Disusun oleh :
A. TUJUAN
i. Mahasiswa mampu memilih jenis kemasan primer & sekunder untuk tablet
teofilin
ii. Mahasiswa mampu menentukan informasi dalam kemasan primer & sekunder
untuk tablet teofilin
iii. Mahasiswa mampu mendesain kemasan untuk tablet teofilin
B. SKENARIO
1. SKENARIO
Divisi kemasan dan dossier di Industri farmasi sedang merancang desain kemasan primer &
sekunder untuk tablet teofilin generik.
1. Tentukan jenis kemasan primer & sekunder untuk pengemasan tablet teofilin
2. Tenentukan informasi dalam kemasan primer & sekunder untuk pengemasan tablet
teofilin
Buatlah desain kemasan primer dan sekunder untuk pengemasan tablet teofilin
2. TEORI DASAR
Pengemasan dalam dunia farmasi mempunyai peran penting, sebab suatu sediaan
tidak akan berarti apabila pengemasannya buruk atau tidak sesuai dengan bentuk sediaan
tersebut. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya bahan yang dikemas baik karena faktor fisik
(penyimpanan) maupun faktor kimia (stabilitas bahan yang dikemas). Pada umumnya
pengemasan berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri
dalam bentuk yang memudahkannya dalam penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi
sampai ke tangan konsumen. Secara garis besar fungsi pengemasan adalah sebagai berikut :
1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen, agar produk
tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran.
2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet,
panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang
dapat merusak dan menurunkan mutu produk.
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.
4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi 10,
1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini
penting dalam dunia perdagangan.
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk di
dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau
produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan
warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di
sekitarnya.
6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan
sirup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol plastik.
7. Menambah daya tarik calon pembeli.
8. Sarana informasi dan iklan.
9. Memberi kenyamanan bagi pemakai (Julianti dan Mimi, 2006).
a) Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan
pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman.
b) Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok
kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak karton untuk
wadah strip obat dan sebagainya.
c) Kemasan tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer,
sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan.
Misalnya botol yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan
ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas.
Dalam hal material, tidak semua bahan dapat berfungsi sebagai pengemas demikian pula
persyaratan dan spesifikasi bahan pengemas untuk keperluan yang satu berbeda dengan yang
lain. Beberapa persyaratan bahan pengemas adalah :
a) Memiliki permeabilitas terhadap udara (oksigen dan gas lain) yang baik
b) harus bersifat tidak toksik dan tidak bereaksi (inert), sehingga tidak terjadi reaksi kimia
yang dapat menyebabkan atau menimbulkan perubahan warna, flavor dan citarasa produk
yang dikemas
c) harus mampu menjaga produk yang dikemas agar tetap bersih dan merupakan
pelindung terhadap pengaruh panas, kotoran dan kontaminan lain
d) harus mampu melindungi produk yang dikemasnya dari kerusakan fisik dan gangguan
dari cahaya (penyinaran)
e) harus mudah dibuka dan ditutup dan dapat meningkatkan kemudahan penanganan,
pengangkutan dan distribusi
f) harus mampu menjelaskan identifikasi dan informasi dari bahan yang dikemasnya,
sehingga dapat membantu promosi atau memperlancar proses penjualan.
Dengan banyaknya persyaratan yang diperlukan untuk bahan kemas, maka tentu saja bahan
kemas alami tidak dapat memenuhi semua persyaratan tersebut sehingga manusia dengan
bantuan teknologi berhasil membuat bahan kemas sintetik yang dapat memenuhi sebagian
besar dari persyaratan minimal yang diperlukan (Anonim, 2006).
Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut kualifikasi.
Dimana kualifikasi tersebut adalah langkah pertama dalam melaksanakan validasi di industri
farmasi (Priyambodo, 2007).
Peralatan
Desain dan kontruksi peralatan pengemasan produk hendaklah memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
Seluruh wadah, yang digunakan untuk penyimpanan obat dan tutupnya tidak boleh
mempengaruhi kualitas obat yang tersimpan di dalamnya. Wadah dan tutupnya dibersihkan
dulu sebelum digunakan. Dengan menggunakan cara yang cocok dapat dijamin bahwa
persyaratan kemurnian mikrobiologis bagi bahan obat dan sediaan obat yang tercantum
dalam Farmakope dapat terpenuhi. Setelah pembersihan dan pengeringan wadah, sejauh tidak
digunakan, disimpan dalam kondisi tertutup. Wadah harus diberi tanda yang jelas sesuai
dengan persyaratannya setelah diisi dengan obat. Wadah dan tutup yang terbuat dari plastik
dan elastik, diuji seperti “Pengujian barang terbuat dari plastick dan elastik” (Voight, 1995).
Beberapa teknologi pengemasan produk farmasi yaitu :
1. Strip packaging
Merupakan pengemasan yang menganut sistem dosis tunggal, biasanya untuk sediaan
padat (tablet, kapsul, kaplet, dan lain-lain) yang digunakan secara per oral. Metodenya adalah
mengemas dengan dua lapisan atas atau bawah, dan kemudian diseal dan dicut. Produk akan
jatuh kedalam mold yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut.
Produk yang disegel antara dua lapisan tipis ini biasanya mempunyai segel dan biasanya
dipisahkan dari bungkus-bungkus yang bedekatan karena adanya perforasi. Pemilihan dari
material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari produk keluar. Ukuran dan kedalaman dari
mold tersebut harus cukup untuk menampung produk dan membentuk kantong, dan jangan
sampai produk tertekan. Contoh : noza, obat generik seperti dextromethorphan (Anandita,
2012).
Sistem kerja mesin strip sendiri cukup sederhana yakni dengan menyiapkan dua PLM
pada rollernya. kemudian ditengahnya dimasukkan dalam strip dan dipanasi sehingga PE
mencair dan akan melekatkan kedua PLM (Anandita, 2012).
2. Blister pack
Dalam proses ini lembar plastik yang tebal dilewatkan pada rol yang telah
dipanaskan, hingga akan terbentuk ruang untuk diisi produk. Produk yang akan dikemas
kemudian dilepas melalui happer, kemudian lembar foil yang sudah dicoat dengan laquer
dipakai untuk menutup lembar plastik yang sudah dibentuk dan berisi produk lalu dicut. Strip
dibentuk dalam tray, dicut sesuai mold dan dimasukkan dalam karton box. Contoh : panadol
atau supra livron (Anandita, 2012).
Gambar contoh kemasan blister
Kemasan blister terdiri dari dua lapisan kemasan yang berbeda yakni PTP dan Plastik.
PTP merupakan singkatan dari Press Trough Packaging. Komposisi PTP ini adalah alu dan
PE. Sedangkan plastik yang digunakan bisa PVC atau PVdC, tergantung dari bahan yang
akan diblister. jika bahan sensitif dengan kelembapan maka akan lebih disarankan PVDC
karena lebih protect. Proses produksi awalnya yaitu PVC dibentuk dengan dipanaskan
terlebih dahulu dengan heater namun tidak sampai cair, lalu dibentuk sesuai dengan
cetakannya atau nama kerennya “forming”. Proses forming sendiri prinsipnya adalah dengan
memberikan tekanan udara untuk membentuk plastik panas dan cooler sehingga plastik yang
tertekan udara dalam cetakan akan terbentuk namun tidak bisa kembali ke bentuk semula
karena ada proses pendinginan. kemudian tablet dimasukkan dalam forming baik manual atau
otomatis dan disealing dengan PTP menggunakan panas pada bagian sampingnya. Baru
kemudian dipotong sesuai ukuran blister dengan menggunakan cutting khusus (Anandita,
2012).
3. Pengemasan bulk produk
Untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material digunakan, multi wall
paper sack. Heavy duty bag polyethylene, woven sack polipropylene dan jute bags, tetapi
sekarang ini jute bags sudah kurang popular. Multiwall paper sack : terdiri dari beberapa
lapisan kertas yang saling menunjang, dengan demikian maka beban yang didukung oleh
kantong tersebut akan merata keseluruh lapisan. Jumlah lapisan bisa antara 2 sampai dengan
6 lapis. Dengan menggunakan beberapa lapisan kertas yang agak tipis adalah lebih fleksibel
dan kuat daripada menggunakan satu atau dua lapisan kertas yang tebal. Multiwall paper bag
dapat digunakan untuk berbagai produk terutama yang berbentuk bubuk (Julianti dan Mimi,
2006).
5. Pengemasan kaleng
Syarat-syarat pengaturan, membutuhkan panduan USP/NF yang mencakup
pengalengan dan penutupan, memberikan petunjukan pengemasan dengan bentuk-bentuk
takaran bubuk dalam pengalengan takaran yang banyak. Seorang ahli obat-obatan seharusnya
tidak mengemas kembali sebuah produk dalam pengalengan yang lemah pertahanan.
Pengalengan seharusnya bersih dan aman untuk menjamin identitas kekuatan, kualitas dan
kemurnian dari produk-produk obat-obatan untuk ketahanan hidup. Perusahaan-perusahaan
obat dibutuhkan untuk melakukan tes untuk menemukan hal yang standar ini. Hal yang kecil
akan menjadi sebuah stabilitas penelitian dalam pengalengan bertanda dan penutupan yang
digunakan untuk penjualan produk (Julianti dan Mimi, 2006).
SEKUNDER
TERSIER
C. ALAT DAN BAHAN
ALAT :
Software desain
BAHAN :
Pustaka primer dan sekunder rujukaan
D. CARA KERJA
Informasi/ penandaan dalam kemasan primer & sekunder untuk pengemasan tablet teofilin
Hasil Keluaran:
Worksheet yang telah terisi dengan data-data yang diminta beserta desain kemasan
E. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Pedoman Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan Pengawasan
Obat dan Makanan : Jakarta
Julianti, Elisa dan Mimi Nurminah, 2006, Buku Ajar Tekologi Pengemasan, Universitas
Sumatera Utara Press : Sumatera
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=mencegah%20masuknya%20bau%20fungsi%20
pengemasan&source=web&cd=2&ved=0CE0QFjAB&url=http%3A%2F%2Focw.usu.a
c.id%2Fcourse%2Fdownload%2F3130000081-teknologi-
pengemasan%2Fthp_407_textbook_teknologi_pengemasan.pdf&ei=XQ-
xT46zA7CSiQejjLHVCA&usg=AFQjCNEQ0pxU788CA4pCcX7s-
G5V9kuJ9w Diakses tanggal 14 Mei 2012
Lund, Walter, 1994, Pharmaceutical Codex Twelfth Edition, The Pharmaceutical Press :
London
Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama : Yogyakarta
Voight, Rudolf, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Universitas Gadjah Mada Press :
Yogyakarta