PENDAHULUAN
terdiri dari amenorrhea, hirsutism dan obesiti pada wanita yang ovarium nya
membesar dengan kista folikel yang banyak dan penebalan fibrotik dari tunica
albuginea dan cortical stroma. Dalam kenyataan bahwa gambaran ovarium
polikistik juga banyak terdapat pada wanita yang sama sekali normal dan tidak
ada kelainan fenotipe ovarium dan/atau endokrin.
Singkatnya, sangatlah
mudah dilihat mengapa jarang adanya konsensus tentang kriteria yang dapat
digunakan untuk mendiagnosa PCOS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Definisi yang paling dapat diterima secara internasional pada saat ini seperti
yang diadopsi pada tahun 2003 oleh European Society for Human
Reproduction dan Embryology and the American Society for Reproductive
Medicine, yang dikenal dengan ESHRE/ASRM Rotterdam consensus. Dalam
konsensus ini diperlukan adanya dua dari tiga kriteria diagnosa yaitu :
a) Oligo/anovulation
b) Gejala hiperandrogen baik secara klinik maupun biokimia
c) Adanya gambaran morfologi ovarium yang polikistik dengan USG (12
atau lebih folikel-folikel dengan ukuran diameter antara 2-9 mm dan/atau
peningkatan volume ovarium (>10 ml).
Selain kriteria di atas, etiologi lain seperti Cushing Syndrome, androgen
producing tumours dan Congenital adrenal hyperplasia harus di singkirkan.
B. Prevalensi
PCOS adalah kelainan endokrin wanita yang paling sering dijumpai, yang
melibatkan 5-10% dari wanita dalam masa reproduksi. Walaupun ovarium
polikistik dapat ditemukan dalam 20% populasi wqaerwanita, hal ini tidak
harus menimbulkan gejala klinik seperti PCOS, akan tetapi dalam
perjalanannya akan menimbulkan gejala klinik bila diprovokasi oleh kenaikan
berat badan atau resisten terhadap insulin. PCOS berkaitan dengan 75% dari
seluruh kelainan anovulasi yang menyebabkan infertility, 90% dari wanita
dengan oligomenorrhoea, lebih dari 90% dengan hirsutism dan lebih dari 80%
dengan acne yang persisten.
C. Etiologi
Etiologi PCOS sampai saat ini masih belum diketahui. Akan tetapi adanya
peningkatan fakta yang melibatkan faktor genetik. Sindroma ini di
kelompokan dalam keluarga, dan rerata prevalensi nya dalam first-degree
relative adalah 5 sampai 6 kali lebih tinggi dari pada populasi secara umum.
Walaupun kebanyakan kasus ditransmisikan secara genetik, akan tetapi faktor
lingkungan juga dapat terlibat karena PCOS juga dapat didapatkan dengan
adanya eksposur terhadap androgen yang berlebihan pada saat tertentu dalam
masa fertil. Pada masa ini terdapat peningkatan penemuan tentang hipotesa
etiologi yaitu adanya eksposur terhadap androgen yang berlebihan pada fetus
wanita didalam kandungan dapat menyebabkan PCOS. Walaupun sumber dari
kelebihan androgen in utero tidak diketahui, percobaan pada hewan percobaan
menunjukan bahwa eksposur pada fetus terhadap kelebihan androgen
menunjukan manifestasi PCOS pada fetus betina.
Yen dkk mengajukan hipotesa klasik yang di dasarkan atas dua konsep besar
yaitu hiperandrogenism dan resistensi terhadap insulin. Hormon androgen ini
mengalami aromatisasi di jaringan perifer menjadi estrogen, menyebabkan
ketidakseimbangan sekresi luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating
hormone (FSH) pada tingkat pituitary yang menyebabkan hipersekresi
D. Gambaran Klinik
1. Gangguan menstruasi dan infertilitas
Penderita SOPK sering datang dengan keluhan gangguan menstruasi dapat
berupa oligomenorea, amenorea dan infertilitas. Hal ini disebabkan oleh
adanya anovulasi kronik dan hiperandrogenemia.
2. Hirsutisme
Keadaan dengan pertumbuhan rambut yang berlebihan pada kulit ditempat
yang biasa, seperti kepala dan ekstremitas. Keadaan ini terjadi akibat
pembentukkan androgen yang berlebihan akibat kerusakan enzim 3
betahidroksisteroid dehidrogenase.
E. Patofisiologi
Terdapat 4 kelainan utama yang terlibat dalam patofisiologi dari PCOS,9 yaitu :
1. Morfologi ovarium yang abnormal
Lebih kurang enam sampai delapan kali lebih banyak folikel pre-antral dan
small antral pada ovarium polikistik dibandingkan dengan ovarium normal.
Folikel ini tertahan pertumbuhannya pada ukuran 2-9 mm, mempunyai rerata
atresia yang lambat dan sensitive terhadap FSH eksogen. Hampir selalu
terdapat pembesaran volume stroma yang menyebabkan volume total dari
ovarium > 10 cc. Penyebab kelainan dari morfologi ini diduga disebabkan oleh
adanya androgen yang berlebihan. Androgen merangsang pertumbuhan folikel
primer sampai dengan stadium folikel pre-antral dan small antral, dan proses
ini dipercepat dengan adanya androgen yang berlebihan dibandingkan dengan
ovarium yang normal. Faktor lain yang ditemukan pada PCOS yang ikut
berpengaruh pada morfologi ovarium adalah kelebihan beberapa faktor yang
menghambat kerja dari FSH endogen (seperti follistatin, epidermal growth
factor dll), kelebihan factor anti-apoptotic (BCL-2) yang dapat memperlambat
turnover dari folikel yang terhambat ini. Kombinasi dari faktor-faktor tersebut
yang
polikistik.
3. Hiperinsulinemia
Hiperinsulinemia yang disebabkan oleh resistensi insulin terjadi pada lebih
kurang 80% wanita dengan PCOS dan obesitas sentral, dan juga pada lebih
kurang 30-40% wanita dengan PCOS yang berbadan kurus. Hal ini disebabkan
oleh kelainan pada post-receptor yang berefek pada transport glukosa, dan ini
adalah kelainan yang unik pada wanita dengan PCOS. Resistensi insulin secara
bermakna di eksaserbasi oleh obesitas, dan merupakan faktor utama dalam
patogenesa anovulasi dan hyperandrogenism. Kelainan fungsi dari sel beta
pancreas juga ditemukan pada PCOS.
F. Gambaran Histopatologis
1. Gambaran Makroskopis
Kedua ovarium, kadang-kadang pada kasus yang jarang satu ovarium,
membesar 2 sampai 5 kali ukuran normal dan lebih besar dari uterus.
Bentuknya oval atau egg-shaped ; dimana pada penelitian baru-baru ini,
volume ovarium pada pasien ovarium polikistik 3 kali lebih besar dari volume
ovarium kelompok kontrol. Kadang-kadang, ovarium dapat ditemukan dalam
ukuran normal. Kista korteks superfisial biasanya dapat dilihat dibawah
permukaan ovarium yang putih. Pemeriksaan bagian permukaan ovarium ini
menunjukkan suatu penebalan pada tunai, berwarna putih seperti mutiara,
korteks superfisial, dan beberapa kista, dengan diameter kurang dari 1 cm.
Biasanya ada suatu zona sentral stroma dengan beberapa atau kadang tidak
ada sama sekali stigmata ovulasi (misalnya korpora lutea atau albikans).
Gambaran mikroskopis
Korteks superfisial mengalami fibrosis dan hiposeluler, menyerupai suatu
kapsul, dan mungkin mengandung pembuluh darah berdinding tebal yang
menonjol. Penjualan dari stroma fibrotik yang meluas dari korteks superfisial
ke korteks yang lebih dalam atau bahkan kemedula. Kista ini merupakan
folikel kistik yang atretik yang mempunyai batas sebelah dalam dari beberapa
lapisan sel-sel granulosa nonluteinisasi yang mungkin mengalami eksfoliasi
fokal. Suatu lapisan yang lebih luar dari sel-sel teka interna kadang-kadang
disebut sebagai hipertekosis folikuler tetapi folikel-folikel kistik pada
wanita dengan ovarium polikistik berbeda dari yang ditemui pada wanita
normal, dimana pada wanita normal hanya ditemui peningkatan jumlah.
Folikel-folikel matur yang mencapai stadium midantral dan folikel-folikel
G. PENATALAKSANAAN
1. Perbaiki Gaya hidup
Menurunkan Berat Badan
2. Terapi Medisinalis
Pengobatan tergantung tujua pasien. Beberapa pasien membutuhkan terapi
kontrasepsi hormonal, dimana yang lainnya membutuhkan induksi ovulasi.
Kebanyakan pasien dengan SOPK mencari pengobatan untuk hirsutisme
dan infertilitasnya. Hirsutisme dapat diobati dengan obat antiandrogen yang
menurunkan kadar androgen tubuh. Infertilitas pada SOPK sering berespon
terhadap klomifen sitrat.
a. Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral kombinasi menurunkan produksi adrenal dan androgen,
dan mengurangi pertumbuhan rambut dalam 2/3 pasien hirsutisme. Terapi
dengan kontrasepsi oral memiliki beberapa manfaat, antara lain :
Pasien
dengan
SOPK
terjadi
anovulasi
yang
kronis
dimana
Ketika
kontrasepsi
oral
digunakan
untuk
mengobati
hirsutisme,
mineral tulang, depresi, retensi cairan, sakit kepala, disfungsi hepatik, dan
penambahan berat badan.
d. Ketokonazol
Ketokonazol, agen antijamur yang disetujui oleh US Food and Drug
Administration, menghambat kunci sitokrom steroidogenik. Diberikan
pada dosis rendah (200 mg / hari), dapat secara signifikan mengurangi
tingkat androstenedion, testosteron, dan testosteron bebas.
e. Flutamide
Flutamid merupakan antiandrogen nonsteroid yang dilaporkan tidak
mempunyai
aktivitas
progestasional,
estrogenik,
kortikoid,
atau
f. Cyproterone Acetate
Cyproterone asetat adalah progestin sintetis poten yang memiliki sifat
antiandrogen
kuat.
Mekanisme
utama
cyproterone
asetat
ialah
g. Spironolactone
Spironolacton merupakan diuretik hemat kalium yang menginhibisi
pertumbuhan rambut dengan menghambat aktivitas 5-reduktase dan
mengikat secara kompetitif terhadap reseptor intraseluler dari DHT. Dosis
yang lebih besar mengganggu aktivitas sitokrom P-450, yang mengurangi
jumlah total androgen sintesis dan sekresi. Efek samping spironolakton
ialah menstruasi yang ireguler, mual dan lemah dengan dosis yang lebih
tinggi. Disebabkan spironolakton merupakan diuretik hemat kalium,
wanita dengan hiperkalemia harus diobservasi dengan hati-hati atau
sebaiknya diberikan alternatif obat lainnya
h. Insulin Sensitizers
Karena hiperinsulinemia memainkan peran dalam SOPK terkait anovulasi,
pengobatan dengan insulin sensitizers dapat menggeser keseimbangan
endokrin terhadap ovulasi dan kehamilan, baik penggunaan sendiri atau
dalam kombinasi dengan modalitas pengobatan lain.
ovulasi
dan
kehamilan
4.4
kali
dibandingkan
dengan
i. Clomiphene citrate
Clomiphene citrate merupakan estrogen lemah sintetis yang meniru
aktivitas antagonis estrogen bila diberikan pada dosis farmakologi khas
untuk
induksi
ovulasi.
Fungsi
hipofise-hipotalamus-ovarium
axis
diperlukan untuk kerja klomifen sitrat yang tepat. Lebih khusus lagi,
clomiphene sitrat diperkirakan dapat mengikat dan memblokir reseptor
estrogen di hipotalamus untuk periode yang lama, sehingga mengurangi
umpan balik estrogen normal hipotalamus-ovarium. Blokade ini
yang
memperbaiki
perkembangan
folikel
ovarium.
Obat ini adalah suatu antagonis estrogen yang bekerja dengan mengadakan
penghambatan bersaing dengan estrogen terhadap hipotalamus sehingga
efek umpan balik estrogen ditiadakan. Dengan demikian hipotalamus akan
melepaskan LH-FSH-RH
hipofisis anterior
yang
meningkatkan
selanjutnya
sekresi
FSH
akan
dan
rnenyebabkan
LH.
Dengan
dengan
USG
transvaginal.
Inseminasi
intrauterine
sering
3. Metode Operatif
a. Metode Hair Removal Fisik
Krim obat menghilangkan rambut menghilangkan rambut hanya sementara.
Mereka merobohkan dan melarutkan rambut oleh ikatan disulfida hydrolyzing.
Meskipun krim menghilangkan rambut memiliki efek dramatis, banyak wanita
tidak bisa mentolerir iritasinya. Penggunaan topikal krim kortikosteroid dapat
mencegah dermatitis kontak. Krim eflornithine hydrochlorida, juga dikenal
sebagai difluoromethylornithine (DMFO), blok ornithine dekarboksilase
(ODC) ireversibel, enzim dalam folikel rambut yang penting dalam mengatur
pertumbuhan rambut. Ini juga telah terbukti efektif pada perawatan rambut
wajah yang tidak diinginkan.
b. Elektrokauter Laparoscopik
Laparoscopik ovarium elektrokauter digunakan sebagai alternatif untuk reseksi
pada pasien dengan SOPK parah yang resisten terhadap clomiphene sitrat.
Pada seri terbaru, pengeboran ovarium
dicapai
laparoskopi dengan
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA