Anda di halaman 1dari 20

FORMULASI DAN EVALUASI NANOEMULSI

MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI (Helianthus


annuus L.) SEBAGAI TABIR SURYA

FORMULATION AND EVALUATION


NANOEMULSION SUNFLOWER SEED OIL
(Helianthus annuus L.) AS SUNSCREEN

Cindy, Anayanti Arianto*


Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi,
Universitas Sumatera Utara
Jalan Tri Dharma No. 5, Pintu 4, Kampus USU Medan, 20155, Indonesia
Telp. (061) 8223558; Fax. (061) 8219775

Corresponding author:
* Departemen Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jalan Tri Dharma No. 5, Pintu 4, Kampus USU Medan, 20155, Indonesia
Telp. (061) 8223558; Fax. (061) 8219775
E-mail: anayantia@yahoo.com

FORMULASI DAN EVALUASI NANOEMULSI


MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI (Helianthus
annuus L.) SEBAGAI TABIR SURYA

FORMULATION AND EVALUATION


NANOEMULSION SUNFLOWER SEED OIL
(Helianthus annuus L.) AS SUNSCREEN

Cindy, Anayanti Arianto*


Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi,
Universitas Sumatera Utara
Jalan Tri Dharma No. 5, Pintu 4, Kampus USU Medan, 20155, Indonesia
Telp. (061) 8223558; Fax. (061) 8219775

Oleh:
Pembimbing,

Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP


195201171980031002

Corresponding author:
* Departemen Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jalan Tri Dharma No. 5, Pintu 4, Kampus USU Medan, 20155, Indonesia
Telp. (061) 8223558; Fax. (061) 8219775
E-mail: anayantia@yahoo.com
PENDAHULUAN linoleat   (66%),   asam   oleat   (21,3%),
Kulit adalah organ tubuh asam   palmitat   (6,4%),   asam
manusia yang paling luas sehingga
arakidonat   (4,0%),   asam   stearat
melindungi kulit dari radiasi
ultraviolet (UVR) adalah penting. (1,3%)   dan   asam   behenat   (0,8%).
Ada tiga jenis radiasi UV: UV A, UV Asam   linoleat   dan   oleat   sangat   luas
B, dan UV C. UV C tidak terlalu digunakan   untuk   bahan­bahan
menjadi masalah karena sinarnya kosmetik   dan   juga   bahan   makanan
tertahan oleh lapisan ozon dan tidak
yang   bersifat   tidak   toksik.   Asam
mencapai permukaan bumi.
Photoproteksi dari radiasi UV A dan linoleat (omega­6) dan asam linolenat
UV B lebih menjadi perhatian. UVA (omega­3) merupakan asam lemak tak
(320–400 nm) memiliki panjang jenuh   ganda   dan   berperan   sebagai
gelombang yang lebih panjang; oleh asam   lemak   essensial   bagi   tubuh.
karena itu, sinarnya menembus lebih
Asam   linoleat   memiliki   fungsi   yang
dalam ke kulit melalui epidermis dan
dermis. Radiasi sinar UV yang sama   dengan   asam   linolenat,   yaitu
paling banyak berpengaruh terhadap dapat mencegah kekeringan kulit dan
kesehatan kulit adalah radiasi sinar peradangan   (Rowe,   dkk.,   2009).  
UV-B, dimana radiasi sinar UV-B Pada   penelitian   sebelumnya
memiliki efek yang paling kuat
yang   dilakukan   oleh  Swigło  (2007),
dalam menyebabkan terjadinya
photodama- dinyatakan   bahwa  minyak   bunga
ge pada kulit (Wilson, B.D., et al., matahari   memiliki   konsentrasi
2012). Adanya tokoferol 609 mg/kg. Alpha tokoferol
dampak   negatif   sinar   matahari mendominasi   dalam   minyak   zaitun,
tersebut   maka   kita   perlu biji   anggur   dan   bunga   matahari.
menggunakan   suatu   pelindung   kulit Vitamin   E   dalam   kosmetik   sebagai
tabir   surya   (suncreen).   Tabir   surya antioksidan  dan stabilisasi membran,
berfungsi   menyerap   atau pelindung   terhadap   radiasi   UV   dan
menyebarkan sinar matahari sehingga pembentukan   nitrosamin,   membantu
intensitas   sinar   yang   mampu dalam melembabkan kulit kering dan
mencapai kulit jauh lebih sedikit dari sebagai   efek   antiinflamasi.   Alpha­
yang   seharusnya   (Wasitaatmadja, tocopherol (vitamin E) sangat efektif
1997). terhadap kerusakan radikal bebas UV­
Minyak biji bunga matahari B.   Vitamin   E   menyerap   kuat   di
diperoleh dari biji bunga matahari wilayah   UV­B   280­320   nm   (Idson,
dengan metode pressing maupun
2013; Rendevski 2008).
dengan cara ekstraksi dengan
menggunakan pelarut yang sesuai Emulsi   adalah   suatu   dispersi
misalnya heksana (Aguirre, 2014). di   mana   fase   terdispersi   terdiri   dari
Komposisi   dari   miyak   biji bulatan­bulatan   kecil   zat   cair   yang
bunga   matahari   yaitu   asam   lemak terdistribusi   ke   seluruh   pembawa
yang tidak bercampur. Dalam batasan meliputi pembuatan sediaan
emulsi,   fase   terdispersi   dianggap nanoemulsi, evaluasi
sediaan meliputi
sebagai   fase   dalam   dan   medium
pengamatan organoleptis,
disperse   sebagai   fase   luar   atau   fase uji viskositas, penentuan
kontinu.   Emulsi   yang   mempunyai pH, uji sentrifugasi,
fase dalam minyak dan fase luar air penentuan bobot jenis,
disebut emulsi minyak­dalam­air dan pengukuran tegangan
permukaan, cycling test,
biasanya diberi tanda sebagai emulsi
penentuan ukuran partikel,
“m/a” (Ansel, 2008). serta penentuan nilai SPF
Nanoemulsi   adalah   sediaan sediaan sebagai tabir surya.
yang   digunakan   dalam   kosmetik, Penelitian ini dilakukan di
farmasetik, makanan dan industri lain Laboratorium Farmasi Fisik
dan Laboratorium Penelitian
dikarenakan   penggunaan   surfaktan
Fakultas Farmasi
yang   sedikit,   stabilitas   yang   baik Universitas Sumatera Utara.
terhadap   pemanasan,   toksisitas   atau
karakteristik mengiritasi yang rendah, Alat-alat
Alat-alat yang digunakan pada
viskositas   rendah,   penampilan   yang
penelitian ini adalah neraca analitik
bagus,   dan   fleksibilitas   formulasi (Ohrus), Magnetic stirer (WINA
sebagai     krim,   cairan,   dan   spray Instrument), Viskometer brookfield,
(Ribeiro, dkk., 2015). pH meter (Hanna Instrument), alat
Teknologi nanoemulsi ini juga sentrifugasi (Hitachi CF 16 R X II),
merupakan metode yang efektif untuk piknometer (pyrex), Tensiometer Du
pelepasan minyak biji bunga matahari Nouy, Vascoγ Particle Size Analyzer,
sebagai bahan aktif dikarenakan Climatic Chamber (Memmert),
ukuran droplet yang kecil, lumpang dan alu, dan alat-alat gelas
meningkatkan   penetrasi   lapisan   kulit laboratorium.
sehingga     meningkatkan   jumlah Bahan
bahan   aktif   untuk   mencapai   tempat Bahan yang digunakan pada
yang   diinginkan,   dan   juga   memiliki penelitian   ini   adalah  minyak   biji
stabilitas   yang   lebih   baik bunga   matahari   (PT.   Lam   Soon)  ,
dibandingkan   dengan   emulsi.  Oleh tween 80 (PT. Bratachem) , sorbitol
karena itu, pada penelitian ini minyak
(PT.   Bratachem)  ,  metil   paraben
biji bunga matahari dikembangkan
dalam bentuk sediaan nanoemulsi dan (CV. Rudang Jaya), propil  paraben
dilakukan evaluasi terhadap stabilitas (CV.   Rudang   Jaya),   dan  aqua
dan aktivitas tabir surya dengan demineralisata   (PT.   Bratachem),
penentuan nilai SPF secara in vitro dapar   pH   asam   4,01   (Hanna
dari sediaan tersebut.
Instrument),   dapar   pH   netral  7,01
METODE PENELITIAN (Hanna  Instrument),   span   80  (CV.
Metode Rudang Jaya), propilen glikol  (CV.
penelitian ini menggunakan Rudang   Jaya),   CMC   Na    (CV.
metode eksperimental yang
Rudang Jaya), gliserin (CV. Rudang Pada proses pembuatan nanoemulsi
Jaya). dilakukan uji pendahuluan
(orientasi) untuk mengetahui kondisi
dan komposisi bahan yang terbaik
Formulasi Sediaan dalam pembuatan sehingga
Formulasi sediaan nanoemulsi didapatkan sediaan nanoemulsi yang
Persentase komposisi bahan jernih dan stabil. Menurut Jufri
dalam nanoemulsi dimodifikasi dari (2009), konsentrasi bahan yang
formula nanoemulsi yang telah harus diperhatikan adalah
dilakukan pada penelitian konsentrasi fase minyak, surfaktan
sebelumnya (Asmarani, 2015). dan fase air.
Pembuatan nanoemulsi dengan
Tabel 3.1 Persentase komposisi
menggunakan teknik emulsifikasi
bahan dalam nanoemulsi (Asmarani,
spontan. Sistem emulsi terdiri fase
2015)
minyak dan fase air. Teknik
emulsifikasi spontan dilakukan
dengan menambahkan fase minyak
ke dalam fase air melalui penetesan
sedikit demi sedikit (tetes demi
tetes). Pada saat penetesan, fase air
diaduk dengan menggunakan
pengaduk magnetik (Diba, 2014).
Prosedur pembuatan nanoemulsi
sebagai berikut :
Tabel 3.2 Persentase komposisi 1. Fase minyak disiapkan:
bahan dalam nanoemulsi yang telah dicampurkan minyak biji bunga
dimodifikasi berdasarkan orientasi matahari dalam sorbitol.
formula 2. Fase air disiapkan :
dilarutkan metil paraben dan
propil paraben dalam aqua
demineralisata kemudian
dipanaskan diatas hotplate hingga
larut sempurna, setelah itu larutan
didinginkan dan kemudian tween
80 dicampurkan kedalam larutan
tersebut.
Keterangan : 3. Fase minyak ditambahkan ke
Formula 1: Nanoemulsi konsentrasi dalam fase air dengan cara
Tween 80 (38%), konsentrasi sorbitol meneteskannya sedikit demi
22% sedikit dengan menggunakan
Formula 2: Nanoemulsi konsentrasi pipet tetes, kemudian
Tween 80 (36%), konsentrasi dihomogenkan dengan magnetic
sorbitol 24% stirer pada kecepatan 3000-4000
Formula 3: Nanoemulsi konsentrasi rpm selama 6 jam pada suhu
Tween 80 (34%), konsentrasi kamar hingga homogen dan
Sorbitol 26% terbentuk nanoemulsi yang jernih
dan transparan. Kemudian
Prosedur Pembuatan Nanoemulsi sediaan nanoemulsi yang telah
terbentuk disonikasi selama 60 1. Fase   air:   dicampurkan   aqua
menit. demineralisata, metil paraben, propil
Formulasi sediaan emulsi paraben   ke   dalam   gelas   beaker,
Pada formulasi sediaan emulsi, dipanaskan   hingga   larut.
persentase komposisi bahan dalam Didinginkan,   lalu   dipindahkan   ke
emulsi dimodifikasi dari formula dalam   cawan   porselen   dan
yang telah dilakukan pada penelitian
sebelumnya oleh Anisha (2017). dimasukkan   tween   80,   propilen
Persentase komposisi bahan yang glikol   dan   gliserin   yang   telah
digunakan dalam penelitian tersebut ditimbang,  diaduk hingga homogen
adalah sebagai berikut: (Cawan 1).
2. Fase   minyak:   dicampurkan
Komposisi : 
minyak biji bunga matahari dan span
Minyak zaitun ekstra murni     5
80   yang   telah   ditimbang   ke   dalam
Tween 80                        1,25
cawan   porselen,   diaduk   homogen,
Span 80                        3,73
dan dipanaskan (Cawan 2). 
Metil paraben                        0,1
3. Dikembangkan   massa   CMC
Propil paraben                        0,02
Na di dalam lumpang panas dengan
Propilen glikol             10
aqua   demineralisata  yang   telah
Gliserin             13
dipanaskan   sebanyak   20   kali   massa
CMC Na             1
CMC   Na   hingga   terbentuk   massa
Aquades ad        100
larutan yang kental dan transparan.
4. Ditambahkan fase air (cawan
Pada penelitian ini, adapun 1)     sedikit   demi   sedikit   ke   dalam
persentase komposisi bahan dalam lumpang   yang   berisi   larutan   CMC
emulsi berdasarkan penelitian Na dan dihomogenkan.
sebelumnya yang telah dimodifikasi 5. Ditambahkan   fase   minyak
adalah sebagai berikut:
(cawan   2)   sedikit   demi   sedikit   ke
Komposisi : dalam lumpang sambil digerus cepat
Minyak biji bunga matahari 5 hingga terbentuk massa emulsi yang
Tween 80 1,25 kental.
Span 80 3,73
Metil paraben 0.1 Evaluasi Sediaan
Propil paraben 0.02 Pengamatan Stabilitas Sediaan
Propilen glikol 10 Pengamatan stabilitas sediaan
Gliserin 13 dilakukan melalui pengamatan
CMC Na 1 organoleptis secara visual. Masing-
aqua demineralisata ad 100 masing formula dilakukan
pengamatan secara visual terhadap
Prosedur Pembuatan Emulsi warna, bau, bentuk, dan pemisahan
Prosedur   pembuatan   emulsi   adalah fase selama 12 minggu dengan
sebagai berikut: pengamatan setiap 1 minggu sekali.
Pengamatan ini dilakukan pada
nanoemulsi dan emulsi yang kecepatan 3750 rpm selama 5 jam
disimpan pada suhu kamar. (Lachman, 1994).

Penentuan pH Penentuan Bobot Jenis


Penentuan pH sediaan dilakukan Penentuan bobot jenis
dengan menggunakan alat pH meter. mikroemulsi dilakukan pada awal
Cara: Alat terlebih dahulu setelah sediaan dibuat dengan
dikalibrasi dengan menggunakan pengukuran sebanyak 1 kali. Bobot
larutan dapar standar netral (pH jenis diukur dengan menggunakan
7,01) dan larutan dapar pH asam Piknometer pada suhu kamar.
(pH 4,01) hingga alat menunjukkan Piknometer yang bersih dan kering
harga pH tersebut. Kemudian ditimbang (A g). Kemudian diisi
elektroda dicuci dengan air suling, dengan air sampai penuh dan
lalu dikeringkan dengan tissue. ditimbang (A1 g). Air dikeluarkan
Sampel dibuat dalam konsentrasi dari piknometer dan piknometer
1% yaitu ditimbang 0,25 gram dibersihkan. Sediaan mikroemulsi
sediaan dan dilarutkan dalam 25 ml diisikan dalam piknometer sampai
air suling. Kemudiaan elektroda penuh dan ditimbang (A2 g). Bobot
dicelupkan dalam larutan tersebut. jenis diukur dengan perhitungan
Dibiarkan alat menunjukkan harga sebagai berikut :
pH sampai konstan. Angka yang
ditunjukkan pH meter merupakan
pH sediaan (Rawlins, 2003). Bobot jenis =

Pemeriksaan Homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika Penentuan Viskositas
dioleskan pada sekeping kaca atau Pengukuran   viskositas   dilakukan
bahan transparan lain yang cocok, dengan cara sediaan dimasukkan ke
sediaan harus menunjukkan susunan
yang homogen dan tidak terlihat dalam  beaker   glass  100   ml   dan
adanya butiran kasar (Ditjen POM, dipilih   nomor  spindle  yang   sesuai.
1979). Pengukuran   ini   dilakukan   dengan
tiga   kali   pengulangan   dengan
Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan menggunakan   viskometer
dilakukan dengan penambahan Brookfield   DV­E.  Penentuan
sedikit demi sedikt biru metilen ke viskositas   dilakukan   setiap   1
dalam sediaan, jika larut sewaktu minggu sekali selama 12 minggu.
diaduk, maka emulsi tersebut adalah
tipe minyak dalam air (Ditjen POM, Pengukuran Tegangan
1985). Permukaan
Pengukuran   tegangan   permukaan
Uji Sentrifugasi
Uji sentrifugasi dilakukan pada awal sediaan dilakukan pada awal setelah
setelah sediaan dibuat dengan sediaan   dibuat   dengan   pengukuran
pengukuran sebanyak 1 kali.Sediaan sebanyak   1   kali.   Tegangan
mikroemulsi dimasukkan ke dalam permukaan   diukur   dengan
tabung sentrifugasi kemudian menggunakan   Tensiometer  Du
dilakukan sentrifugasi pada
Nouy pada suhu kamar. Tensiometer Penyimpanan suhu tinggi
terlebih   dahulu   dikalibrasi   dengan Sediaan   disimpan  pada  suhu tinggi
menggunakan   aquabides   (tegangan 40   ±   2  C   selama   3   bulan   dan
permukaan   teoritis   =   72,75 dilakukan   pengamatan   setiap   1
dyne/cm).   Faktor   koreksi minggu   sekali   dan   evaluasi   secara
merupakan hasil bagi teoritis dibagi visual   (warna,   bau,   bentuk)   dan
hasil yang diperoleh.  dibandingkan   dengan   sediaan
sebelumnya.
Faktor koreksi =                 
Penyimpanan suhu rendah
Sebelum setiap pengukuran,
Sediaan disimpan pada suhu rendah
penunjuk   harus   digeser   ke   posisi
4   ±   2  C   selama   3   bulan   dan
nol.   Sediaan   dimasukkan   ke   dalam
dilakukan   pengamatan   setiap   1
kaca   gelas   dan   diletakkan   di   meja
minggu sekali dan dievaluasi secara
pengukuran.   Meja   pengukuran
visual   (warna,   bau,   bentuk)   dan
dinaikkan   dengan   hati­hati   sampai
dibandingkan   dengan   sediaan
cincin   terletak   di   tengah­tengah
sebelumnya.
cairan,   lalu   meja   pengukuran
dikunci   dan   knop   diputar   sampai
Penentuan Ukuran Partikel
cincin   iridium   terlepas   dari Nanoemulsi
permukaan.   Tegangan   permukaan
kemudian   dibaca   langsung   di Penentuan ukuran partikel dilakukan
penunjuk,   dan   dilakukan di Laboratorium Terpadu Fisika
USU Medan menggunakan alat
pengulangan sebanyak 3 kali. Hasil Vascoγ CORDOUAN Technologies
tegangan   permukaan   dikali   dengan Particle Size Analyzer pada suhu
faktor koreksi. kamar. Penentuan partikel dari
masing masing formula nanoemulsi
Cyling Test dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu
pada awal setelah pembuatan
Sediaan disimpan pada suhu dingin
sediaan, minggu ke-6 dan pada
±   4C   selama   24   jam,   lalu minggu ke-12.
dikeluarkan   dan   ditempatkan   pada
suhu   ±   40C   selama   24   jam   (1 Penentuan nilai SPF sediaan
siklus).   Percobaan   ini   diulang Penyiapan sampel
sebanyak   6   siklus   lalu   dilakukan Sebanyak   lebih   kurang   1   gram
pengamatan   dan   evaluasi   yang emulsi   tabir   surya   ditimbang
dibandingkan   dengan   sediaan seksama   kemudian   dimasukkan   ke
sebelumnya (Suryani, 2014). dalam   labu   ukur   100   ml   dan
diencerkan   dengan   alkohol   96%
sampai   pada   garis   tanda,   larutan
dikocok lalu disaring dengan kertas
saring.   10   ml   filtrat   pertama
dibuang.   Sebanyak   5   ml   alikuot 3.3. Jumlah EE x I yang diperoleh
dipipet,   lalu   dimasukkan   ke   dalam dikalikan   dengan   faktor   koreksi
labu   ukur   50   ml   kemudian akhirnya   diperoleh   nilai   SPF   dari
diencerkan   dengan   alkohol   96% sampel yang diuji. 
sampai garis tanda. Sebanyak 5 ml
larutan   alikuot   dipipet,   kemudian SPF = CF x 
dimasukkan   ke   dalam   labu   25   ml
kemudian   diencerkan   dengan Keterangan:
alkohol   96%   sampai   garis   tanda, CF  = Faktor koreksi
akan   memperoleh   konsentrasi   200 EE  = Spektrum Efek Erytemal
ppm   (Dutra,   et   al.,   2004).   Cara I  =   Spektrum   Intensitas   dari
perhitungan   konsentrasi   kuvet   200 Matahari 
ppm dapat dilihat pada lampiran Abs = Absorbansi dari sampel 

Penentuan nilai SPF

Nilai   SPF   dihitung   dengan


menggunakan   persamaan   Mansur
karena   khusus   menghitung
absorbansi pada panjang gelombang
UVB,   seperti   kita   ketahui   bahwa
SPF   hanya   menunjukkan
perlindungan   terhadap   sinar   UVB, HASIL DAN PEMBAHASAN
namun   pada   saat   pengukuran Formulasi Nanoemulsi
dilakukan   hingga   panjang Berdasarkan   uji   pendahuluan
gelombang   400   nm   sebagai yang   telah   dilakukan,   diperoleh
informasi   tambahan   mengenai konsentrasi   optimum   surfaktan   dan
serapan   sampel   hingga   panjang kosurfaktan   untuk   menghasilkan
gelombang   tersebut.   Spektrum sediaan nanoemulsi yang lebih baik
serapan   sampel   diperoleh   dengan dan   lebih   stabil.  Formulasi   sediaan
menggunakan spektrofotometer UV­ nanoemulsi  ini  terdiri   dari  minyak
Vis   pada   panjang   gelombang   290­ biji   bunga   matahari,   tween   80,
400 nm dengan alkohol 96% sebagai sorbitol,   metil   paraben,   propil
blanko,   nilai   serapan   dicatat   setiap paraben,   dan   aqua   demineralisata.
interval   5   nm   pada   panjang Minyak   biji   bunga   matahari
gelombang 290­320 nm dan interval digunakan   dalam   formulasi   ini
10 nm panjang gelombang 320­400 sebagai   pembawa  minyak  dan
nm.   Nilai   serapan   yang   diperoleh sebagai   bahan   yang   memiliki
dikalikan   dengan   EE   x   I   untuk aktivitas sebagai tabir surya  dengan
masing­masing interval. Nilai EE x I konsentrasi   5%.  Tween   80   dalam
tiap interval dapat dilihat pada Tabel
F F F
1 2 3

formula  nanoemulsi matahari 5%. Sediaan emulsi yang


ini berfungsi sebagai dihasilkan berwarna putih dan
berbau khas. Pada formulasi ini fase
surfaktan dengan variasi konsentrasi
air terdiri dari metil paraben, propil
38%,  36%   dan  34%  dan   sorbitol paraben, propilen glikol, tween 80,
berfungsi   sebagai   kosurfaktan gliserin dan aqua demineralisata,
dengan konsentrasi  22%, 24%, dan sedangkan fase minyak terdiri dari
26%   menghasilkan   sediaan minyak biji bunga matahari, dan
span 80. Minyak biji bunga matahari
nanoemulsi   yang   berwarna   kuning
dalam formulasi ini berfungsi
jernih dan transparan.  sebagai bahan tabir surya dengan
Tween   80   selain   digunakan konsentrasi 5%. CMC Na sebagai
sebagai   surfaktan   nonionik   juga bahan pengental, Span 80 dengan
sebagai   emulgator   hidrofilik.   Oleh 3,73% dan tween 80 konsentrasi
1,25% sebagai bahan surfaktan serta
karena itu, surfaktan tersebut dapat
propilen glikol dengan konsentrasi
menurunkan   tegangan   permukaan 10% dan gliserin konsentrasi 13%
pada   fase   emulsi.  Surfaktan   non berfungsi sebagai kosurfaktan
ionik   umumnya   digunakan   karena menghasilkan sediaan emulsi yang
memiliki   toksisitas   yang   rendah berwarna putih dan kental.
dibandingkan   dengan   surfaktan
Evaluasi Sediaan
ionik.   Penambahan   ko­surfaktan Pengamatan Stabilitas Sediaan
dapat   menurunkan   tegangan Hasil evaluasi stabilitas sediaan
permukaan   minyak­air   dan nanoemulsi minyak biji bunga
meningkatkan   fluiditas   pada matahari 5% dapat dilihat pada
Gambar 4.1, 4.2, 4.3.
antarmuka   sehingga   meningkatkan
entropi   sistem   (Rowe   et   al   2009;
Gupta et al, 2010).
Menurut   Jain   (2013),
surfaktan   yang   digunakan   pada
sediaan   nanoemulsi   minyak   dalam
air   harus   memiliki Gambar 4.1 Sediaan nanoemulsi
HLB lebih besar dari F1, F2, dan F3 pada saat sebelum
F F F
10.   Tween   80 penyimpanan pada suhu kamar
1 2 3
memiliki   nilai   HLB
sebesar   15   sehingga
sesuai   untuk Gambar 4.2 Sediaan nanoemulsi
digunakan   sebagai F1, F2, F3 pada saat penyimpanan 6
surfaktan   pada   sediaan   nanoemulsi minggu pada suhu kamar
(Lachman,1994).

Formulasi Emulsi
Pada penelitian ini telah dibuat
sediaan emulsi minyak biji bunga
Gambar 4.3 Sediaan nanoemulsi
F1, F2, F3 pada saat penyimpanan
12 minggu pada suhu kamar

Gambar 4.1, Gambar 4.2, Gambar Gambar 4.5 Sediaan emulsi minyak
4.2 menunjukkan bahwa nanoemulsi biji bunga matahari 5% saat
F1 yang disimpan pada suhu kamar penyimpanan 6 minggu pada suhu
bentuknya tetap jernih hingga 12 kamar
minggu, warna dan baunya tidak
berubah, serta tidak terjadi
pemisahan fase.
Hasil evaluasi stabilitas.sediaan
emulsi minyak biji bunga matahari
dapat dilihat pada Gambar 4.4,
Gambar 4.5.

Gambar 4.6 Sediaan emulsi minyak


biji bunga matahari 5% saat
penyimpanan 12 minggu pada suhu
kamar
Berdasarkan   Gambar   4.4   sampai
Gambar   4.6   dapat   dilihat   bahwa
pada   sediaan   emulsi   minyak   biji
bunga   matahari   terjadi   perubahan
warna   dari   putih   menjadi   putih
kekuningan   dan   juga   perubahan
bentuk   dari   kental   menjadi   encer
setelah penyimpanan 6 minggu pada
suhu   kamar   sehingga   dapat
Gambar 4.4 Sediaan emulsi minyak dikatakan sediaan emulsi tidak stabil
biji bunga matahari 5% saat sebelum selama penyimpanan 6 minggu.
penyimpanan pada suhu kamar
Hasil Pemeriksaan Homogenitas
Data hasil uji homogenitas
nanoemulsi dapat dilihat pada
Gambar 4.6 dan 4.7.

F F F Gambar 4.6 Hasil uji homogenitas


1 2 3 nanoemulsi minyak biji bunga
matahari 5%
Gambar 4.9 Tipe emulsi sediaan
emulsi minyak biji bunga matahari
5%
Gambar 4.7 Hasil uji homogenitas
emulsi minyak biji bunga matahari Pada   Gambar   4.8   dan   Gambar   4.9
5% penambahan   biru   metilen   ke   dalam
sediaan   menunjukkan   bahwa   biru
Pada sediaan nanoemulsi yang metilen   terdispersi   merata   dalam
diformulasi tidak ditemukan adanya
sediaan.   Hal   ini   dapat   disimpulkan
butiran kasar dari berbagai
konsentrasi, dan pada sediaan emulsi bahwa tipe  dari sediaan nanoemulsi
yang diformulasi juga tidak dan emulsi adalah  minyak dalam air
ditemukan adanya butiran kasar. (m/a).   Hal   ini   dikarenakan
Dapat disimpulkan bahwa sediaan kebanyakan bahan di dalam formula
nanoemulsi dan emulsi minyak biji
bersifat   hidrofilik  atau   polar
bunga matahari adalah homogen.
sehingga   walaupun   terdapat
Hasil Penentuan Tipe Emulsi komponen   yang   sifat   hidrofob,   tipe
Sediaan nanoemulsi   dan   emulsi   bersifat
Hasil penentuan tipe emulsi sediaan
minyak dalam air (m/a). 
nanoemulsi dapat dilihat pada
Gambar 4.8 dan tipe emulsi sediaan
emulsi dapat dilihat pada Gambar Penentuan Bobot Jenis
4.9. Data hasil penentuan bobot jenis
nanoemulsi dan emulsi dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
F F F
1 2 3

Tabel 4.1 Data Penentuan Bobot


Jenis nanoemulsi dan emulsi

Gambar 4.8 Tipe emulsi sediaan Keterangan :


nanoemulsi minyak biji bunga
F1 :  Nanoemulsi   konsentrasi
matahari 5%
Tween 80 (38%), sorbitol 22%
F2 :  Nanoemulsi   konsentrasi
Tween 80 (36%), sorbitol 24%
 
F3 :Nanoemulsi konsentrasi Tween
80 (34%), sorbitol 26% 
Berdasarkan hasil pengukuran Ketiga  nanoemulsi   disentrifugasi
terhadap bobot jenis diperoleh bobot dengan kecepatan 3750 rpm selama
jenis nanoemulsi yaitu 1,0430-
5   jam.   Pada   hasil   sentrifuse,   dapat
1,0888 gram/ml. Sedangkan bobot
jenis emulsi adalah 1,0610 gram/ml dilihat   bahwa   tidak   terjadi
pemisahan fase pada nanoemulsi F1,
Uji Sentrifugasi F2   dan   F3   serta   emulsi.   Hal   ini
Data hasil uji sentrifigasi
menunjukkan   bahwa   nanoemulsi
nanoemulsi dapat dilihat pada Tabel
4.2 dan Gambar 4.10 dan hasil uji dan emulsi stabil secara fisik.
sentrifugasi emulsi dapat dilihat
pada Gambar 4.11.

Tabel 4.2 Data Uji Sentrifugasi


nanoemulsi minyak zaitun ekstra
murni 5%

Gambar 4.11 Hasil sentrifugasi


emulsi minyak biji bunga matahari
5%

Menurut  Lachman  (1994), emulsi yang


stabil harus menunjukkan tidak adanya
penguraian   dengan   sentrifugasi   pada
2000­3000   rpm.   Sedangkan   pada
Gambar   4.11  menunjukkan   bahwa
sediaan   emulsi   mengalami   pemisahan
setelah   dilakukan   uji   sentrifugasi
dengan   kecepatan   3750   rpm   selama   5
F F
F jam  hal   ini   berarti   bahwa   sediaan
   
1 2
  emulsi  kurang  stabil selama satu tahun
3
karena   adanya   pengaruh   gravitasi  bila
dibandingkan   dengan   sediaan
nanoemulsi. 
Gambar 4.10 Hasil sentrifugasi
nanoemulsi minyak biji bunga Pengukuran Tegangan
matahari 5% Permukaan
Data hasil pengukuran tegangan
Uji   sentrifugasi   dilakukan   untuk permukaan Nanoemulsi dan emulsi
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
mengetahui   kestabilan  nanoemulsi.
Tabel 4.3 Data pengukuran Cycling Test
tegangan permukaan nanoemulsi
dan emulsi Data hasil  cycling test  dapat dilihat
pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Data hasil cycling test

Keterangan : 
F1 :  Nanoemulsi   konsentrasi
Tween 80 (38%), sorbitol 22%
F2 :  Nanoemulsi   konsentrasi Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa
Tween 80 (36%), sorbitol 24% pada  cycling   test  dari   nanoemulsi
F3 :Nanoemulsi konsentrasi Tween minyak   biji   bunga   matahari   tidak
80 (34%), sorbitol 26% mengalami   perubahan   warna,   bau
dan   bentuk.   Menurut   Elya   (2013),
Tegangan   permukaan   diukur salah   satu   cara   mempercepat
menggunakan   Tensiometer  Du evaluasi   kestabilan   adalah   dengan
Nouy. Berdasarkan hasil pengukuran penyimpanan   selama   beberapa
terhadap   tegangan   permukaan periode   (waktu)   pada   suhu   yang
diperoleh   tegangan   permukaan lebih   tinggi   dari   normal.   Cara
antara  40,159  dyne/cm  —   45,092 khusus   ini   berguna   untuk
dyne/cm  dan   tegangan   permukan mengevaluasi  shelf   life  emulsi
emulsi   adalah   54,986.  Tegangan dengan   siklus   antara   2   suhu   yaitu
yang   terdapat   pada   antarmuka suhu tinggi dan suhu rendah. Hal ini
dikarenakan kedua fase tidak saling menunjukkan bahwa nanoemulsi F1,
bercampur,   cenderung   mempunyai F2 dan F3 tahan terhadap perubahan
gaya   tarik­menarik   yang   berbeda suhu   sehingga   stabil   secara   fisik
antar   molekul   pada   antarmuka terhadap   penyimpanan   suhu   tinggi
(Lachman, 1994). Menurut Silvia et dan suhu rendah.
al   (2011),   surfaktan   mampu
menurunkan   tegangan   permukaan Penyimpanan suhu tinggi
antar   fase   minyak   dan   air,   serta
Sediaan   disimpan  pada  suhu tinggi
menurunkan   jumlah   energi   yang
40   ±   2  C   selama   3   bulan   dan
dibutuhkan   untuk   merusak   globul.
dilakukan   pengamatan   setiap   1
Kestabilan  nanoemulsi   makin   baik
minggu   sekali   dan   evaluasi   secara
bila  nanoemulsi   tersebut   tegangan
visual   (warna,   bau,   bentuk)   dan
permukaannya   lebih   kecil   dari   air
dibandingkan   dengan   sediaan
yaitu 72 dyne/cm.
sebelumnya. Hasil evaluasi stabilitas
sediaan   nanoemulsi   minyak   biji minyak   biji   bunga   matahari   dapat
bunga   matahari   dapat   dilihat   pada dilihat pada Gambar 4.13.

F F F
Gambar 4.13 Sediaan nanoemulsi
1 F1, F2, dan F3 setelah penyimpanan
2 3

12minggu pada suhu rendah
Berdasarkan   gambar   diatas,   dapat
dilihat bahwa nanoemulsi F1,F2, F3
stabil   secara   visual   (organoleptis)
Gambar 4.12. selama   penyimpanan.   Warna,   bau
dan bentuk tidak berubah sejak awal
Gambar 4.12 Sediaan nanoemulsi pengamatan   hingga   penyimpanan
F1, F2, dan F3 setelah penyimpanan selama   12   minggu   sehingga   dapat
12minggu pada suhu tinggi disimpulkan bahwa nanaoemulsi F1,
Berdasarkan   Gambar   4.12,   dapat F2   dan   F3   stabil   secara   fisik
dilihat bahwa nanoemulsi F1,F2, F3 terhadap penyimpanan suhu rendah.
stabil   secara   fisik   (organoleptis)
Penentuan Ukuran Partikel
selama   penyimpanan.   Warna,   bau
Nanoemulsi
dan bentuk tidak berubah sejak awal Data hasil penentuan distribusi
pengamatan   hingga   penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4.4. dan
selama   12   minggu   sehingga   dapat grafik perubahan ukuran partikel
disimpulkan bahwa nanoemulsi F1, nanoemulsi dapat dilihat pada
Gambar 4.14 dan Tabel 4.5.
F2   dan   F3   stabil   secara   fisik
terhadap penyimpanan suhu tinggi. Tabel 4.4 Data penentuan distribusi
ukuran partikel nanoemulsi
Penyimpanan suhu rendah

Sediaan disimpan pada suhu tinggi 4
± 2 C selama 3 bulan dan dilakukan
pengamatan   setiap   1   minggu   sekali
dan   evaluasi   secara   visual   (warna,
bau,   bentuk)   dan   dibandingkan
dengan   sediaan   sebelumnya.  Hasil
evaluasi stabilitas sediaan nanoemulsi Tabel 4.4 Data penentuan rata-rata
ukuran partikel nanoemulsi

F F F
1 2 3

Keterangan : 
F1 :  Nanoemulsi   konsentrasi
Tween 80 (38%), sorbitol 22% Nilai   SPF   adalah  perbandingan
F2 :  Nanoemulsi   konsentrasi antara   dosis   minimal   yang
Tween 80 (36%), sorbitol 24% diperlukan   untuk   menimbulkan
F3 :Nanoemulsi konsentrasi Tween eritema pada kulit yang diolesi oleh
80 (34%), sorbitol 26% tabir   surya   dengan   yang   tidak.
Semakin   tinggi   nilai   SPF   suatu
sediaan   maka   semakin   tinggi
kemampuan untuk melindungi kulit
dari sinar matahari (Wasitaatmadja,
1997).

Berdasarkan   hasil   penentuan   nilai


Tabel 4.5 menunjukkan bahwa SPF   sediaan   dengan   menggunakan
sediaan nanoemulsi F1 mempunyai perhitungan   metode   Mansur   maka
ukuran partikel yang lebih kecil bila dapat   disimpulkan   bahwa   semakin
dibandingkan dengan F2 dan F3 dan
seiring penyimpanan ukuran partikel tinggi konsentrasi tween 80 semakin
dari semua formula sediaan tinggi   nilai   SPF   yang   diperoleh.
nanoemulsi menunjukkan adanya Efektivitas   sediaan   tabir   surya
peningkatan ukuran partikel. berdasarkan   nilai   SPF   yang
diberikan   sebagai   faktor
Penentuan Nilai SPF
perlindungan   terhadap   sinar
Data hasil SPF dapat dilihat pada matahari.   Menurut   Wasitaatmadja
tabel 4.6. (1997),   kategori   adalah   sebagai
berikut: 
Tabel   4.6.  Data   SPF   sediaan
nanoemulsi dan emulsi minyak biji 1. Minimal, bila SPF antara 2­4 
bunga matahari 2. Sedang, bila SPF antara 4­6 
3. Ekstra, bila SPF antara 6­8 
4. Maksimal, bila SPF antara 8­
15 
5. Ultra, bila SPF lebih dari 15 

Berdasarkan   pembagian   nilai   SPF


Keterangan :  maka dapat diperoleh kategori untuk
F1 :  Nanoemulsi   konsentrasi masing­masing   sediaan   nanoemulsi
Tween 80 (38%), sorbitol 22% tabir   surya   dengan   nilai   SPF   yang
F2 :  Nanoemulsi   konsentrasi diperoleh dari penelitian yang telah
Tween 80 (36%), sorbitol 24% dilakukan.   Kategori   tersebut   dapat
F3 :Nanoemulsi konsentrasi Tween dilihat pada Tabel 4.7
80 (34%), sorbitol 26%
Tabel 4.7 Data kategori efektivitas F2 (36% dan 24%), F3 (34% dan
26%) dan masih tetap stabil pada
sediaan nanoemulsi dan emulsi
penyimpanan suhu kamar hingga 12
minggu.
2. Sediaan nanoemulsi minyak
biji bunga matahari 5% mempunyai
aktivitas sebagai tabir surya yang
lebih baik pada kulit dibandingkan
dengan sediaan emulsi yaitu
ditandai nilai SPF yang lebih tinggi
dari sediaan nanoemulsi
dibandingkan sediaan emulsi.

Berdasarkan Tabel 4.7, dapat dilihat Saran
bahwa   sediaan   nanoemulsi   minyak 1. Pada   penelitian   selanjutnya
biji   bunga   matahari   memiliki dilakukan   pengujian   nilai   SPF
efektivitas   kategori   sedang secara  in   vivo  untuk
sedangkan   emulsi   tidak   memiliki dibandingkan   dengan   hasil
efektivitas   sebagai   tabir   surya.   Hal secara  in   vitro  nanoemulsi
ini   dikarenakan   nanoemulsi minyak biji bunga matahari 5%.
mempunyai   ukuran   droplet   yang 2. Pada   penetilian   selanjutnya
lebih   kecil   dibandingkan   emulsi dilakukan   pembuatan   sediaan
sehingga   meningkatkan   pelepasan tabir   surya   dengan   tipe   emulsi
bahan aktif. Tokoferol a/m   agar   dapat   tahan   terhadap
merupakan   salah   satu   antioksidan air. 
alami   larut   lemak   yang   kuat. 3. Pada   penetilian   selanjutnya
Tokoferol   dapat   melindungi   kulit dilakukan   uji   penetrasi   pada
dari   polutan   serta   radiasi   sinar sediaan tabir surya.
ultraviolet yang dapat menyebabkan
kerusakan   pada   kulit.   Sifat   alami REFERENSI
tokoferol   yang   mudah   larut   dalam Anisha, N.H. (2017). Formulasi dan
lemak menjadikan tokoferol mudah Evaluasi   Nanoemulsi   dari
terabsorbsi pada penggunaan secara Extra   Virgin   Olive   Oil
topikal pada kulit (Chandra, 2015). (Minyak   Zaitun   Ekstra
Murni)   Sebagai  Anti­Aging.
KESIMPULAN Skripsi.   Medan:   Universitas
1. Minyak biji bunga matahari Sumatera Utara. 
(Helianthus annuus L.) 5% dapat
diformulasikan dalam sediaan Ansel, H. (1989). Pengantar Bentuk
nanoemulsi dengan menggunakan Sediaan   Farmasi.   Edisi
variasi konsentrasi tween 80 sebagai Keempat.   Jakarta:   UI   Press.
surfaktan dan sorbitol sebagai ko-
surfaktan yaitu F1 (38% dan 22%), Halaman 387­388. 
Asmarani, F.C.,  dan  Wahyuningsih, Sun   Protection
I.   (2015).   Pengaruh   Variasi Factor   (SPF)   of
Konsentrasi   Tween   80   Dan Sunscreens   by
Sorbitol   Terhadap   Aktivitas Ultraviolet
Antioksidan   Minyak   Zaitun Spectrophotometry.
(Oleum   olivae)   Dalam Brazilian Journal of
Formulasi   Nanoemulsi. Pharmaceutical
Farmasains. 2(5): 223­228. Sciences. 40(3): 381­
385. 
Chandra,   R.   (2015).   Pengaruh
Penambahan   Minyak   Biji Elya,   B.,   Dewi,   R.,
Anggur   (Grape   Seed   Oil) Budiman,   M.H.
Terhadap Efektivitas Sediaan (2013).   Antioxidant
Tabir   Surya   Kombinasi cream   of   solanum
Oksibenzon   Dan lycopersicum   L.
Oktilmetoksinamat   dalam Journal   Pharma
Basis  Vanishing   Cream. Technology
Skripsi.  Medan:   Universitas Research. 5(1). 233­
Sumatera   Utara.   Halaman 238
32. 
Gupta,   P.K.,   Pandit,   J.K.,   Kumar,
Ditjen   POM.   (1979).  Farmakope A., Swaroop, P., dan Gupta,
Indonesia.   Edisi   Ketiga. S.   (2010).   Pharmaceutical
Jakarta:   Departemen Nanotechnology   Novel
Kesehatan   Republik Nanoemulsion­High   Energy
Indonesia. Halaman 8, 33.  Emulsification   Preparation,
Evaluation, and Application.
Ditjen   POM.   (1985). Journal   of   Pharma
Farmakope Research. 4(3): 117­138.
Kosmetika
Indonesia.   Jakarta: Hadinoto,   I.,   Soeratri,   W.,   dan
Penerbit Departemen Meity,   C.   T.   (2000).
Kesehatan   RI. Pengaruh   pH   terhadap
Halaman 22, 23, 84, efektivitas   sediaan   tabir
86, 256.  surya   matahari   dengan
bahan   aktif   etil   heksil
Dutra,   E.A.,   Daniella,
PMetoksisinamat   dan
A.G.C.O.,   Erika,
Oksibenzone   dalam   basis
R.M.K.,   dan   Maria,
hidrofilik krim secar in Vitro.
I.R.M.S.   (2004).
Jakarta: Kongres ilmiah XIII
Determinatio7n   of
ikatan   Sarjana   Farmasi
Indonesia.   Halaman   342­ P.A.,   Verissimo,   L.M.,   dan
345. Ferrari,   M.   (2015).
Production   and
Idson   B.   (1990).  Vitamins   in Characterization of Cosmetic
Cosmetics,   An   Update   part Nanoemulsions   Containing
II:   Vitamin   E.  Drug   & Opuntia   ficus­indica   (L.)
Cosmetic Industry.; 147: 20­ Mill Extract as Moisturizing
25.  Agent.  Molecules.  20(2):
2493. 
Jain, K., Kumar, R. S., Sood, S., and
Gowthamarajan,   K.   (2013). Rowe,   R.C.,   Sheskey,   P.J.,   dan
Enhanced   Oral Owen,   S.C.   (2009).
Bioavailability   of Handbook   of   Pharmaceutic
Atorvastatin   via   Oil­in­ Excipients.   Sixth   Edition.
Water   Nanoemulsion   using London:   Pharmaceutical
Aqueous   Titration   Method, Press   and   American
J. Pharm. Sci. & Res.  5 (1): Pharmacist   Association.
21.  Halaman 517, 549, 721­722. 
Lachman,   L.,   Lieberman,   H.A., Salim, N., Basri, M, Abd. Rahman,
Kanig,   J.L.   (1994).  Teori M.B., Abdullah, D.K., Basri,
dan   Praktek   Farmasi H.,  dan  Bakar,  A.S.  (2011).
Industri.   Jakarta:   Penerbit Phase  Behaviour,  Formation
Universitas   Indonesia. and   Characterization   of
Halaman 1081.  Palm­   Based   Esters
Nanoemulsion   Formulation
Maisyura, T. (2016). Formulasi dan 
containing   Ibuprofen.  J
Evaluasi Aktivitas Emulgel 
Nanomedic   Nanotechnol.
dari Kombinasi Avobenzone 
2(4): 1­5. 
dan Oktilmetoksisinamat 
sebagai Tabir Surya. Skripsi.  Silvia, H.D, Corqueira, M.A, Souza,
Medan: Universitas Sumatera B.W.S., Ribeiro, C., Avides,
Utara. Halaman 34.  M.C.,   Quintas,   M.A.C.,
Rawlins,   E.A.   (2002).  Bentley’s Coimbra,   J.S.R.,   Carneiro­
Textbook   of   Pharmaceutics. da­Cunha,   M.G.,   dan
Edisi   Kedelapanbelas. Vicente,   A.A.   (2011).
London:   Bailierre   Tindall. Nanoemulsions of β­carotene
Halaman 22, 355.  Using   a   High­Energy
Emulsification   Evaporation
Ribeiro, R.C.A., Barreto, S.M.A.G., Technique.  Journal of Food
Ostrosky, E.A., Rocha­Filho,
Enginering. 102: 130­135. 
Swigło,  G.A.,   et   al.   (2007).
Tocopherol   Content   in
Edible Plant Oil.  Journal of
Food and Nutrition Sciences.
4(57): 157­161.

Wasitaatmadja,   S.M.   (1997).


Penuntun   Ilmu   Kosmetik
Medik.   Jakarta:   Penerbit
Universitas   Indonesia.
Halaman   62­63,   111­112,
196­198. 

Wilson, B.D., Moon, S., Amstrong,
F.   (2012).   Comprehensive
Review   on   Ultraviolet   and
the   Current   Status   on
Sunscreens.  The   Journal   of
Clinical   and   Aesthetic
Dermatology. 5(9): 18­20.

Anda mungkin juga menyukai