Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK

Disusun oleh

1. Mega Dearma Saragih


200208017
2. Meliasna Br Manik
200208018

3. Pebri T Padang
200208020

Dosen Pengampu

apt. Jon kenedy Marpaung S.si.,M.farm

PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS


FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah yang kami buat ini dapat terselesaikan. Dengan berbagai sumber referensi
yang di dapat akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Farmakokinetik
dan Farmakodinamik. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing kami :
1. Rony Abdi Syahputra selaku Dosen Pengampu Farmakologi
2. Kepada teman-teman yang telah bekerjasama dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan kami, maka dengan ini kami senang hati
menerima kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan makalah ini.

Medan,19 Juli 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................. 3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.............................................................. 4
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................... 4
1.2.1 Tujuan Umum..................................................................... 4
1.2.2 Tujuan Khusus................................................................... 4
1.3 Manfaat Penelitian........................................................ 4

Bab II Pembahasan
2.1 Farmakokinetik..................................................... 5
2.1.1 Pengertian Farmakokinetik..................................................5
2.1.2 Proses Farmakokinetik.......................................................5
2.2 Farmakodinamik....................................................8
2.2.1 Pengertian Farmakodinamik................................................8
2.2.2 Mekanisme Kerja Obat.......................................................8
2.2.3 Reseptor Obat..................................................................9
2.2.4 Interaksi Obat-Reseptor..................................................... 9
2.3 Contoh Kasus farmakokinetik dan
Farmakodinamik......................................................... 10
2.3.1 Parasetamol...................................................................11
2.3.2 Farmakologi parasetamol pada penyakit kritis pasien ICU ....... 11

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan..........................................................13
3.2 Saran.....................................................................13
Referensi................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat merupakan setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup,
Farmakologi mencakup pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik,
komposisi, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi,
biotransformasi, ekskresi dan penggunaan obat.

Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh
terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A),
distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi
dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat.
Farmakodinamik adalah studi tentang efek biokimia dan fisiologis obat. Efeknya
dapat termasuk yang dimanifestasikan dalam hewan, mikroorganisme, atau kombinasi
organisme.

Pada penulisan makalah ini akan di bahas tentang aspek farmakologi yaitu
farmakokinetik dan farmakodinamik.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu mengetahui apa itu farmakokinetik dan farmakodinamik dalam
Mata Kuliah Farmakologi.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui nasib obat di dalam tubuh melalui absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresinya
2. Untuk mengetahui efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ
tubuh serta mekanismenya

1.3 Manfaat Penulisan


1. Menambah wawasan tentang Ilmu Kesehatan.
2. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam bidang obat-obatan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 FARMAKOKINETIK
2.1.1 Pengertian Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari penyerapan (absorbsi) obat,
penyebaran (distribusi) obat, mekanisme kerja (metabolisme) obat, dan pengeluaran
(ekskresi) obat. Dengan kata lain, Farmakokinetik adalah mempelajari pengaruh tubuh
terhadap suatu obat.

2.1.2 Proses Farmakokinetik


Farmakokinetik mencakup empat proses, yakni: Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, dan
Ekskresi.
1. Absorbsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.
Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut
sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat
per oral, dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki
permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4
cm, disertai dengan vili dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui jalurnya
hingga masuk kedalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui
beberapa metode, terutama transport aktif dantransport pasif.
a. Mekanisme Absorbsi Obat

❖ Kebanyakan obat diabsorbsi menuju sirkulasi sistemik dengan difusi pasif


❖ Mekanisme lainnya termasuk transpor aktif, difusi terfasilitasi, dan Pinositosis/fagositosis.
b. Faktor bentuk obat
Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained release, dll)
c. Kombinasi dengan obat lain

5
Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat tergantung jenis
obat.
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh.
Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan
efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga
menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan
harus banyak.

2. Distribusi
Distribusi adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairan.
Mekanisme
Obat masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui beberapa jenis pemberian obat,
diantaranya melaui oral maupun parenteral (suntikan IM, IV, dan lain-lain).
Obat yang masuk dengan cara oral terlebih dahulu akan melalui metabolisme lintas pertama
yakni melintasi hati terlebih dahulu dan setelah itu masuk ke jalur sistemik. Sedangkan obat
yang masuk melalui suntikan intravena akan langsung masuk ke jalur sistemik. Dalam darah,
obat akan diikat oleh protein plasma dengan berbagai ikatan lemah (ikatan hidrofobik, van
der waals, hidrogen, dan ionik). Akan tetapi obat yang tidak terikat dengan protein saja yang
dapat mengalami proses distribusi.
Faktor-Faktor Distribusi:
1. Aliran Darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, langsung terdistribusi ke organ atau jaringan
berdasarkan kecepatan aliran darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar diantaranya
jantung, hepar, dan ginjal merupakan tempat utama dari jalur distribusi obat. Distribusi
kejaringan lain seperti kulit, lemak, dan otot menyusul kemudian karena intensitas aliran
darah yang lebih lambat.
2. Permebilitas Kapiler
Berkaitan erat dengan karakteristik beberapa sawar, diantaranya Sawar darah otak
(blood-brain barrier) dan Sawar uri (plasental barrier).
a. Sawar darah otak,
Sawar antara darah dan otak, sel-sel endotel pembuluh darah kapiler di otak
membentuk tight-junction atau ikatan yang erat pada kapilernya. Hal ini menyebabkan hanya
obat dengan kelarutan lemak saja yang dapat melintasi otak.
b. Sawar Uri,
Sawar ini terdiri satu lapis sel epitel vili dan satu lapis sel endotel kapiler dari fetus,
jadi mirip sawar saluran cerna. Karena itu obat yang dapat diabsorpsi melalui pemberian oral
juga dapat masuk fetus melalui sawar uri.

6
3. Interaksi pergeseran protein
Obat-obat asam akan bersaing untuk berikatan dengan albumin di tempat ikatan yang
sama. Obat-obat yang pada kadar terapi telah menjenuhkan tempat ikatannya dengan protein
akan berperan sebagai obat penggeser keberadaan obat lain dengan substrat protein yang
sama.
3. Metabolisme Obat
Proses tubuh merubah komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat
dibuang keluar tubuh.
Tujuan utama adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi polar (larut air).
Dengan perubahan ini obat aktif umumnya diubah menjadi inaktif, tetapi sebagian diubah
menjadi lebih aktif (contohnya pada prodrugs) atau bahkan menjadi toksik.
Fase-Fase Mekanisme & Enzim yang Berperan:
1. Reaksi Fase 1,
Menggunakan sistem P450 (keluarga enzim/isozim yang terjadi pada hati), obat akan
menginduksi peningkatan kadar sitokrom P-450. Reaksi fase 1 terdiri dari oksidasi, reduksi
dan hidrolisis. Enzim yang terlibat yakni CYP 3A4/5 yang memetabolisme 50x obat untuk
manusia, CYP P2D6 yang memetabolisme 15-254 obat, dan CYP P2C memetabolisme 154
obat.
2. Reaksi Fase 2,
Merupakan reaksi konjugasi dengan substrat endogen misalnya dengan asam glukoronat
melalui proses glukoronidasi dikatalis oleh enzim UDP glukoronil transferase, dengan asetil
ko-A melalui proses asetilase dikatalis oleh N-Asetiltransferase, dengan Glisin melalui proses
konjugasi glisin dikatalis oleh Asil ko-A glisin transferase.

4. Ekskresi (Eliminasi)
Ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat. Ekskresi obat
melalui ginjal, empedu, paru, ASI, keringat, saliva, air mata, rambut, dan kulit. Tapi yang
paling penting adalah melalui ginjal, empedu, paru.
a. Ginjal
Organ yang terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui
ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh
atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melalui ginjal. Ekskresi melalui
ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrat glomerulus, sekresi aktif ditubulus proksimal
dan reabsorpsi pasif disepanjang tubulus.
Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan dan setelah dewasa
menurun 14 Per tahun. Filtrat glomerulus menghasilkan ultrafiltrat yakni plasma
minus protein, jadi semua obat bebas akan keluar dalam ultrafiltrat sedangkan yang
terikat protein tetap tinggal dalam darah.
b. Empedu

7
Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar
bersama feses. Transporter membran P-gp dan MRP terdapat di membran kanalikulus
sel hati dan mensekresi aktif obat-obat dan metabolit ke dalam empedu dengan
selektivitas berbeda, yakni MRP untuk anion organik dan konjugat (glukuronat dan
konjugat lain) dan P gp untuk kation organik, steroid kolesterol dan garam empedu. P
gp dan MRP juga terdapat di membran sel usus, maka sekresi langsung Obat dan
metabolit dari darah ke lumen usus juga terjadi. Obat dan metabolit yang larut lemak
dapat direabsorpsi kembali ke dalam tubuh dari lumen usus. Metabolit dalam bentuk
glukoronat dapat dipecah dulu oleh enzim glukoronidase yang dihasilkan oleh flora
usus menjadi obat bentuk awalnya (parent compound) yang mudah diabsorpsi
kembali. Akan tetapi, bentuk konyugat juga dapat langsung diabsorpsi melalui
transporter membran GATP di dinding usus, dan baru dipecah dalam darah oleh
enzim esterase. Siklus enterohepatik ini dapat memperpanjang efek obat, misalnya
estrogen dalam kontraseptif oral.
 Ambilan oleh paru
 Difusi gas dari paru ke darah
 Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya.
c. Paru
Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anestetik umum. Eliminasi
sebagian besar gas anestesi dikeluarkan lagi oleh badan lewat paru. Sebagian lagi
dimetabolisir oleh hepar dengan sistem oksidasi sitokrom P450. Sisa metabolisme
yang larut dalam air dikeluarkan melalui ginjal.

Obat anestesi inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan
dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau
cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke Udara
inspirasi. Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditetukan oleh sifat
fisiknya:
 Ambilan oleh paru
 Difusi gas dari paru ke darah
 Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya.

2.2 FARMAKODINAMIK
2.2.1 Pengertian Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah yang mempelajari efek bio kimiawi dan fisiologi obat, serta
mekanisme kerjanya. Secara khusus, farmakodinamik adalah studi tentang bagaimana suatu
obat mempengaruhi suatu organisme, sedangkan farmakokinetik adalah studi tentang
bagaimana organisme mempengaruhi obat tersebut.

Tujuan mempelajari farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat,


mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek
dan respons yang terjadi (Gunawan, 2009).

8
2.2.2Mekanisme Kerja Obat
1. Kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada sel
organism.
2. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan dan biokimiawi
yang merupakan respon khas dari obat tersebut.
3. Obat yang efeknya menyerupai senyawa endogen di sebut agonis, obat yang tidak
mempunyai aktifitas intrinsic sehingga menimbulkan efek dengan menghambat kerja
suatu agonis disebut antagonis.

2.2.3 Reseptor Obat


Pengertian Reseptor dan teori reseptor

Dalam biokimia dan farmakologi, reseptor adalah molekul protein yang menerima sinyal
kimia dari luar sel. Ketika sinyal kimia semacam itu berikatan dengan reseptor, mereka
menyebabkan beberapa bentuk respons seluler/jaringan, misalnya perubahan aktivitas listrik
sel.

Protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga dapat merupakan
reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan obat-reseptor dapat berupa
ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau kovalen. Perubahan kecil dalam molekul
obat, misalnya perubahan stereoisomer dapat menimbulkan perubahan besar dalam sifat
farmakologinya.

2.2.4 Interaksi Obat-Reseptor


Ikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah (ikatan ion,
hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara subtract dengan enzim, jarang
terjadi ikatan kokovalen.

Antagonisme Farmakodinamik

1. Antagonis fisiologik
Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.
2. Antagonisme pada reseptor
Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu menimbulkan efek
farmakologi secara instrinsik.

Kerja Obat Yang Tidak Diperantarai Reseptor

Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran

a. Perubahan sifat osmotic

9
b. Diuretic osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas filtrate
glomerulus sehingga mengurangi reabsorpsi air di tubuli ginjal dengan akibat terjadi
efek diuretic
c. Perubahan sifat asam/basa. Kerja ini diperlihatkan oleh oleh antacid dalam
menetralkan asam lambung.
d. Kerusakan nonspesifik. Artinya Zat perusak nonspesifik digunakan sebagai antiseptik
dan disinfektan, dan kontrasepsi.contohnya, detergen merusak intregitas membrane
lipoprotein.
e. Gangguan fungsi membrane. Anestetik umum yang mudah menguap misalnya eter,,
halotan, enfluran, dan metoksifluran bekerja dengan melarut dalam lemak membrane
sel di SSP sehingga eksitabilitasnya menurun.

Proses yang dialami obat dalam tubuh yang sakit maupun sehat

1. Fase Absorpsi, Dimana fase ini merupakan fase penyerapan obat pada tempat
masuknya obat selain itu faktor absorpsi ini akan mempengaruhi jumlah obat
yang harus diminum dan kecepatan perjalanan obat didalam tubuh.
2. Fase Distibusi merupakan fase penyebaran atau distribusi obat didalam
jaringan tubuh. Faktor distribusi ini dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk obat
yang digunakan, komposisi jaringan tubuh, distribusi obat dalam cairan atau
jaringan tubuh, ikatan dengan protein plasma dan jaringan.
3. Fase Biotransformasi, fase ini dikenal juga dengan metabolisme obat, diman
terjadi proses perubahan struktur kimia obat yang dapat terjadi didalam tubuh
dan dikatalisis olen enzim.
4. Fase Ekskresi, merupakan proses pengeluaran metabolit yang merupakan hasil
dari biotransformasi melalui berbagai organ ekskresi. Kecepatan ekskresi ini
akan mempengaruhi jecepatan eliminasi atau pengulangan efek obat dalam
tubuh.

Macam-macam resep obat

Berikut adalah 10 obat yang paling banyak diresepkan (diurutkan berdasar peringkat
tertinggi) :

1. Hydrocodone (dikombinasi dengan acetaminophen) – 131.2 juta resep


2. Obat penurun kolesterol generik merek Zocor (simvastatin), -- 94.1 juta resep
3. Lisinopril (termasuk yang dijual dengan merek Prinivil dan Zestril), obat penurun
tekanan darah – 87.4 juta resep
4. Hormon tiroid sintetis generik merek Synthroid (levothyroxine sodium), -- 70.5 juta
resep
5. Obat penurun tensi/angina generik merek Norvasc (amlodipine besylate), -- 57.2 juta
resep
6. Obat antasida generik merek Prilosec (omeprazole), -- 53.4 juta resep (belum
termasuk penjualan secara bebas/otc)

10
7. Obat antibiotik Azithromycin (termasuk yang dijual dengan merek Z-Pak dan
Zithromax), -- 52.6 juta resep
8. Antibiotik Amoxicillin (dengan berbagai macam merek), -- 52.3 juta resep
9. Obat diabetes generik Glucophage (metformin), -- 48.3 juta resep
10. Obat penurun tensi Hydrochlorothiazide (dengan beragam merek), -- 47.8 juta resep.

2.3 CONTOH KASUS FARMAKOKINETIK DAN


FARMAKODINAMIK
2.3.1 Parasetamol
Parasetamol adalah salah satu obat yang paling banyak digunakan di dunia, tetapi ada
kekurangan panduan tentang cara menggunakannya dengan tepat untuk antipiresis dan
analgesia dalam pengaturan perawatan kritis. Parasetamoll adalah obat analgesik dan
antipiretik, efektif dalam meredakan nyeri ringan hingga sedang yang berasal dari non
viseral.

2.3.2 Farmakologi parasetamol pada penyakit kritis pasien ICU


Farmakodinamik
Meskipun parasetamol tampaknya bekerja secara sentral, rincian farmakodinamiknya tetap
dipertanyakan. Penelitian sampai saat ini telah menjelaskan dua mekanisme utama untuk
menjelaskan efek antipiretik dan analgesik parasetamol: penghambatan selektif
Siklooksigenase (COX) dalam sistem saraf pusat; dan efek tidak langsung pada nada
cannabinoid dan vanilloid.
Pada 1970-an, efek antipiretik parasetamol terbukti terkait dengan penghambatan
prostaglandin sintetase (sejak bernama COX) di otak.Berbeda dengan obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID), yang menghambat aktivitas enzim COX di jaringan pusat dan perifer,26
parasetamol telah ditemukan memberikan efek penghambatan spesifik jaringan pada COX
melalui reaksi reduksi pada enzim COX dengan adanya lingkungan peroksida rendah, seperti
lingkungan sel saraf yang utuh.
Spesifisitas yang bergantung pada peroksida ini diperkirakan menyebabkan sifat anti-
inflamasi dan antiplatelet yang relatif buruk dan profil efek samping yang lebih baik daripada
NSAID.
Penelitian telah dilakukan pada berbagai aspek efek parasetamol pada COX, termasuk
interaksi spesifik isoform;31-33 namun, peran klinis yang signifikan dalam mekanisme kerja
parasetamol masih harus dibuktikan.Baru-baru ini, penelitian menunjukkan bahwa
parasetamol adalah pro-obat dari amida asam lemak yang disebut N-arakidonoilfenolamin
(AM404), yang bekerja langsung pada subtipe vanilloid 1 reseptor dan secara tidak langsung
pada cannabinoid tipe 1 (CB1)reseptor di sistem saraf pusat termoregulasi dan jalur
nosiseptif.

11
Di sistem saraf pusat, AM404 terbentuk dari konjugasi p-aminofenol (parasetamol
deasetilasi) dengan asam arakidonat dengan adanya katalis, asam lemak amida hidrolase.
AM404 telah terbukti menghambat aktivitas COX in-vitro dan prostat kelenjar E2
pembentukan,dan untuk meningkatkan kadar neurotransmitter cannabinoid endogen, N-
arachi-donoylethanolamide (anandamide), melalui penghambatan reuptake anandamide.
Cannabinoid bekerja pada reseptor cannabinoid untuk menurunkan suhu dan memodifikasi
sinyal nosiseptif.36,37 Ottani dan rekan menunjukkan bahwa blok-dari CB1 reseptor pada
tikus mencegah efek analgesik parasetamol. Selanjutnya, efek klinis, termasukeuforia dan
relaksasi, dicatat untuk dibagikan oleh cannabinoid dan turunan alanin.Ada bukti bahwa ada
hubungan antara parasetamol dan jalur analgesik opioid endogen. Sebuah penelitian pada
hewan menunjukkan bahwa parasetamol berinteraksi pada tingkat tulang belakang dan
supraspinal untuk menghasilkan efek analgesik sinergis. Tiga antagonis reseptor opioid
selektif subtipe (, dan ) telah ditunjukkan untuk melemahkan sinergi ini.
Farmakokinetik
Variabilitas dalam farmakokinetik sebagai akibat dari proses patologis yang berbeda di antara
pasien sakit kritis telah diketahui dengan baik. Dalam kasus parasetamol, baik Puncak
maupun area di bawah kurva kadar parasetamol serum yang diukur lebih dari 60 menit
setelah pemberian nasogastrik Berkurang di antara pasien sakit kritis yang tidak toleran
Terhadap pemberian nasogastrik.
Namun, administrasi Postpyloric menyebabkan penyerapan yang cepat,dan, Berdasarkan
penelitian terhadap pasien yang dirawat di ICU Setelah operasi jantung, tampak bahwa ketika
parasetamol Diberikan secara nasogastrik, penyerapannya lebih lambat Daripada ditekan oleh
penyakit kritis.Penyerapan parasetamol Secara rektal mungkin buruk. Meskipun sangat
sedikit data Yang meneliti farmakokinetik parasetamol di antara pasien Sakit kritis, tampak
bahwa volume distribusi parasetamol Meningkat pada pasien ICU dibandingkan dengan
pasien yang Kurang sehat. Pentingnya klinis perbedaan farmakokinetik ini Tidak jelas.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya
mengalami absorpsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan
menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat di ekskresi dari
dalam tubuh. Seluruh proses ini di sebut farmakokinetik.
Farmakodinamik ialah cabang ilmu yang mempelajari efek biokimia dan fisiologi
obat serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk
meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan
peristiwa serta spectrum efek dan respon yang terjadi.
Dari pengenalan tentatif ke praktik klinis lebih dari seabad yang lalu, parasetamol
telah menjadi salah satu obat yang paling banyak digunakan dalam pengobatan dan resep
rutin dalam perawatan kritis. Namun banyak aspek farmakodinamik parasetamol tidak
sepenuhnya dipahami. Kegunaan Parasetamol sebagai analgesik pada sakit kritis tidak
pasti, dan Dampak efek antipiretiknya pada hasil dalam berbagai proses Patologis

13
berpotensi signifikan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan bagaimana
kitaharus menggunakan parasetamol di sakit kritis.

3.2 SARAN
Pemahaman terhadap mahasiswa kebidanan terhadap bidang ilmu farmakologi meliputi
aspek farmakokinetik dan farmakodinamik selalu terus di tingkatkan dengan proses
pembelajaran yang baik,selain untuk meningkatkan pemahaman yakni sebagai upaya
meningkatkan ilmu pengetahuan yang lebih kompeten, memiliki jiwa rasa ingin tahu
akan pengetahuan dan selalu berfikir kritis terhadap ilmu tersebut.

REFERENSI
1. Atkinson Jr AJ, Huang SM, Lertora JJ, Markey SP, editors. Principles of clinical
Pharmacology. Academic Press; 2012 Sep 18.
2. Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. of_paracetamol_following_oral_administr.en.id
4. Anief, Moh. 2004. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
5. Departemen Farmakologi dan Teraupetik. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
Gaya Baru
6. Effendi, Hasyim. 2010. Fisiologi Sistem Hormonal dan Reproduksi Dengan
Patofisiologisnya. Bandung : Penerbit Alumni

14

Anda mungkin juga menyukai