OLEH :
KELOMPOK 1
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 3
BAB IV KESIMPULAN 32
DAFTAR PUSTAKA 28
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2. Epidemiologi
2.1.3. Patofisiologi
3. Hiperinsulinemia
Hiperinsulinemia yang disebabkan oleh resistensi insulin terjadi pada
lebih kurang 80% wanita dengan PCOS dan obesitas sentral, dan juga pada
lebih kurang 30-40% wanita dengan PCOS yang berbadan kurus. Hal ini
disebabkan oleh kelainan pada post-receptor yang berefek pada transport
glukosa, dan ini adalah kelainan yang unik pada wanita dengan PCOS.
Resistensi insulin secara bermakna di eksaserbasi oleh obesitas, dan
merupakan faktor utama dalam patogenesa anovulasi dan hyperandrogenism.
Kelainan fungsi dari sel beta pancreas juga ditemukan pada PCOS.
2.1.6. Diagnosis
Kriteria diagnostik awal dikembangkan pada tahun 1990 selama
konferensi ahli yang disponsori oleh Institut Kesehatan Nasional AS dan Institut
Kesehatan Anak dan Pembangunan Manusia AS. Panel menyimpulkan bahwa
kriteria utama untuk PCOS harus mencakup (dalam urutan kepentingan):
1. Hiperandrogenisme (tanda-tanda klinis hiperandrogenisme seperti hirsutisme)
atau hiperandrogenemia (tanda biokimia hiperandrogenisme seperti
peningkatan kadar testosteron).
2. Oligo- ovulasi (ovulasi yang jarang atau tidak teratur dengan menstruasi
kurang dari sembilan kali per tahun).
3. Mengesampingkan gangguan lain yang diketahui seperti hiperprolaktinemia,
kelainan tiroid, dan hiperplasia adrenal kongenital.
1. Terapi Farmakologi
Tabel : Pilihan terapi untuk Polysistic Ovary Syndrom (PCOS)
2. Non Farmakologi
Modifikasi gaya hidup merupakan terapi lini pertama, yang mencakup
intervensi diet dan aktivitas fisik. Modifikasi diet pada perempuan dengan
PCOS memiliki efek perbaikan profil hormonal dan metabolik.
a. Diet
Telah dilaporkan bahwa penurunan berat badan sebesar 2-5%
sudah dapat memperbaiki fungsi metabolik dan reproduksi secara
signifikan, yang mencakup peningkatan kadar SHBG sehingga
menurunkan kadar androgen bebas dan memperbaiki fungsi ovulasi.
Intervensi gizi yang dilakukan untuk menurunkan berat badan
adalah pengurangan jumlah kalori sebesar 500-1000 kkal/hari dengan
komposisi seimbang disertai peningkatan asupan serat. Macam-macam
diet yang dapat dilakukan yaitu:
1) Diet karbohidrat
2) Diet protein
3) Diet lemak
4) Diet serat
5) Diet vitamin D
b. Aktifitas fisik
Menurut pedoman American College of Sports Medicine dan
American Heart Association pada tahun 2007 merekomendasikan aktivitas
fisik seperti aerobik yang berintensitas sedang minimal 30 menit setiap 5
kali dalam seminggu atau aerobic yang berintensitas berat minimal selama
20 menit setiap 3 kali dalam seminggu atau kombinasi keduanya untuk
menjaga kesehatan tubuh tetap optimal.
BAB III
STUDI KASUS
Pertanyaan:
Tanda dan gejala PCOS?
Tujaun terapi?
Terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi (terutama acne dan hirsustisme)
Penyelesaian kasus
Tanda dan gejala PCOS
Kriteria utama untuk PCOS mencakup :
a) hiperandrogenisme (tanda-tanda klinis hiperandrogenisme seperti
hirsutisme) atau hiperandrogenemia (tanda-tanda biokimia
hiperandrogenisme seperti peningkatan kadar testosteron)
b) oligo-ovulasi (jarang atau ovulasi tidak teratur dengan menstruasi kurang
dari sembilan kali per tahun)
c) mengesampingkan gangguan lain yang diketahui seperti
hiperprolaktinemia, kelainan tiroid, dan hiperplasia adrenal kongenital
Tanda-tanda klinis PCOS yang umum termasuk hirsutisme, jerawat, dan
alopesia. Hirsutisme merupakan karakteristik paling umum dari PCOS, terjadi
pada 60% hingga 75% wanita dengan PCOS. SR menunjukkan beberapa tanda
dan gejala adanya PCOS seperti memiliki pertumbuhan rambut yang berlebih
di bawah hidungnya (hirsutisme), berjerawat dengan sejarah haid tidak
teratur (oligo-ovulasi) .
Tujaun terapi
Tujuan utama SR yaitu untuk mencegah kehamilan dan mengatasi hirsutisme
yang dialaminya. Sedangkan tujuan pengobatantannya adalah :
1. mempertahankan endometrium normal
2. menghalangi aksi endrogen pada jaringan target
3. mengurangi resistensi insulin dan hiperinsulinemia
4. mengurangi berat badan
5. mencegah komplikasi jangka panjang
6. membuat siklus menstruasi menjadi normal (tidak terjadi anovulasi
ataupun oligoovulasi
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Kimble, K. 2013. Applied Therapeutics : The Clinical Use of Drugs. 10th Edition.
Wolters Kluwer.
Lauritsen MP, Bentzen JG, Pinborg A, Loft A, Forman JL, Thuesen LL, et al,
2014, The Prevalence of polycystic ovary syndrome in anormal population
according to the Rotterdam criteria versus revised criteria including anti-
mullerian hormone. Human Reproduction. Vol 29: 791-801