqua
demineralisata ini bertujuan agar sampel tidak terlalu pekat sehingga
mudah diamati saat proses titrasi. Indikator asam Indigo sulfonat LP
digunakan sebagai indikator dengan perubahan warna dari biru tua
menjadi kuning emas. Penambahan indikator ini disebabkan karena
warna ekstrak buah bungur muda yang coklat sehingga menyulitkan
pengamatan titik akhir titrasi. Lalu titrasi dengan KMnO4 menggunakan
magnetic bar dan magnetic stirrer untuk mengatur kecepatan adukan
yang konstan sampai homogen sehingga terjadi perubahan warna dari
biru menjadi kuning keemasan. Kemudian dicatat hasil titrasinya dan
dilakukan 5 kali replikasi. Dilakukan juga titrasi blanko yang bertujuan
untuk mengetahui seberapa banyak KMnO4 yang bereaksi dengan asam
Indigo sulfonate. Volume titrasi blanko dijadikan faktor pengurangan
pada volume titrasi sampel. Hasil dari titrasi tersebut didapat kadar
tanin yang ada pada buah bungur muda sebanyak 7,98%.

4.6. Perbandingan Hasil Kadar Tanin dengan Dua Metode


Pada jurnal ini, telah dilakukan penelitian kadar tannin dengan dua
metode yaitu metode spektrofotometri dan metode permanganometri.
Didapatkan data kadar tanin rata-rata yang berbeda. Kadar tanin rata-rata
menggunakan metode spektrofotometri dengan pereaksi folin ciocalteu
adalah 24,37% b/b GAE, sedangkan saat menggunakan metode
permanganometri hasilnya didapatkan 7,98%.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui
mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri
dan antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat
kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar
mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan
protein tersebut. Senyawa tanin banyak terdapat pada tumbuhan dikotil dan
tersebar luas pada tanaman yang berpembuluh terutama pada Angiospermae
(Harborne, 1996). Salah satu tumbuhan Angiospermae dan berkeping dua
(dikotil) yang mengandung senyawa tanin adalah bungur (Lagerstroemia
speciosa Pers.). Pada penelitian ini, digunakan buah bungur muda untuk
dilthat kadar senyawa taninnya karena buah yang masih muda mengandung
senyawa tanin yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan buah yang tua.

Permanganometri adalah metode titrasi yang menggunakan kalium


permanganat yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini
didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Titrasi ini berakhir
hingga tercapainya TAT untuk menentukan kadar dari zat yang ingin di
hitung. Titik akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan indikator asam
basa. (Day & Underwood, 1984). Indikator yang digunakan harus
memberikan perubahan warna yang nampak di sekitar pH titik ekivalen titrasi
yang dilakukan, sehingga titik akhirnya masih jatuh pada kisaran perubahan
pH indikator tersebut.

Pada penelitian ini kita menggunakan pendekatan analisa kualitatif,


untuk mengidentifikasi kandungan tanin pada buah bungur mud aini, dan
pendekatan analisa kuantitatif, untuk menentukan kadar dari tanin yang
terkandung. Untuk analisa kualitatif, yaitu dilakukan uji FeCls, gelatin test,
wi penambahan kalium ferrycianida dan ammonia, dan test for chlorogenic
acid, dan hasilnya positif mengandung tanin. Sedangkan untuk analisa
kuantitatif terdapat dua metode yaitu spektofotometri dan metode
permanganometri. Untuk hasil yang diperoleh yaitu kadar tanin rata-rata
menggunakan metode spektrofotometri dengan pereaksi folin ciocalteu
adalah 24,37% b/b GAE, sedangkan saat menggunakan metode
permanganometri hasilnya didapatkan 7,98%.

5.2. Saran
Saran dari kami untuk penelitian ini yaitu, untuk bahan-bahan yang
digunakan itu lumayan sulit ditemukan atau memiliki harga yang lumayan
tinggi. Selain itu, alat dan metode yang digunakan diperlukan profesionalitas
masing-masing atau didampingi dengan ahlinya agar pelaksanaan penelitian
ini dapat berlangsung dengan baik dan juga memiliki hasil yang lebih akurat
juga.
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha. (2003). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Puspa Swara.
Desmiaty, Y., Ratih, H., Dewi, M. A., & Agustín, R. (2008). Penentuan jumlah
tanin total pada daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan daun
sambang darah (Excoecaria bicolor Hassk.) secara kolorimetri dengan
pereaksi biru prusia. Ortocarpus, 8, 106-109.
Harbone, J. (1987). Metode Fitokimia: Penentuan cara modern menganalisis
tumbuhan, terbitan ke-2, Alih Bahasa: Dr. Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 84-85.
Hernawan, U. E., & Sutarno, S. A. (2004). Aktifitas Hipoglikemik Dan
Hipolipidemik Ekstrak Air Daun Bungur (Lagerstroemia Speciosa Pers.)
Terhadap Tikus Diabetik. Biofarmasi, 2(1), 15-23.
Reynolds, J. (1996). Martindale,“The Extra Pharmacopoeia”, London. Royal
Pharmaceutical society of Great Britian.
RI, M. K. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV 1995 Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.
Sajaratud. (2013). Pembuatan Tanin dari Buah Pinang. Sumatera Utara: Fakultas
Ilmu Tarbiyah & Keguruan Institut Agama Islam Negeri.
Underwood AL, D. (2001). Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta,: Erlangga,.
Chandra, A. D., & Cordova, H. (2012). Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis Self
Turning PID Melalui Metode Adaptive Control. Jurnal Teknik POMITS, 2.
Day, R. A., & Underwood, A. L. (1984). Analisis Kimia Kuantitatif .
Haitami, Rakhmina, D., & Fakhridani, S. (2016). Ketepatan Hasil dan Variasi
Waktu Pendidihan Pemeriksaan Zat Organik. Medical Laboratory
Technologi Journal, 62.
Harjadi. (1986). Ilmu Kimia Analitik Dasar. 134-149.
Lesmono, L. (2017). Bab II Kajian Pustaka.
Malangngi, L. P., Sangi, M. S., & Jessy, J. P. (2012). Penentuan Kandungan Tanin
dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat. Jurnal Mipa
Unsrat Online, 6.
Morie, I. (2015, November 6). Cara Membuat Larutan Standar. Retrieved from
http://ekimia.web.id/cara-membuat-larutan-standar/
Nurhayati, D. (2016, Februari 13). Fungsi Larutan Blanko. Retrieved from
https://id.scribd.com/doc/299156318/Fungsi-Larutan-Blanko
Pratama, Y., Prasetya, A. T., & Latifah. (2015). Pemanfaatan Ekstrak Daun Jati
Sebaai Indikator Titrasi Asam-Basa . Indonesian Journal of Chemical
Science, 153.
Putra, F. A., & Sugiarso, R. D. (2016). Perbandingan Metode Analisis
Permanganometri dan Serimetri dalam Penentuan Kadar Besi(II. Jurnal
Sains Dan Seni ITS, C-10.
Putri, L. E. (2017). Penentuan Konsentrasi Senyawa Berwarna KMnO4 Dengan
Metoda Spektroskopi UV Visible. Natural Science Journal, 392.
Rizky, T. A., Saleh, C., & Alimuddin. (2015). Analisis Kafein dalam Kopi Robusta
(Toraja) dan Kopi Arabika (Jawa) dengan Variasi Siklus pada Sokletasi.
Jurnal Kimia Mulawarman, 43.
Saadah, M., Nurdiana, & Wahyudiati, D. (2016). UJI KADAR ZAT WARNA (β-
karoten) PADA CABE MERAH SEBAGAI PEWARNA ALAMI. 93.
Wijaya, E. (2010, Oktober 3). Kimia Analitik-titrasi Asam Basa. Retrieved from
http://www.scribd.com
Yahya, S. (2013). Jurnal Spektrofotometer-UV-VIS.

Anda mungkin juga menyukai