Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIKUID


P6
SUPPOSITORIA

DIBUAT OLEH

NAMA : ABID HANIFI SAMHA


NIM : 1908010129
KELOMPOK :-
GOLONGAN : C5

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2020

1
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FTS SEMISOLID LIKUID
LAB. TEKNOLOGI FARMASI, FAK. FARMASI, UMP SEMESTER GENAP TA. 2020-2021

SUPOSITORIA Kekuatan sed : Nama : Abid Hanifi S


mg/supp NIM : 1908010129
Berat / supp : g Gol/Shift: C5
Ukuran Bets : 3 Kel :-
supp.
Sebelum Praktikum Tanggal Praktikum Setelah Praktikum
Diperiksa Oleh Diperiksa Oleh

…………………… …………………… ……………………

PREFORMULASI

No. Nama Bahan Keterangan


1. Nama Bahan Bisacodyl
2. Sinonim Alpha - (2pyridyl) benzhydry - 4, 4 - diyl di (asetat)
3. BM 361.39
4. Fungsi Stimulan laksatif

5. Kadar lazim Dewasa 5-10 mg; anak anak 5 mg

6. Deskripsi Serbuk hablur, putih sampai hamper putih, terutama terdiri dari
partikel dengan diameter lebih kecil dari 50 nanometer.

7. Keasaman / kebasaan -

8. Titik leleh 131-1350C

9. Kelarutan Praktis larut dalam air, larut dalam kloroform dan benzena, agak sukar
larut dalam etanol dan metanol, sukar larut dalam eter.

10. Stabilitas Stabil

11. Penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup

12. Inkompabilitas Tidak kompatibel dengan pengoksidasi kuat agen

No. Nama Bahan Keterangan


1. Nama Bahan Witepsol E 76
2. Sinonim Hydrogenated Coco-Glycerides, moco mono-, di- and tri-,
hydrogenated
3. BM 34
4. Fungsi Suppository base

2
5. Kadar lazim -

6. Deskripsi Hard fat

7. Keasaman / kebasaan Max 0,5

8. Titik leleh 37-390C

9. Kelarutan Lemak keras mudah larut dalam dietil eter, toluene dan n-heksana
dan sedikit larut dalam etanol anhidrat dan metilen klorida. Tidak
praktis larut dalam air.

10. Stabilitas Stabil di suhu ruang

11. Penyimpanan Penyimpanan pada suhu ruang

12. Inkompabilitas Tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat

No. Nama Bahan Keterangan


1. Nama Bahan Witepsol W 45
2. Sinonim Adeps neutralis, adeps solidious, akosoft, akosol, Cremao CS-34,
Cremao CS-36, Hydrogenated vegetable Glycerides.
3. BM 289.39 g/mol
4. Fungsi Basis lemak

5. Kadar lazim -

6. Deskripsi Berwarna putih, lemak keras dan tidak berbau

7. Keasaman / kebasaan Bersifat asam

8. Titik leleh 33,5-35,50C

9. Kelarutan Lemak keras mudah larut dalam dietileter, toluena dan n-heksana
dan sedikit larut dalam etanol anhidrat dan metilen klorida. Mereka
praktis tidak larut dalam air.

10. Stabilitas Terjadinya reaksi kimia antara basis suppositoria lemak keras dengan
obat relatif.

11. Penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup di tempat yang rapat, kering dan
terlindungi dari cahaya dibawah 250C

12. Inkompabilitas Tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat

FORMULA DAN PERHITUNGAN UNTUK PENIMBANGAN/PENGUKURAN

NO. NAMA BAHAN % PER SUPP. (….g) PER BETS (… g)

Perhitungan Hasil Perhitungan Hasil

3
1. Bisacodyl (micronized) 10 10 mg = 0,1 g 0,1 g 0,1 g x 12 1,2 g
2. Witepsol E 76 3% 3/ 100 x 895 mg 26.85 3/100 x 30 g = 0,9 g
= 26.85 g g 0,9 g
3. Witepsol W 45 97% 3/100 x 895 mg = 26.85 97/100 x 30 g 29.1 g
26.85 g g =29.1 g

PERALATAN
NAMA ALAT & JUMLAH NAMA ALAT & SPESIFIKASI JUMLAH
SPESIFIKASI
Sudip 1 Disinfektan tester 1
Mortir 1 Mosanto hardness tester 1
Stamper 1 Water bath 1
Batang pengaduk 1
Lemari es 1

4
SPESIFIKASI PRODUK JADI
Parameter Spesifikasi Metode Uji Interpretasi Referensi Hasil Uji Kesimpulan
yang Diuji Hasil Uji
Organoleptis Padat, putih, Mengamati sediaan secara fisik dengan melihat bentuk, Sesuai Padat, putih susu, bau khas Baik
bentuk warna, bau dan permukaan coklat, berbentuk torpedo
torpedo
Waktu leleh <30 menit Suppo dimasukan dalam tabung yang ditahan dalam sebuah Sesuai FI V, lampiran Rep 1 : 14,10 menit Baik
spiral glass dialiri air suhu 37oC, diamati waktu mencair <861> Rep 2 : 27,20 menit
sempurna Rep 3 : 20,10 menit
Titik leleh FI V, lampiran
<1261>
Kekerasan FI V, lampiran
<51>
Waktu hancur 1,8 – 2,0 kg Diletakan pada alat waktu hancur, lalu setiap 1 menit Sesuai Milala et al., Rep 1 : 800 gr (3,25 menit) Kurang baik
<3 menit ditambah beban 200 gr sampai sediaan suppo hancur, amati 2013 Rep 2 : 1000 gr (4,40 menit)
waktu hancur Rep 3 : 800 gr (3,65 menit)

5
SPESIFIKASI BAHAN PENGEMAS
Pot, warna putih kuning, ukuran 10 gr
PROSEDUR KERJA

Mengambil witepsol E76 sebagai basis suppositoria sebanyak 26,85 gram

Mengambil witepsol W45 sebagai basis suppositoria sebanyak 26,85 gram

Menimbang zat aktif bisacodyl sebanyak 0,1 gram

Memasukkan ke dalam witepsol E76 dan w 45 cawan ad lebur

Menambahkan witepsol E76 dan W45 ad lebur dan homogen

Memasukkan bisacodyl ke dalam cawan, aduk lebur dan homogen

Selagi panas masukkan ke dalam cetakan suppositoria

Memasukkan ke dalam freezer dan tunggu selama 10 menit

Menimbang suppositoria satu per satu untuk diuji keseragaman bobotnya

Melakukan uji evaluasi

6
DATA DAN PENGOLAHANNYA
Uji Evaluasi Hasil
Uji Organoleptis Sediaan supposittoria yang dibuat
berbentuk torpedo berwarna kuning pucat,
bau khas oleum cacao, dan berbentuk
padat.
Uji Keseragaman bobot 1 = 2,54 g
2 = 2,5 g
3 = 2,55 g
4 = 2,5 g
5 = 2,53 g
6 = 2,53 g
7 = 2,56 g
8 = 2,54 g
9 = 2,53 g
10 = 2,52 g
Uji Waktu Hancur Rep 1 = Beban 800 mg = 4,20 menit
Rep 2 = Beban 1000 mg = 3,25 menit
Rep 3 = Beban 1200 mg = 3,12 menit
Uji Waktu leleh Rep 1= 14,10 menit
Rep 2 = 27,13 menit
Rep 3 = 20,17 menit

A. Uji Organoleptis
-Parameter : Memiliki bentuk torpedo, bauk khas dan berwarna putih (Nur Afikoh dkk, 2017).
-Interpretasi : Dari data diatas, sediaan suppo memiliki bentuk torpedo bau oleum kakao dan
warna kuning pucat. Dimana hal ini menunjukan sediaan sesuai dengan syarat uji.
B. Uji keseragaman bobot
1 = 2,54 g
2 = 2,5 g
3 = 2,55 g
4 = 2,5 g
5 = 2,53 g
6 = 2,53 g
7 = 2,56 g
8 = 2,54 g
9 = 2,53 g

7
10 = 2,52 g
Rata-rata = 2,53 g
-Parameter : Dari 10 suppositoria tidak boleh lebih dari 1 suppositoria yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang di tetapkan (5%) dan
tidak satu suppositoria yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga
yang di tentukan (10%). (Nur Afikoh dkk, 2017).
-Interpretasi : Rata-rata keseragaman bobot suppo adalah 2,53 dimana jika di bandingkan
dengan suppo no 1-10 tidak ada 1-2 suppo yang memiliki nilai menimpang dari 5% dan 10%.

C. Uji waktu hancur


Rep 1 = Beban 800 mg = 4,20 menit
Rep 2 = Beban 1000 mg = 3,25 menit
Rep 3 = Beban 1200 mg = 3,12 menit
Rata-rata beban = 1000 mg

-Parameter : Tidak kurang dari 1.8 kg – 2.0 kg. (Milala dkk,2013).


-Interpretasi : Dari hasil rata-rata beban yang didapat (3x replikasi) adalah 1kg dimana berat
tersebut tidak memenuhi prasyart waktu hancur sediaan suppo, sehingga dianggap tidak
sesuai dengan parameter uji.

D. Uji waktu leleh


Rep 1= 14,10 menit
Rep 2 = 27,13 menit
Rep 3 = 20,17 menit
Rata-rata = 20,47 menit

-Parameter : <30 menit dan idak melebihi dari 37oC (FI V, lampiran <861>).
-Interpretasi : Dari hasil rata-rata waktu leleh yang didapat (3x replikasi) adalah 20,47
menit dimana rentang waktu tersebut tidak memenuhi prasyart waktu leleh sediaan
suppo, sehingga dianggap tidak sesuai dengan parameter uji.

8
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yang berjudul “Suppositoria” mempunyai tujuan yaitu meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan mahasiswa tentang sediaan suppositoria dan meningkatkan
ketrampilan teknik mahasiswa dalam proses pembuatan sediaan suppositoria. Suppositoria adalah
sediaan padat dalam bergai bobot dan bentuk yangdiberikan melalui rectal,vagina atau uretra
(Dijen Pom,1995)

Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo,
dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh (Anief, 1987)

Jadi, Suppositoria dapat didefisinisikan sebagai sediaan pada yang berbentuk torpedo yang
biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area tubuh, sediaan ini
ditunjukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar atau butuh penanganan cepat.
Keuntungan dari sediaan suppositoria adalah dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung,
dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung, obat dapat masuk
langsung ke dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan
obat per oral.

Basis suppositoria ada tiga yakni yang pertama basis berlemak yaitu lemak coklat (ol.
Cacao) kemudian ada basis yang dapat dicampur dengan air seperti PEG (polietilenglikol atau
carbowax), gelatin, gelatin tergliserinasi. Dan ada basis lain yakni pembentuk emulsi A/M, missal
campuran tween 60 sebanyak 85% dengan gliserin larut 15 %.

Pada praktikum kali ini zat aktif yang digunakan adalah bisacodyl. Bisacodyl adalah obat
untuk mengatasi sulit buang air besar atau sembelit. Obat ini juga bisa digunakan untuk
membersihkan usus sebelum pemeriksaan medis atau operasi. Bisacodyl bekerja dengan cara
meningkatkan pergerakan usus, sehingga feses dapat lebih mudah dikeluarkan oleh tubuh.

Bahan-bahan yang digunakan adalah bisacodyl sebagai zat aktif. Witepsol E76 sebagai fatty
bases. Witepsol W45 sebagai basis suppositoria. Cara kerjanya adalah Timbang semua bahan,
Bisocodyl, Witepsol E76, Witepsol W45. Kemudian meleburkan Witepsol E76 dan Witepsol W45
diatas water bath dan siapkan mortir panas. Lalu masukkan Bisocodyl kedalam mortir panas dan
lebur ad homogeny. Selanjutnya selagi panas masukkan kedalam cetakan suppositoria. Kemudian
masukkan cetakan supo kedalam freezer lemari es. Lalu biarkan hingga kering lalu keluarkan dari
cetakan.

Setelah sediaan suppositoria jadi, selanjutnya yaitu melakukan uji evaluasi yang bertujuan
agar mengetahui sediaan suppositosia yang dibuat memenuhi parameter atau tidak dan
mengetahui kelayakan sediaan. Uji evaluasi yang dilakukan adalah uji organoleptis, ujikeseragaman
bobot, uji waktu hancur, dan uji waktu leleh.
9
a) Uji Organoleptis
Uji organoleptos meliputi homogenitas warna, bentuk, dan kondisi permukaan yang
bertujuan untuk mengetahui bentuk fisik suppositoria. Berdasarkan hasil pengamatan
sediaan supposittoria yang dibuat berbentuk torpedo berwarna kuning pucat, bau khas
oleum cacao, dan berbentuk padat. Hasil uji organoleptis yang baik adalah berwarna putih
kekuningan, berbentuk runcing (torpedo), berbau cokelat, tidak retak dan tidak berlubang
(Pharmaseutical Journal Indonesia). Kesimpulannya yaitu hasil dari praktikum
menunjukkan bahwa supositoria sudah sesuai dengan ketentuan standar.
b) Uji Keseragaman Obat
Uji ini bertujuan untuk mengetahui bobot tiap sediaan, uji ini bisa juga sebagai indicator
keragaman zat aktif. Persyaratan tidak boleh lebih dari 2 suppositoria yang masing-masing
bobotnya menyimpang leboh dari 5% dan 10% berdasarkan bobot rata-ratanya. Dari hasil
praktikum didapatkan rata-rata 2,53 gram, hasil yang diperoleh tidak ada penyimpangan
pada bobot sediaan dari bobot rata-ratanya, sehingga dinyatakan sesuai dengan
parameter.
c) Uji Waktu Hancur
Pada uji ini juga dilakukan uji kekerasan suppositoria. Berdasarkan literature, persyaratan
kekerasan untuk suppositoria adalah 1,8 kg hingga 2,0 kg. Pada saat praktikum didapatkan
hasil rata-rata waktu 3,52 detik dan rata-rata beban 1 kg, dari hasil ini disimpulkan
suppositoria kurang baik digunakan karena rata-rata bebannya hanya 1 kg sedangkan
parameternya 1,8 kg. Dan juga setiap dilakukan replikasi, beban ditambah per 200 gram,
waktu hancur dihitung dan mendapat hasil rata-rata 3,52 detik sehingga beban tambahan
dianggap tidak ada karena parameter agar beban dihitung sepenuhnya adalah 41-60 detik.
d) Uji waktu leleh
Uji Waktu leleh dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan suppositoria dapat
meleleh pada suhu rektal sehingga bisa bercampur dengan feses. Berdasarkan perhitungan
diatas menunjukan rata-rata yang diperoleh yaitu 20 menit 47 detik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa suppositoria yang dibuat telah memenuhi syarat uji waktu leleh
suppositoria yaitu kurang dari 30 menit

Berdasarkan semua hasil uji dan evaluasi, maka dapat disimpulkan bahwa sediaan
suppositoria yang dibuat kurang baik karena ada uji yang tidak memenuhu syarat yaitu uji
kekerasan.

Selain uji-uji evaluasi tadi, uji pH juga sangat diperlukan. Uji pH ini dilakukan dengan
simulasi buffer pH 7,4 seolah-olah sediaan tersebut sedang berada dalam tubuh. pH rectum
biasanya berkisar antara 7,2-7,4. Kerugian penggunaan obat dalam sediaan suppositoria yaitu
suppositoria meleleh pada udara yang panas. Jika menggunakan basis oleum cacao dapat menjadi
10
tengik pada penyimpanan yang lama, dianggap tidak aman. Dan harus dalam kondisi penyimpanan
yang tepat (kering, dingin), bebas dari udara

11
KESIMPULAN
1. Mahasiswa telah meningatkan pemahaman dan pengentahuan tentang sediaan
suppositoria dan meningkatkan ketrampian teknik dalam proses pembuatan sediaan
suppositoria.
2. Uji Waktu hancur suppositoria yang baik adalah lebih dari 3 menit. Sedangkan persyaratan
kekerasan untuk suppositoria adalah 1,8 kg hingga 2,0 kg
3. Syarat uji waktu leleh suppositoria yaitu kurang dari 30 menit
4. Uji Evaluasi yang dilakukan adalah :
a) Uji organoleptis : memenuhi syarat.
b) Uji keseragaman bobot : memenuhi syarat.
c) Uji waktu hancur : memenuhi syarat.
d) Uji waktu leleh : memenuhi syarat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anief, 1995. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai