Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM RESMI

BIOKIMIA
PENENTUAN AKTIVITAS SERUM GLUTAMAT PIRUVAT
TRANSAMINASE (GPT) DAN GLUTAMAT OKSALOASETAT
TRANSAMINASE (GOT)

DISUSUN OLEH :
Nama : Abid Hanifi Samha
NIM : 1908010129
Golongan : 5
Kelompok : 1

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK


FALKUTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
PERCOBAAN 5
PENENTUAN AKTIVITAS SERUM GLUTAMAT PIRUVAT
TRANSAMINASE (GPT) DAN GLUTAMAT OKSALOASETAT
TRANSAMINASE (GOT)
I. Tujuan
Mahasiswa dapat menentukan aktivitas SGPT/SGOT dalam sempel
serum darah dengan menggunakan metode biokimia
II. Latar Belakang
Enzim merpakan suatu kelompok protein yang menjalankan dan
mengatur perubahan – perubahan kimia dalam sistem biologi. Kemampuan
enzim untuk mengatalisi suatu reaksi merupakan hal yang spesifik. Ini
berarti bahwa suatu enzim hanya mampu menjadi katalisatir untuk reaksi
tertentu. Spesifisitas enzim tersebut disebabkan oleh bentuknya yang unik
dan gugus polar atau non polar yang terdapat pada struktur kimia enzim
(sumardjo, 2006)

Enzim – enzim mengkatalis pemindahan reversibel satu gugus


amino antara suatu asam amino dan suatu asam alfa – keto disebut
aminotransferase atau transaminase. Ada dua jenis enzim serum
transaminase yaitu serum glutamte oksaloasetat transminase (GOT) dan
serum glutamate piruvat transaminase (GPT). Aminotransferase tersebar
luas di tubuh terutama banyak dijumpai di hati karena peran penting organ
ini dalam sintesis protein dan dalam menyalurkan asam amino ke jalur
biokimiawi. Salah satu fungsi dari enzim GOT adalah sebagai bahan
diagnosa dan evaluasi penyakit hati dan penyakit jantung dan memantau
efek obat yang hepatotosik dan nefrotoksik. Sedangkan fungsi enzim GPT
adalah sebagai indikator kerusakan sel hati, memantau efek obat yang
hepatotoksik, membedakan ikterus hemolitik dengan ikterus karena
penyakit hati

Enzim GOT dan GPT menggambarkan keutuhan atau intergrasi sel–


sel hati. Semakin tinggi peningkatan kadar enzim GPT dan GOT, maka
semakin tinggi tingkat kerusakan sel-sel hati (Cahyono, 2009). Namun,
tidak semua peningkatan enzim GPT juga diproduksi oleh organ lain seperti
sel jantung, ginjal, otot, dan limpa. Akan tetapi, kebanyakan penyebab
peningkatan enzim GPT dan GOT adalah karena gangguan pada sel-sel hati
(Suharjo, 2009)
III. Prinsip Reaksi
IV. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Tabung Reaksi KH2PO4 anhidrat
Gelas Beker Na2HPO4 anhidrat
Labu takar DL-alanine
Pipet ukur α-ketoglutaric acid
Pro pipet Na. pyruvate
pH meter NaOH 1N; 0,4N
Termometer Dinitrofenilhidrazin (DNFH)
Penangas air HCl Pekat
Spektrofotometer EDTA
Aquadest
V. Cara Kerja
a) Pembuatan Dapar Fosfat pH 7,4
Menimbang 11,3 gr Na2HPO4 anhidrat dengan 2,7 gr KH2PO4 anhidrat

Melarutkan dalam air hingga volume ± 900 ml

Mengukur pH dengan pH-meter sampai menunjukkan angka 7,4

Menambahkan air hingga volume 1000

b) Pembuatan Larutan Substrat


Melarutkan 8,9 gr DL alanine dengan larutan NaOH 1 N secukupnya
hinggapH 7,4 (NaOH ± 90 ml)

Menambahkan 0,146 gr asam
α-ketoglutarat dengan penambahan
NaOH 1 N sampai larut dengan mempertahankan pH

Menambahkan dapar fosfat 7,4 hingga

c) Pembuatan Larutan Stock Pyruvate


Melarutkan 220 mg Na. Pyruvate ke dalam dapar fosfat hingga volume
100 ml
d) Pembuatan Larutan Standar Pyruvate
Memipet 1 ml larutan stock pyruvate dengan 4 ml dapar fosfat

e) Pembuatan Larutan NaOH 0,4 N


Melarutkan 16 gr NaOH ke dalam air hingga volume 1 liter

f) Pembuatan Larutan DNFH


Melarutkan 19,8 mg DNFH dalam 10 ml HCL pekat.

Mengencerkan dengan Aquadest hingga volume 100 ml.

g) Larutan Sampel
Mencampurkan 0,5 ml substrat dan 0,1 ml serum (campuran 1),
menginkubasi selama 1 jam

Setelah 1 jam, memanaskan campuran 1 di atas penengas air pada suhu
37oC selama 1 menit

Ambil dari penangas lalu menambahkan 0,5 ml DNFH lalu kocok
homogen dan biarkan selama 20 menit

Menambahkan 5 ml NaOH 0,4 N, menghomogenkan dan diamkan 10
menit.

Replikasi 3x

h) Larutan Kontrol (replikasi 3x)


Mencampur 0,5 ml substrat dalam tabung dengan 0,1 ml serum

Menambahkan 0,5 ml DNFH lalu kocok homogen

Membiarkan selama 20 menit

Menambahkan 5 ml NaOH 0,4 N, menghomogenkan dan diamkan 10
menit

i) Larutan blanko (replikasi 3x)


Mencampur 0,5 ml substrat dalam tabung dengan 0,1 ml aquadest

Menambahkan 0,5 ml DNFH lalu kocok homogen

Membiarkan selama 20 menit

Menambahkan 5 ml NaOH 0,4 N, menghomogenkan dan diamkan 10
menit

j) Larutan Standar
Mencampur 0,1 ml larutan standar pyruvate dalam tabung dengan 0,4 ml
substrat

Menambahkan 0,1 ml aquadest

Menambahkan 0,5 ml DNFH lalu kocok homogen dan biarkan selama 20
menit

Menambahkan 5 ml NaOH 0,4 N, menghomogenkan dan diamkan 10
menit.
Replikasi 3x

k) Pengukuran Kadar
Mengukur absorbansi keempat larutan pada panjang gelombang 407 nm
(λmax 407 nm).

l) Metode GPT (KIT)


suhu ruang (370C) (replikasi 3x)
Mencampur 0,1 ml serum dalam tabung dengan 1,0 ml reagensia dan
diamkan selama 1 menit didalam penangas air pada suhu 37°C

Membaca absorbansi awal (AW1) sekaligus menyalakan stopwatch pada
saat pengukuran

Mengulangi pembacaan absorbansi tepat pada menit ke-1 (AW2), ke-2
(AW3) dan ke-3 (AW4)

Menentukan rata-rata perubahan absorbansi per menit

m) Pengukuran Kadar
Menggunakan aquadest sebagai blanko

Mengukur absorbansi ketiga larutan padapanjang gelombang 340 nm (λmax
340nm)
VI. Data Percobaan dan Perhitungan
1. Persiapan berbagai larutan

Keterangan Isi dalam larutan


Substrat 8,9 gr DL alanine, NaOH 1N kurang lebih 90 ml,
0,146 gr asam d-ketoglutarat
Larutan blangko aquadest
Larutan control 0.5 ml substrat, 0.1 ml serum, 0.5 ml DNFH, 5 ml
NAOH0,4 N
Larutan standar 0.1 ml standar pyruvate dan 0.4ml substrat, 0.1ml
aquadest, 0.5 ml DNFH, 5 ml NaOH 0.4 N
Larutan sampel 0.5 ml substrat dan 0.1 ml serum, 0.5 ml DNFH, 5ml
NaOH 0.4 N

Larutan Sampel

• Suhu inkubasi : 37OC


• Lama inkubasi :1 Menit

2. Data percobaan (simulasi)


Ket. Substrat DNFH Serum NaOH Standar Aquadest Absorbansi
(ml) (ml) (ml) (ml) piruvat (ml)
(ml)
Blangko 1 0,5 0,5 - 5 - 0,1 0,080
2 0,5 0,5 - 5 - 0,1 0,048
3 0,5 0,5 - 5 - 0,1 0,007
Control 1 0,5 0,5 0,1 5 - - 0,246
2 0,5 0,5 0,1 5 - - 0,237
3 0,5 0,5 0,1 5 - - 0,237
Standar 1 0,4 0,5 - 5 0,1 0,1 0,464
2 0,4 0,5 - 5 0,1 0,1 0,378
3 0,4 0,5 - 5 0,1 0,1 0,384
Sampel 1 0,5 0,5 0,1 5 - - 0,331
2 0,5 0,5 0,1 5 - - 0,339
3 0,5 0,5 0,1 5 - - 0,266
Panjang gelombang yang digunakan : 407 nm

3. Perhitungan kadar piruvat


Sampel 1
= T1-K1 : S1-B1 X 67 mmol
= 0,331-0,246 : 0,464-0,080 X 67
= 0,085 : 0,384 X 67
= 0,221 X 67
= 14,807
Sampel 2
= T2-K2 : S2-B2 X 67 mmol
= 0,339-0,237: 0,378-0,048 X 67
= 0,102 : 0,33 X 67
= 0,309 X 67
= 20,703
Sampel 3
= T3-K3 : S3-B3 X 67 mmol
= 0,266-0,237 : 0,384-0,007 X 67
= 0,029 : 0,377 X 67
= 0,076 X 67
= 5,092
Rata-Rata = 14,830 + 20,709 + 5,153 : 3 = 13,564
Interpretasi Hasil
Jadi, kadar GPT dalam sampel serum darah praktikan adalah 13,564 nmol
yang artinya kadar GPT masih tergolong kadar yang normal, karena masih
termasuk kedalam range normal pria yaitu 5-35 u/ml.
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dengan judul “penentuan aktivitas serum
glutamay piruvat transaminase (GPT) dan glutamat oktaloasetat
transaminase (SGOT) yang mililki tujuan dapat menentukan aktivitas
SGPT/SGOT dalam sempel serum darah dengan menggunakan metode
biokimia

Peranan enzim tidak bisa dilepaskan dari proses metabolisme.


Beberapa jenis enzim berperan dalam proses metabolisme. Salah satunya
adalah enzim GPT dan GOT yang diukur aktivitasya dalam percobaan kali
ini. Dalam mengukur aktivitas enzim dikenal aktivitas enzim per miligram
protein yang terkadunng dalam campuran enzim yang diuji. Semakin besar
aktivitas enzim, maka makin besar tingkat kemurnian suatu enzim
(Makfoeld, 2002)

Berbagai penyakit dan infeksi dapat menyebabkan kerusakan akut


maupun kronis pada hati. Menyebabkan peradangan, luka, sumbatan saluran
empedu, kelainan pembekuan darah, dan disfungsi hati. Selain itu alkohol,
obat obatan, dan beberapa suplemen herbal, serta racun juga bisa memberi
ancaman. Jika besar keruskan cukup bermakna, maka akan menumpbulkan
gejala gejala seperti joundice, urine gelap, tinja berwarna keabuan terang,
kelelahan, diare, dan berat badan yang bisa berkurang atau bertambah secara
tiba-tiba. Diteksi dini penting dengan diagnosis awal. Guna meminimalisis
kerusakan dan menyelamatkan fungsi hati.

Salah satu cara mendeteksi adanya kerusakan hati adalah dengan


memeriksa aktivitas enzim glutamat oksaloasetat transaminase (GOT) dan
Aspartat amino transferase (AST) dalam serum. Enzim ini terdapat dalam
sitoplasma dan mitokondria sel hati. Bila terjadi kerusakan hati maka akan
terjadi peningkatan perneabilitas membran sel sehingga komponen-
komponen sitoplasma akan keluar dari sel dan apabila membrane
intraseluler seperti mitokondria rusak maka enzim-enzim yang terdapat di
dalamnya juga mengalami peningkatan aktivitas enzim dalam serum.
Berdasarka hal ini, maka peningkatan aktivitas enzim GOT dan GPT dalam
enzim dapat di ukur dijadikan salah satu parameter kerusakan fungsi hati.
Namum enzim GOT atau AST tidak hanya terapat pada sel hati, tetapi juga
terdapat pada otot jantung, otot rangka, pangkreas, ginjal, paru-paru, dan
otak. Sehingga jika terjadi peningkatan aktivitas enzim GOT tidak hanya
mengindikasikan adanya kerusakan hati, tetapi akan berhubungan dengan
adanya kerusakan pada bagian organ ini. Hal itu yang menyebabkan
pemeriksaan SGOT kurang spesifik untuk mendetiksi adanya kerusakan
hati. Lebih bauk menginakan pemeriksaan Glutamat Piruvat Transaminase
(GPT) kerana enzim GPT hanya terdapat dalam sitoplasma sel hati.

Pada parktikum kali ini praktikan menggunakan alat dan bahan


sebagai berikut : pertama ada tabung reasi yang dugunakan untuk
mereaksikan senyawa kimia, kedua gelas beker digunakan sebagai wadah
larutan, lalu ada tabu takar untuk proses pengenceran, kemudian pipiet ukur
dan propipet yang digunakan untuk memindahkan larutan, setelah itu ada
penangas air untuk memanaskan air dan yang terakhir spektrofotometer
yang digunakan untuk absorbansi larutan.

Sementara untuk bahan bahannya, yaitu : KH2PO4 anhidrat yang


digunakan untuk membuat larutan dapat fosfat (pH 7,4). Lalu ada DL-
alanine dan α-ketoglutaric acid yang digunakan untuk membuat larutan
substrat dimana kedua senyawa ini akan menghasilkan piruvat ditambah
glutamat nantinya. lalu ada Na Piruvat untuk membuat larutan standar
piruvat dengan mereaksikanya bersama larutan dapar fosfat. Selanjutnya
ada NaOH yang digunakan untuk mengatur suasana alkalis sehingga reaksi
piruvat dengan DNFH bisa berubah. Lalu yang terakhi ada HCL pekat
EDTA dan aquadest dugunakan untuk metode pertama yaitu metode GPT.

Setelah mengatahui alat dan bahan yang digunakan, adapun langkah


yang harus dilakukan pada metode ini. Langkah pertama adalah membuat
larutan dapar fosfat pH 7,4, namun sudah tersedia di laboratorium. Larutan
ini akan digunakan untuk membuat larutan standar piruvat. Kedua yaitu
membuat larutan substrat dari 8,9 gram DL-alanine pada pH 7,4 (NaOH)
dengan 0,146 gram asam kitolutarat lalu di tambah larutan dapat fosfat,
larutan substrat ini yang akan digunakan untuk semua larutan uji nantinya
sebagai produk utama reaksi. Ketiga yaitu membuat larutan stok piruvat.
Standar piruvat, larutan NaOH dan larutan DNFH yang tersedia, lalu setelah
semuanya terbuat, langsung menuju pembuatan larutan uji. Yahap keempat
adalah membuat larutan sempel yang terdiri dari 0,5 ml substrat dan 0,1 ml
serum dan di inkubasi selama 1 jam
Pada proses inkubasi ini akan terjadi reaksi antara substrat dengan
enzim yang terkandung. Reaksinya yaitu :
DL-alanine + α-ketoglutaric acid ⇄ Piruvat + glutamat setalah terbentuk

piruvat, larutan di panaskan dalam suhu 370C dalam waktu 1 menit lalu di
tambahkan DNFH 0,5 ml dan di homogenkan sehingga terjadi reaksi

Piruvat + DNFH ⇄ Piruvat hidrazine

Reaksi ini juga didukung dengan sesama aktivitas oleh 5 ml NaOH


0,4 N setelah di diamkan 10 menit, dilakukan replikasi 3 kali.

Tahap kelima pada percobaan ini adalah membuat larutan kontrol


yang berfungsi sebagai pengontrol sampel dimana komposisi bahannya
sama dengan larutan sampel. Hanya saja yang membedakan adalah proses
inkubasinya. Untuk larutan kontrol tidak di inkubasi selama 1 jam sehingga
hal ini juga dapat berpengaruh pada reaksi dan hasil reaksi, dimana piruvat
yang terbentuk akan berbeda, di replikasi sebanyak 3 kali.

Kemudian kita lanjutkan pada tahap ke-enam yaitu membuat larutan


blangko yang berfungsi sebagai pembanding untuk mengatahui besarnya zat
yang bakal analit. Langkah untuk membuatnya yaitu diawali
mencampurkan 0,5 ml substrat dengan aquadest, lalu di tambahkan dengan
DNFH 0,5 ml dan di homogenkan, lalu menambahkan 5 ml NaOH 0,4 N
dan mediamkannya selama 10 menit agar larutannya berekasi. Namun
secara teori tidak akan bereaksi dan menghasilkan piruvat. Di replikasi
sebanyak 3 kali.

Setelah langkah ke-enam kita lanjutkan ke langkah yang ke-tujuh


yaitu membuat larutan standar dengan mencapurkan 0,1 ml standar piruvat
dengan 0,4 ml substrat dan ditambah dengan 0,1 ml aquadest lalu
menambhakannya juga dengan DNFH sebanyak 0,5 ml dan kemudian
didiamkan selama 20 menit agar terjadi reaksi. Setelah itu di tambahkan
dengan 5 ml NaOH 0,4 N untuk membuat suasana aktivitasnya terjadi reaksi
yang berjalan dengan sempurna, di replikasi 3 kali.
Jika semua sudah terbuat, dengan keempat larutan tersebut
diantaranya ada larutan sampel, larutan kontrol, laruntan blanko dan yang
terakhir larutan standar. Kemudian di baca menggunakan spektrofotometeri
pada panjang gelombang 407 nm λ max. Pada proses ini yang akan di baca
pada λ max tersebut adalah yang akan atau telah membentuk piruvat
hidrazine, sehingga nilai absorbansi bisa diketahui.

Spektrofotometri adalah salah satu metode kimia yang digunakan


untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kualitatif maupun
kuantitatif yang di dasarkan pada interalisis antara materi dengan cahaya
yang dimaksud

Prinsip kerja fotometri dapat di tuliskan sebagai berikut : Sinar


datang berupa polikromatis, lalu mengenai monokromato, kemudian sinar
diubah menjadi monokromatis melewati kuvet yang berisi aralit, kemudian
elektron yang ada diteruskan dan ada yang diserap. Yang berisi aralit
kemudian elektron ada yang diteruskan mengalami eksitasi perpindahan
elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi. Jadi tidak stabil dan akan
menujuke groudstate yang diteruskan akan melewati defektor dan diserap
absorbansinya.

Setelah muncul nilai absorbansinya lalu larutan tersebut di ukur


kadarnya dan telah dihasilkan blanko berturut-turut yaitu 1 = 0,080 ; 2 =
0,048 ; 3 = 0,007 dan larutan standarnya berturut-turut yaitu 1 = 0,464 ; 2 =
0,378 ; 3 = 0,384. Lalu mengukur larutan control dan dihasilkan 1=0,246 ;
2=0,237 ; 3=0,237. Lalu larutan sampel 1=0,331 ; 2=0,339 ; 3=0,226.

Larutan standar harus lebih besar dari pada blanko karena blanko
berperan sebagai pengkore reaksi pada larutan standar. Larutan sampel
harus lebih besar dari pada larutan control karena larutan control berperan
aktif mengkoreksi pembetukan kompleks Hidrogen dan DNFH. Lalu
menghitung menggunakan metode GPT.

Telah didapat sampel 1 yaitu 0,331 nmol, sampel 2 yaitu 0,336,


sampel 3 0,226 nmol. Lalu dari ketiga sampel tersebut di hitung rata-ratanya
dengan cara menjulahkan ketiganya lalu di bagi 3. Seletalah di hittung rata-
ratanya mendapatkan hasil 13,564 nmol. Dari hasil tersebut, praktikan
memiliki kadar GPT normal, karena masih termasuk kedalam range normal
pria yaitu 5-35 u/ml

Pada vidio pertama yang dapat saya tangkap adalah percobaan


menggunakan SGPT R1 400 UL, R2 100 UL sample 50 UL. Lalu
dimasukan kedalam kuvet. Terus dimasukan kedalam spektro
menghasilkan Abs : 1.363, I.Abs : 1.385 Detla Abs/min – 0.007. kemudian
percobaan menggunakan SGOT. Dengan takaran R1 400 UL R2 100 UL
dan sampel 50 UL kemudian sama dimasukan kedalam spektro 2 sampel
yang akan di uji coba terjadi dua lapisan yang atas bening dan yang bawah
seperti endapan. Lalu hasil dari spektrofotometrinya delta Abs/min -0.017
lalu absnya 1.022 kemudian factor 1746.0

Pada vidio yang kedua pada eksperimen alhedid dan keton terdapat 4
tabung reaksi yang diisi dengan dinitrophenthydrazine ditandai dengan a b
c d. Lalu di tambahkan tidak tahu larutan apa menghasilkan :
a) Warna kuning
b) Warna orange
c) Warna kuning dan terdapat sedikit endapan
d) Warna kuning dan menjadi dua lapis atau ada endapannya
Keempat empatnya terjadi reaksi dengan larutan yang di berikan dan
memberikan perubahan warna

Pada vidio yang terakhir membahas tentang pembuatan larutan


standar. Larutan standar dibuat dengan cara 1 ml ehtena ditambah dengan
5 ml 2,4-DFNH menghasilkan warna orange bening kemudian
ditambahkan so acidify maka menghasilkan larutan yang berwarna kuning
orange jenuh
VIII. Kesimpulan
1. Mahasiswa telah mampu menentukan aktifitas dan level GPT dan
GOT dalam sampel darah dengan metode biokimia
2. Enzim GOT berfungsi mengkatalis bolak balik gugus amino dari
asam asportat ke asam α-ketoglutarat membentuk asam glutamat
dan oksaloasetat
3. Enzim GPT berfungsi mengkatalisis perpindahan gugus amino dari
alanin kepada ketoglutarat untuk membentuk glutarat dan glukorat
4. Pemeriksaaan GPT dan GOT ini digunakan sebagai indikatir untuk
mengetahui kerusakan pada sel hati. Pemeriksaaan GOT tidak
spesifik dibanding dengan pemeriksaan GPT
5. Hal yang dapat menyebabkan nilai SGPT dan SGOT tinggi atau
melebihi batas normal yaitu mengkomsumsi alkohol, mengalami
hepatitis B, mengalami hepatits A, sirosis
IX. Daftar Pustaka

Cahyono JBSB. 2009. Hepatitis A. Yogyakarta : KanisiusYogyakarta

Makfoeld, D. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogykarta :


Kanisius

Suharjo BJ. 2009. Hepatitis A. Yogyakarta : Kanisius

Sumardjo Damin. 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah


Mahasiswa kedokteran dan Progam strata 1 fakultas bioesakta.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai