Anda di halaman 1dari 2

Terapi oksigen hiperbarik dilakukan pada suatu ruang hiperbarik (hyperbaric chambers)

yang dibedakan menjadi 2, yaitu multiplace dan monoplace. Multiplace dapat digunakan untuk
beberapa penderita pada waktu bersamaan dengan bantuan masker tiappasiennya, sedangkan
pada monoplace digunakan untuk pengobatan satu orang pasien saja. Pasien dalam suatu ruangan
menghisap oksigen tekanan tinggi (100%) atau pada tekanan barometer tinggi. Kondisi kamar
terapi harus memiliki tekanan udara yang lebih besar dibandingkan tekanan di dalam jaringan
tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu menyelam atau di dalam
ruang udara yang bertekanan tinggi yang dirancang baik untuk kasus penyelaman maupun
pengobatan penyakit klinis. Tekanan atmosfer pada permukaan air laut sebesar 1 atm. Setiap
penurunan kedalaman 33 kaki, tekanan akan naik 1 atm. Tiap terapi diberikan selama 2 sampai 3
ATA, menghasilkan 6 ml oksigen terlarut dalam 100 ml plasma, dan durasi rata-rata terapi
sekitar 60-90 menit. Dosis yang digunakan tidak boleh lebih dari 3 ATA karena tidak aman
untuk pasien selain berkaitan dengan lamanya perawatan yang dibutuhkan, juga dikatakan bahwa
tekanan diatas 2,5 ATA mempunyai efek imunosupresif.

Prinsip kerja terapi oksigen hiperbarik diawali dengan pemberian oksigen 100% tekanan
2-3 ATM. Tahap selanjutnya dilanjutkan dengan pengobatan decompression sickness. Kondisi
ini akan memicu meningkatnya fibroblast dan angiogenesis yang menyebabkan neovaskularisasi
jaringan luka, sintesis kolagen, dan peningkatan efek fagositik leukosit. Kemudian akan terjadi
peningkatan dan perbaikan aliran darah mikrovaskular. Densitas kapiler meningkat sehingga
daerah yang mengalami iskemia akan mengalami reperfusi.

Sebagai respon, akan terjadi peningkatan nitrit oksida (NO) hingga 4-5 kali dengan
diiringi pemberian oksigen hiperbarik 2-3 ATA selama 2 jam. Pada sel endotel ini oksigen juga
meningkatkan intermediet vascular endothelial growth factor (VEGF). Melalui siklus krebs akan
terjadi peningkatan nikotinamid adenine dinukleutida hydrogen (NADH) yang memicu
peningkatan fibroblast. Fibroblast diperlukan untuk sintesis proteoglikan dan bersama dengan
VEGF akan memicu sintesis kolagen pada proses remodeling, salah satu tahapan dalam
penyembuhan luka. Oksigen penting dalam hidroksilasi lisin dan prolin selama proses sintesis
kolagen dan untuk penyatuan dan pematangan kolagen. Kekurangan oksigen dalam jumlah yang
signifikan akan menyebabkan gangguan sintesis kolagen.
Pada bagian luka juga terdapat bagian tubuh yang mengalami edema dan infeksi. Di
bagian edema ini terdapat radikal bebas dalam jumlah yang besar. Daerah edema ini mengalami
kondisi hipooksigenasi karena hipoperfusi. Peningkatan fibroblast sebagaimana telah disinggung
sebelumnya akan mendorong terjadinya vasodilatasi pada daerah edema tersebut. Jadilah kondisi
daerah tersebut menjadi hipervaskular, hiperseluler, dan hiperoksia. Dengan pemaparan oksigen
tekanan tinggi, terjadi peningkatan IFN-γ, i-NOS dan VEGF. IFN-γ menyebabkan TH-1
meningkat yang berpengaruh pada sel β sehingga terjadi peningkatan Ig-G. dengan
meningkatnya Ig-G, efek fagositosis leukosit juga akan meningkat. Oksigen hiperbarik
meningkatkan pembentukan radikal bebas oksigen, kemudian mengoksidasi protein dan
membrane lipid bakteri, menghancurkan DNA, dan menghambat fungsi metabolic bakteri.
Enzim superoksid dismutase, katalase, glutation, dan glutation reductase menyebabkan
penghambatan pembentukan radikal bebas oksigen sampai nantinya kadar oksigen melebihi
kadar konsentrasi enzim-enzim tersebut. Sehingga pada akhirnya, oksigen akan mengaktifkan
peroksidase yang akan menghancurkan bakteri.

Anda mungkin juga menyukai