Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

POLYCYTIC OVARY SINDROME (PCS)

OLEH
KOMANG SANJAYA
KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI S1 NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA
2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
dengan Berkat dan Rahmatnya saya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
POLYCYSTIC OVARY SYNDROME di kampus Stikes Widya Nusantara Palu.
Dalam kesempatan kali ini saya juga meyampaikan banyak terima kasih kepada
pembimbing Wijra ramadani yang sudah membimbing sejak awal hingga
selesainya makalah ini,saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna,hal ini karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan saya untuk itu
saya sangat berterima kasih bila pembaca sudi memberikan kritik dan saran.Akhir
kata semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah informasi dan
pengetahuan
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumus Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologo
2.3 Fatofisiologi
2.4 Manefistasi Klinis
2.5 Penatalaksanaan
2.6 Komplikasi
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah salah satu penyebab terbanyak
kelainan endokrin yang melibatkan 5%-10% wanita dalam masa reproduksi.1
Sindrom ini terdiri dari gabungan antara gambaran klinik, gambaran
ultrasonografi dan laboratorium yaitu oligo/amenorrhoea, oligo/anovulation,
hirsutism, hyperandrogenaemia, morfologi ovarium yang spesifik,
hyperinsulinaemia dan resistensi terhadap insulin.
1. Definisi yang paling dapat diterima secara internasional pada saat ini
adalah yang diadopsi pada tahun 2003 oleh European Society for Human
Reproduction dan Embryology and the American Society for Reproductive
Medicine, yang dikenal dengan ESHRE/ASRM Rotterdam consensus.
2. Dalam konsensus ini diperlukan adanya dua dari tiga kriteria diagnosa
yaitu : (1) oligoamenorrhoea atau anovulation, 2. Gejala hiperandrogen baik
secara klinik maupun biokimia,
3. adanya gambaran morfologi ovarium yang polikistik dengan USG.
Selain kriteria di atas, etiologi lain seperti Cushing Syndrome, androgen
producing tumours dan Congenital adrenal hyperplasia harus di singkirkan.
Etiologi PCOS di dasarkan atas dua konsep besar3 yaitu : hiperandrogenisme dan
resistensi terhadap insulin. Hormon androgen mengalami aromatisasi di jaringan
perifer menjadi estrogen, menyebabkan ketidakseimbangan sekresi luteinizing
hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) pada tingkat pituitari yang
menyebabkan hipersekresi LH endogen. LH ini sangat kuat menstimulasi
produksi androgen didalam ovarium. Konsep ini diperkuat dengan adanya
hiperinsulinemia pada pasien PCOS. Insulin seperti juga LH menstimulasi
langsung biosintesis hormon steroid di ovarium, terutama androgen ovarium.
Lebih lanjut, insulin menyebabkan menurunnya produksi sex hormone binding
globulin (SHBG) di dalam hati, sehingga menyebabkan meningkatnya kadar
androgen bebas. Dengan demikian kedua jalur diatas akan menstimulasi sel theca
dari ovarium sehingga terjadi peningkatan produksi androgen dari ovarium yang
menyebabkan terganggunya folikulogenesis, kelainan siklus haid dan
oligo/anovulasi kronik. Dikarenakan hiperinsulinemia dan resistensi terhadap
insulin dapat mempengaruhi terjadinya hiperandrogenisme, obat-obat yang dapat
memperbaiki resistensi insulin dan menurunkan Universitas Sumatera Utara 2
tingkat sirkulasi insulin dapat dipergunakan untuk pasien PCOS. Jenis obat ini
yang paling banyak dilakukan penelitian dan dipergunakan untuk penderita PCOS
adalah metformin.
4. Metformin sangat baik dipakai untuk penderita PCOS, terutama yang
resisten terhadap Clomiphene Citrate. Dalam beberapa penelitian dilaporkan
bahwa pemakaian metformin untuk penderita PCOS dapat memperbaiki siklus
menstruasi dan juga meningkatkan sensitivitas reaksi obat untuk induksi ovulasi,
terutama pada penderita yang resisten terhadap Clomiphene Citrate (CC).
5 Walaupun pemakaian metformin pada penderita PCOS begitu popular,
akan tetapi sampai saat ini belum ada suatu konsensus mengenai dosis, cara dan
lamanya pemberian pengobatan. Banyak penelitian yang sudah dilakukan tentang
pemakaian metformin pada penderita PCOS, akan tetapi regimen pengobatannya
sangat bervariasi. Metformin yang biasa digunakan dalam penelitian adalah
metformin immediate-realease (IR) yang memerlukan pemberian minimal 2
sampai 3 kali sehari. Dengan cara pemberian ini, banyak terdapat efek samping
yang dikeluhkan oleh penderita, terutama yang berhubungan dengan saluran
pencernaan seperti mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati dan diare.1,4,5 Banyak
cara yang digunakan untuk mengatasi efek samping ini seperti menaikan dosis
obat secara bertahap, mengurangkan frekuensi pemberian dengan pemakaian dosis
yang lebih tinggi. Begitu juga dalam brosur pemakaian metformin, selalu
dianjurkan untuk dimulai dari dosis kecil kemudian ditingkatkan secara bertahap
sampai mencapai dosis pengobatan yang efektif untuk mengurangi efek samping
ini. Banyak penelitian1,4,5 penggunaan metformin pada penderita PCOS yang
dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap. Pada suatu
konsensus di Thessaloniki6 , penggunaan metformin untuk penderita PCOS
dianjurkan dimulai dari dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap yaitu 1 kali
sehari untuk minggu pertama, 2 kali sehari untuk minggu kedua dan seterusnya 3
kali sehari. Hal ini dilakukan untuk mengurangi efek samping dari metformin.
Selain efek samping tersebut diatas, cara pemberian metformin IR yang
memerlukan pemberian sampai 3 kali sehari juga dapat menurunkan kepatuhan
penderita dalam pengobatan ini sehingga dapat menurunkan efektifitasnya. Dan
pada saat ini telah dihasilkan Universitas Sumatera Utara 3 metformin yang
dilepaskan secara perlahan-lahan (sustained release form of metformin =
extended-release) yang dinamakan metformin XR. Dalam penelitian obat ini
mempunyai efektifitas yang sebanding dengan metformin IR akan tetapi dengan
profil efek samping yang sama dibandingkan dengan placebo. Walaupun dengan
dosis kecil 500 mg sehari, metformin XR masih efektif untuk memperbaiki
resistensi insulin dan hiperinsulinemia. Selain efek samping yang minimal,
pemakaian metformin XR juga sangat sederhana yaitu dengan pemberian satu kali
sehari

B. Rumus Masalah
Apakah terdapat hubungan Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) dengan
infertilitasdi

C. Tujuan
1. Tujuan UmumPenelitian ini bertujuan untuk mengetahuihubungan
Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) dengan infertilitas.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pasien yang mengalami Infertilitas
2. Mengidentifikasi pasien yang mengalami PCOS
3. Menganalisis hubungan PCOS dengan infertilitas
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Definisi
Definisi yang paling dapat diterima secara internasional pada saat ini
seperti yang diadopsi pada tahun 2003 oleh European Society for Human
Reproduction dan Embryology and the American Society for Reproductive
Medicine, yang dikenal dengan ESHRE/ASRM Rotterdam consensus.
2 Dalam konsensus ini diperlukan adanya dua dari tiga kriteria diagnosa
yaitu:
a) Oligo/anovulation
b) Gejala hiperandrogen baik secara klinik maupun biokimia
c) Adanya gambaran morfologi ovarium yang polikistik dengan USG (12
atau lebih folikel-folikel dengan ukuran diameter antara 2-9 mm dan/atau
peningkatan volume ovarium (>10 ml).
Selain kriteria di atas, etiologi lain seperti Cushing Syndrome, androgen
producing tumours dan Congenital adrenal hyperplasia harus di singkirkan.
- Oligo/anovulation : ovulasi yang terjadi kurang dari satu kali dalam 35
hari
- Hiperandrogenism : tanda-tanda klinik yang meliputi hirsutism, acne,
alopecia (malepattern balding) dan virilisasi yang nyata. Indikator biokimia
meliputi meningkatnya konsentrasi total testosterone dan androstendione dan
meningkatnya free androgen index yang diukur dengan membandingkan total
testosterone dan sex hormone binding globulin (SHBG). Akan tetapi, pengukuran
petanda biokimia untuk hiperandrogenism sering memberikan hasil yang tidak
konsisten, hal ini disebabkan oleh pemakaian berbagai metode yang berbeda.
- Ovarium polikistik : adanya 12 atau lebih folikel dalam salah satu
ovarium dengan ukuran diameter 2-9 mm dan/atau meningkatnya volume ovarium
(>10 ml).
B. Etiologi
Etiologi PCOS sampai saat ini masih belum diketahui. Akan tetapi adanya
peningkatan fakta yang melibatkan faktor genetik. Sindroma ini di kelompokan
dalam keluarga, dan rerata prevalensi nya dalam first-degree relative adalah 5
sampai 6 kali lebih tinggi dari pada populasi secara umum.10 Walaupun
kebanyakan kasus ditransmisikan secara genetik, akan tetapi faktor lingkungan
juga dapat terlibat karena PCOS juga dapat didapatkan dengan adanya eksposur
terhadap androgen yang berlebihan pada saat tertentu dalam masa fertil. Pada
masa ini terdapat peningkatan penemuan tentang hipotesa etiologi yaitu adanya
eksposur terhadap androgen yang berlebihan pada fetus wanita didalam
kandungan dapat menyebabkan PCOS.11 Walaupun sumber dari kelebihan
androgen in utero tidak diketahui, percobaan pada hewan percobaan menunjukan
bahwa eksposur pada fetus terhadap kelebihan androgen menunjukan manifestasi
PCOS pada fetus betina.11 Yen dkk mengajukan hipotesa klasik yang di dasarkan
atas dua konsep besar yaitu hiperandrogenism dan resistensi terhadap insulin.
Hormon androgen ini mengalami aromatisasi di jaringan perifer menjadi estrogen,
menyebabkan ketidakseimbangan sekresi luteinizing hormone (LH) dan follicle
stimulating hormone (FSH) pada tingkat pituitary yang menyebabkan hipersekresi
endogenous LH. LH ini sangat kuat menstimulasi produksi androgen didalam
ovarium. Insulin seperti juga LH menstimulasi langsung biosintesis hormon
steroid di ovarium, terutama androgen ovarium. Lebih lanjut, insulin
menyebabkan menurunnya produksi sex hormone binding globulin (SHBG) di
dalam hati, yang menyebabkan meningkatnya kadar androgen bebas. Dengan
demikian kedua jalur diatas akan menstimulasi theca sel dari ovarium sehingga
terjadi peningkatan produksi androgen dari ovarium yang menyebabkan
terganggunya folliculogenesis, kelainan siklus haid dan oligo/anovulation kronik
C. Patofisiologi
Terdapat 4 kelainan utama yang terlibat dalam patofisiologi dari PCOS,9
yaitu :
1. Morfologi ovarium yang abnormal Lebih kurang enam sampai delapan
kali lebih banyak folikel pre-antral dan small antral pada ovarium polikistik
dibandingkan dengan ovarium normal.12 Folikel ini tertahan pertumbuhannya
pada ukuran 2-9 mm, mempunyai rerata atresia yang lambat dan sensitive
terhadap FSH eksogen. Hampir selalu terdapat pembesaran volume stroma yang
menyebabkan volume total dari ovarium > 10 cc. Penyebab kelainan dari
morfologi ini diduga disebabkan oleh adanya androgen yang berlebihan.
Androgen merangsang pertumbuhan folikel primer sampai dengan stadium folikel
pre-antral dan small antral, dan proses ini dipercepat dengan adanya androgen
yang berlebihan dibandingkan dengan ovarium yang normal. Faktor lain yang
ditemukan pada PCOS yang ikut berpengaruh pada morfologi ovarium adalah
kelebihan beberapa faktor yang menghambat kerja dari FSH endogen (seperti
follistatin, epidermal growth factor dll), kelebihan factor anti-apoptotic (BCL-2)
yang dapat memperlambat turnover dari folikel yang terhambat ini. Kombinasi
dari faktor-faktor tersebut yang menyebabkan morfologi ovarium yang
karakteristik pada ovarium polikistik.
2. Produksi androgen ovarium yang berlebihan Produksi androgen
ovarium yang berlebihan adalah penyebab utama dari PCOS. Hampir semua
mekanisme enzymatic pada PCOS yang merangsang produksi androgen
meningkat. Peningkatan insulin dan LH, baik secara sendirian ataupun kombinasi
akan meningkatkan produksi androgen. Adanya single gene dengan kode
cytochrome P450c17a, enzym ini memediasi aktifitas 17a-hydroxylase dan 17-20-
desmolase pada tingkat ovarium.

D. Manefestasi klinis
PCOS adalah manifestasi dari seluruh kompleks gangguan hormonal yang
terjadi di dalam tubuh. Disfungsi ovarium biasanya dikombinasikan dengan
patologi kelenjar endokrin lainnya - tiroid, pankreas, kelenjar adrenal, hipofisis,
hipotalamus. Karena gangguan hormonal yang terjadi di tubuh wanita, beberapa
kista kecil mulai terbentuk dan tumbuh di permukaan ovarium - gelembung yang
berisi cairan. Hal ini disebabkan kelebihan hormon seks pria - androgen. Di
bawah pengaruhnya, telur tetap berada di folikel, yang secara berangsur-angsur
berubah menjadi kista.

Penyakit ini bisa asimptomatik atau bermanifestasi sebagai


oligomenorrhea, hirsutisme, obesitas perut, jerawat pada kulit. Seiring waktu,
karakteristik seksual sekunder laki-laki ditambahkan: diabetes mellitus tipe II,
serangan jantung dan stroke. Dengan tidak adanya perawatan tepat waktu,
sindrom ini menyebabkan aborsi spontan dan infertilitas.

Sindrom ovarium polikistik adalah patologi multifaktorial, heterogen yang


paling sering berkembang pada remaja perempuan. Pada masa menopause,
polycystosis sekunder ovarium dimanifestasikan karena peradangan jangka
panjang pada organ genital wanita. Peradangan kronis pada indung telur mengarah
pada pembentukan kista yang berisi cairan dan oocytes yang belum matang.

Kriteria utama untuk patologi:

 Kurangnya ovulasi kronis,


 Hiperandrogenisme,
 Hipertrofi ovarium di kedua sisi
 Pertumbuhan stroma kelenjar dengan proses luteinisasi,
 Pengaturan subkapsular dari formasi kistik dalam bentuk "kalung",
 Memadatkan kapsul folikel.

E. Penatalaksanaan
1. Pengobatan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)
Pengobatan bagi tiap penderita PCOS berbeda-beda, tergantung
pada gejala yang dialaminya, seperti kemandulan, hirsutisme, atau
jerawat parah. Secara umum, PCOS dapat ditangani dengan
beberapa cara berikut ini:

2. Perubahan gaya hidup

Dokter akan merekomendasikan olahraga dan diet rendah kalori


untuk menurunkan berat badan. Hal ini karena gejala sindrom ovarium
polikistik akan mereda seiring penurunan berat badan penderita. Olahraga
juga berguna untuk meningkatkan efektivitas obat dan membantu
meningkatkan kesuburan penderita PCOS.

3. Obat-obatan

Dokter dapat memberikan kombinasi pil KB dengan obat lain


untuk mengontrol siklus menstruasi. Hormon estrogen dan progesteron
dalam pil KB dapat menekan produksi hormon androgen dalam tubuh.

Dokter juga dapat merekomendasikan konsumsi


hormon progesteron saja selama 10-14 hari selama 1-2 bulan.
Penggunaan hormon ini dapat mengatur siklus haid yang terganggu.

Obat-obatan lain yang dapat digunakan untuk menormalkan


kembali siklus haid dan membantu ovulasi adalah:

 Clomifene
 Letrozole
 Metformin

Selain pil KB, untuk mengurangi gejala hirsutisme akibat hormon


androgen yang berlebih, dokter dapat memberikan obat spironolactone.
Spironolactone dapat menangkal efek androgen pada kulit, yaitu tumbuhya
rambut yang lebat dan jerawat yang parah.
4. Prosedur medis khusus

Selain beberapa metode pengobatan di atas, dokter dapat


menganjurkan pasien untuk melakukan electrolysis untuk menghilangkan
rambut ditubuh. Dengan aliran listrik rendah, electrolysis akan
menghancurkan folikel rambut dalam beberapa kali terapi.

F. Komplikasi

PCOS yang tidak ditangani dapat membuat penderitanya berisiko


mengalami  komplikasi berikut ini:

 Gangguan tidur
 Gangguan makan
 Gangguan kecemasan dan depresi
 Kemandulan
 Keguguran atau kelahiran bayi prematur
 Hipertensi saat hamil
 Diabetes dan diabetes gestasional
 Hepatitis
 Sindrom metabolik
 Kanker endometrium
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom ovarium polikistik (bahasa Inggris: Polycystic ovary syndrome,
disingkat PCOS) adalah gangguan keseimbangan karena peningkatan
kadar hormonal androgen (hormon pria) pada wanita.[4][14] Tanda dan gejala PCOS
adalah gangguan haid termasuk periode menstruasi tidak teratur atau tidak sama
sekali, periode menstruasi berat, kelebihan tubuh dan rambut wajah, jerawat, nyeri
panggul, [[ketidaksuburan] | Kesulitan hamil]], dan bercak tebal, lebih gelap, kulit
beludru. Hampir semua wanita dengan sindrom ini tidak mengalami mengalami
jadwal haid yang normal ketika remaja, bahkan ada yang berhenti haid sama
sekali. Kebanyakan wanita menyadari mereka menderita PCOS di usia dewasa
muda atau sekitar usia 20-an, ketika siklus haid mereka terganggu atau belum
haid. PCOS juga bisa menyebabkan kesulitan hamil. Pada sindrom ini, tubuh
wanita memproduksi hormon laki-laki (androgen) secara berlebihan. Akibatnya
wajah lebih berminyak dan rambut tumbuh secara berlebihan, terutama
di tangan dan kaki. Tanda dan gejala PCOS termasuk periode menstruasi tidak
teratur atau tidak, periode berat, kelebihan rambut di tubuh dan wajah, jerawat,
nyeri panggul, Kesulitan hamil, dan bercak tebal, lebih gelap, kulit beludru.
Kondisi terkait penyakit ini termasuk diabetes tipe 2, obesitas, obstructive sleep
apnea, penyakit jantung, gangguan mood, dan kanker endometrium.

B. Saran
Pemberian obat-obatan yang membantu proses ovulasi hanya setelah
pemberian pil pengatur siklus haid selesai dan siap untuk hamil. Selain pemberian
obat-obatan, penurunan berat badan pada wanita dengan berat badan berlebih atau
obesitas juga penting. Hal ini diperlukan agar dapat menurunkan kadar hormon,
selanjutnya diharapkan siklus haid menjadi lebih teratur. Wanita juga perlu
menerapkan gaya hidup sehat seperti memperhatikan asupan makan, berolahraga
rutin, dan menghindari rokok.
DAFTAR PUSTAKA

univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Dr._Laksmi.pdf
repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30232/Chapter I.pdf...
repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30232/Chapter II...

Anda mungkin juga menyukai