Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH SISTEM PENGHANTARAN OBAT

“SEDIAAN TABLET CONTROLLED RELEASE”

Dosen Pengampu :
Apt. Nurfitriyana, M.Farm.

Disusun Oleh
Kelompok 1

Muhammad Raffi Afandi (201951135)


Linda Rosalina (202151019)
Rinova Devinda (202151083)
Pamela Khristi (202351028)
Sintia Audina (202351054)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL
JAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Pengemasan Sediaan Steril” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Sistem
Penghantaran Obat. Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Apt. Nurfitriyana., M.Farm.
Selaku Dosen Pengampu Sistem Penghantaran Obat, telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet
yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini. Penulis mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Jakarta, April 2024

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
II.1 Pengertian Sediaan Lepas Terkendali (Controlled Release) .................................... 3
II.2 Prinsip Sediaan Lepas Terkendali (Controlled Release) .......................................... 3
II. 3 Beberapa Karateristik Obat Lepas Terkendali......................................................... 6
II.4 Eksipien dalam Obat Lepas Terkendali .................................................................... 8
II.5 Metode Formulasi Sediaan Lepas Terkendali ........................................................ 17
II.6 Keuntungan dan Kerugian Obat Lepas Terkendali ................................................ 18
II.7 Contoh Formula Controlled Release ...................................................................... 19
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 22
III.1 Kesimpulan............................................................................................................ 22
III.2 Saran ...................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Saat ini perkembangan obat semakin maju dan berkembang pesat. Untuk mengatasi
masalah-masalah kepatuhan pasie yang sering sekali mejadi penghalang keberhasilan efek
terapi dari suatu obat, maka saat ini terus dikembangkan obat lepas terkendali yang dapat
memperpanjang efek terapi, menjaga konsentrasi obat dalam tubuh dan meningkatkan
efisiensi dari efek terapi suatu obat. Namun demikian ada kemungkinan terjadi kegagalan
dimana obat yang dosisnya seharusnya terkendali justru lepas keseluruhan menyebabkan
overdosis. Maka dari itu teknologi ini terus dikembangkan, para ilmuan terus melakukan
penelitian tentang teknologi pembuatan dan eksipien-eksipien yang cocok untuk obat lepas
terkendali untuk mengurangi resiko-resiko terjadinya kesalahan dan untuk meningkatkan
efisiensi obat ini.

I.2 Tujuan
Dalam makalah kami ini membahas tentang sediaan padat lepas lambat. Makalah ini
lebih menggambarkan dan menjelaskan tentang eksipien-eksipein yang digunakan, tujuan
penambahan eksipien dan metode pembuatannya. Makalah ini juga dibuat untuk
memenuhi tugas yang diberikan dosen kami.

I.3 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan adalah metode kajian kepustakaan. Data-data yang
terdapat dalam makalah ini kami ambil dari berbagai sumber, di antaranya berupa buku,
jurnal ilmiah, dan berbagai artikel dari situs internet yang berkaitan dengan eksipien dalam
pembuatan tablet.

I.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini terbagi menjadi tiga bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Tujuan Penulisan
1
I.3 Metode Penulisan
I.4 Sistematika Penulisan
BAB II ISI
II.1 Pegertian Sediaan Lepas Terkendali (Controlled Release)
II.2 Prinsip Sediaan Lepas Terkendali (Controlled Release)
II.3 Beberapa Karateristik Obat Lepas Terkendali
II.4 Eksipien dalam Sediaan Lepas Terkendali
II.5 Metode Pembuatan Formulasi Sediaan Lepas Terkendali
II.6 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Lepas Terkendali
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Sediaan Lepas Terkendali (Controlled Release)


Sediaan padat lepas terkendali (controlled release) adalah sediaan berupa tablet
atau kapsul yang bersalut atau tidak bersalut yang mengandung bahan tambahan tertentu
atau disediakan melalui proses tetentu dengan cara terpisah atau bersamaan yang pelepasan
terkendali bertujuan untukmengendalikan konsentrasi pelepasan bahan obat untuk
memperpanjang secara teratur dan mengefisienkan efek obat.

II.2 Prinsip Sediaan Lepas Terkendali (Controlled Release)


Secara umum, tujuan dari dosis lepas terkendali ini adalah untuk mempertahankan
tingkat terapeutik darah atau jaringan obat untuk periode yang diperpanjang, ini biasanya
dilakukan dengan mencoba untuk mendapatkan orde nol rilis atau pelepasan dari bentuk
sediaan, orde nol rilis merupakan pelepasan obat dari bentuk sediaan.

Gambar 1: Kadar obat dalam plasma dan waktu profil yang menunjukkan perbedaan antara
orde nol, pelepasan terkontrol, slow release urutan pertama berkelanjutan dan
melepaskan dari tablet konvensional

Obat ini melibatkan pertimbangan sifat fisikokimia obat, sifat farmakokinetik obat,
cara pemberian, keadaan penyakit yang harus diobati dan yang terpenting penempatan obat

3
dan total sediaan yang akan memberikan hasil yang diinginkan temporal dan spasial
pengiriman berpola.
Jenis – jenis Sistem penghantaran obat lepas terkendali (controlled release):
1. Difusi dikendalikan
· Reservoir
· Matrix
· Reservoir dan monolitik
2. Pembubaran dikendalikan
· Enkapsulasi
· Matrix
3. Air penetrasi dikendalikan
· Osmotik dikontrol
· Pembengkakan dikendalikan
4. Kimiawi yang dikontrol
· Erodible system
· Obat kovalen dihubungkan dengan polimer
5. Hidrogel
· Kimia dikendalikan
· Pembengkakan dikendalikan
· Difusi dikendalikan
· Lingkungan responsif
6. Pertukaran ion resin
· Kationik exchange
· Anionik pertukaran

Difusi dikendalikan sistem


Mekanisme dasar pelepasan obat dari kedua sistem secara fundamental berbeda selain
sistem sederhana, kombinasi dari reservoir dan sistem monolitik. Difusi sistem dicirikan
oleh laju pelepasan obat tergantung pada difusi melalui membran penghalang air lembam
larut.

4
Pada dasarnya ada dua jenis perangkat difusi.
1. Reservoir Perangkat:
Perangkat Reservoir adalah mereka di mana inti obat dikelilingi oleh membran polimer.
Sifat membran menentukan laju pelepasan obat dari sistem. Obat berada dalam membran
yang melapisi. Prinsipnya pada perbedaan konsentrasi yang melintasi membran sehingga
obat akan terpompa keluar membran.

Sebuah wilayah yang efektif memiliki konstan difusi, panjang jalan difusi, perbedaan
konsentrasi, dan koefisien difusi yang diperlukan untuk memperoleh laju pelepasan yang
konstan. Reservoir diffusional obat dapat dirilis orde nol, kinetika yang dapat dikontrol
dengan mengubah karakteristik polimer untuk memenuhi obat tertentu dan kondisi terapi.

2. Matrix perangkat:
Sebuah perangkat matriks, seperti namanya, terdiri dari obat tersebar merata di seluruh
polimer. Matrix difusi sistem sebelum rilis (waktu = 0) & setelah pelepasan obat parsial
(waktu = t)

Waktu = 0 Waktu = t

5
Dalam model obat dalam lapisan luar terkena solusi dilarutkan keluar pertama dan
menyebar dari matriks. Proses ini berlanjut dengan antarmuka antara solusi dan obat padat
bergerak dikendalikan, laju disolusi partikel obat dalam matriks harus memiliki tingkat
difusi obat terlarut yang cepat meninggalkan matriks.
• Air Penetrasi Sistem Terkendali
Dalam sistem penetrasi air pengiriman terkendali, pengendalian laju diperoleh oleh
penetrasi air ke dalam sistem. Dua jenis umum sistem ini meliputi, pembengkakan sistem
pelepasan terkontrol dan sistem pengiriman osmotik dikontrol.
• Pembengkakan Sistem Terkendali
Pembengkakan sistem pelepasan terkontrol yang awalnya kering dan ketika
ditempatkan di tubuh menyerap air atau cairan tubuh lainnya dan membengkak.
Pembengkakan meningkatkan konten pelarut air dalam perumusan serta ukuran mesh
polimer, memungkinkan obat untuk menyebar melalui jaringan membengkak ke
lingkungan eksternal. Sebagian besar bahan yang digunakan dalam sistem pelepasan
terkontrol pembengkakan itu akan membengkak tanpa melarutkan, saat terkena air atau
cairan biologis lainnya. Hidrogel dapat menyerap banyak cairan dan pada kesetimbangan,
biasanya terdiri dari cairan 60-90% dan hanya 10-30% polimer Dalam kasus polimer
hyfrogel mengandung terdispersi larut dalam air agen, koefisien difusi agen dalam
hidrogel dehidrasi sangat 10% namun peningkatan yang signifikan dan tercatat sebagai air
gel imbibes. Pelepasan zat aktif dari sistem adalah fungsi dari tingkat penyerapan air dari
dan sekitarnya obat akan terdifusi.

II. 3 Beberapa Karateristik Obat Lepas Terkendali


Berikut beberapa karakteristik yang harus diperhatikan untuk pembuatan obat lepas
terkendali yang baik:
1. Dosis obat
Dosis total beberapa gram dapat diberikan secara oral sebagai dosis tunggal dan ganda
untuk memperoleh dan menjaga kadar darah obat. Untuk obat dengan waktu paruh kurang dari
2 jam, akan membutuhkan bahan aktif dosis besar, jadi sulit terlealisir, karena berbagai alasan.

2. Protein mengikat

6
Obat mengikat protein plasma dengan pengaruh bersamaan pada durasi kerja obat.
Karena protein darah untuk sebagian besar beredar dan tidak dihilangkan, obat mengikat
Protein dapat berfungsi sebagai depot untuk obat menghasilkan profil pelepasan yang
berkepanjangan, terutama jika tingkat tinggi mengikat obat terjadi. Mengikat luas untuk
protein plasma akan dibuktikan dengan waktu paruh panjang eliminasi untuk obat dan
obat-obatan seperti umumnya yang paling membutuhkan bentuk sediaan pelepasan
berkelanjutan. Pada umumnya obat dengan waktu paruh 2-4 jam merupakan calon obat yang
bagus untuk obat lepas terkendali. Waktu paruh kurang dari 2 jam, dibutuhkan dosis obat yang
besar dan penurunan kecepatan absorpsi dari saluran cerna halus dan kolon dapat mengurangi
kecepatan input obat sampai berada dibawah kadar darah yang cukup.
3. Molekuler ukuran dan difusivitas
Kemampuan obat untuk berdifusi melalui membran disebut nya difusivitas &
koefisien difusi adalah fungsi dari ukuran molekul (atau berat molekul). Obat berat molekul
tinggi atau obat-obatan polimer harus diharapkan untuk menampilkan kinetika pelepasan
sangat lambat dalam perangkat rilis berkelanjutan menggunakan difusi melalui membran
polimer.
4. Obat Stabilitas
Obat oral dapat terkena hidrolisis asam basa dan degradasi enzimatik. Degradasi
akan dilanjutkan pada tingkat penurunan untuk obat dalam keadaan padat, untuk obat yang
tidak stabil dalam perut, sistem yang memperpanjang pengiriman di saluran pencernaan.
Senyawa yang tidak stabil dalam usus kecil dapat menununjukkan penurunan
bioavailabilitas bila diberikan bentuk dosis berkepanjanagan. Hal ini karena obat yang
lebih diserap dalam usus halus dan mengalami degradasi Kebanyakan formulasi yang
didasrkan pada control obat dari sediaan merupakan pembatasan kecepatan, umumnya
kecepatan menurun pada saat sediaan bergerak menjauhi jejunum. Selama kecepatan absorpsi
masih berada diatas kecepatan pelepasan, perubahan ini tidak terlalu mempengaruhi kadar
plasma.
5. Kelarutan air
Absorbsi untuk yg sukar larut sering dibatasi oleh kecepatan disolusi. Obat seperti ini
tidak memerlukan control kecepatan disolusi, dan bukan obat yang baik untuk obat lepas
terkendali. Untuk mengatasi perubahan pH dan viskositas pada saluran cerna, digunakan
system pompa osmotic, sehingga disolusi (pelepasan) tidak tergantung pada pH dan viskositas.

7
6. Stabilitas menghadapi rentang pKa, besar enzim dan flora saluran cerna
Hubungan antara pKa senyawa dan lingkungan serap. Obat sebelum diabsorpsi
harus berhadapan dengan lingkungan luminal saluran cerna. Stabilitas obat dalam saluran cerna
penting untuk menjamin input obat secara sempurna dan reprodusibilitas kadar obat dalam
tubuh. Obat harus stabil pada rentang pH 1-8. Dalam beberapa hal perlu diperkirakan terjainya
absorpsi kolonik, perlu dipertimbangkan efek metabolism populasi bakteri kolon.
7. Metabolisme lintas pertama
Metabolism hepatic dapat menyebabkan obat tidak sesuai untuk obat lepas terkendali.
Hal ini karena kertesediaan jika kecepatan masukan rendah. Metabolism lintas pertama yaitu
obat secara ekstensif dimetabolisme secara hepatic atau dihati.
8. Koefisien partisi
Koefisien partisi secara umum didefinisikan sebagai fraksi obat dalam fase minyak
dengan suatu fasa air yang berdekatan.. Senyawa dengan koefisien partisi tinggi akan
sangat mengalami kesulitan dalam menembus membran sehingga bioavailabilitas rendah.

II.4 Eksipien dalam Obat Lepas Terkendali


I. Asetat Sellulosa
1. Nama
BP: Cellulose Acetate
PhEur: Cellulose Acetate
USP-NF: Cellulose Acetate
2. Sinonim
Asam asetat, Ester sellulosa, Asetil sellulosa, Diasetat sellulosa, Triasetat sellulosa,
Asetat selulosa.
3. Struktur Kimia

8
4. Fungsi
Coating agent, extended release agent, tablet dan kapsul diluen.
5. Aplikasi dalam Formulasi atau Teknologi Farmasi
Asetat selulosa secara luas digunakan dalam formulasi farmasi baik dalam
aplikasi extended release dan untuk penutup rasa. Asetat selulosa digunakan
sebagai lapisan semipermeabel pada tablet, terutama pada osmotik pompa-jenis
tablet dan implan. Hal ini memungkinkan untuk dikendalikan, pelepasan
diperpanjang aktif. Film asetat selulosa, bersama dengan bahan lainnya, juga
menawarkan pelepasan berkelanjutan tanpa perlu pengeboran lubang di lapisan
seperti halnya dengan sistem pompa osmotik. Asetat selulosa dan ester selulosa
lainnya juga telah digunakan untuk membentuk obat yang mengandung
mikropartikel dengan karakteristik controlled release.
Film asetat selulosa digunakan dalam sistem penghantaran obat transdermal
dan juga sebagai pelapis film pada tablet atau butiran untuk menutupi rasa.
Misalnya, butiran asetaminofen telah dilapisi dengan lapisan asetat berbasis selulosa
sebelum diproses untuk memberikan tablet kunyah. Extended-release tablet juga
dapat mengggunakan selulosa asetat sebagai matriks kompresibel. Profil rilis dapat
dimodifikasi dengan mengubah rasio aktif selulosa asetat dan dengan penggabungan
plasticizer (senyawa adiktif yang ditambahkan kepada polimer untuk menambah
fleksibilitas dan kemampuan kerja).

9
II. Talk
1. Nama
JP: Talc
PhEur: Talc
USP: Talc
2. Sinonim
Altalc; E553b; hydrous magnesium calcium silicate; hydrous magnesium silicate;
Imperial; Luzenac Pharma; magnesium hydrogen metasilicate; Magsil
Osmanthus; Magsil Star; powdered talc; purified French chalk; Purtalc;
soapstone; steatite; Superiore; talcum.
3. Fungsi
Anticaking agent, glidan tablet dan kapsul diluen serta tablet dan kapsul lubrikan.
4. Aplikasi dalam Formulasi atau Teknologi Farmasi
Talk pernah banyak digunakan dalam formulasi sediaan padat sebagai
pelumas dan pengencer. Namun, secara luas digunakan sebagai anti pembubaran
dalam pengembangan produk lepas terkendali (controlled release). Talk juga
digunakan sebagai pelumas dalam formulasi tablet, dalam lapisan serbuk baru
untuk extended-release pelet dan sebagai adsorben.

III. Guar Gum


1. Nama
BP: Guar Galactomannan
PhEur: Guar Galactomannan
USP-NF: Guar Gum
2. Sinonim
Galactosol; Guar galactomannanum; Meyprogat; Meyprodor; Meyprofin.
3. Struktur Kimia

10
3. Fungsi
Suspending agent; tablet binder; tablet disintegran; agen peningkat viskositas.
4. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Guar gum adalah galactomannan, yang biasa digunakan dalam kosmetik,
produk makanan, dan formulasi farmasi. Guar gum juga telah diteliti dalam
penyusunan pelepasan diperpanjang matriks tablet di tempat turunan selulosa
seperti metilselulosa. Dalam farmasi, guar gum digunakan dalam dosis bentuk
padat sebagai pengikat dan disintegran, lihat Tabel I. Dalam produk oral dan topikal
sebagai zat pensuspensi, penebalan, dan menstabilkan, dan juga sebagai pembawa
pelepasan terkontrol. Guar gum juga telah diperiksa untuk digunakan dalam
pemberian obat kolon. Guar gum-berbasis tiga lapis matriks telah digunakan secara
eksperimental lisan pelepasan terkontrol formulasi. Efek terapi, Gum guar telah
digunakan sebagai bagian dari diet pasien yang menderita diabetes mellitus. Selain
itu juga telah digunakan sebagai penekan nafsu makan, walaupun penggunaannya
untuk tujuan ini, dalam bentuk tablet, kini dilarang di Inggris.

11
IV. Pati
1. Nama
BP: Pati tepung jagung, pati kentang, pati beras, pati gandum
JP: Pati jagung, pati kentang, pati beras, pati
PhEur: Pati tepung jagung, pati kacang, pati kentang, pati beras, pati gandum
USP-NF: Pati jagung, pati kentang, pati tapioka, pati gandum
2. Sinonim
Amido; amidon; amilo; amylum; Eurylon; fecule; Hylon; maydis amylum; Melojel;
Meritena; oryzae amylum; Pearl; Perfectamyl; pisi amylum; Pure-Dent; Purity 21;
Purity 826; solani amylum; tritici amylum; Uni-Pure.
3. Fungsi
Tablet dan kapsul diluen; tablet dan kapsul disintegran; tablet binder; thickening
agent.
4. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Pati merupakan eksipien serbaguna digunakan terutama dalam formulasi
oral dosis padat dimana ia digunakan sebagai binder, diluent, dan disintegran.
Sebagai diluent, pati digunakan untuk penyusunan standar triturates pewarna, obat
kuat, dan ekstrak herbal, memfasilitasi proses pencampuran atau pencampuran
selanjutnya dalam operasi manufaktur. Pati juga digunakan dalam formulasi kapsul
pengisian kering untuk penyesuaian volume mengisi matriks, dan untuk
meningkatkan aliran serbuk, terutama ketika menggunakan pati kering.

V. Hidroksipropilmetil selulosa (HPMC)


1. Nama
BP: Hypromellose
JP: Hydroxypropylmethylcellulose
PhEur: Hypromellosum
USP: Hypromellose
2. Sinonim
Benecel MHPC; E464; hydroxypropyl methylcellulose; HPMC; Methocel;
methylcellulose propylene glycol ether; Methyl hydroxypropylcellulose; Metolose;
Tylopur.

12
3. Struktur Kimia

4. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi


HPMC dalam formulasi tablet biasanya digunakan sebagai bahan pengikat,
pada konsentrasi 2-5% HPMC dapat digunakan sebagai bahan pengikat dalam
proses granulasi basah atau granulasi kering. HPMC mempunyai tiga kategori
viskositas, yaitu viskositas rendah, sedang dan tinggi. HPMC yang mempunyai
viskositas tinggi inilah yang digunakan sebagai matrix controlled release pada
konsentrasi 10-80%.

VI. Manitol
1. Nama
JP: D-Mannitol
PhEur: Mannitolum
USP: Mannitol
Nama kimia: D-Mannitol
2. Struktur Kimia

13
Rumus empiris: C6H14O6
3.Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Manitol dalam tablet controlled release banyak digunakan sebagai bahan
pengisi, manitol juga dapat digunakan untuk melindungi at aktif yang sensitif
terhadap kelembapan karna manitol bersifat higroskopis. Sebagai bahan pengisi
biasanya manitol digunakan sekitar 10-90%, dengan adanya manitol sebagai bahan
pengisi maka dibutuhkan lebih banyak cairan pengikat. Hal ini harus diperhatikan
dalam mempertimbangkan pembuatan tablet controlled release.

VII. Avicel
1. Nama
BP: Microcrystalline cellulose
JP: Microcrystalline cellulose
PhEur: Cellulosum microcristallinum
USPNF: Microcrystalline cellulose
Nama kimia: Cellulose
2. Rumus empiris
(C6H10O5)n , dimana n≈ 220
3. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Avicel merupakan derivate selulosa yang banyak berperan dalam
pembuatan tablet. Avicel dapat digunakan sebagai Adsorbent dengan konsentrasi
20–90%, sebagai Antiadherent dengan konsentrasi 5–20%, sebagai disintegrant
dengan konsentrasi 5–15% dan juga sebagai binder dengan konsentrasi 20–90%.
Avicel bekerja sebagai disintegrator melalui aksi kapilaritas, air berpenetrasi
kedalam tablet dan memutuskan ikatan kohesif antar partikel obat. Avicel ini
apabila dikombinasi dengan pati, laktosa dan kalsium fosfat dihidrat dapat
mengontrol kecepatan lepasnya obat.

VIII. Kalsium fosfat dihidrat


1. Nama
BP: Calcium hydrogen phosphate

14
JP: Dibasic calcium phosphate
PhEur: Calcii hydrogenophosphas dihydricus
USP: Dibasic calcium phosphate
2. Rumus Empiris
CaHPO4 2H2O
3. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Kalsium fosfat dihidrat digunakan sebagai pengisi tablet dan dapat juga
berfungsi sebagai sumber kalsium yang dibutuhkan oleh tubuh. Peningkatan rasio
kalsium fosfat dihidrat terhadap mikrokristalin selulosa(avicel) dapat
mempengaruhi lepasnya zat aktif. Pada rasio kalsium fosfat
dihidrat:mikrokristalin selulosa (50:50) zat aktif lepas 60% dalam 30 menit.
Pada rasio 70:30 terjadinya penurunan pelepasan zat aktif menjadi 18%.

IX. Magnesium stearat


1. Nama
BP: Magnesium stearate
JP: Magnesium stearate
PhEur: Magnesii stearas
USPNF: Magnesium stearate
Nama Kimia: Octadecanoic acid magnesium salt
2. Sinonim
Magnesium octadecanoate; octadecanoic acid, magnesium salt; stearic acid,
magnesium salt.
3. Rumus Empiris
C36H70MgO4
4. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Magnesium stearat berupa serbuk putih, memiliki sedikit bau dari asam
stearate dan memiliki rasa serbuknya berminyak jika dipegang dan dengan mudah
menempel pada kulit, karna sifat inilah magnesium stearat banyak digunakan
sebagai lubrikan dalam pembuatan tablet. Magnesium stearat digunakan sebagai
lubrikan dengan konsentrasi 0,25%-0,5%.

15
X. Polyetilen oksida (Polyox)
1. Nama
USPNF: Polyethylene oxide
Nama kimia: Polyethylene oxide
2. Sinonim
Polyox; Polyoxirane; Polyoxyethylene.
3. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Polietilen oksida dapat digunakan sebagai binder pada konsentrasi 5-85%.
Semakin tinggi nilai berat molekul maka dapat digunakan dalam mekanisme
controlled release melalui matrix hidrofilik. Hubungan antara swelling capacity dan
berat molekul adalah hal yang harus diperhatikan ketika pemilihan dalam pelepasan
tablet controlled release. Seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 1: swelling capacity dari polietilen oksida (Polyox WSR).


Diukur untuk empat berat molekul yang berbeda; tablet 28mm
dalam 300 mL air.

XI. Polycarbophils
1. Nama
USP: Polycarbophil
Nama kimia: Polycarbophil
2. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Polycarbophils berbentuk sebagai halus, putih untuk off-putih, agak asam
polimer bubuk dengan sedikit bau asetat. Polycarbophils merupakan polimer dari

16
asam akrilat silang dengan divinil glikol. Berat molekul dari polimer ini secara
teoritis diperkirakan berkisar dari 700000 sampai miliar 3-4. Namun, tidak ada
metode yang saat ini tersedia untuk mengukur berat molekul yang sebenarnya dari
silang (yaitu tiga dimensi)polimer jenis ini. Dalam tablet controlled release
digunakan sebagai binder.
Secara konvensional, polycarbophil digunakan sebagai thickening agent
pada konsentrasi sangat rendah yaitu kurang dari 1% untuk memproduksi berbagai
viskositas dan sifat alir dalam lotion topikal, krim, dan gel, dalam suspensi oral,
dan dalam waduk gel transdermal. Polycarbophil adalah bioadhesive baik di bukal,
oftalmik, aplikasi usus, hidung, vagina, dan anus. Tablet bukal disusun dengan
menggunakan polycarbophil telah menunjukkan kekuatan bioadhesif yang tinggi
dan waktu tinggal yang lama dan terbukti akan nonirritative di dalam uji in vivo
dengan mukosa bukal manusia. Ini juga berguna dalam merancang formulasi
produk controlled release.

II.5 Metode Formulasi Sediaan Lepas Terkendali


Berbagai cara pembuatan dan mekanisme kerja sediaan lepas lambat antara lain:
a) Penyalutan
Penyalutan ini berfungsi mengendalikan ketersediaan bahan aktif dalam bentuk
larutan. Penyalutan serbuk bahan aktif dapat dilakukan dengan metode
mikroenkapsulasi (Simon, 2001). Mikroenkapsulasi adalah suatu proses di mana
bahan-bahan padat, cairan bahkan gas pun dapat dijadikan kapsul (encapsulated)
dengan ukuran partikel mikroskopik, dengan membentuk salutan tipis wall
(dinding) sekitar bahan yang akan dijadikan kapsul (Ansel et al., 2005).
b) Sistem matriks
Pencampuran dengan matriks adalah dengan mencampurkan bahan obat yang
akan dibuat sediaan lepas lambat, digabungkan dengan bahan lemak atau bahan
selulosa, kemudian diproses menjadi granul yang dapat dimasukkan dalam kapsul
atau ditablet (Shargel et al., 2005).
c) Sistem terkontrol membran atau reservoir

17
Membran dalam sistem ini berfungsi sebagai pengontrol kecepatan disolusi dari
bentuk sediaan. Agar obat dapat berdifusi kelar maka membran harus bersifat
permeable terhadap obat misalnya dengan hidrasi air di saluran gastrointestinal.
Obat yang terlarut dalam komponen membran seperti plasticizer tidak seperti
sistem matriks hidrofil, polimer membran tidak bersifat mengembang dan tidak
mengalami erosi (Collett and Moreton, 2002).
d) Sistem pompa osmotik (osmotic pump)
Pelepasan obat dari sistem pompa osmotik dikontrol oleh suatu membran yang
mempunyai satu lubang (hole). Obat dimasukkan dalam suatu tablet inti yang
bersifat larut air dan dapat melarutkan obat ketika kontak dengan air. Tablet inti
disalut dengan suatu membran semipermiabel (dapat melewati air yang masuk ke
dalam tablet inti dan melarutnya). Ketika tablet inti terlarut maka timbul tekanan
hidrostatik dan menekan larutan obat keluar melewati lubang membran (Collett and
Moreton, 2002).

II.6 Keuntungan dan Kerugian Obat Lepas Terkendali


Sediaan dengan tipe controled release merupakan sediaan yang umumnya digunakan
sekarang ini karena dapat memberikan keuntungan sebagai berikut:
1. Dapat mengatur pelepasan obat sesuai kehendak
2. Dapat melespaskan obat dengan sempurna secara bertahap
3. Meningkatkan absorbsi obat dibandingkan dengan sediaan yang instant released
Namun produksi sediaan controled release masih terbatas karena masih memiliki
keterbatasan sebagai berikut:
1. Membutuhkan biaya yang produksi yang lebih besar
2. Kemungkinan tercemarnya dengan polutan dari lingkungan
3. Kemungkinan bisa terjadi keracunan
4. Membutuhkan tenaga ahli dalam pembuatannya

18
II.7 Contoh Formula Controlled Release

Emulsi bermuatan IBU dibuat dengan mencampurkan larutan P17 dengan jumlah
yang sama dari 5-, 10- atau 15% solusi IBU di ORC (rinciannya ditunjukkan pada Tabel
2). Mereka diperoleh semudah P17–ORC50 kosong dan secara visual tidak berbeda
dengannya (Gambar S7 di Bahan Pelengkap).

Poloxamer 407 (Pluronic® F-127) memberikan kemampuan luar biasa untuk


mengemulsi minyak media struktur kimia yang berbeda. Dalam setiap kasus, larutan P407
dalam air 17% (b/b). mampu mengemulsi minyak nabati apa pun yang diuji setidaknya
dalam proporsi 1:1, menghasilkan emulsi minyak dalam air yang halus dan
mempertahankan sebagian besar sifat termosensitif aslinya. Selain itu, setiap emulsi o/w
mampu membentuk emulgel pseudoplastik suhu gelasi dan kekuatan akhir emulgel sedikit
dipengaruhi oleh penambahan dari fase minyak. Namun, sifat reologi akhir sebaiknya
dianggap sebagai hasil interaksi spesifik antara P407 dan oli tertentu, bukan solnya adanya
fase terdispersi.Perilaku reologi umum dari emulsi yang diuji ternyata kuat pseudoplastik,
dengan penampakan mengalir bebas pada suhu rendah (<20 ◦C) dan berwarna krem dan
tekstur setengah padat pada suhu gelasinya (19–30 ◦C). Viskositasnya menurun 2 hingga 9
kali lipat dalam satu dekade laju geser, dan sifat ini bahkan lebih jelas terlihat pada keadaan
gel. Tingkat pseudoplastisitas yang tinggi memungkinkan dilakukannya simulasi
administrasi melalui semprit dan jarum suntik, dengan usaha yang relatif lebih sedikit
dibandingkan yang diperlukan untuk kastor murni minyak.

19
Laju aliran 8,0 mL/menit dapat dicapai pada P17–ORC50 dan P17–ORC50–
IBU5/10/15 emulsi dengan jarum 0,9 mm (20 G) dan spuit biasa 2 mL dengan kekuatan
kotor tidak melebihi 3 kg (29,4 N) saat dikeluarkan ke udara. Emulsi minyak jarak 50%
(P17–ORC50) mampu menggabungkan hingga 15% (b/b) ibuprofen dalam fase
internalnya. Obat tersebut berhasil dirilis secara in vitro uji disolusi dalam waktu yang
lama. Selama 48 jam, emulsi yang mengandung ibuprofen menghasilkan pelepasan obat
linier terkontrol hingga 44 jam yang didahului dengan periode singkat pelepasan obat.
Perilaku yang cukup non-linier. Kecepatan pelepasan dan panjang segmen linier ditemukan
secara positif bergantung pada dosis, seperti skor linearitas pelepasan keseluruhan, yang
secara signifikan lebih tinggi pada emulsi yang lebih pekat.

Komposisi minyak dan larutan poloxamer 407 membentuk sistem termosensitif dua
fase yang mampu menggabungkan sejumlah besar obat lipofilik dan melepaskannya itu
secara terkendali dan berkepanjangan. Apalagi kehadiran air secara simultan dan fase
berminyak dapat menyediakan reservoir yang nyaman untuk lipofilik dan hidrofilik API
dan eksipien, menjadikan emulsi tersebut sebagai wahana menarik yang siap diubah
menjadi bentuk obat yang kompleks. Perlu dicatat bahwa gagasan umum tentang
termosensitif, emulgel berbasis poloxamer sebagai sediaan obat tidak terbatas pada API
lipofilik terlarut dalam minyak olahan tetapi juga terbuka untuk penggabungan ekstrak
berminyak alami dan oleoresin aktivitas farmasi tertentu, seperti yang ditunjukkan oleh
Campanholi et al. dalam makalah terbaru mereka.

Kompatibilitas fisikokimia yang nyaman dari poloxamer 407 dan minyak jarak,
dengan yang terakhir sudah menjadi pelarut yang menarik dalam teknologi farmasi,
mungkin faktor yang menjanjikan untuk pengembangan produk obat baru di masa depan.
Minyak selain itu dijelaskan di sini dapat diemulsi atau eksipien lain dimasukkan untuk
menyesuaikan emulsi sifat sampai dengan kebutuhan khusus dalam hal sifat reologi dan
pelepasan kinetika. Emulgel termosensitif dengan kandungan minyak tinggi dapat
berfungsi sebagai bahan pelepas yang kuat dan terkontrol untuk pemberian API lipofilik
secara topikal, okular, atau subkutan.

20
Gambar 4. Sekilas proses homogenisasi:
(A) Pengaturan homogenisasi;
(B) Penampilan biasa dari emulsi yang baru disiapkan;
(C) Emulsi blanko P17–ORC50 dihomogenisasi dan dipindahkan ke emulsi baru
botol kecil;
(D) Upaya homogenisasi yang gagal pada P17:IPM dengan komposisi 1:1;
(E) Pemisahan fase parsial
dalam emulsi P17–OLN50 diamati setelah 1 bulan;
(F) Emulsi P17–OLAc50 (w/o) dipadatkan dalam lemari es (4 ◦C), tanda-tanda
pemisahan fasa sedang terlihat saat dicairkan.

21
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
1. Sediaan padat lepas terkendali (controlled release) adalah sediaan berupa tablet
atau kapsul yang bersalut atau tidak bersalut yang mengandung bahan tambahan
tertentu atau disediakan melalui proses tetentu dengan cara terpisah atau
bersamaan yang pelepasan terkendali bertujuan untukmengendalikan
konsentrasi pelepasan bahan obat untuk memperpanjang secara teratur dan
mengefisienkan efek obat.

2. Sistem obat lepas terkendali ini prinsipnya melepaskan obat pada orde 0.

3. Jenis – jenis Sistem penghantaran obat lepas terkendali (controlled release):


1. Difusi dikendalikan
· Reservoir
· Matrix
· Reservoir dan monolitik
2. Pembubaran dikendalikan
· Enkapsulasi
· Matrix
3. Air penetrasi dikendalikan
· Osmotik dikontrol
· Pembengkakan dikendalikan
4. Kimiawi yang dikontrol
· Erodible system
· Obat kovalen dihubungkan dengan polimer
5. Hidrogel
· Kimia dikendalikan
· Pembengkakan dikendalikan
· Difusi dikendalikan

22
· Lingkungan responsif
6. Pertukaran ion resin
· Kationik exchange
· Anionik pertukaran

4. Pemilihan eksipien dalam pembuatan tablet lepas terkendali harus


memperhatikan bebrapa factor seperti kelarutannya dalam air serta sifat
fisikokimia karena tujuan penggunaannya adalah untuk melepaskan zat aktif
secara terkendali.

5. Ada beberapa Metode Formulasi Sediaan Lepas Terkendali seperti penyalutan,


pompa osmotik, difusi dan resevoir.

6. Komposisi minyak dan larutan poloxamer 407 membentuk sistem termosensitif


dua fase yang mampu menggabungkan sejumlah besar obat lipofilik dan
melepaskannya itu secara terkendali dan berkepanjangan. Apalagi kehadiran air
secara simultan dan fase berminyak dapat menyediakan reservoir yang nyaman
untuk lipofilik dan hidrofilik API dan eksipien, menjadikan emulsi tersebut
sebagai wahana menarik yang siap diubah menjadi bentuk obat yang kompleks.
Perlu dicatat bahwa gagasan umum tentang termosensitif, emulgel berbasis
poloxamer sebagai sediaan obat tidak terbatas pada API lipofilik terlarut dalam
minyak olahan tetapi juga terbuka untuk penggabungan ekstrak berminyak alami
dan oleoresin aktivitas farmasi tertentu.

III.2 Saran
Penggunaan eksipien harus benar-benar diperhatikan karena akan sangat
mempengaruhi keberhasilan obat lepas terkendali sesui dangan yang diinginkan.
Perlu diperhatikan pula konsentrasi yang tepat untuk mencegah terjadinya
permasalahan dalam formulasi obat lepas terkendali imi. Tablet hasil formulasi harus
kompak, stabil, namun tetap dapat melepaskan zat aktif secara bertahap untuk
mencapai efek terapi yang berkelanjutan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin.2008.Pengembangan Sediaan Farmasi.Penerbit ITB : Bandung


Banker, G.S., Rhodes, C.T. 2002. Modern Pharmaceutics Fourth Edition. New York:
Marcel Dekker.
Hadkar, U.B. 2007. Physical Pharmacy Ninth Edition. Shivaji Nagar: Nirali Prakashan.
Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology Second Edition, 2005, Taylor and
Francis Group
Hillalia, 2010, Formulasi dan Evaluasi Sediaan Tablet Kalsium Laktat,
http://www.scribd.com/doc/43113928/Formulasi-Dan-Evaluasi-Sediaan-Tablet-
Jadi (12 Maret 2012)
Lieberman, H.A. et. al. 1989. Pharmaceutical Dosage Form: Tablet Volume 1 Second
Edition. New York: Marcel Dekker.
Pratiwi, Yona, 2011, Mengenal Lubricant untuk Sediaan Tablet,
http://yonapratiwi.wordpress.com/2011/03/10/mengenal-lubricant-untuk-
sediaan-tablet/ (12 Maret 2010)
Rowe, R.C. et. al. 2009. Handbook Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London:
Pharmaceutical Press.
Wade, Ainley dan Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient, ed.2.
Washington: American Pharmaceutical Association
Wade, Ainley dan Paul J Weller.,1994,Handbook of Pharmaceutical Excipient,
ed.2,American Pharmaceutical Association: Washington
http://www.pharmainfo.net/reviews/controlled-released-system-review

Grela KP, Marciniak DM, Karolewicz B. Poloxamer 407-based thermosensitive emulgel


as a novel formulation providing a controlled release of oil-soluble
pharmaceuticals—ibuprofen case study. Materials (Basel). 2021;14(23).

24

Anda mungkin juga menyukai