. Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Hanny Tanasal, Sp. KK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
1
TERAPI ANTI ANDROGEN UNTUK JERAWAT PADA WANITA
Kata kunci:
Pendahuluan
2
pada populasi wanta dewasa, bahkan bila tidak berhasil dengan terapi sistemik lain.
Tinjauan ini membahas terapi hormonal yang meliputi asetat siproteron,
spironolakton dan flutamida. Kontasepsi dengan aktivitas androgenik dan terapi
topikal tidak dibahas dalam artikel ini.
Patogenesis
Androgen pada wanita berasal dari 3 sumber: ovarium, kelenjar adrenal dan
konversi perifer. Sebelum masa pubertas, kelenjar adrenal memproduksi sejumlah
besar dehidroepiandrosterone (DHEAS) yang dimetabolisme menjadi androgen aktif
di kulit. Androgen meyebabkan pembesaran pada kelenjar sebasea dan meningkatkan
produksi sebum.Peningkatan atau perubahan produksi sebum dibawah pengaruh
androgen merupaka tahapan penting dalam pembentukan jerawat pada semua
populasi.Peningkatan sensitivitas unit pilosebaseus terhadap androgen juga diyakini
sebagai salah satu penyebab jerawat.Di kulit, reseptor androgen berlokasi di kelenjar
sebaseus dan di bagian luar batang dan folikel rambut.Sebosit dan keratinosit di
infundibulum folikel pilosebaseus pada pasien yang megalami jerawat memiliki
reseptor androgen yang banyak dan lebih sensitif dibandingkan subjek normal.
3
parah secara klinis saat pubertas. Peningkatan DHEA-S juga berhubungan dengan
klinis jerawat pada sebagian pasien dengan PCOS. Fluktuasi androgen yang terjadi
selama siklus mentruasi memperngaruhi gejolak selama siklus, termasuk gejolak
yang muncul saat premenstruasi yaitu jerawat.
4
normal dapat mengarah ke tumor ovarium. Kadar DHEA yang tinggi (>8000 ng/mL)
mengarah ke tumor adrenal. Peningkatan sedikit kadar DHEA (4000-8000 ng/mL)
ditemukan ada CAH, PCOS dan penyakit Chusing. Kadar 17-OHP yang tinggi dan
uji adrenokotikotropik hormon (ACTH) yang positif menjadi dasar diagnosa CAH.
Siproteron asetat
Terapi menggunakan CPA sebaiknya dimulai pada hari pertama atau kelima
pada sikluas menstruasi dan sebaiknya dihentikan pada hari ke 14 sebelum ovulasi.
Bila digunakan sendiri, dosis yang direkomendasikan yaitu 50-100 mg/hari.
5
Penelitian menunjukan bahwa perbaikan secara keseluruhan pada jerawat terlihat
pada 75-90% kasus.
Efek samping dari CPA yaitu menstruasi yang tidak teratur, nyeri payidara,
retensi cairan, nyeri kepala dan mual. Efek samping yang paling diwasapadai yaitu
toksisitas hati, yang tergantung pada dosis yang dipakai. Angka ketidakteraturan
menstruasi menurun secara signifikan bila CPA dikombinasi dengan estrogen.
Selama 10-15 hari pertama siklus menstruasi, CPA dengan dosis 12,5-50
mg/hari dapat ditambahkan dengan COC yang sudah mengandung CPA. Dengan cara
ini, dapat mencegah menstruasi yang tidak teratur selama terapi CPA saja. Sebuah
tulisan meninjau manfaat dan risiko co-cyprindiol pada penelitian di Prancis tentang
risiko tromboembolisme vena dan menyimpulkan bahwa “keseimbangan manfaat dan
risiko masih positif” untuk terapi masalah kulit yang berkaitan dengan sensitifitas
androgen seperti jerawat berat dengan atau tanpa seborea.
Spironolakton
6
sehari, dikonsumsi bersama makanan, telah menunjukan penurunan angka eksresi
sebum sebanyak 30-50% dan memperbaiki kondisi jerawat. Perbaikan klinis kerawat
biasanya akan terlihat setelah 3 bulan dan dosis rumatan efektif berkisar antara 25-50
mg perhari.
Namun tinjauan Cochrane pada tahun 2009 mengatakan bahwa terlalu sedikit
bukti untuk menggunakan spironolakton untuk mengatasi jerawat karena terbatasnya
jumlah percobaan dan jumlah sampel penelitian yang sediktit. Sebaiknya obat ini
digunakan untuk terapi pada kasus-kasus yang resisten terhadap terapi konvensional,
dan akan berguna bila digunakan di negara dimana terapi hormonal merupakan
sebuah kontraindikasi atau dimana tidak tersedia pengoabtan.
Efek buruknya tergantung pada dosis. Dosis rendah 25-50 mg sehari biasanya
ditoleransi dengan baik. Efek samping yang sering terjadi yaitu diuresis, menstruasi
tidak teratur, nyeri atau pembesaran payudara, penurunan libido dan hiperkalsemia.
Efek samoing ini biasanya ringan dan penurunan dosis cukup untuk menguranginya.
Perdarahan mestruasi yang tidak teratur dan efek samping lain dapat diperbaiki bila
menggunakan spironolakton dikombinasi dengan estrogen.
7
kehamilan, FDA) dan kemungkinan berdampak pada abnormalitas genitalis fetus
laki-laki, seperti hipospadia.
Flutamid
8
Kesimpulan