Anda di halaman 1dari 13

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU


NOMOR : 068/PR-Per.Dir/I/ 2015
TENTANG
PANDUAN PERACIKAN OBAT
RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI

PANDUAN
PERACIKAN OBAT
RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI

BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan professional yang
sangat komplek karena padat modal, padat teknologi, dan padat profesi.
Instalasi Farmasi sangat berperan penting terhadap pelayanan di suatu rumah
sakit,karena di instalasi farmasi inilah para pasien pendapatkan obat terapi yang sudah di
tulis atau di resepkan oleh dokter.
Farmasi tidak bisa lepas dari obat sedangkan definisi obat tersebut adalah suatu
bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional .
Ada beberapa bentuk sediaan obat,salah satunya adalah obat racikan.
Meracik Obat ini penting terutama untuk Apoteker dan Asisten Apoteker karena
tidak semua dokter menghendaki obat diberikan dalam bentuk sediaan tunggal. Ada
beberapa resep dokter yang menginginkan obat diberikan kepada pasien dalam bentuk
racikan.
RS. Panti Rahayu juga membakukan beberapa jenis obat racikan atas permintaan
dokter.

1
B. DEFINISI
Meracik Obat adalah mencampur beberapa bahan obat menjadi satu dalam bentuk
sediaan lain. Obat yang diracik berupa tablet atau salep/ krim.

C. TUJUAN
1. Memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada pasien terutama pasien anak-anak.
2. Memotivasi pasien dalam kepatuhan mengkonsumsi obat sehingga pengobatan
tercapai maximal.
3. Menyesuaikan dosis sesuai dengan umur dan berat badan pasien.

BAB II. RUANG LINGKUP KEGIATAN


2
Instalasi farmasi
1. Peresepan obat racikan
2. Pembacaan resep obat racikan
3. Penyiapan dan persiapan
4. Pengerjaan resep obat racikan
5. Penyimpanan
6. Pelabelan
7. Penyerahan obat dan edukasi pasien
8. Monitoring dan evaluasi

BAB III. TATA LAKSANA

3
1. Peresepan
a. Dokter penanggungjawab pasien di RS. Panti Rahayu yang telah memiliki STR dan
SIP.
b. Dokter dari luar RS. Panti Rahayu yang telah memiliki STR dan SIP, serta dengan
kelengkapan resep yang telah di atur dalam Kebijakan dan Pedoman Pelayanan RS.
Panti Rahayu.

2. Persyaratan obat racikan


Jumlah obat yang boleh diracik dibatasi 3 macam/item obatnya.
Untuk meminimalkan ketidakseragaman bobot maka pembagian puyer hanya boleh
dibagi maksimal 30 bungkus/ kapsul atau untuk pemakaian 30 hari (khusus pasien
yang mengkonsumsi obat yang rutin).
Ruang tempat peracikan harus selalu diperhatikan suhu, kelembabannya, dan
kebersihan ruangan. Apabila di dalam resep dokter ada obat antibiotik yang harus
diracik, baik syrup maupun puyer maka obat tersebut harus diracik dan dikemas
secara terpisah dari obat racikan lainnya.
Apabila pasien anak-anak dihendaki obat antibiotik, maka diusahakan diberikan
dalam bentuk sediaan jadi yang berupa syrup. Jika dokter menghendaki diberikan
antibiotik puyer, maka antibiotik puyer harus terpisah dari puyer yang lainnya.
Obat yang tidak boleh diracik, adalah :
1) Tablet salut enterik tablet tidak tahan dengan asam lambung, sehingga
didesain pelepasan zat aktifnya hancur dalam usus.
2) Tablet sustained released tablet yang diformulasikn pelepasan zat aktifnya
lepas lambat/ bertahap dalam jangka waktu lama.
3) Tablet effervecent.
4) Tablet Lozenges tablet dihisap seperti permen, sebagai antiseptik pada
mukosa mulut atau tenggorokan.
5) Tablet sublingual diletakkan di bwh lidah, diabsorpsi melalui mukosa
6) Tablet yang dimasukkan ke dalam rongga-tubuh (misal : suppositoria dan
tablet vagina).

3. Penyiapan Resep Obat Racikan

4
a. Petugas farmasi mengecek transaksi input data dengan resep dokter
b. Petugas farmasi menyiapkan obat racikan sesuai dengan resep dokter.
c. Obat yang akan diracik dimasukkan ke dalam tempat pot obat.
d. Obat yang akan diracik diberi identitas nama pasien, bentuk sediaan (puyer/kapsul) dan
jumlah yang dikehendaki dalam resep.
e. Petugas farmasi meracik obat sesuai dengan bentuk sediaan dan jumlah yang
dikehendaki dalam resep

4. Pengerjaan resep racikan


a. Persiapan Petugas:
Petugas memakai APD meliputi jas, penutup kepala, sarung tangan serta memakai
alas kaki yang tertutup.
Petugas melakukan cuci tangan sesuai prosedur hand hygiene.
b. Persiapan alat dan tempat peracikan
Sebelum dipergunakan untuk proses peracikan semua alat harus dalam kondisi
bersih.
Sebelum dan sesudah dipergunakan untuk proses peracikan, semua alat
dibersihkan dengan kapas alcohol.
Alat-alat yang dipakai untuk peracikan puyer, kapsul, atau pun salep/krim harus
dipisahkan dalam penggunaannya.

Prosedur:
Puyer dengan satu dan beberapa jenis obat
1. Petugas farmasi menyiapkan bahan obat yang akan dibuat puyer, lepaskan dari
kemasannya.
2. Petugas farmasi menyiapkan Mixer atau Mortir/ stamfer.
3. Petugas farmasi membersihkan mixer atau mortir/ stamfer yang akan digunakan
dengan kapas alcohol.
4. Petugas farmasi memasukkan bahan obat yang akan diracik ke dalam mixer atau
mortir.
5. Petugas farmasi memixer/menggerus racikan bahan obat tersebut hingga halus dan
homogen.
6. Petugas farmasi menyiapkan kertas puyer, sesuai dengan jumlah yang dikehendaki

5
- Apabila massa obat tersebut sedikit maka menggunakan ketas puyer lipat
- Apabila massa obat tersebut banyak maka mengunakan kertas puyer press
7. Petugas farmasi membagi obat tersebut di atas kertas puyer yang sudah disiapkan,
pastikan massa obat tersebut sama.
8. Petugas farmasi melipat / merekatkan/mengepress kertas puyer tersebut
- Apabila menggunakan kertas puyer lipat : lipat kertas puyer tersebut .
- Apabila menggunakan kertas puyer pres : letakkan kertas puyer untuk dipress.
9. Petugas farmasi memasukkan sediaan puyer yang sudah jadi tersebut kedalam plastik
klip pasien yang telah disiapkan/diberi etiket.

Capsul
1. Petugas farmasi menyiapkan bahan obat yang akan dibuat capsul, lepaskan dari
kemasannya.
2. Petugas farmasi menyiapkan Mixer atau Mortir/ stamfer.
3. Petugas farmasi membersihkan mixer atau mortir/ stamfer yang akan digunakan
dengan kapas alcohol.
4. Petugas farmasi memasukkan bahan obat yang akan diracik ke dalam mixer atau
mortir.
5. Petugas farmasi mencampur/menggerus racikan bahan obat tersebut hingga halus dan
homogen.
6. Petugas farmasi menyiapkan kertas puyer, sesuai dengan jumlah yang dikehendaki.
7. Petugas farmasi membagi obat tersebut di atas kertas puyer yang sudah disiapkan,
pastikan massa obat tersebut sama.
8. Petugas farmasi menyiapkan capsul kosong sesuai dengan ukuran massa yang telah
dibagi.
9. Petugas farmasi memasukkan racikan yang telah dibagi kedalam capsul kosong.
10. Petugas farmasi memasukkan sediaan capsul yang sudah jadi tersebut kedalam plastik
klip pasien yang telah disiapkan/diberi etiket.

Larutan
1. Petugas farmasi menyiapkan dry syrup/sirup kering yang sudah diresepkan oleh
dokter.
2. Petugas farmasi menyiapkan air aqua kedalam gelas ukur, yang akan digunakan untuk

6
melarutkan sirup kering, sesuai brosur/label obat.
3. Petugas farmasi membuka tutup sirup kering dan memasukkan air aqua yang telah
disiapkan kedalam botol sirup kering.
4. Petugas farmasi menutup tutup botol sirup tersebut, dan mengkocok larutan hingga
tercampur secara homogen.

Salep/krim
1. Petugas farmasi menyiapkan bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam pembuatan
salep/krim sesuai yang diresepkan dokter.
2. Petugas farmasi menimbang bahan yang dikehendaki sesuai resep (Jika ada bahan yang
perlu ditimbang).
3. Petugas farmasi menyiapkan mortir/ stamfer.
4. Petugas farmasi membersihkan mortir/ stamfer yang akan digunakan dengan kapas
alcohol.
5. Petugas farmasi mencampur bahan secara lege artis, (pencampuran dilakukan dari
bahan dengan berat yang paling sedikit).
6. Apabila ada bahan dalam bentuk cair, maka petugas farmasi menambahkan sedikit
demi sedikit sambil terus dilakukan pengadukan hingga homogen/ merata.
7. Petugas farmasi memasukkan campuran salep tersebut dalam pot yang bersih.
8. Petugas farmasi meletakkan dalam mangkuk obat pasien yang telah disiapkan, untuk
diberi label/etiket warna biru (untuk obat luar).

Obat racikan yang dibakukan


1. Petugas farmasi menyiapkan bahan obat yang akan dibuat capsul, lepaskan dari
kemasannya.
2. Petugas farmasi menyiapkan Mixer atau Mortir/ stamfer.
3. Petugas farmasi membersihkan mixer atau mortir/ stamfer yang akan digunakan
dengan kapas alcohol.
4. Petugas farmasi memasukkan bahan obat yang akan diracik ke dalam mixer atau
mortir.
5. Petugas farmasi mencampur/menggerus racikan bahan obat tersebut hingga halus dan
homogen.
6. Petugas farmasi menyiapkan kertas puyer, sesuai dengan jumlah yang dikehendaki.

7
7. Petugas farmasi membagi obat tersebut di atas kertas puyer yang sudah disiapkan,
pastikan massa obat tersebut sama.
8. Apabila pembuatan dikehendaki dalam sediaan puyer, petugas farmasi melipat kertas
puyer tersebut.
9. Apabila pembuatan dikehendaki dalam sediaan capsul, petugas farmasi menyiapkan
capsul kosong dengan ukuran sesuai massa obat yang telah dibagi.
10. Petugas farmasi memasukkan racikan yang telah dibagi kedalam capsul kosong.
11. Petugas farmasi memasukkan kedalam tempat obat yang telah disediakan dengan
diberi bahan pengering.
12. Petugas farmasi memberikan label didalam tempat obat tersebut.

5. Jenis obat racikan yang dibakukan


Nama Obat yang dibakukan Kandungan
1. Capsul CTM 1/3 Lupred Ctm 1/3 tablet
Lupred 5 mg 1 tablet
2. Capsul CTM Lupred Ctm 1/2 tablet
Lupred 5 mg 1 tablet
3. Capsul Trifed Lupred Trifed 1/2 tablet
Lupred 5 mg 1 tablet
4 Capsul Trifed 1/3 Lupred Trifed 1/3 tablet
Lupred 5 mg 1 tablet
5. Capsul Mual Damaben 1 tablet
Chlorpromazin 25 mg
Trihexypenidil 1 tablet
6. Capsul Mual Damaben 1/2 tablet
Chlorpromazin 12.5 mg
Trihexypenidil 1/2 tablet
7. Capsul Sesden Sesden 1/2 kapsul
Ctm 1/3 tablet
Lupred 5 mg
8. Capsul Scanditen 1/2 Trifed 2/3 tablet
Scanditen 1/2 tablet
9. Capsul Scanditen 2/3 Trifed 1/2 tablet
Scanditen 2/3 tablet
11. Puyer KCL 500 mg KCL powder 500 mg

12. Puyer KCL 250 mg KCL powder 250 mg

6. Penyimpanan
a) Penyimpanan obat racikan sama seperti obat obat lain, yaitu di dalam suhu ruangan

8
dan tidak boleh terkena cahaya sinar matahari langsung.
b) Penyimpanan harus diberi bahan pengering.

7. Pelabelan
Pelabelan ditulis/ditempelkan setelah obat dimasukkan dalam wadah.
Pelabelan Obat Produksi Kembali disertai batas waktu penggunaan produk obat
setelah diracik/ Beyond Use Date (BUD).
- Nama obat
- Dosis obat
- Tanggal persiapan
- Tanggal kadaluarsa (BUD)
- Nama / paraf petugas pembuat
Penentuan Beyond Use Date (BUD), menurut dari jenis formulasinya, yaitu :
a) Formulasi padat: beyond use date dihitung dari 25% dari waktu kadaluarsa
yang tertera atau 6 bulan. Beyond use date yang diambil adalah waktu
kadaluarsa yang terpendek.
b) Formulasi mengandung air: beyond use date dihitung kurang dari 14 hari jika
disimpan dalam suhu dingin. Kecuali untuk sirup kering antibiotik yang telah
dilarutkan dengan air, beyond use date adalah 7 hari.
c) Formulasi lain: beyond use date adalah maksimal untuk dari 30 hari atau
tergantung durasi terapi.

8. Penyerahan obat dan Edukasi Pasien


Penyerahan obat racikan dilakukan oleh petugas farmasi dengan menggunakan
prinsip 6 Benar.
o Benar nama pasien
o Benar nama obat
o Benar dosis obat
o Benar waktu pemberian obat
o Benar rute pemberian obat
o Benar pendokumentasian
Petugas farmasi harus melakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap obat yang
akan diberikan kepada pasien.

9
Pengecekan resep setelah resep diinput, yaitu : Pengecekan pertama dilakukan oleh
petugas farmasi yang menyiapkan obat racikan, selanjutnya pengecekan yang kedua
dilakukan oleh petugas farmasi yang akan meracik obat, pengecekan ketiga
dilakukan oleh petugas farmasi yang akan menyerahkan obat kepada pasien.
(petugas farmasi yang mengecekan tidak boleh dilakukan oleh 1orang).
Sesaat sebelum memberikan obat ke pasien petugas farmasi mengidentifikasi
pasien(nama dan tanggal lahir/alamat), pasien juga dapat berperan sebagai pengecek
(dengan identifikasi pasif) jika memungkinkan.
Dalam menyerahkan obat kepada pasien, petugas farmasi melakukan edukasi kepada
pasien meliputi: cara penggunaan obat, batas waktu pemakaian (antibiotik), dan
fungsi dari obat tersebut.

9. Monitoring dan Evaluasi


Obat-obat racikan yang dibakukan dilakukan monitoring 1 minggu sekali dengan cara
membuka kembali kemasan dan dilihat adakah perubahan warna/ fisik kemasan
puyer/ capsul.
Apabila terjadi reaksi/perubahan warna/ perubahan bentuk, maka dilakukan
pemantauan cara penyimpan obat racikan tersebut.

BAB IV. DOKUMENTASI


Dokumentasi untuk peracikan:
1. Petugas farmasi yang meracik memberi tanda pada resep tersebut
2. Petugas P4 yang bertugas memberi etiket, menuliskan nama petugas input resep, nama

10
petugas yang meyiapkan racikan, dan membuat racikan serta nama petugas yang
menyiapkan obat/memberi etiket obat dikolom validasi resep.
3. Petugas P5 yang bertugas menyerahkan obat ke pasien, menuliskan nama pada kolom
validasi saat menyerahkan obat kepada pasien.

BAB V. PENUTUP
Demikianlah panduan ini disusun sebagai panduan peracikan obat . P ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu Panduan akan dievaluasi kembali setiap 2 sampai 3 tahun
sesuai dengan tuntutan layanan dan standar akreditasi baik Akreditasi Nasional 2012

11
maupun standar internasional.

` Direktur,

Dr. Sunarima, M. Kes.

DAFTAR PUSTAKA
The United States Pharmacopeial Convention.2013. (795) Pharmaceutical Compounding-
NonSterile Preparation. Revision Bulletin Official.January 1, 2014.

12
13

Anda mungkin juga menyukai