Anda di halaman 1dari 29

BAB I hirsutisme, retardasi pertumbuhan payudara dan kegemukan.

PENDAHULUAN Sindroma ini dicirikan dengan sekresi gonadotropin yang tidak


sesuai, hiperandrogenemia, peningkatan konversi perifer dari
A. Latar Belakang androgen menjadi estrogen, anovulasi kronik dan ovarium yang
Sindrom Ovarium Polikistik atau Poly Cystic Ovarian skerokistik dengan demikian sindroma ini merupakan 1 dari
Syndrome (PCOS) merupakan salah satu masalah endokrinologi penyebab paling umum dari infertilitas (Hadibroto, 2005).
pada wanita masa reproduksi, berhubungan dengan kelainan Alasan yang paling sering menjadi penyebab pasien
hormonal dan dapat mempengaruhi kesehatan wanita secara dengan sindrom ini datang ke dokter ialah adanya gangguan
umum. Pada kenyataannya, baik gejala klinik, pemeriksaan pada siklus menstruasi dan infertilitas, masalah obesitas dan
biokimiawi maupun pemeriksaan penunjangnya dapat pertumbuhan rambut yang berlebihan serta kelainan lainnya
memberikan hasil yang bervariasi (Maharani, 2002). seperti hipertensi, kadar lemak darah dan gula darah yang
Sindroma Ovarium Polikistik merupakan kelainan meningkat (Schorge et al, 2008).
kompleks endokrin dan metabolik yang ditandai adanya Wanita yang menderita PCOS hadir dengan beragam
anovulasi kronik dan atau hiperandrogenisme yang diakibatkan gejala yang berhubungan dengan disfungsi menstruasi dan
oleh kelainan dari fungsi ovarium dan bukan oleh sebab lain kelebihan androgen, yang secara signifikan berdampak pada
(POGI, 2006). kualitas hidup mereka. Wanita dengan PCOS memiliki
Pertama kali diperkenalkan Stein dan Leventhal (1935) peningkatan risiko morbiditas multipel, termasuk obesitas,
dalam bentuk penyakit ovarium polikistik (polycyctic ovary resistensi insulin, diabetes mellitus tipe II, penyakit
disease / Stein-Leventhal Syndrome), dimana terdapat gejala kardiovaskular, infertilitas, kanker, dan gangguan psikologis (El
ketidakteraturan menstruasi sampai amenorea, riwayat infertil, Hayek et al, 2016).

1
Oleh karena PCOS sering menunjukkan beragam BAB II
manifestasi klinis, perlu pemahaman gejala klinis sehingga TINJAUAN PUSTAKA
diagnosis dapat ditegakkan seakurat mungkin. Dengan
demikian, penatalaksanaan yang diberikan dapat sesuai dan A. Definisi Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK)

bermanfaat baik secara medikamentosa ataupun operatif. Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK) atau Polycystic
ovary syndrome (PCOS) adalah kondisi heterogen yang terkait
B. Tujuan Penulisan dengan gangguan reproduksi endokrin wanita. PCOS
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui mempengaruhi wanita berusia 18-44 tahun. Ketidakseimbangan
tentang sindroma polikistik ovarium meliputi definisi, hormon yang persisten menyebabkan kompleksitas seperti
epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan banyak kista, siklus menstruasi yang tidak teratur yang akhirnya
yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis, dan terapi. menyebabkan infertilitas pada wanita (Ajmal et al, 2019).
PCOS merupakan suatu kondisi di mana sekitar 10 kista kecil
dengan diameter antara 2-9 mm muncul pada satu atau kedua
ovarium dan / atau volume ovarium melebihi 10 ml (Ortiz-
Flores et al, 2019).
Anovulasi kronik terjadi akibat kelainan sekresi
gonadotropin sebagai akibat dari kelainan sentral dimana terjadi
peningkatan frekuensi dan amplitudo pulsasi GnRH sehingga
terjadi peningkatan kadar LH serum dan peningkatan rasio LH/
FSH serta androgen (Hadibroto, 2005).

2
Hiperandrogenisme secara klinis dapat ditandai dengan klinis yang berbeda-beda. Dari 1079 kasus wanita dengan
hirsutisme, timbulnya jerawat (akne), alopesia akibat androgen SOPK (tinjauan literatur), Goldzieher mendapatkan 47% wanita
dan naiknya konsentrasi serum androgen khususnya testosteron dengan gangguan menstruasi berupa amenorea dan sebanyak 16
dan androstenedion. Sedangkan kelainan metabolik % wanita siklus menstruasinya teratur. Conway dkk
berhubungan dengan timbulnya keadaan hiperandrogenisme dan mendapatkan 20-25% wanita dengan gambaran ovarium
anovulasi kronik (POGI, 2006). polikistik (USG) mempunyai siklus menstruasi yang teratur.
B. Epidemiologi Adam dkk melaporkan bahwa pada penderita ovarium kistik
Skrining pada wanita berdasarkan kriteria diagnostik yang di diagnosa secara sonografi didapati 30% menderita
National Institutes of Health (NIH) memperkirakan bahwa 4– amenorrhea, 75 % dengan oligomenorrhea dan 90% didapati
10% wanita usia reproduksi menderita PCOS. Meskipun adanya peningkatan kosentrasi kadar luteinizing horman (LH)
sebelumnya dianggap sebagai kelainan yang muncul pada dan androgen (Hadibroto, 2005).
wanita dewasa, bukti terbaru menunjukkan bahwa PCOS adalah
sindrom seumur hidup, bermanifestasi sejak usia prenatal. C. Etiologi
Bahkan, menurut kriteria diagnostik Rotterdam, prevalensi Penyebab yang mendasari terjadinya PCOS belum
PCOS pada remaja bervariasi antara minimal 3% dan diketahui. Akan tetapi dasar genetik dicurigai menjadi
maksimum 26%. Namun, prevalensi penyakit pada anak-anak penyebabnya, dimana sindrom ini banyak ditemukan pada
masih dianggap tidak diketahui (Kamangar et al., 2015). keluarga yang sama. Secara spesifik, peningkatan prevalensi
Prevalensi PCOS masih terbatas, di USA prevalensinya tercatat pada individu yang terkena dan saudaranya (32-66 %)
berkisar 4-6%, kepustakaan lain melaporkan prevalensinya dan ibunya (24-52 %). Faktor lain penyebabnya adalah faktor
berkisar 5-10%. Prevalensi PCOS didapatkan dengan gejala

3
endokrine (kenaikan LH/FSH ratio, hiperandrogenisme) dan Kelainan metabolik berupa hiperinsulinemia dan resistensi
faktor metabolik ( resistensi insulin) (Schorge et al, 2008). insulin ikut berperan dalam timbulnya PCOS (Hadibroto, 2005).

D. Patofisiologi
Banyak hipotesis muncul yang mencoba menjelaskan
patofisiologi PCOS. Awalnya, androgen intrauterin yang
berlebihan telah dianggap sebagai penyebab utama PCOS.
Namun baru-baru ini, penelitian pada manusia tidak
menunjukkan hubungan antara paparan androgen prenatal
berlebihan dan munculnya PCOS pada remaja maupun kaitan
antara peningkatan kadar androgen dalam darah tali pusat dari
perempuan yang dilahirkan oleh ibu dengan PCOS (Anderson et
al. ., 2010). Patofisiologi PCOS berkaitan dengan beragam
kondisi yang melibatkan steroidogenesis ovarium yang tidak
terkontrol, kelainan pensinyalan insulin, stres oksidatif yang
berlebihan, dan faktor genetik / lingkungan (El Hayek et al,
a) Kelainan neuroendokrin
2016).
LH yang meningkat pada pasien PCOS akan
Patofisiologi dari PCOS sangat komplek, temuan utama
meningkatkan jumlah dan frekuensi respon dari
adalah peningkatan dari kadar LH serum dan FSH rendah atau
Gonadotropin-releasing hormone (Gn-RH) dari hipotalamus.
normal. Selain itu dijumpai pula peningkatan kadar androgen.

4
GnRH merupakan stimulan utama untuk menghasilkan dependent pada sel-sel granulosa. Sintesis estrogen
sekresi gonadotropin dan menstimulasi sel-sel teka interna intrafolikel, dan peningkatan rasio LH/FSH akan
folikel untuk memproduksi androstenedion, yang dikonversi menyebabkan rendahnya pertumbuhan folikel pada stadium
di perifer, utamanya di dalam jaringan lemak, menjadi estron midantral, terjadi anovulasi, dan ovarium yang sklerokistik.
(E1), dan testoteron dalam jumlah yang lebih sedikit Sejumlah kelainan akan menyebabkan hiperestronemia dan
meningkat, berlawanan dengan pasien-pasien dengan perubahan sekresi gonadotropin secara potensial berperan
hipertekosis (Ajmal et al, 2019). Kadar estradiol (E2) tetap dalam inisiasi atau terjadinya polikistik ovarium yang terus-
normal atau sedikit dibawah normal, yang menyebabkan menerus (Hadibroto, 2005; POGI, 2006).
peningkatan rasio E1/E2. Peningkatan kadar E1, dan pada
b) Hiperandrogenisme
beberapa pasien akan meningkatkan sekresi dari inhibin-F
Salah satu studi menunjukkan bahwa wanita dengan
suatu peptida nonsterois yang dihasilkan oleh sel-sel
PCOS terjadi peningkatan aktivitas 11-hidroksisteroid
granulosa, akan menghambat sekresi FSH. Peningkatan rasio
dehidrogenase, yang merupakan enzim yang memetabolisme
LH/FSH merupakan temuan yang khas pada ovarium
kortisol menjadi kortison. Hal ini mengakibatkan
polikistik. Peningkatan estrogen yang bersirkulasi
peningkatan kadar clearence kortisol dan menurunkan
tampaknya akan meningkatkan sekresi dari Luteinizing
feedback negatif dari sekresi adrenocorticotropic hormone
hormone relasing factor (LHRF) dan mempertinggi
(ACTH) dan secara sekunder meningkatkan sekresi
sensitifitas sel-sel hipofisis yang memproduksi LH terhadap
androgen adrenal. Pada studi ini wanita yang obes
LHRF. Produksi estrogen ovarium pada pasien polikistik
menunjukkan peningkatan aktivitas 11-hidroksisteroid
ovarium secara nyata berkurang dari jaringan ovarium,
dehidrogenase, tetapi tidak sesuai dengan derajat yang
mungkin karena inaktivasi dari sistem aromatese FSH

5
terlihat pada wanita dengan PCOS. Ini kemungkinan adanya ovarium. Selanjutnya keadaan tersebut akan mengganggu
pengaruh hiperinsulinemia yang dapat meningkatkan pelepasan folikel dan pecahnya bintik ovulasi. Ini merupakan
aktivitas enzim ini yang mengarahkan terjadinya bentuk lain dari androgen dalam mengganggu mekanisme
hiperandrogen adrenal (Schorge et al, 2008). ovulasi. Secara klinis dengan menekan kadar androgen yang
Peningkatan androgen adrenal dapat menyebabkan tinggi akan menyebabkan folikel ovarium menjadi lebih peka
hiperestronemia karena akan memanjangkan fase folikuler terhadap gonadotropin endogen dan eksogen (Schorge et al,
dan memendekkan fase luteal dan konsekuensinya terjadi 2008).
peningkatan rasio LH/FSH. Peristiwa ini yang menerangkan Defek intrinsik dalam sel teka dapat menjelaskan
kerapnya infertilitas dan ketidakteraturan haid pada wanita sebagian hiperandrogenemia pada pasien dengan PCOS.
dengan hiperandrogen. Terapi deksametason dapat Wanita dengan PCOS memiliki sel teka yang masih
mengoreksi rasio LH/FSH yang abnormal pada beberapa mengeluarkan androgen dengan kadar tinggi karena aktivasi
pasien dengan polikistik ovarium, yang dapat menyebabkan steroidogenesis secara intrinsik bahkan tanpa adanya faktor
terjadinya ovulasi lagi. Walaupun beberapa penelitian trofik (Ajmal et al, 2019). Disregulasi intrinsik ini juga
percaya bahwa pada pasien-pasien polikistik ovarium, mempengaruhi sel-sel granulosa yang menghasilkan hormon
abnormalitas adrenal adalah gangguan yang primer, anti-mullerian hingga 4 kali lebih tinggi pada wanita dengan
penelitian lain telah menyimpulkan bahwa itu adalah PCOS dibandingkan dengan perempuan tanpa PCOS
sekunder dari kelainan hormonal (Schorge et al, 2008). (Villaroel et al, 2011). Studi juga menunjukkan peningkatan
Di sisi lain, hiperandrogen endogen akan menebalkan jumlah folikel, terutama folikel pra-antral dan kecil, pada
tunika albuginea ovarium. Juga ternyata bahwa pemberian wanita dengan PCOS. Defek dalam proses apoptosis pada
androgen eksogen yang berlebihan dapat menebalkan kapsul

6
beberapa folikel yang matang semakin meningkatkan jumlah sendiri dapat menginduksi resistensi insulin dan
mereka pada pasien PCOS (El Hayek et al, 2016). hiperandrogenisme pada pasien dengan PCOS (El Hayek et
al, 2016).
c) Obesitas, hiperinsulinemia dan resistensi insulin
Obesitas berhubungan dengan masalah kesehatan
pada umumnya dan kelainan ginekologi secara khusus,
meliputi siklus menstrusasi yang ireguler, amenorea, dan
perdarahan uterus disfungsional. Penelitian menemukan
bahwa pada wanita remaja yang gemuk meningkatkan serum
androgen dan kadar LH dan rasio E1 dan E2 yang terbalik.
Namun hal ini bersifat reversibel dengan menurunnya berat
badan (Dabadghao, 2019).
Hiperinsulinemia merupakan penyebab utama dari
Wanita dengan predisposisi resistensi insulin
PCOS, meskipun peningkatan produksi androgen sendiri
mengkombinasikan hubungan antara obesitas yang
dapat menyebabkan terjadinya PCOS. Penurunan sensitivitas
menyebabkan resistensi insulin. Hiperinsulinemia dapat
insulin yang disebabkan oleh defek pengikatan post-reseptor
meningkatkan androgen melalui setidaknya 3 mekanisme :
pada jalur pensinyalan insulin telah diidentifikasi sebagai
(1) Stimulasi dari hiperandrogenisme ovarium melalui
komponen intrinsik PCOS, terlepas dari obesitas. Selain itu,
peningkatan LH atau stimulasi aktivitas 17-
PCOS telah dikaitkan dengan peningkatan stres glikoksidatif
hidroksilase/17,20-lyase, (2) stimulasi hiperandrogenisme
sekunder akibat disfungsi mitokondria. Stres oksidatif itu

7
adrenal melalui augmentasi aktivitas 11-hidroksisteroid kadar androgen, menghilangkan hirsutism, dan bahkan
dehidrogenase, atau (3) supresi kadar SHBG. Jaringan mengembalikan ovulasi.
adiposa mengandung aromatase yang merupakan enzim yang Obesitas, ketika dikaitkan dengan PCOS, mempunyai
mengkonversi androgen menjadi estrogen. Meningkatnya berhubungan dengan hiperinsulinemia, resistensi insulin, dan
keadaan androgen dan estrogen mengarah kepada terjadinya tes toleransi glukosa yang abnormal. Resistesi insulin dan
atresia folikuler, anovulasi, dan meningkatnya sekresi LH, hiperinsulinemia ditentukan terjadi pada wanita SOP, baik
yang secara lebih lanjut meningkatkan produksi androgen yang gemuk maupun tidak gemuk. Insulin menstimulasi
ovarium (Schorge et al, 2008). sekresi androgen dari stroma ovarium, hal ini disebabkan
Kadar androgen meningkat pada wanita gemuk. Baik karena insulin merupakan famili insulin lainnya dari insulin
tingkat produksi androgen maupun tingkat clearance-nya growth factor 1 (IGF-1). IGF-1 dapat meningkatkan produksi
meningkat. Penurunan Sex hormone binding globulin sel teka ovarium menghasilkan androgen. Disebabkan karena
(SHBG) berhubungan dengan obesitas yang meningkatkan reseptor untuk insulin dan IGF-1 serupa, sehingga pada
kadar clearance androgen. Tingkat kelebihan berat badan percobaan secara in vitro insulin dapat meningkatkan
berkorelasi dengan derajat aromatisasi ekstraglanduler dari produksi androgen pada sel teka dan stroma.
androgen menjadi estrogen. Meningkatnya kadar androgen, Hiperinsulinemia juga secara potensial menyebabkan
tingginya rasio E2:E1, dan rendahnya kadar SHBG membuat peningkatan kadar androgen yang bersirkulasi (dan dengan
keadaan biokimiawi kepada keadaan PCOS. Lebih dari 50% konversi di perifer, estron) pada pasien-pasien PCOS. Hasil
pasien PCOS merupakan pasien gemuk. Pada banyak wanita dari hiperandogenisme ini pada gilirannya akan
PCOS, pengurangan dari berat badan dapat menurunkan meningkatkan resistensi insulin.

8
Abnormalitas lipoprotein secara umum terdapat pada pada gen fibrillin 3 yang terkait dengan PCOS, D19S884,
PCOS meliputi meningkatnya kolesterol, trigliserida, dan telah diidentifikasi pada keluarga yang membawa penyakit
low density lipoprotein (LDL), dan rendahnya kadar high (Ortiz-Flores et al, 2019).
density lipoprotein dan apoporetin. Berdasarkan salah satu
penelitian, ciri yang paling penting dari peningkatan lipid E. Gambaran Klinis
ialah menurunnya kadar HDL (Schorge etal, 2008). a) Gangguan menstruasi dan infertilitas
Penemuan lain yang muncul pada wanita dengan Penderita PCOS sering datang dengan keluhan
PCOS meliputi gangguan fibronolisis yang ditunjukkan oleh gangguan menstruasi dapat berupa oligomenorea,
meningkatnya kadar inhibitor aktivator plasminoge, amenorea dan infertilitas. Hal ini disebabkan oleh adanya
meningkatnya insidensi hipertensi terjadi pada 40% anovulasi kronik dan hiperandrogenemia (Ortiz-Flores et
perimenopaus, prevalensi yang besar dari aterosklerosis dan al, 2019).
penyakit kardiovaskuler, dan resiko infark myokard (Schorge Remaja sering menunjukkan gangguan menstruasi
etal, 2008). fisiologis seperti oligomenore (Dabadghao, 2019),
biasanya selama 2 tahun pertama setelah menarche,
d) Faktor genetik karena kurangnya pematangan aksis hipotalamus-
Adanya agregasi familial PCOS dan identifikasi hipopituitari-ovarium. Dengan demikian, ketidakteraturan
genom terkait lokus rentan PCOS mendukung peran genetika menstruasi kadang-kadang bisa menjadi kriteria yang
dalam etiologi penyakit ini. Beberapa penelitian tidak dapat diandalkan untuk diagnosis PCOS pada
menunjukkan komponen kelebihan androgen pada pasien remaja (Dabadghao, 2019). Melalui pengamatan ketat dari
dengan PCOS diturunkan. Selain itu, penanda polimorfik pola siklus menstruasi, dokter harus membedakan

9
anovulasi fisiologis terkait pubertas dari anovulasi 2,5. Selain itu dikemukakan pula penurunan kadar SHBG
patologis sebagai disfungsi akibat PCOS. Telah serum. Androgen merupakan hormon yang diperlukan
disarankan untuk menunda diagnosis setidaknya 2 tahun oleh tubuh untuk menghasilkan estrogen. Enzim yang
setelah menarche (Hardy dan Norman, 2013). Namun, ini diperlukan untuk mengubah androgen menjadi estrogen
dapat menunda dimulainya pengobatan yang sesuai adalah aromatase. Jaringan yang dimiliki kemampuan
(Powers et al., 2015). untuk mengaromatisasi androgen menjadi estrogen adalah
sel-sel granulosa dan jaringan lemak.
b) Hirsutisme Perubahan androstenedion menjadi E1 terjadi terutama di
Keadaan dengan pertumbuhan rambut yang jaringan lemak, dan tingkat perubahan ini berhubungan
berlebihan pada kulit ditempat yang biasa, seperti kepala dengan jumlah jaringan lemak. Pengurangan berat badan
dan ekstremitas. Keadaan ini terjadi akibat pembentukkan pada wanita gemuk berhubungan dengan pengurangan
androgen yang berlebihan akibat kerusakan enzim 3 kadar androgen dan estrogen terutama estron serum.
betahidroksisteroid dehidrogenase (POGI, 2006). Hiperestronemia dan hiperinsulinemia adalah 2 hal yang
berhubungan
c) Obesitas dengan kegemukan yang berperan dalam patogenesis
Wanita dengan berat badan berlebihan, 4-5 kali ovarium polikistik (Rothenberg et al, 2018).
lebih sering terjadi gangguan fungsi ovarium. Wanita Obesitas pada anak merupakan faktor risiko untuk
yang gemuk menunjukkan aktivitas kelenjar suprarenal PCOS (Dabadghao, 2019). Anak perempuan yang
yang berlebihan, peningkatan produksi testosteron, obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena resistensi
androstenedion serta peningkatan rasio estron/estradion insulin, sindrom metabolik, dan PCOS di kemudian hari

10
(Pasquali et al., 2011). Di sisi lain, wanita dengan PCOS PCOS mengakibatkan obesitas masih bisa diperdebatkan
memiliki risiko lebih tinggi terkena obesitas (Randeva et (Kamangar et al., 2015).
al., 2012). Banyak penelitian menjelaskan bahwa wanita
dengan PCOS mengalami peningkatan distribusi lemak d) Akne, seborrhoe, pembesaran klitoris , pengecilan
tubuh visceral dan subkutan karena peningkatan tingkat payudara.
produksi androgen; obesitas sentral ini mengikuti Keadaan ini terjadi akibat pembentukkan androgen
distribusi lemak tubuh (Borruel et al., 2013) di mana yang berlebihan (POGI, 2006).
jumlah lemak visceral berkorelasi dengan tingkat
resistensi insulin (Karabulut et al., 2012). Selain itu, F. Gambaran Histopatologi
obesitas memainkan peran penting dalam Gambaran Makroskopis
mengekspresikan fitur metabolisme PCOS. Wanita Kedua ovarium, kadang-kadang pada kasus yang jarang
dengan PCOS memiliki profil lipid aterogenik, terkait satu ovarium, membesar 2 sampai 5 kali ukuran normal dan
dengan peningkatan kadar lipoprotein densitas rendah lebih besar dari uterus. Bentuknya oval atau “egg-shaped” ;
(LDL), trigliserida dan kolesterol, bersama dengan dimana pada penelitian baru-baru ini, volume ovarium pada
penurunan kadar lipoprotein densitas tinggi (HDL). pasien ovarium polikistik 3 kali lebih besar dari volume
Mereka juga berisiko lebih tinggi terkena aterosklerosis, ovarium kelompok kontrol. Kadang-kadang, ovarium dapat
kekakuan arteri, dan perubahan endotelium pembuluh ditemukan dalam ukuran normal. Kista korteks superfisial
darah. Selain itu, wanita dengan PCOS menunjukkan biasanya dapat dilihat dibawah permukaan ovarium yang putih.
profil kardiovaskular yang lebih buruk (Randeva et al., Pemeriksaan bagian permukaan ovarium ini menunjukkan suatu
2012). Apakah obesitas menyebabkan PCOS atau apakah penebalan pada tunai, berwarna putih seperti mutiara, korteks

11
superfisial, dan beberapa kista, dengan diameter kurang dari 1 mungkin jumlahnya 2 kali dari ovarium norma. Jumlah dan
cm. Biasanya ada suatu zona sentral stroma dengan beberapa gambar-gambaran folikel primordial adalah normal. Seperti
atau kadang tidak ada sama sekali stigmata ovulasi (misalnya telah dinyatakan, stigmata dari ovulasi sebelumnya tidak ada,
korpora lutea atau albikans) (Maharani, 2002; Hadibroto, 2005). tetapi korpora lutea telah didiskripsikan sebanyak 30% dari
kasus-kasus khusus ovarium polikistik. Korteks yang lebih
Gambaran mikroskopis
dalam dan stroma medula mungkin mempunyai sampai 5 kali
Korteks superfisial mengalami fibrosis dan hiposeluler,
lipat pertambahan volume. (Maharani, 2002; Hadibroto, 2005).
menyerupai suatu kapsul, dan mengandung pembuluh darah
berdinding tebal yang menonjol. Penjualan dari stroma fibrotik G. Fenotip
yang meluas dari korteks superfisial ke korteks yang lebih Karena PCOS cenderung merupakan spektrum penyakit,
dalam atau bahkan kemedula. Kista ini merupakan folikel kistik kriteria Rotterdam membagi penyakit menjadi empat fenotipe
yang atretik yang mempunyai batas sebelah dalam dari (International Evidence-based Guideline for the Assessment
beberapa lapisan sel-sel granulosa nonluteinisasi yang mungkin and Management of Polycystic Ovary Syndrome 2018):
mengalami eksfoliasi fokal. Suatu lapisan yang lebih luar dari
 Hiperandrogenisme, disfungsi ovulasi dan gejala
sel-sel teka interna kadang-kadang disebut sebagai “hipertekosis
ovarium polikistik ( Fenotip A)
folikuler” tetapi folikel-folikel kistik pada wanita dengan
ovarium polikistik berbeda dari yang ditemui pada wanita  Hiperandrogenisme, disfungsi ovulasi ( Fenotip B)
normal, dimana pada wanita normal hanya ditemui peningkatan
 Hiperandrogenisme, gejala ovarium polikistik ( Fenotip
jumlah. Folikel-folikel matur yang mencapai stadium midantral C)
dan folikel-folikel atretik menunjukkan luteinisasi teka interna

12
 Disfungsi ovulasi dan gejala ovarium polikistik (Fenotip hiperandrogenisme, dan ovarium polikistik) (El Hayek et al,
D) 2016).

Wanita dengan fenotip klasik memiliki profil yang lebih Kategori PCOS berdasarkan rekomendasi guideline Monash 2018:
buruk dari faktor risiko metabolik dan kardiovaskular (yaitu, 1. EBR: Bukti cukup untuk menginformasikan sebuah
resistensi insulin yang lebih tinggi dan profil lipid yang lebih rekomendasi yang dibuat oleh grup penelitian.
buruk) dibandingkan dengan fenotipe non-klasik, bahkan ketika 2. CR: Belum ada bukti, sebuah rekomendadsi konsensus
memiliki BMI yang sebanding. Fenotip klasik dapat klinis telah dibuat oleh grup penelitian.
memprediksi tingkat morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler 3. CPP: Bukti tidak diketahui, untuk penerapannya yang dibuat
postmenopause yang lebih tinggi dibandingkan dengan fenotipe oleh grup peneliti dimana pembahasan pentingnya didiskusikan
non-klasik. Sebaliknya, wanita dengan fenotipe berdasarkan bukti dasar atau konsensus klinik.
normoandrogenik non-klasik lebih jarang memiliki resistensi
insulin dan cenderung kurang memiliki fitur metabolik PCOS Tingkatan rekomendasi berdasrkan guideline:
dibandingkan dengan fenotipe klasik (Goverde et al., 2009; 1. HIGH: (+)(+)(+)(+)
Zhang et al., 2009). - Kita sangat yakin bahwa efek sebenarnya dekat
Variasi dalam gejala dan presentasi PCOS dapat menjelaskan dengan estimasi efek.
keberadaan beberapa pedoman diagnostik yang berbeda, karena 2. MODERATE: (+)(+)(+)O
fenotipe dapat bervariasi dari yang asimptomatik hingga - Kita cukup yakin dengan estimasi efek; Efek
memiliki tanda-tanda ketiga komponen penyakit (anovulasi, sebenarnya kemungkinan cukup dekat dengan estimasi

13
efek, tetapi ada kemungkinan hal tersebut secara substansial  Penyebab lainnya dapat disingkirkan
Kriteria minor :
(hal-hal tertentu) terdapat perbedaan.
 Resistensi insulin
3. LOW: (+)(+)OO
 Hirsutisme dan obesitas yang menetap
- Keyakinan kita terhadap estimasi efek itu terbatas;
 Meningkatnya perbandingan rasio LH FSH
Efek sebenarnya mungkin secara substansial berbeda
 Anovulasi intermiten yang berhubungan dengan hiperandrogene
dengan estimasi efek.
 Bukti secara ultrasonografi terdapat ovarium polikistik
4. VERY LOW: (+)OOO Dalam skema ini, terdapat dua kriteria mayor untuk
- Kecil sekali keyakinan kita terhadap estimasi efek mendiagnosis PCOS: anovulasi dan adanya hiperandrogenisme
tersebut; Efek sebenarnya secara substansial berbeda yang ditetapkan secara klinis dan laboratorium. Adannya 2
dengan estimasi efek. kelainan ini cukup untuk mendiagnosis PCOS . Dibutuhkan 1
kriteria mayor yaitu anovulasi dan 2 kriteria minor yaitu rasio
H. Penegakkan Diagnosis LH/FSH > 2,5 dan terbukti adanya ovarium polikistik secara
Menurut National Institute of Health – National Institute USG (POGI, 2006).
of Child Health and Human Development NIH-NICHD untuk Penyakit ini diperkirakan terjadi pada 3,5% - 7% dari
mendiagnosa PCOS ditetapkan : populasi wanita. Pasien-pasien yang terkena khusunya mereka
yang berada pada dekade ketiga dengan riwayat obesitas
Kriteria mayor : pramenars, amenorea sekunder atau oligomenorea, infertil dan
 Anovulasi
hirsutisme. Gambar ini mungkin terjadi sendirian atau berupa
 Hiperandrogenemia
kombinasi. Ovarium pada penderita polikistik ovarium mungkin
 Tanda klinis hiperandrogenisme
dapat teraba membesar atau dapat juga tidak teraba.

14
Pemeriksaan USG pelvis dan laparoskopi mungkin berguna mencolok, kemungkinan besar berasal dari kelenjar suprarenal
dalam menetapkan diagnosis. Dengan USG hampir 95% berupa hiperplasia atau tumor (Rothenberg et al, 2018).
diagnosis dapat ditegakkan, terlihat gambaran seperti roda Pemeriksaan penunjang pada PCOS beserta tujuan
padati, atau folikel-folikel kecil diameter 7-10 mm dan salah pemeriksaannya akan dijelaskan (POGI, 2006):
satu ovarium membesar (POGI, 2006). Tabel 1. Pemeriksaan Laboratorium Pada PCOS
Dengan USG pada 25% wanita normal ditemukan Pemeriksaan Nilai normal Tujuan
β-hCG Menyingkirkan kehamilan
adanya ovarium polikistik. Wanita polikistik ovarium
TSH 0,5-4,5 μU/mL (0,5-4,5 Menyingkirkan gangguan tiroid
meunjukkan kadar FSH, Prolaktin dan estrogen normal, mU/L)
Prolaktin Menyingkirkan hiperprolaktinemia
sedangkan LH sedikit tinggi (nisba LH/FSH>3). LH yang tinggi
akan meningkatkan sintesis testosteron di ovarium, dan Testosteron Menyingkirkan tumor yang
(total) menghasilkan androgen
membuat stroma ovarium menjadi tebal dan membuat folikel
Testosteron 20-30 tahun: 0,06-2,57 Menegakkan diagnosis atau
atresi (Schorge et al, 2008). (bebas) pg/mL (0,20-8,90 monitoring terapi
pmol/L)
Bila ada hirsutisme perlu diperiksa kadar testosteron, 40-59 tahun: 0,4-2,03
pg/mL (1,40-7,00
untuk mengetahui apakah hirsutisme itu disebabkan oleh pmol/L)
DHEAS 600-3.400 ng/mL (1,6- Menyingkirkan tumor yang
ovarium atau kelanjar suprarenal, perlu diperiksa 17-hydroxy 9,2 μmol/L) menghasilkan androgen
Androstenedion 0,4-2,7 ng/mL (1,4-9,4 Menegakkan diagnosis
pregnenolone sulfate (DHEAS). Kadar testosteron yang tinggi e nmol/L)
selalu berasal dari ovarium (> 1,5 ng/ml). Indikasi pemeriksaan 17α- Menyingkirkan NCAH
hydroxyprogest
testosteron dan DHEAS juga tergantung dari pertumbuhan erone
Insulin puasa Menyingkirkan hiperinsulinemia
rmabut, jika ringan kemungkinan beradal dari ovarium, berupa
anovulasi kronik, sedangkan bila pertumbuhan rambut

15
Glukosa puasa 65-119 mg/dL (3,6-6,6 Menyingkirkan diabetes tipe 2 atau sel-sel jaringan perifer khususnya otot dan jaringan lemak
mmol/L) intoleransi glukosa
Rasio glukosa ≥ 4,5 Menyingkirkan resistensi insulin
tidak dapat menggunakan insulin sehingga banyak dijumpai
puasa : insulin
pada sirkulasi darah. Makin tinggi kadar insulin seorang
Kolesterol 150-200 mg/dL (1,5-2 Monitor perubahan gaya hidup
(total) g/L) wanita, makin jarang wanita tersebut mengalami menstruasi.
Kolesterol HDL 35-85 mg/dL (0,9-2,2 Monitor perubahan gaya hidup
mmol/L) Penyebab yang kedua adalah adanya kadar LH yang tinggi
Kolesterol LDL 80-130 mg/dL (2,1-3,4 Monitor perubahan gaya hidup
mmol/L) sehingga merangsang sintesa androgen. Testosteron
Biopsi Tidak ada tanda Menyingkirkan keganasan atau
endometrium hiperplasia/keganasan hiperplasia menekan sekresi SHBG oleh hati sehingga kadar testosteron
Diagnosis PCOS ditegakkan dengan menyingkirkan penyebab lain dan estradiol bebas meningkat. Kenaikan kadar estradiol
oligomenorea atau hiperandrogenisme.
β-hCG = beta subunit human chorionic gonadotropin; memberi umpan balik positif terhadap LH sehingga kadar
TSH = thyroid-stimulating hormone;
DHEAS = dehydroepiandrosterone sulfate; LH makin meningkat lagi sedangkan kadar FSH tetap
NCAH = nonclassic adrenal hyperplasia;
HDL = high-density lipoprotein; rendah. Hal ini menyebabkan pertumbuhan folikel
LDL = low-density lipoprotein
terhambat, tidak pernah menjadi matang apalagi terjadi
ovulasi (Rothenberg et al, 2018).
I. Komplikasi / Dampak Klinis Sebuah studi oleh Hart dan Doherty menunjukkan
a) Infertilitas bahwa infertilitas adalah 10 kali lebih umum di antara wanita
Infertilitas pada sindrom ovarium polikistik berkaitan dengan PCOS dibandingkan dengan kontrol yang sehat (Hart
dengan dua hal. Pertama karena adanya dan Doherty, 2015). Di sisi lain, beberapa penelitian
oligoovulasi/anovulasi. Keadaan ini berkaitan dengan menunjukkan bahwa wanita dengan PCOS yang hamil
hiperinsulinemia di mana terdapat resistensi insulin karena mungkin menderita komplikasi terkait kehamilan seperti
diabetes gestasional (Bruyneel et al., 2014), hipertensi yang

16
diinduksi kehamilan (Sir-Petermann et al ., 2012; Bruyneel kolesterol high density lipoprotein (HDL) dan peningkatan
et al., 2014), dan preeklampsia (Katulski et al., 2015) ke kadar kolesterol low density lipoprotein (LDL) yang bersifat
tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol yang aterogenik sehingga mempercepat proses aterosklerosis
cocok. Berbagai data penelitian juga menunjukkan pembuluh darah dengan akibat berkurangnya kelenturan
peningkatan risiko keguguran pada wanita dengan PCOS (El yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi. Kombinasi
Hayek et al, 2016). trigliserida yang tinggi dan kolesterol HDL yang rendah
berkaitan erat dengan penyakit kardiovaskuler, yang pada
b) Hipertensi dan penyakit jantung koroner pasien sindrom ovarium polikistik muncul di usia yang
Diketahui bahwa obesitas sering diderita oleh pasien relatif lebih muda (Schorge et al, 2008).
sindrom ovarium polikistik. Lemak tubuh yang berlebihan Data menunjukkan bahwa pasien dengan PCOS
ini memberi konsekuensi terjadinya resistensi insulin. secara signifikan memiliki kadar biomarker CVD yang
Obesitas dan resistensi insulin mengarah pada perubahan meningkat, termasuk protein C-reaktif dan lipoprotein A,
respons sel-sel lemak terhadap insulin, di mana terjadi dibandingkan dengan kontrol Studi lain menunjukkan tingkat
gangguan supresi pengeluaran lemak bebas dari jaringan yang lebih tinggi dari indikator aterosklerosis dengan
lemak (Schorge et al, 2008). disfungsi kardiovaskular onset dini, yaitu, kekakuan arteri,
Peningkatan lemak bebas yang masuk ke dalam disfungsi endotel, dan kalsifikasi arteri koroner (El Hayek et
sirkulasi portal meningkatkan produksi trigliserida, selain itu al, 2016).
juga terdapat peningkatan aktivitas enzim lipase yang
bertugas mengubah partikel lipoprotein yang besar menjadi c) Diabetes melitus
lebih kecil. Akibatnya ditemukan penurunan konsentrasi

17
Sindrom ovarium polikistik berkaitan erat dengan diabetes mellitus tipe II atau gangguan toleransi glukosa
masalah insulin. Adanya resistensi sel-sel tubuh terhadap dibandingkan dengan populasi kontrol (Lerchbaum et al.,
insulin menyebabkan organ tubuh tidak dapat menyimpan 2013).
glukosa dalam bentuk glikogen sehingga kadarnya
meningkat di dalam darah. Studi terbaru menunjukkan d) Masalah kulit dan hirsutisme
bahwa hiperinsulinemia terdapat pada 85% pasien dengan Keadaan ini berkaitan dengan hiperandrogenisme.
PCOS (Teede et al., 2011; Stepto et al., 2013). Peningkatan Kadar androgen yang tinggi menyebabkan pengeluaran
kadar insulin pada pasien dengan PCOS dapat, bersama sebum yang berlebihan sehingga menyebabkan masalah pada
dengan tingginya kadar LH, memicu berhentinya kulit dan rambut. Pasien mengeluhkan seringnya terjadi
pertumbuhan folikel yang berkontribusi terhadap anovulasi. peradangan pada kulit akibat penyumbatan pori serta
Hiperinsulinemia juga mengubah pola sekresi GnRH, pertumbuhan rambut pada tubuh yang berlebihan. Kelainan
menekan SHBG dan mempotensiasi produksi androgen yang biasanya timbul adalah dermatitis seboroik, hidradenitis
ovarium pada wanita dengan PCOS (El Hayek et al, 2016). supuratif, akantosis nigrikans dan kebotakan. Akantosis
PCOS meningkatkan risiko diabetes melitus tipe 2 nigrikans selain berhubungan dengan keadaan hiperandrogen
dan diabetes gestasional sejak usia dini (Randeva et al., juga terkait dengan adanya hiperinsulinemia (Schorge et al,
2012). Sekitar 1 dari 5 wanita dengan PCOS akan 2008).
mengalami diabetes tipe II membuat gangguan toleransi e) Obesitas
glukosa menjadi kelainan umum pada penyakit ini (Randeva Obesitas pada sindrom ovarium polikistik
et al., 2012). Studi menunjukkan bahwa wanita yang dideskripsikan sebagai obesitas sentripetal, di mana
menderita PCOS memiliki risiko lebih tinggi terkena distribusi lemak ada di bagian sentral tubuh terutama di

18
punggung dan paha. Wanita dengan sindrom ini sangat endometrium yang sebagian besar terdiferensiasi dengan
mudah bertambah berat tubuhnya. Obesitas tipe ini berkaitan baik dengan prognosis yang baik (Fauser et al., 2012).
dengan peningkatan risiko menderita hipertensi dan diabetes
(Schorge et al, 2008). J. PENATALAKSANAAN
f) Kanker endometrium Tujuan dari terapi pada PCOS adalah (1) menghilangkan
Risiko lain yang dihadapi wanita dengan sindrom ini gejala dan tanda hiperandrogenisme, (2) mengembalikan silus
adalah meningkatnya insiden kejadian kanker endometrium. haid menjadi normal (3) memperbaiki fertilitas (4)
Hal ini berhubungan dengan kadar estrogen yang selalu menghilangkan gangguan metabolisme yang terjadi. Perawatan
tinggi sehingga endometrium selalu terpapar oleh estrogen PCOS harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
ditambah adanya defisiensi progesteron. Kanker ini biasanya pasien, untuk mengurangi dampak psiko-emosional dari
berdiferensiasi baik, angka kesembuhan lesi tingkat I manifestasi dermokutan yang berasal dari kelebihan androgen,
mencapai angka >90% (Schorge et al, 2008). mencegah hiperplasia endometrium pada wanita dengan
Wanita yang menderita PCOS memiliki banyak disfungsi ovulasi yang parah, meningkatkan kesuburan pada
faktor risiko yang terkait dengan kanker endometrium, wanita dengan keinginan reproduksi dan untuk mencegah atau
seperti obesitas, resistensi insulin, diabetes mellitus tipe II, mengobati komplikasi metabolik (Ortiz-Flores et al, 2019).
dan anovulasi (Legro et al., 2013). Anovulasi memicu
paparan estrogen uterus yang dapat memicu perkembangan Langkah-langkah diet harus direkomendasikan kepada
hiperplasia endometrium dan akhirnya kanker endometrium. semua pasien dengan tujuan untuk mencegah atau mengobati
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan PCOS kelebihan berat badan, gaya hidup yang menetap dan merokok.
memiliki risiko tiga kali lipat lebih tinggi terkena kanker Pada varian penyakit yang ringan, pasien mungkin hanya

19
memerlukan tindak lanjut klinis, memastikan bahwa mereka modifikasi gaya hidup dianggap sebagai pengobatan lini
memiliki lebih dari 4-6 siklus menstruasi per tahun sebagai pertama yang hemat biaya dan sebagai tambahan yang
ukuran efektif perlindungan endometrium. Sebaliknya, gejala diperlukan untuk pengobatan (Legro et al., 2013; Misso et
dan tanda PCOS sedang atau berat akan memerlukan perawatan al., 2014).
farmakologis kronis untuk hasil yang memuaskan (Ortiz-Flores Berat badan berlebih, seperti yang disebutkan
et al, 2019). Pendekatan terapi dilakukan dengan 3 macam: sebelumnya, dikaitkan dengan hasil metabolisme dan
a. Non farmakologi kesehatan reproduksi yang merugikan pada wanita dengan
Tanda dan gejala hirsutisme akan memakan waktu PCOS. Misalnya, kesuburan wanita menurun secara
yang cukup lama untuk kembali normal setelah pemberian signifikan dengan BMI> 30-32 kg / m2 (Teede et al., 2011).
anti androgen. Untuk menghiangkan bulu-bulu yang tumbuh Beberapa uji coba kecil yang tidak terkontrol telah
pada penderita PCOS, banyak wanita melakukan tindakan menunjukkan bahwa penurunan berat badan hanya 5%
elektolisis atau laser untu tujuan kosmetik (POGI, 2006). mengatur siklus menstruasi, meningkatkan kesuburan,
Penurunan berat badan akan memberikan pengaruh mengurangi kadar insulin dan testosteron, mengurangi
terhadap kadar hormon dalam sirkulasi. Penelitian tingkat jerawat dan hirsutisme, dan manfaat kesejahteraan
menerangkan pada 6 orang penderita yang mengalami psikologis (El Hayek et al, 2016).
penurunan berat badan sebesar 16,2 kg akan menyebabkan
penurunan kadar testosteron, 4 orang diantaranya terjadi b. Farmakologi
ovulasi. Beberapa guideline merekomendasikan terapi  Kontrasepsi oral
olahraga dan diet kalori terbatas sebagai bagian penting dari Kontrasepsi oral adalah obat yang paling umum
manajemen obesitas pada wanita dengan PCOS. Bahkan, digunakan untuk pengobatan jangka panjang wanita

20
dengan PCOS dan telah direkomendasikan oleh dan testosteron. Beberapa antianrogen yang tersedia
Kelompok Konsensus PCOS (Fauser et al., 2012) adalah : Cyproteron acetat yang bersifat kompetitif-
sebagai pengobatan lini pertama untuk inhibisi terhadap testosteron dan dyhirotestosteron
hiperandrogenisme dan gangguan siklus menstruasi pada reseptor androgen. Dosis 100mg per hari pada
pada wanita dengan PCOS. hari 5-15 siklus haid. Flutamide bersifat menekan
Dengan menekan aksis hipotalamo-hipofisis- biosintesa testosteron. Dosis 250 mg 3 kali pemberian
ovarium, obat kontrasepsi oral mampu menurunkan perhari selama 3 bulan. Finasteride yang merupakan
sekresi LH, meningkatkan SHBG, dan menurunkan inhibitor spesifik enzym 5 α reduktase digunakan
kadar testosteron bebas yang selanjutnya akan dengan dosis 5 mg/hari (Schorge et al, 2008).
memperbaiki jerawat dan hirsutism, mengoreksi
kelainan siklus menstruasi, dan memberikan  GnRh analog
kontrasepsi yang efektif. Pengobatan minimal 6 bulan Pemberian GnRh agonis akan memperbaiki
biasanya diperlukan untuk mendapatkan hasil yang denyut sekresi LH sehingga luteinisasi prematur dari
memuaskan terhadap jerawat dan hirsutisme. Dosis folikel dapat di cegah dan dapat memperbaiki rasio
150 mg intramuskuler setiap 6 minggu selama 3 bulan FSH/LH (Schorge et al, 2008).
atau 20-40 mg per hari (Schorge et al, 2008).
 Metformin
 Antiandrogen Betujuan untuk menekan aktifitas cytochrom
Fungsinya untuk menurunkan produksi P450c-17α ovarium, yang akan menurunkan kadar
testosteron maupun untuk mengurangi kerja dari androgen, LH dan hiperinsulinemia. Beberapa data

21
menunjukkan bahwa metformin tidak memperbaiki
resistensi insulin itu sendiri, melainkan meningkatkan c. Operatif
efektivitas glukosa, yaitu kemampuan glukosa per se Laparoscopik ovarium elektrokauter digunakan
untuk menekan sintesis glukosa endogen dan sebagai alternatif untuk reseksi pada pasien dengan PCOS
merangsang penyerapan glukosa. Pengobatan parah yang resisten terhadap clomiphene sitrat. Pada seri
metformin pada remaja obesitas dengan PCOS dan terbaru, pengeboran ovarium dicapai laparoskopi dengan
gangguan toleransi glukosa terbukti bermanfaat dalam menggunakan jarum elektrokauter. Pada setiap ovarium,
meningkatkan toleransi glukosa dan sensitivitas dibuat 10-15 lubang. Hal ini menyebabkan ovulasi spontan di
insulin, dalam menurunkan insulinemia, dan dalam 73% dari pasien, dengan 72% hamil dalam waktu 2 tahun.
mengurangi kadar androgen yang meningkat. Pada pasien yang telah mengalami follow-up setelah
Diberikan dosis 500 mg 3 kali pemberian perhari laparoskopi, 11 dari 15 tidak mengalami adhesi. Untuk
selama 30 hari (Pau et al., 2014) mengurangi adhesi, tekniknya ialah dengan kauterisasi hanya
4 poin ovarium saja yang menyebabkan angka kehamilan
 Clomiphene Citrat yang sama, dengan tingkat keguguran 14%. Kebanyakan
Merupakan terapi pilihan untuk induksi ovulasi hasil melaporkan penurunan kadar androgen dan LH dan
dan mengembalikan fungsi fertilisasi. Pada keadaan peningkatan konsentrasi FSH. Diatermi unilateral telah
hiperandrogen pada wanita yang anovulasi. Dosisnya terbukti menghasilkan aktivitas ovarium bilateral. Risiko
50 mg satu kali pemberian perhari dengan dosis pembentukan adhesi harus diberitahukan kepada pasien
maksimal perhari dapat ditingkatkan menjadi 200 mg (Schorge et al, 2008).
(Schorge et al, 2008).

22
Berikut merupakan Contoh Kasus PCOs b. Apakah ada tumbuh rambut abnormal seperti kumis,
jambang, bulu halus didada?
SURAT RUJUKAN
c. Acne?
Kepada
d. Acanthosis nigricans di leher dan ketiak?
Yth. Dokter Bagian Kandungan
3. Riwayat pernikahan
RS Solo
a. Menikah berapa lama?
b. Berhubungan badan teratur/tidak?
Dengan hormat,
c. Paritas ( jika sudah punya anak)
Mohon pemeriksaan dan penanganan selanjutnya Ny. Nita, P0A0,
d. KB apa?
33 th, dengan keluhan menstruasi tidak teratur, tidak menstruasi
e. Keluar air susu atau tidak?
selama 3 bulan dan infertil 5 tahun.
f. Tes kehamilan
g. Pekerjaan suami dan istri
ANAMNESIS
4. Riwayat pengobatan
1. Riwayat menstruasi
a. Sudah pernah berobat/ belum? HSG dan analisa
a. Teratur/ tidak? Siklus haid?
sperma juga ditanyakan
b. Lamanya? Berapa kali ganti pembalut?
5. Riwayat penyakit dahulu
c. Menstruasi terakhir kapan?
a. Sakit DM/ jantung/ hipertensi/ alergi/ asma
2. Tanda-tanda hiperandrogen
b. Riwayat operasi sebelumnya
a. Apakah rambut rontok?
c. Riwayat sakit Ca endometrium dan Ca mammae pada
keluarga

23
a. DR3: Hb, aL, aT, aE
PEMERIKSAAN FISIK b. Gula darah (HbA1C, GDS, GDP, GD2PP) dan
1. KU, VS (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu) HOMA IR (GDP x insulin puasa/ 22,5)
2. BB, TB, BMI c. Fungsi liver : SGOT, SGPT
3. Kepala: apakah ada alopesia? d. Profil lipid: HDL, trigliserida, kolesterol
4. Wajah: apakah ada acne, kumis, jenggot? 4. HSG dan analisa sperma
5. Leher dan ketiak: apakah ada acanthosis nigricans, tiroid? 5. USG transvaginal: uterus ukuran normal, antefleksi,
6. Mata: Conjungtiva anemis, sklera ikterik endometrium thickness normal, ovarium tampak gambaran
7. Thorax: cor pulmo apakah normal? Apakah ada bulu halus di roda pedati dengan jumlah folikel ≥ 12 dengan diameter 2-9
dada? Galaktorea? mm
8. Abdomen: supel, NT (-), TFU teraba, massa (-), lingkar
DIAGNOSIS
perut, apakah ada obesitas sentral?
9. Genital: normal Polycystic ovarian syndrome
10. Ekstremitas: abnormalitas rambut (+/+) Resistensi Insulin
Obesitas
Amenorea sekunder
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Infertil primer 5 tahun
1. PP Test : negatif
2. Hormonal: prolaktin, FSH, LH, E2, TSH, ratio LH: FSH
3. Laboratorium

24
TERAPI dinaikkan hingga 150mg/hari, USG hari ke 8,10, 12
untuk menilai folikel, apabila resisten dengan
1. Modifikasi gaya hidup
pemberian klomifen sitrat maka diberikan dengan
a. Olahraga aerobik 3 kali seminggu dan diet untuk
aromatase inhibitor yaitu letrozole 1x2,5mg/ 2x
menurukan berat badan 5-10% dalam 2 bulan
2,25mg, apabila gagal dilakukan laparaskopi ovarian
b. Dengan penurunan BB diharapkan dapat menurunkan
drilling
LH (45%), menurunkan insulin puasa (40%),
e. Laparaskopi ovarian drilling (LOD)
menurunkan testosterone (35%), menurunkan resiko
Mekanisme: pelepasan cairan folikel yang kaya
DM tipe 2 (58%), membuat menstruasi teratur (89%)
androgen  androgen stroma menurun  androgen
2. Obat-obatan
serum menurun  inhibin & LH menurun  FSH
a. Progestin chalange test (Uji P): dengan
meningkat  kepadatan folikel menurun  terjadi
medroxyprogesterone acetate 10mg (primolut) atau
perkembangan folikel lebih lanjut
norethisterone 5mg dosis 1x5-10 mg selama 7 hari
Teknik LOD:
b. Insulin sensitizing agen: metformin 3x500mg tiap
 Elektrokauter 50-80 watt
hari
 5-10 lubang dengan jarak 1cm tiap lubang
c. Combined oral contraceptive: untuk regulasi
 Diameter lubang 4mm
mentruasi dan menurunkan hiperandrogen (anti
androgen progestin)  Penetrasi 5 detik

d. Induksi ovulasi dengan klomifen sitrat: diberikan  Irigasi ovarium dengan larutan Hartmann

hari ke 2-5 dosis awal 50mg/hari selama 5 hari dapat 3. Edukasi:

25
a. Withdrawal bleeding 2-7 hari setelah minum pil hiperlipidemia) dan risiko terjadi Ca endometrium ( karena
terakhir ( Progestin challenge test) anovulasi kronik dengan paparan estrogen berlebihan)
b. Intervensi perubahan gaya hidup, olahraga
DAFTAR PUSTAKA
c. Edukasi pasien untuk prognosis dan fertilitas dan
komplikasi jangka panjang PCOS Ajmal N., Khan S. Z., Shaikh R. (2019). Polycystic Ovary
d. Edukasi efek samping dari obat ( insulin sensitizing Syndrome (PCOS) and Genetic Predisposition: A Review
Article. European Journal of Obstetrics & Gynecology and
agent, PKK, Klomifen Sitrat) : nausea, peningkatan Reproductive Biology: X.
BB, hot-flush, mood swing, perut tidak nyaman,
Anderson H., Fogel N., Grebe S. K., Singh R. J., Taylor R. L.,
nyeri mammae Dunaif A. (2010). Infants of women with polycystic ovary
syndrome have lower cord blood androstenedione and estradiol
PROGNOSIS levels. J. Clin. Endocrinol. Metab. 95, 2180–2186.
10.1210/jc.2009-2651
1. Apabila ovulasi berhasil dan terjadi kehamilan, keluhan Borruel S., Fernández-Durán E., Alpañés M., Martí D., Álvarez-
PCOS dapat hilang sementara, post partum akan timbul lagi Blasco F., Luque-Ramírez M., et al. . (2013). Global adiposity
and thickness of intraperitoneal and mesenteric adipose tissue
2. Apabila konsepsi terjadi, kemungkinan terjadi abortus tetap depots are increased in women with polycystic ovary syndrome
besar apabila kadar LH masih tinggi (PCOS). J. Clin. Endocrinol. Metab. 98, 1254–1263.
10.1210/jc.2012-3698
3. Laparaskopi memberikan keberhasilan hamil dalam rentang
waktu 12 bulan sebesar 54-84% apabila tanpa kelainan Bruyneel A., Catteau-Jonard S., Decanter C., Clouqueur E.,
Tomaszewski C., Subtil D., et al. . (2014). Polycystic ovary
tambahan syndrome: what are the obstetrical risks?. Gynecol. Obstet.
4. Faktor risiko jangka panjang dapat terjadi DM tipe 2 (risiko Fertil. 42, 104–111. 10.1016/j.gyobfe.2014.01.001

3-7x), berisiko terjadi penyakit jantung ( karena

26
Budi R. Hadibroto. (2005). Sindroma Ovarium Polikistik. Medan: Hardy T. S., Norman R. J. (2013). Diagnosis of adolescent
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran polycystic ovary syndrome. Steroids 78, 751–754.
Universitas Sumatera Utara/ RSUP H. Adam Malik Medan. 10.1016/j.steroids.2013.04.011
Chen Z. J., Zhao H., He L., Shi Y., Qin Y., Shi Y., et al. . (2011). Hart R., Doherty D. A. (2015). The potential implications of a
Genome-wide association study identifies susceptibility loci for PCOS diagnosis on a woman's long-term health using data
polycystic ovary syndrome on chromosome 2p16.3, 2p21 and linkage. J. Clin. Endocrinol. Metab. 100, 911–919.
9q33.3. Nat. Genet. 43, 55–59. 10.1038/ng.732 10.1210/jc.2014-3886
Dabadghao P. (2019). Polycystic ovary syndrome in adolescents. Kamangar F., Okhovat J. P., Schmidt T., Beshay A., Pasch L.,
Best Practice & Research Clinical Endocrinology & Cedars M. I., et al. . (2015). Polycystic ovary syndrome: special
Metabolism. diagnostic and therapeutic considerations for children. Pediatr.
Dermatol. 32, 571–578. 10.1111/pde.12566
El Hayek S, Bitar L, Hamdar L. H., Mirza F.G., Daoud G. (2016).
Poly Cystic Ovarian Syndrome: An Updated Overview. Front Karabulut A., Yaylali G. F., Demirlenk S., Sevket O., Acun A.
Physiol. 7:124. doi:10.3389/fphys.2016.00124 (2012). Evaluation of body fat distribution in PCOS and its
association with carotid atherosclerosis and insulin resistance.
Fauser B. C., Tarlatzis B. C., Rebar R. W., Legro R. S., Balen A. H., Gynecol. Endocrinol. 28, 111–114.
Lobo R., et al. . (2012). Consensus on women's health aspects 10.3109/09513590.2011.589929
of polycystic ovary syndrome (PCOS): the Amsterdam
ESHRE/ASRM-Sponsored 3rd PCOS Consensus Workshop Katulski K., Czyzyk A., Podfigurna-Stopa A., Genazzani A. R.,
Group. Fertil. Steril. 97, 28–38.e25. Meczekalski B. (2015). Pregnancy complications in polycystic
10.1016/j.fertnstert.2011.09.024 ovary syndrome patients. Gynecol. Endocrinol. 31, 87–91.
10.3109/09513590.2014.974535
Goverde A. J., van Koert A. J., Eijkemans M. J., Knauff E. A.,
Westerveld H. E., Fauser B. C., et al. . (2009). Indicators for Legro R. S., Arslanian S. A., Ehrmann D. A., Hoeger K. M., Murad
metabolic disturbances in anovulatory women with polycystic M. H., Pasquali R., et al. . (2013). Diagnosis and treatment of
ovary syndrome diagnosed according to the Rotterdam polycystic ovary syndrome: an Endocrine Society clinical
consensus criteria. Hum. Reprod. 24, 710–717. practice guideline. J. Clin. Endocrinol. Metab. 98, 4565–4592.
10.1093/humrep/den433 10.1210/jc.2013-2350

27
Lerchbaum E., Schwetz V., Giuliani A., Obermayer-Pietsch B. Pau C. T., Keefe C., Duran J., Welt C. K. (2014). Metformin
(2013). Assessment of glucose metabolism in polycystic ovary improves glucose effectiveness, not insulin sensitivity:
syndrome: HbA1c or fasting glucose compared with the oral predicting treatment response in women with polycystic ovary
glucose tolerance test as a screening method. Hum. Reprod. 28, syndrome in an open-label, interventional study. J. Clin.
2537–2544. 10.1093/humrep/det255 Endocrinol. Metab. 99, 1870–1878. 10.1210/jc.2013-4021
Maharani, L., R. Wratsangka. (2002). Sindroma Ovarium Polikistik: POGI. 2006. Sindroma Ovarium Polikistik. Dalam: Standar
permasalahan dan penatalaksanaannya. Jakarta: Bagian Obstetri Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: POGI.
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jakarta. Powers S. E., Uliassi N. W., Sullivan S. D., Tuchman L. K., Mehra
R., Gomez-Lobo V. (2015). Trends in standard workup
Misso M., Boyle J., Norman R., Teede H. (2014). Development of performed by pediatric subspecialists for the diagnosis of
evidenced-based guidelines for PCOS and implications for adolescent polycystic ovary syndrome. J. Pediatr. Adolesc.
community health. Semin. Reprod. Med. 32, 230–240. Gynecol. 28, 43–46. 10.1016/j.jpag.2014.03.002
10.1055/s-0034-1371095
Randeva H. S., Tan B. K., Weickert M. O., Lois K., Nestler J. E.,
Monash. (2018). International Evidence-based Guideline for the Sattar N., et al. . (2012). Cardiometabolic aspects of the
Assessment and Management of Polycystic Ovary Syndrome polycystic ovary syndrome. Endocr. Rev. 33, 812–841.
10.1210/er.2012-1003
2018.
Rothenberg S. S., Beverley R., Barnard E., Baradaran-Shoraka M.,
Ortiz-Flores A.E., Luque-Ramirez M., Escobar-Morreale H. F. Sanfilippo K. S. (2018). Polycystic ovary syndrome in
Polycystic ovary syndrome in adult women. Medicina Clínica; adolescents. Best Practice & Research Clinical Obstetrics &
152(11): 450-457. Gynaecology 48:103:114.
Pasquali R., Stener-Victorin E., Yildiz B. O., Duleba A. J., Hoeger Schorge, J.O., Schaffer, J.I., Halvorson, L.M., Hoffman, B.L.,
K., Mason H., et al. . (2011). PCOS Forum: research in Bradshaw, K.D., Cunningham,F.G. (2008). Williams
polycystic ovary syndrome today and tomorrow. Clin. Gynecology. The Mcgraw-Hill Companies: USA
Endocrinol. 74, 424–433. 10.1111/j.1365-2265.2010.03956.x

28
Segars J. H., Decherney A. H. (2010). Is there a genetic basis for elevated anti-Mullerian hormone. Hum. Reprod. 26, 2861–
polycystic ovary syndrome? J. Clin. Endocrinol. Metab. 95, 2868. 10.1093/humrep/der223
2058–2060. 10.1210/jc.2010-0518
Zhang H. Y., Zhu F. F., Xiong J., Shi X. B., Fu S. X. (2009).
Sir-Petermann T., Ladrón de Guevara A., Villarroel A. C., Preisler Characteristics of different phenotypes of polycystic ovary
J., Echiburu B., Recabarren S. (2012). Polycystic ovary syndrome based on the Rotterdam criteria in a large-scale
syndrome and pregnancy. Rev. Med. Chil. 140, 919–925. Chinese population. BJOG 116, 1633–1639. 10.1111/j.1471-
10.4067/S0034-98872012000700015 0528.2009.02347.x
Stepto N. K., Cassar S., Joham A. E., Hutchison S. K., Harrison C.
L., Goldstein R. F., et al. . (2013). Women with polycystic
ovary syndrome have intrinsic insulin resistance on
euglycaemic-hyperinsulaemic clamp. Hum. Reprod. 28, 777–
784. 10.1093/humrep/des463
Teede H. J., Misso M. L., Deeks A. A., Moran L. J., Stuckey B. G.,
Wong J. L., et al. . (2011). Assessment and management of
polycystic ovary syndrome: summary of an evidence-based
guideline. Med. J. Aust. 195, S65–S112. 10.5694/mja11.10915
Victor V. M., Rocha M., Bañuls C., Sanchez-Serrano M., Sola E.,
Gomez M., et al. . (2009). Mitochondrial complex I impairment
in leukocytes from polycystic ovary syndrome patients with
insulin resistance. J. Clin. Endocrinol. Metab. 94, 3505–3512.
10.1210/jc.2009-0466
Villarroel C., Merino P. M., López P., Eyzaguirre F. C., Van Velzen
A., Iñiguez G., et al. . (2011). Polycystic ovarian morphology in
adolescents with regular menstrual cycles is associated with

29

Anda mungkin juga menyukai