Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS FARMASI NON INSTRUMEN


P6
IODOMETRI

DISUSUN OLEH
Nama : Abid Hanifi Samha
NIM : 1908101029
Golongan : C5

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
TITRASI IODOMETRI

A. Pengertian
Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasiyang didasarkan
pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebihbanyak digunakan dalam analisa jika
dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan
stoikometri yang sederhana pelaksanannya praktis dan tidak benyak masalah dan mudah.
Titrasi iodometri adalah salah satu jenis titrasi redoks yang melibatkan iodium.
Titrasi iodometri termasuk jenis titrasi tidak langsung yang dapat dipergunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar
daripada sistem iodium iodide atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti
CuSO4.5H2O. Berbeda dengan titrasi iodometri yang mereaksikan sampel dengan iodium,
maka pada proses iodometri ini, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan KI
berlebih dan akan menghasilkan I2 yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium
tiosulfat (Na2S2O3). Banyaknya volume Na2S2O3 yang dipergunakan sebagai titran
setara dengan banyaknya sampel (Day & Underwood,1999)
B. Prinsip Reaksi
Iod bebas seperti halogen lain dapat menangkap electron dari zat pereduksi,
sehingga iod sebagai oksidator.Ion Isiap memberikan electron dengan adanya zat
penangkap electron, sehingga I bertindak sebagai zat pereaksi. Reaksinya
I2 (padat) 2e + 2I-
Oksidasi + KI I2 + 2e
I2 + Na2s2o3 NaI + Na2S4O6
Ion Iodide akan membebaskan ion bebas dari larutan KI pada pH 8 atau kurang.
Iodium ini akan ditritrasi dengan larutan standar Natirum tiosulfat dengan idikator larutan
kanji dalam keadaan pH 3 hingga 4. Sebab pada pH netral reaksi ini tidak stoikiometri
dengan reaksi oksidasi parsial tiosulfat menjadi sulfat.
C. Alat dan Bahan
A. Alat B. Bahan
 Timbangan Analitik  Kalium Yodida
 Erlemnyer  Natrium tiosulfat 0,1N
 Buret 50 ml  Kanji
 Pipet volume  Aquadest
 Labu takar  Natrium bikarbonat
 Gelas piala  K2Cr2O7
 - HCl pekat

D. Prosedur
1) Pembuatan Larutan Baku

Timbang 6,5 gram Na2S2O3, dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL.

Ditambahkan 50 mg Na2CO3 dan air bebas CO2 sampai tanda

2) Standarisasi Larutan Baku

Timbang 105 mg Kalium bikromat dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambah 50
ml air, digoyang sampai larut

Tambahkan 1,5 gram KI dan 1 gram Na2CO3 dan 2,5 ml HCl pekat

Segara tutup Erlenmeyer dan digoyang hingga larut. Simpan di tempat gelap selama 10 menit

Bilas dinding Erlenmeyer bagian dalam dengan air. Titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N

Setelah larutan berwarna kuning pucat, tambahkan 1,5 ml indikator kanji. Lanjutkan titrasi
dengan Na2S2O3 sampai warna biru hilang.

3) Penetapan Kadar Cu dalam CuSO4


Lebih kurang 1 g tembaga sulfat, yang ditimbang seksama, larutkan dalam air dalam gelas piala,
masukkan dalam labu takar 100 ml secara kuantitatif dan tepatkan volumenya

Pipet 12,5 ml larutan, tambahkan 1 ml asam asetat dan 0,75 g kalium yodida. Titrasi yodium
yang terjadi dengan natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan indikator kanji.

E. Data
1. Standarisasi larutan baku
Baku yang diguakan : K2CrO7
Bobot : 219 mg
Indicator : Larutan Kanji Iodida
Warna titik akhir titrasi : Hijau Kekuningan
Replikasi Volume Na2S2O3 (ml)
1 39,0
2 39,2
3 39,5

2. Penetapan kadar Cu dalam CuSO4


Bobot CuSO4 : 258,3 mg
Indicator : Larutan Kanji Iodida
Warna titik akhir titrasi : Putih
Replikasi Volume NaNO2 (ml)
1 39
2 38,8
3 39,2

3. Perhitungan
𝑚𝑔 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑢𝑚 𝑏𝑖𝑘𝑟𝑜𝑚𝑎𝑡 𝑥 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
Normalitas Na2S2O3 = 𝐵𝑀 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑢𝑚 𝐵𝑖𝑘𝑟𝑜𝑚𝑎𝑡 𝑥 𝑚𝑙 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
219 𝑚𝑔 𝑥 6
= 294,185 𝑥39

= 0,114M
𝑚𝑔 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑢𝑚 𝑏𝑖𝑘𝑟𝑜𝑚𝑎𝑡 𝑥 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
Normalitas Na2S2O3 = 𝐵𝑀 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑢𝑚 𝐵𝑖𝑘𝑟𝑜𝑚𝑎𝑡 𝑥 𝑚𝑙 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

219 𝑥 6
= 294,185 𝑥39,2

= 0,113 M

𝑚𝑔 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑢𝑚 𝑏𝑖𝑘𝑟𝑜𝑚𝑎𝑡 𝑥 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖


Normalitas Na2S2O3 = 𝐵𝑀 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑢𝑚 𝐵𝑖𝑘𝑟𝑜𝑚𝑎𝑡 𝑥 𝑚𝑙 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
219 𝑥 6
= 294,185 𝑥39,5

= 0,113 M

Rata Rata Normalitas Na2S2O3 = 0,113 M

𝑚𝑙 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3𝑥 𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝑥 6,354


Kadar Cu = 𝑥100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 0,1
39 𝑥 0,113𝑥 6,354
= 𝑥 100%
258,3 𝑥 0,1

= 108.409 %

𝑚𝑙 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3𝑥 𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝑥 6,354


Kadar Cu = 𝑥100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 0,1

38,8 𝑥 0,113𝑥 6,354


= 𝑥 100%
258,3 𝑥 0,1

= 107,853 %

𝑚𝑙 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3𝑥 𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝑥 6,354


Kadar Cu = 𝑥100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 0,1

39,2 𝑥 0,113𝑥 6,354


= 𝑥 100%
258,3 𝑥 0,1

= 108,965 %

SD = √((〖(108,409-108,409)〗^2+(108,409- 〖107,853)〗^2+〖(108,409-108,965)〗

^2)/(3-1))
= 0,556

RSD = 0,556/108,409 x100%

= 0,512%

4. Pembahasan
Jelaskan :
- Kenapa Cu ditetapkan kadarnya dengan titrasi iodometri?
Cu ditetapkan kadarnya dengan titrasi iodometri karena kadar Cu merupakan
senyawa yang bersifat oksidator dan potensial oksidasinya lebih rendah sehingga
dimasukkan ke dalam titrasi iodometri. Titrasi iodometri merupakan salah satu jenis
titrasi redoks yang melibatkan iodium dan termasuk jenis titrasi tidak langsung.
Titrasi iodometri dapat dipergunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang
memiliki potensial oksidasi yang lebih besar daripada system iodium iodide.
- Reaksi yang terjadi
I2 (padat) 2e + 2I-
Oksidasi + KI I2 + 2e
I2 + Na2s2o3 NaI + Na2S4O6
- Fungsi bahan yang digunakan
o HCl pekat untuk memberikan suasana asam dan bisa juga sebagai katalisator
o Natrium bikarbonat sebagai katalisator
o Kanji sebagai indicator
o Kalium Yodida sebagai stabilisator
o Natrium tiosulfat sebagai titran
o Aquadest sebagai pelarut
o K2Cr2O7 sebagai larutan baku
- Tujuan tiap Langkah dalam prosedur
1) Pembuatan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N yaitu timbang 6m5 gram Na2s2o3
yang masih berbentuk padatan, dimasukan kedalam labu takar 250
mL.Menambahkan 50mg Na2CO3 dan air bebas CO2 sampai tanda, tujuanya
dtambahkan air agar padatan Na2S2O3 melaurt dan menjadi sebuah larutan
2) Pembuatan larutan baku natirum tiosulfat untuk menentukan konsentrasi larutan
standar sekunder dan cara pembuatannya yaitu timbang 105 mg kalium bikromat
yang berfungsi sebagai katasisator lalu dimasukan kedalam erlenmeyer 250 ml dan
ditambahkan 50 ml air supaya kalium bikromat dapat melarut dan membentuk
larutan. goyangkan hingga melarut. Menambahkan 1,5 gram KI, Penambahann KI
bertujuan sebagai katalisator dan 1 gram Na2CO3 dan 2,5 ml HCl pekat,
penambahan HCl ini juga mempunyai fungsi memberikan suasana asam dan bisa
juga menjadi katalisator. Segera menutup erlenmeyer untuk menghindari iod bebas
bereaksi dengan oksigen (02) kemudian digoyang hingga melarut. Kemudian
Simpan di tempat gelap selama 10 menit agar iod dapat bereaksi dengan sempurna
dan membentuk perubahan warna kecoklatan. Bilas dinding erlenmeyer bagian
dalam menggunakan air. Titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sambil dikocok,
Pengocokan ini memiliki fungsi untuk menghindari penumpukan konsentrasi
tisulfat pada area tertentu, karena jika terjadi penumpukan konsentrasi tiosulfat
dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan
belerang. Kemudian setelah larutan berwarna kuning pucat, ditambahkan 1,5 ml
indikator kanji, penambahan indikator kanji harus menunggu sampai mendekati
titik akhir titrasi, agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkan sangat
sukar lepas kembali.Hal ini akan berakibat warna biru sulit lenyap sehingga titik
akhir tidak kelihatan tajam lagi. Lanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna
biru hilang.Jika warna biru sudah hilang, ini menandakan titik akhir dari titrasi tersebut.
3) Penetapan Kadar Cu dalam CuSO4.5H2O yaitu Lebih kurang 1 g tembaga sulfat,
yang ditimbang seksama, larutkan dalam air agar padatan melarut sempurna
masukkan ke dalam gelas piala, masukkan dalam labu takar 100 ml secara
kuantitatif dan tepatkan volumenya. Pipet 12,5 ml larutan, tambahkan 1 ml asam
asetat penambahan asam asetat untuk memberikan suasana asam dan 0,75 g kalium
yodida, penambahan KI sebagai penyedia iod. Titrasi yodium yang terjadi dengan
natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan indikator kanji.I2 yang didebaskan akan
beraksi dengan natrium sulfat melalui titrasi yang menghasilkan perubahan warna
menjadi putih yang menandakan bahwa semua iod yang dibebaskan telah bereaksi
dengan natrium tiosulfat dan perubahan warna menjadi putih ini menandakan telah
berakhrnya titrasi.
- kenapa indicator tidak langsung diberikan di awal titrasi?
Penambahan indikator di akhir atau saat mendekati titik akhir titrasi
dimaksudkan agar larutan kanji atau amilum tidak membungkus Iod, karena akan
menyebabkan larutan kanji sukar untuk dititrasi untuk kembali ke senyawa
semula.Proses titrasi pun harus dilakukan sesegera mungkin,hal ini disebabkan I2
yang mudah menguap.Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi
dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas.

- Dll

KESIMPULAN

1) Titrasi iodometri yaitu titrasi yang tidak langsung dimana oksidator yang dianalisa
kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai yang
selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan titrasi dengan larutan standar.
2) Dalam percobaan ini dilakukan tiga percobaan yaitu pembuatan larutan baku natrium
tiosulfat, pembakuan larutan baku natrium tiosulfat, dan Penetapan Kadar Cu dalam
CuSO4.5H2O
3) Pada percobaan pembakuan larutan baku natrium tiosulfat menunjukan hasil positif
karena warna akhir titrasi menunjukkan warna biru hilang
4) Pada percobaan penetapan kadar Cu dalam CuSO4.5H2O menunjukkan hasil yang positif
juga karena warna akhir titrasi yang dihasilkan berwarna putih keruh
5) Nilai RSD yang didapat yaitu 0,512% dan ini menunjukkan hasil dan ketepatan yang baik
karena parameter RSD yang baik yaitu < 2 %

DAFTAR PUSTAKA

Underwood, A. L & R. A Day, Jr. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif (terjemahan A. Hadyana
Pudjaatmaka) Edisi kelima. Erlangga : Jakarta

https://www.youtube.com/watch?v=FCHeO4yCUK8

Anda mungkin juga menyukai