Anda di halaman 1dari 38

Sensor Kebocoran Arus Listrik pada Aliran Air Water Heater

Disusun Oleh:

Anisa Candra Yuliandini : 40040120650052


Eka Julia Puspitasari : 40040120650053
Raihan Surya Sequoiadenron Giganteum : 40040120650054
Shofi Annisa Fitri Swasono : 40040120650055

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, kami
telah menyelesaikan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Praktikum Fisika Teknik yang berjudul “Sensor Kebocoran Arus Listrik pada
Aliran Air Water Heater”

Makalah ini disusun dengan mengacu pada jurnal ilmu fisika mengenai
bahayanya kebocoran arus listrik. Tulisan ini sebagian besar hanyalah berupa
kutipan-kutipan dari sumber sebagaimana yang tercantum dalam daftar pustaka,
dengan beberapa ulasan pribadi dari kelompok kami. Ulasan pribadi sifatnya
hanyalah analisis dari beberapa kutipan yang berasal dari bahan bacaan kami.

Tulisan yang sederhana ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya peran
dan bantuan serta masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis
mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada:

1. Heny Kusumayanti, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing Mata Kuliah


Praktikum Fisika Teknik serta Asisten Laboratorium kami yaitu Saudara
Glenn Mochamad Rayhan Machmud.
2. Teman-teman kelompok B1 dan teman-teman pada Program Studi
Teknologi Rekayasa Kimia Industri Universitas Diponegoro Angkatan
2020 yang selalu saling mendukung satu sama lainnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini jauh dari sempurna dan
mungkin beberapa pandangan penulis sedikitnya belum teruji kebenarannya.
Namun, harapan penulis semoga karya yang sederhana ini ada manfaatnya,
terutama untuk penulis pribadi dan juga teman-teman yang telah membaca paper
ini. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................5

PENDAHULUAN...................................................................................................5

1.1. Latar Belakang..........................................................................................5


1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................6
1.3. Tujuan........................................................................................................6
1.3.1. Tujuan umum.....................................................................................6

1.3.2. Tujuan khusus....................................................................................6

BAB II.....................................................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................7
2.1 Resistor......................................................................................................7
2.2. Hukum Ohm............................................................................................13
2.3. Hukum Kirchoff......................................................................................14
2.4. Arus Listrik..............................................................................................16
2.5. Tegangan.................................................................................................17
2.6. Rangkaian Listrik....................................................................................18
2.7. Sensor Arus.............................................................................................20
2.8. Alat-Alat Elektronika..............................................................................20
BAB III..................................................................................................................26

METODOLOGI...................................................................................................26

3.1. Alat..........................................................................................................26
3.2. Cara Kerja................................................................................................27
3.2.1. Rancangan Sensor............................................................................27

3.2.2. Persiapan Hambatan Pengganti Tubuh Manusia.............................27

iii
3.2.3. Percobaan pada Hambatan Tetap dan Tegangan Tetap Tertentu yang
Mengalir atau Bocor ke dalam Air.................................................................28

BAB IV..................................................................................................................29

PEMBAHASAN...................................................................................................29

4.1. Hasil.........................................................................................................29
4.2. Pembahasan.............................................................................................30
BAB V....................................................................................................................34

PENUTUP.............................................................................................................34

5.1. Kesimpulan..............................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebocoran arus listrik terjadi karena adanya aliran arus listrik


dalam suatu jaringan listrik yang tidak seharusnya ada. Kondisi ini
termasuk kondisi yang tidak normal pada instalasi listrik maupun
perangkat elektronik. Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa faktor,
antara lain: sambungan yang tidak sempurna, kebocoran isolasi, dan
kerusakan komponen atau kabel. Arus listrik tidak hanya mengalir melalui
bahan penghantar atau konduktor padat, melainkan juga dapat terjadi
melalui konduktor cair, seperti air. Kebocoran arus listrik dapat
menyebabkan sengatan listrik pada tubuh manusia.

Tubuh manusia menjadi salah satu penghantar listrik yang baik. Sengatan
arus listrik pada tubuh manusia akan menyebabkan berbagai dampak negatif.
Dampak teringan yang dapat terjadi adalah kejutan otot, kejang pada sebagian
organ termasuk jantung sampai pada terbakarnya jaringan tubuh . Kejadian ini
sering terjadi karena aliran arus listrik bolak balik (AC).

Arus yang dihasilkan dari suatu sumber arus listrik dapat


dibedakan menjadi dua macam yaitu arus searah (direct current/DC) dan
arus bolak-balik (alternating current/AC). Arus DC merupakan arus yang
mempunyai polaritas yang tetap setiap waktu. Arus AC merupakan arus
listrik yang mempunyai polaritas yang selalu berubah setiap waktu.
[ CITATION Moh08 \l 1033 ]

Menurut Hukum Ohm, aliran listrik pada suatu konduktor


ditentukan oleh dua factor, yaitu hambatan (R) dari konduktor itu dan beda
potensial (V) pada kedua ujungnya, sehingga dapat dituliskan sebagai
berikut:

V
I=
R

5
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan


permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana cara merancang sensor arus listrik?


2. Bagaimana respon arus listrik yang ditangkap oleh sensor arus
listrik?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan umum


1.3.1.1. Untuk menguji sensor terhadap kebocoran arus listrik
dalam air.
1.3.1.2. Untuk mengetahui cara merancang sensor arus listrik.
1.3.1.3. Mengetahui respon arus listrik pada sensor arus listrik

1.3.2. Tujuan khusus


1.3.2.1. Untuk mengetahui pengertian resistor.
1.3.2.2. Untuk mengetahui pengertian hukum ohm.
1.3.2.3. Untuk mengetahui pengertian hukum kirchoff.
1.3.2.4. Untuk mengetahui pengertian sensor arus listrik.
1.3.2.5. Untuk mengetahui pengertian tegangan.
1.3.2.6. Untuk mengetahui efek syok tidak nyari dalam kondisi
hambatan tubuh yang berbeda.
1.3.2.7. Untuk mengetahui respon kebocoran arus listrik pada
variasi hambatan untuk tegangan tetap 220 V.
1.3.2.8. Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan
dalam
praktikum.

1.3.2.9. Untuk mengetahui prosedur kerja sensor kebocoran


arus.

6
7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resistor

Resistor adalah alat yang mempunyai nilai hambatan tertentu yang


berfungsi untuk mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian listrik.
[CITATION Dic15 \l 1033 ]

1. Jenis-Jenis Resistor
a. Fixed Resistor

Fixed Resistor adalah hambatan yang memiliki nilai


hambatan tetap. Bentuk dan simbol fixed resistor adalah:

b. Variable Resistor
Variable Resistor adalah hambatan yang memiliki nilai
hambatan yang dapat berubah dan bisa diatur sesuai keinginan.

8
c. Thermistor (Thermal resistor)

Thermistor adalah jenis hambatan yang nilai hambatannya


dapat dipengaruhi oleh suhu.

d. LDR (Light Dependent Resistor)

LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis hambatan


yang nilai hambatannya dipengaruhi oleh intensitas cahaya
yang diterima.

2. Kode Warna Resistor

9
Kode warna resistor merupakan pita berwarna yang ada pada
resistor untuk menunjukkan besaran nilai resistansi dan nilai

toleransi. Terdapat 12 warna dan pembacaannya dimuali dari kiri


ke kanan.[ CITATION Tek20 \l 1033 ]

3. Cara Membaca Kode Warna Resistor


a. Cara membaca kode warna resistor dengan 4 gelang.
Misalnya pada gambar di bawah ini :

Pada resistor 4 gelang atau 4 pita, gelang pertama dan


gelang kedua akan menunjukkan nilai resistensinya. Gelang

10
ketiga merupakan faktor pengali, serta gelang keempat
merupakan nilai toleransi resistor. Dari gambar di atas
menunjukan warna gelang dari kiri, yaitu cokelat, hitam, hijau,
dan perak, yang memiliki nilai 1 0 5 dan 10%, sehingga nilai
resistor pada kode warna resistor di atas yaitu 1 0 × 10 5 atau
1.000.000 ohm atau 1 MΩ dengan nilai toleransinya kurang
lebih 10%.

b. Cara membaca kode warna resistor dengan 5 gelang.


Misalnya pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.5 Resistor 5 Gelang


Pada resistor 5 gelang atau 5 pita, gelang pertama, kedua,
dan ketiga menunjukkkan nilai resistensinya. Gelang keempat
merupakan factor pengali, sedangkan gelang kelima merupakan
nilai toleransi resistor. Dari gambar di atas resistor 5 gelang
menunjukkan warna gelang dari kiri, yaitu cokelar, hitam,
hijau, hijau, dan perak, yang memiliki nilai 1 0 5 5 dan 10%,
sehingga nilai resistor pada gambar di atas yaitu 1 0 5 × 10 5
atau 10.500.000 ohm atau 10,5 MΩ dengan nilai toleransinya
kurang lebih 10%.

11
c. Cara membaca kode warna resistor 6 gelang.
Misalnya pada gambar di bawah ini :

Pada resistor 6 gelang atau 6 pita, gelang pertama, kedua, dan


ketiga menunjukkan nilai resistensinya. Pada gelang keempat
merupakan factor pengali. Pad gelang kelima merupakan nilai
toleransi resistor sedangkan gelang keenam merupakan
koefisien temperature. Dari gambar di atas warna gelang dari
kiri, yaitu hijau, biru, hitam, orange, ungu, dan merah, yang
menunjukkan nilai 5 6 0 3 0,1% dan 50 ppm. Sehingga nilai
resistornya yaitu 5 6 0 × 103 atau 560.000 ohm atau 560 KΩ
dengan nilai toleransi resistornya 0,1% dan koefisien suhu
sebesar 50 ppm/oC. [ CITATION Tek20 \l 1033 ]

4. Contoh Soal Membaca Warna Resistor


a) Berdasarkan gambar resistor di samping ini, maka resistansinya
adalah …
Jawab:

Warna pertama = hijau = 5


Warna kedua = kuning = 4
Warna ketiga = merah = 102 = 100

12
Warna keempat = tidak berwarna = 20%
Hasil yang kita dapatkan adalah 54 x 100 = 5400Ω
Jadi, nilai resistansinya adalah 5400 Ω ± 20%
b) Berdasarkan gambar resistor di samping ini, maka resistansinya
adalah …
Jawab:
Warna pertama = coklat = 1
Warna kedua = kuning = 4
Warna ketiga = merah =
100
Warna keempat = emas = 5%
Hasil yang kita dapatkan adalah 14 x 100 = 1400Ω
Jadi, nilai resistensinya adalah 1400Ω ± 5%
c) Berdasarkan gambar resistor di samping ini, maka resistansinya
adalah …
Warna pertama = biru = 6
Warna kedua = ungu = 7
Warna ketiga = merah = 2
Warna keempat = coklat =
10
Warna kelima = merah = 2%
Hasil yang kita dapatkan adalah 672 x 10 = 6720Ω
Jadi, nilai resistensinya adalah 6720Ω ± 2%

2.2. Hukum Ohm

Hukum Ohm adalah hukum yang berisi hubungan antara kuat arus
dengan beda potensial dan hambatan yang ada pada suatu rangkaian.
Hukum ohm pertama kali ditemukan pada tahun 1825 oleh Georg Simon
Ohm,fisikawan yang berasal dari Jerman. [ CITATION Yoh16 \l 1041 ]

13
1. Hukum Ohm I
Hukum Ohm I berbunyi “Besar arus listrik (I) yang mengalir
melalui sebuah penghantar atau konduktor akan berbanding lurus
dengan beda potensial atau tegangan (V) yang ada, dan akan
berbanding terbalik dengan hambatannya (R).”

Dapat dirumuskan:
V
I=
R
Keterangan:
I = Kuat arus (A)
V = Beda potensial (V)
R = Hambatan (Ohm/Ω)

2. Hukum Ohm II
Hukum Ohm II berbunyi “Besar kuat arus listrik (I) pada
rangkaian tertutup akan berbanding lurus dengan Gaya Gerak

Listrik (GGL), dan akan berbanding terbalik dengan jumlah


hambatan yang ada (R).”

Dapat dirumuskan:

14
ε
I=
R +r
I = Kuat arus (A)
ε = Gaya Gerak Listrik (V)
R = Hambatan (Ohm/Ω)

3. Penerapan Hukum Ohm


Dalam kehidupan sehari-hari, hukum ohm diterapkan pada;
a. Pembuatan rangkaian resistor, baik rangkaian seri, parallel,
maupun campuran.
b. Lampu pijar diberi tegangan yang melebihi tegangan yang
seharusnya, elemen pemanas pada lampu pijar akan dilalui
oleh arus berlebihan, sehingga dapat mengakibatkan elemen
pemanas rusak.
c. Penerapan dalam penggunaan alat listrik, seperti menyalakan
serta mematikan lampu, TV, kulkas, setrika, kipas angin, serta
alat listrik lainnya.
d. Penerapan dalam mengubah level kecepatan pada kipas angin,
level panas pada setrika, serta mengubah tingkat keterangan
pada lampu. [CITATION Pen20 \l 1033 ]

2.3. Hukum Kirchoff

Hukum Kirchoff terdapat dua pernyataan, yaitu hukum kirchoff I yang


membahas tentang arus listrik dan hukum kirchoff II yang membahas
tentang tegangan listrik. [CITATION Muh19 \l 1041 ]

1. Hukum Kirchoff I
Hukum kirchoff I berbunyi “Jumlah arus listrik yang masuk
menuju suatu percabangan sama dengan jumlah arus listrik yang
keluar dari percabangan”. Dapat dituliskan dengan rumus:

15
∑ Imasuk = ∑ Ikeluar
I = Kuat Arus (A)

2. Hukum Kirchoff II
Hukum Kirchoff II berbunyi “Jumlah beda potensial (tegangan)
pada suatu rangkaian tertutup sama dengan nol.” Bunyi lain dari
hukum kirchoff II yaitu “pada rangkaian tertutup, jumlah aljabar
GGL dan jumlah penurunan potensial (IR) sama dengan nol.”
Rumus Hukum Kirchoff II, yaitu
∑V = 0
∑V = Jumlah beda potensial (V)

atau
∑Ꜫ + ∑IR = 0
∑Ꜫ = Jumlah Gaya Gerak Listrik sumber arus (V)
∑IR = Jumlah penurunan tegangan (V)
I = Kuat arus (A)
R = Hambatan (Ω)
2.4. Arus Listrik

Arus listik adalah mengalirnya elektron secara kontinyu pada


konduktor akibat perbedaan jumlah elektron pada beberapa lokasi yang
jumlah elektronnya tidak sama.[ CITATION Irw15 \l 1041 ].

16
Dapat dirumuskan:

I = Q / t [ampere]
Keterangan:
Q = Banyaknya muatan listrik dalam (Coloumb)
I = Kuat Arus dalam (A)
T = Waktu (s)
Arus listrik terdapat 4 macam, yaitu arus listrik searah, arus listrik
bolak balik, arus listrik eksponensial, dan arus listrik gigi gerigi.
a. Arus Listrik Searah (DC)
Arus listrik searah adalah arus yang mengalir satu arah dari
energi potensial yang tinggi ke energi potensial yang lebih
rendah. [CITATION Adi20 \l 1033 ]

V V

t(s) t(s)

b. Arus Listrik Bolak Balik (AC)


Arus listrik bolak balik adalah arus yang mengalir dalam
dua arah serta elektronnya bergerak maju dan mundur.
[CITATION Adi20 \l 1033 ]

V
I(A)

t(s) t(s)

c. Arus Listrik Eksponensial

17
Arus listrik eksponensial adalah arus yang hubungannya
dengan waktu membentuk garis monoton naik atau turun pada
grafik. [ CITATION Som12 \l 1033 ]

d. Arus Listrik Sinusodial


Arus listrik sinusodial adalah arus yang jika digambarkan
pada grafik, garisnya membentuk gigi gerigi.[ CITATION
Som12 \l 1033 ]

2.5. Tegangan

Tegangan atau beda potensial (voltage) adalah kerja yang dilakukan


untuk menggerakkan satu muatan (sebesar satu coulomb) pada komponen
dari satu kutub ke kutub lainnya., Atau dapat disederhanakan tegangan
merupakan energi per satuan muatan[ CITATION Irw15 \l 1041 ]. Dapat
dirumuskan:

V = dw / dq [volt]
Dimana :
V = Tegangan listrik (volt)
W = Usaha (N.m)
Q = Muatan listrik (coulomb)

18
2.6. Rangkaian Listrik

Rangkaian Listrik adalah lintasan yang dialiri elektron yang bergerak


dari sumber tegangan. Berikut adalah macam-macam dari rangkaian
listrik:

1. Rangkaian Seri
Rangkaian seri adalah rangkaian yang komponennya disusun secara
lurus dalam satu jalur dan berurutan. Sehingga tidak ada cabang sama
sekali pada jalur. Kelebihannya yaitu lebih hemat listrik karena kuat
arus yang melalui rangkaian besarnya sama, serta komponen yang
dibutuhkan juga sedikit. Kelemahannya yaitu memiliki satu sumber
tegangan, jadi jika satu lampu mati, maka lampu lainnya pun ikut

mati.

Rumus rangkaian resistor seri, yaitu:

Rtotal = R1 + R2 + R3 + ….. + Rn

2. Rangkaian Paralel
Rangkaian parallel adalah rangkaian yang disusun secara berderet.
Terdiri lebih dari satu lintasan listrik atau garis edar, atau bisa disebut
bercabang secara parallel. Kelebihannya yaitu jika salah satu lampu
mati tidak akan memengaruhi lampu lainnya, serta nyala masing

19
masing lampu sama. Sedangkan kekurangannya yaitu lebih boros
dalam biaya pemakaian serta instalasinya.

Rumus rangkaian resistor paralel, yaitu:

1 1 1 1 1
= + + +…+
Rtotal R 1 R 2 R 3 Rn

3. Rangkaian Campuran
Rangkaian campuran adalah gabungan dari rangkaian seri dan
rangkaian parallel. Rangkaian ini memudahkan dalam menganalisis
ketika terjadi kesalahan pada rangkaian listrik.[ CITATION Arg20 \l
1033 ]

Rumus rangkaian resistor paralel, yaitu:

Rtotal = ΣRseri + ΣRparalel

4. Perbedaan Rangkaian Listrik Seri, Paralel, dan Campuran

Seri Paralel Campuran


Hanya memiliki Rangkaian yang memiliki Memiliki dua
satu jalur sehingga pusat listrik tertentu, jika hambatan,
nyala atau matinya saklar yang satu dimatikan, yaitu seri dan
lampu saling daerah lain akan tetap paralel.
berhubungan. menyala karena ada pengatur
aliran listriknya (saklar).

20
2.7. Sensor Arus

Sensor arus adalah alat yang digunakan untuk mengukur dan


mendeteksi adanya arus listrik pada zat atau benda dan mengeluarkan
sinyal yang mendeteksi besaran nilai arus tersebut.[CITATION Sit20 \l

1033 ]

2.8. Alat-Alat Elektronika

a. Voltmeter
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur besarnya beda potensial
atau tegangan yang ada dalam rangkaian listrik. Jarum pada voltmeter

ini akan bergerak jika adanya gaya magnet yang timbul akibat interaksi
antara kuat arus dan medan magnet yang ada.[ CITATION Ach19 \l
1033 ]
b. Amperemeter
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran kuat arus listrik
yang mengalir pada rangkaian. Pada amperemeter terdapat susunan

21
mikroamperemeter serta shunt. Susunan mikroampermeter ini
digunakan untuk mendeteksi arus yang kecil pada sebuah rangkaian
tertutup. Sedangkan shunt untuk mendeteksi arus yang lebih besar.
[ CITATION Ach191 \l 1033 ]
c. Potensiometer
Potensiometer merupakan salah satu jenis resistor yang nilai
resistansinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan suatu rangkaian atau
sesuai kebutuhan pemakainya. Fungsinya untuk membagi tegangan,
mengatur tegangan, dan mengendalikan level sinyal. [ CITATION
Dic20 \l 1033 ]
Potensiometer dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Potensiometer Manual
Potensiometer manual adalah potensiometer yang
digunakan secara manual. Potensiometer manual dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Potensiometer Rotary (Potensiometer Putar)
Potensiometer Putar adalah jenis potensiometer
yang paling sering digunakan dalam peralatan elektronik.
Potensiometer rotary nilai resistansinya dapat diatur dengan
cara memutarkan Wipernya sepanjang Track atau jalur
lintasan yang berbentuk melingkar.

b) Potensiometer Slider (Potensiometer Geser)


Potensiometer Slider adalah potensiometer yang
besaran resistansinya dapat diatur dengan menggeser Wiper
dari kiri ke kanan ataupun dari bawah ke atas sesuai dengan

22
pemasangannya. Biasanya menggunakan ibu jari untuk
menggeser Wipernya. Potensiometer slider juga dikenal
sebagai pot slide, fader atau potensiometer linier.

2. Potensiometer Digital
Potensiometer digital adalah alat elektronik yang
dikendalikan secara digital. Potensiometer digital biasanya
digunakan untuk memotong dan mengukur sinyal analog oleh
mikrokontroler. Sebuah potensiometer digital umumnya
dikendalikan melalui komunikasi digital I2C dan SPI.

3. Potensiometer Rheostat
Rheostat adalah resistor variabel yang memiliki dua
terminal dan seringkali didesain untuk menangani arus dan
tegangan yang tinggi. Sebuah potensiometer juga dapat
digunakan sebagai rheostat, atau resistansi variabel tunggal.

Cara menggunakan potensiometer sebagai rheostat adalah


dengan menghubungkan terminal Wipernya dengan ujung salah
satu terminal tetap menjadi satu. Hal ini dilakukan untuk
mencegah jika Wiper putus atau hilang kontak akibat pengaruh
kotoran atau sebagainya. [ CITATION Tri14 \l 1033 ]
d. Adaptor

23
Adaptor merupakan alat yang digunakan untuk mengubah
tegangan AC (Bolak Balik) yang tinggi menjadi tegangan DC
(Searah) yang lebih rendah agar sesuai dengan kebutuhan beban
pada peralatan listrik.[ CITATION Arg201 \l 1033 ]
Terdapat beberapa macam adaptor, yaitu:
1. Adaptor DC Converter
Yaitu  adaptor yang dapat merubah tegangan DC
yang besar menjadi tegangan DC yang kecil. Misalnya :
Dari tegangan 12v menjadi tegangan 6v.

2. Adaptor Step Up dan Step Down


Adaptor Step Up adalah adaptor yang dapat
merubah tegangan AC yang kecil menjadi tegangan AC
yang besar. Misalnya : Dari Tegangan 110v menjadi
tegangan 220v.

Adaptor Step Down adalah adaptor yang dapat


merubah tegangan AC yang besar menjadi tegangan AC
yang kecil. Misalnya : Dari tegangan 220v menjadi
tegangan 110v.

24
Adaptor Step Up maupun adaptor Step Down
alatnya sama, tinggal bagaimana cara kita
menggunakannya.
3. Adaptor Inverter
Yaitu adaptor yang dapat merubah tegangan DC
yang kecil menjadi tegangan AC yang besar. Misalnya :
Dari tegangan 12v DC menjadi 220v AC.

4. Adaptor Power Supply


Yaitu Adaptor yang dapat merubah tegangan listrik
AC yang besar menjadi tegangan DC yang kecil.
Misalnya : Dari tegangan 220v AC menjadi tegangan
6v, 9v, atau 12v DC.

Adaptor power supply dibuat untuk menggantikan


fungsi baterai atau accu agar lebih ekonomis. Adaptor
power supply ada yang dibuat sendiri, tetapi ada yang

25
dibuat dijadikan satu dengan rangkaian lain. Misalnya
dengan rangkaian Radio Tape, Televisi, dll.
[ CITATION Bag11 \l 1033 ]

26
BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat

Tabel 1. Alat yang digunakan dan fungsinya

No. Alat Gambar Jumlah Fungsi

Sambungan Badan dari


1. 1
Pipa PVC sensor

Mendeteksi
apabila terjadi
Elektroda
2. 1 kebocoran arus
tembaga
listrik dalam
aliran air

Pengganti
Hambatan
3. 100 hambatan kulit
Tetap 1 KΩ
manusia

Untuk merangkai
4. Papan Rangkai 1 hambatan secara
seri

Sebagai sumber
5. Power Supply 1
tegangan AC

27
Untuk mengecek
6. Voltmeter 1
tegangan

Untuk
Kabel menghubungkan
7. 1
Penghubung sensor dengan alat
pemanas

3.2. Cara Kerja

3.2.1. Rancangan Sensor


Siapkan sambungan pipa PVC, elektroda tembaga sebagai sensor, dan
kabel penghubung

Pipa PVC yang berukuran ½ Inch diberi lubang untuk memasukkan


elektroda

Kemudian sambungan pipa ini dapat dipasang langsung pada water


heater dan juga voltmeter untuk memastikan tegangan yang mengalir

3.2.2. Persiapan Hambatan Pengganti Tubuh Manusia


Siapkan papan rangkaian dan hambatan tetap 1 KΩ sebanyak 100 buah

Kemudian hambatan tetap disusun seri, sehingga dapat menghasilkan


hambatan hingga sebesar 100 KΩ

3.2.3. Percobaan pada Hambatan Tetap dan Tegangan Tetap Tertentu


yang Mengalir atau Bocor ke dalam Air
Siapkan rangkaian hambatan yang bernilai 1 KΩ

Kemudian dialirkannya tegangan sebesar 30 VAC dengan arus yang

28
dihasilkan sebesar 5,16 mA

Analisis reaksi atau respon dari arus listrik yang dihasilkan sesuai
dengan data yang telah diketahui pada Tabel 1.

Lakukan percobaan dengan hambatan tetap 10 KΩ, 20 KΩ, 30 KΩ, 50


KΩ, dan 100 KΩ, dengan tegangan tetap 75 V, 120 V, 165 V, 220 V,
dan 220 V (secara ber-urut)

29
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan pengujian sensor dengan variasi tegangan kebocoran arus


hambatan konstan, respon arus listrik mulai memberikan sensasi syok
tidak nyeri terjadi pada hambatan 1KΩ sebesar 5,16 mA pada tegangan
sumber 30VAC. Dengan hasil penelitian :

Tabel 1. Efek syok tidak nyeri dari kebocoran arus listrik dalam air untuk
kondisi hambatan tubuh yang berbeda.

1 KΩ 10 KΩ 20KΩ 30KΩ 50KΩ 100KΩ


Arus 5,16 5,08 4,95 4,9 4,14 2,15
(mA)
Tegangan 30 75 120 165 220 220
(VAC)

Selain itu juga dilakukan variasi hambatan tubuh pada kondisi


tegangan tetap sebesar 220 VAC . sensasi syok tidak nyeri mulai dirasaka
pada hambatan tubuh 42KΩ dengan arus kebocoran sebesar 4,99 mA.

40 mA
30 mA
20 mA
10 mA
0 mA

0 KΩ 50 KΩ 100 KΩ

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka sensor dapat


merespon terjadinya kebocoran arus listrik AC dengan baik dan sensor
dapat diaplikasikan pada jaringan pipa pemanas air. Dengan adanya

30
sensor kebocoran ini, diharapkan dapat membantu mencegah hal
buruk yang terjadi akibat bocornya arus listrik dalam air. Dan kita
dapat lebih berhati-hati karena kebocoran arus listrik dalam air
bukanlah hal yang dapat disepelekan.

4.2. Pembahasan

Terdapat dua karakterisasi yang dilakukan terhadap penelitian


sensor kebocoran air pada water heater yaitu dengan variasi tegangan
kebocoran arus untuk hambatan konstan dan variasi hambatan tubuh
pada kondisi tegangan tetap.
Nilai hambatan yang digunakan pada katakterisasi untuk gambatan
konstan sebesar 1KΩ, 10KΩ, 20KΩ, 50KΩ dan 100KΩ. sedangkan
arus yang digunakan sebesar 5,16mA, 5,08mA, 4,95mA, 4,9mA,
4,14mA, 2,15mA. Dan diperoleh hasil pada tabel 1.
Menurut Prasad, 2010, sensasi syok tidak nyeri terjadi pada
sengatan arus listrik sebesar 5mA. Batasan tersebut ditetapkan sebagai
batas rendah. Berikut adalah table pengaruh sengatan lisrik terhadap
organ tubuh manusia dengan asumsi terjadi kontak langsung dengan
kulit :

Tabel 2. Pengaruh sengatan listrik terhadap organ tubuh manusia


dengan asumsi terjadi kontak langsung dengan kulit

I (mA) Efek Fisiologis V pada R tubuh


1 KΩ 100 KΩ
1 Batas ambang merasa geli 1 10
5 Sensasi syok, tidak nyeri 5 500
Nyeri disertai kontraksi otot
10-20 yang hebat dan kesulitan 10 1000
bernapas
Fibrilasi ventrikel dan
100-300 100 10000
kelumpuhan pernapasan
Fibrilasi ventrikel,
6000 kelumpuhan pernapasan, dan 6000 60000
luka bakar

31
Dapat diketahui bahwa respon arus yang mulai memberikan
sensasi syok tidak nyeri terjadi pada hambatan 1KΩ sebesar 5,16 mA pada
tegangan sumber 30 VAC. Dapat diartikan bahwa tubuh mulai merasakan
syok tidak nyeri pada tegangan sumber 30 V AC. Sementara pada hambatan
50 KΩ sampai 100 KΩ dengan kebocoran tegangan mencapai 220 V AC
tidak terjadi sensasi syok tidak nyeri. Jika disesuaikan dengan table 2
maka dapat disimpulkan bahwa sensor mampu merespon terjadinya
kebocoran arus listrik dalam air.
Karakteristik yang kedua adalah variasi hambatan tubuh pada
kondisi tegangan tetap. Tegangan yang ditetapkan adalah sebesar 220 VAC.
Dengan hambatan pengganti tubuh variasi dari 1 KΩ sampai 100 KΩ dan
hasil yang didapatkan adalah pada gambar 1

Berdasarkan gambar 1, sensasi syok tidak nyeri mulai dirasakan


pada hambatan tubuh 42KΩ dengan arus kebocoran sebesar 4,99 mA.
Dengan kebocoran tegangan pada 220 VAC mulai memberikan efek sensasi
syok tidak nyeri pada kondisi kurang dari 42 KΩ. Hambatan tubuh yang
kurang dari 42 KΩ akan merasakan efek kejutan yang lebih besar.
Semakin kecil hambatan pada tubuh maka nilai kuat arus akan semakin
besar dan mengakibatkan akan merasakan efek kejutan yang lebih besar.

Penelitian ini berhasil karena berdasarkan tabel no 2, dapat


disimpulkan bahwa respon kedua karakterisasi tersebut sesuai. Dan dapat
diketahui bahwa sensor dapat merespon terjadinya kebocoran pada arus
listrik AC dengan baik.
Penelitian ini sesuai dengan penerapan hokum ohm dimana dalam
menentukan respon sensor kebocoran pada aliran air water heater
dibutuhkan data kuat arus listrik dengan beda potensial dan hambatan yang
ada pada suatu rangkaian [ CITATION Yoh16 \l 1041 ]. Kemudian data
tersebut dengan respon yang terjadi dibandingkan dengan pengaruh
sengatan listrik terhadap organ tubuh manusia dengan asumsi terjadi

32
kontak langsung dengan kulit. Setelah itu dapat ditentukan apakah sensor
tersebut berfungsi dengan baik atau tidak.
Kekurangan pada penelitian ini, perhitungan pada table 1 jika
dimasukkan ke rumus hukum ohm 1
V
I=
R
Terdapat ketidaksesuaian jika data I dan R dimasukkan ke rumus
tersebut. Misalnya untuk R = 1 KΩ dan I = 5,16 mA, maka V didapat
dengan rumus
V =IR
V =5,16 mA x 1 k Ω

V =0,00516 x 1000 Ω

V =5,16 V Jika pada table 1 angka yang dihasilkan adalah 30 V, namun


apabila menggunakan perhitungan rumus maka menghasilkan 5,16 V.

Selain itu, pada jurnal penelitian ini untuk karakterisktik yang


kedua yaitu variasi hambatan tubuh pada kondisi tegangan tetap hasil yang
diperoleh berupa gambar grafik. Hal ini menyulitkan pembaca karena
pembaca tidak tau angka pasti dari hasil penelitian. Jika pembaca mengira-
ngira dengan memasukan data yang ada ke dalam rumus hokum ohm I.
yang didapatkan adalah :

V
I=
R
220 V
I=
42 K Ω
I =0,0052 A
I =5,2 mA
Penulis menyertakan hasil arus yang dihasilkan pada tegangan 220 VAC
dengan hambatan tubuh 42KΩ adalah sebesar 4,99 mA. Hasil tersebut
tidak sesuai dengan hasil menggunakan rumus.

33
Dengan mengesampingkan kekurangan yang ada, penelitian ini efektif
jika digunakan untuk penelitian selanjutnya karena sensor ini berkerja
secara tepat dengan respon pada tubuh manusia. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan, sensor ini dapat diintegrasikan dengan rangkaian
pengendali sebagai sistem otomatisasi yang diharapkan dapat menekan
jatuhnya korban jiwa yang diakibatkan oleh kebocoran arus listrik dalam
air.

34
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Hukum Ohm adalah hukum yang berisi hubungan antara kuat arus
dengan beda potensial dan hambatan yang ada pada suatu rangkaian.
Hukum ohm pertama kali ditemukan pada tahun 1825 oleh George
Simon Ohm,fisikawan yang berasal dari Jerman. Hukum Kirchoff
terdapat dua pernyataan, yaitu hukum kirchoff I yang membahas
tentang arus listrik dan hukum kirchoff II yang membahas tentang
tegangan listrik.
Tegangan atau beda potensial (voltage) adalah kerja yang
dilakukan untuk menggerakkan satu muatan (sebesar satu coulomb)
pada komponen dari satu kutub ke kutub lainnya. Atau jika
disederhanakan tegangan merupakan energi per satuan muatan. Sensor
arus adalah alat yang digunakan untuk mengukur dan menentukan
adanya kuat arus listrik pada zat lain.
Sensasi syok tidak nyeri mulai dirasakan pada kondisi tegangan 30
V pada hambatan tubuh 1 KΩ, tegangan 75 V pada hambatan 10 KΩ,
tegangan 120 V pada hambatan 20 KΩ, tegangan 165 V pada
hambatan tubuh 30 KΩ. Sementara tidak terjadi sensasi syok tidak
nyeri sampai pada tegangan 220 V pada hambatan 50 KΩ dan 100
KΩ.
Sensor dapat merespon kebocoran arus listrik dalam air dari
tegangan 5 hingga 220 VAC. Kebocoran tegangan pada 220 VAC mulai
memberikan efek sensasi syok tidak nyeri pada kondisi kurang dari 42
KΩ.
Sensor ini dapat diintegrasikan dengan rangkaian pengendali
sebagai sistem otomatisasi yang diharapkan dapat menekan jatuhnya
korban jiwa yang diakibatkan oleh kebocoran arus listrik dalam air.

35
Penelitian ini sesuai dengan penerapan hokum ohm dimana dalam
menentukan respon sensor kebocoran pada aliran air water heater
dibutuhkan data kuat arus listrik dengan beda potensial dan hambatan
yang ada pada suatu rangkaian. Kemudian data tersebut dengan respon
yang terjadi dibandingkan dengan pengaruh sengatan listrik terhadap
organ tubuh manusia dengan asumsi terjadi kontak langsung dengan
kulit.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa respon kedua karakterisasi tersebut sesuai, sehingga sensor
dapat merespon terjadinya kebocoran arus listrik AC.

36
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. (2019, Agustus 7). Amperemeter. Retrieved from pengelasan.net:


https://www.pengelasan.net/amperemeter/

Achmadi. (2019, Juli 23). Voltmeter. Retrieved from pengelasan.net:


https://www.pengelasan.net/voltmeter/

Arga. (2020, April 9). Pengertian dan Fungsi Adaptor. Retrieved from
pintarelektro.com: https://pintarelektro.com/fungsi-adaptor/

Arga. (2020, Februari 25). Rangkaian Listrik Sederhana. Retrieved from


pintarelektro.com: https://pintarelektro.com/rangkaian-listrik-sederhana/

Brilianto, Y. (2016). laporan Praktikum Elektronika Dasar.

Dermanto, T. (2014, Juni 28). Pengertian, Fungsi, dan Jenis-Jenis Potensiometer.


Retrieved from belajaronline.net: http://trikueni-desain-
sistem.blogspot.com/2014/06/pengertian-fungsi-potensiometer.html

Irsyad, M. (2019). Laporan hukum Ohm dan Hukum Kirchoff.

Kawaras, B. (2011, Oktober 6). Jenis Jenis Adaptor. Retrieved from


bagaskawarasan.wordpress.com:
https://bagaskawarasan.wordpress.com/tag/jenis-jenis-adaptor/page/2/

Kho, D. (2015, April). Pengertian Resistor dan Macam-Macamnya. Retrieved


from teknikelektronika.com: https://teknikelektronika.com/pengertian-
resistor-jenis-jenis-resistor/

Kho, D. (2020). Pengertian dan Fungsi Potensiometer. Retrieved from


teknikelektronika.com: https://teknikelektronika.com/pengertian-fungsi-
potensiometer/

Pendidikan. (2020, Oktober 4). Hukum Ohm. Retrieved from seputarilmu.com:


https://seputarilmu.com/2020/10/hukum-ohm.html

37
Ramadhani, M. (2008). Rangkaian Listrik. jakarta: Erlangga.

Rangga, A. (2020, Maret 17). Arus Listrik Beserta Penjelasannya. Retrieved from
cerdika.com: https://cerdika.com/arus-listrik/

Sitepu, J. (2020, Oktober 7). Macam-Macam Sensor Arus Listrik pada Rangkaian
Elektronik. Retrieved from mikroavr.com: https://mikroavr.com/macam-
macam-sensor-arus/

Somad. (2012, Januari 8). Menjelaskan Arus Tegangan dan Tahanan. Retrieved
from slideshare.net: https://www.slideshare.net/somad79/pkdle-
1menjelaskanarustegangandantahanan-110214220303phpapp02

Sunanda, I. D. (2015). Implementasi Wireless Monitoring Energi Listrik Berbasis


Web Database. Jurnal Nasional Teknik Elektro.

Teknisi. (2020, Mei 7). Kode Warna Resistor. Retrieved from


panduanteknisi.com: https://panduanteknisi.com/kode-warna-resistor.html

38

Anda mungkin juga menyukai