Anda di halaman 1dari 10

TUNTUNAN AGAMA TERHADAP IBU

NIFAS,PERSETUBUHAN,KEBERSIHA
N MANDI DAN IBADAH

Kelompok 7 :
1. Nova Hermadayanti
2. Nurlaili Chaerunisa
3. Rahmatul Ulya Putri
4. Restu Tri Rahayu
1. Masalah Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari rahim karena melahirkan.
Perlu kita ketahui bahwa waktu tersingkat janin berwujud manusia
adalah delapan puluh hari dimulai dari hari pertama hamil. Dan
sebagian pendapat mengatakan sembilan puluh hari. Sebagaimana
hadits dari Ibnu Mas’ud sradhiyallahu ‘anhu ,bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan kepada
kami, dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang
benar dan yang mendapat berita yang benar, “Sesungguhnya
seseorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut
ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, kemudian menjadi
Kemudian seorang malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di
dalamnya, dan diperintahkan kepadanya untuk menulis empat hal, yaitu
menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya.”
(HR. Bukhari dan Muslim). Menurut Ibnu Taimiyah, “Manakala seorang
wanita mendapati darah yang disertai rasa sakit sebelum masa (minimal)
itu, maka tidak dianggap sebagai nifas. Namun jika sesudah masa
minimal, maka ia tidak shalat dan puasa. Kemudian apabila sesudah
kelahiran ternyata tidak sesuai dengan kenyataan (bayi belum berbentuk
manusia-pen) maka ia segera kembali mengerjakan kewajiban. Tetapi
kalau ternyata demikian (bayi sudah berbentuk manusia-pen), tetap
berlaku hukum menurut kenyataan sehingga tidak perlu kembali
mengerjakan kewajiban.” (Kitab Syarhul Iqna’) 
2. Persetubuhan (Jima’)
Jima’ menurut bahasa adalah mengumpulkan bilangan.
Seperti ungkapan ungkapan “mengumpulkan” perkara
seperti ini, maksudnya telah terkumpul bersamanya. Arti
bahasa yang lain adalah persetubuhan atau persenggamaan.
Menurut istilah jima’ adalah memasukkan dzakar (penis)
laki-laki ke dalam farji (vagina) perempuan. Dan bisa
dikatakan jima’ walaupun yang masuk hanya kepala dzakar
saja, ataupun hanya sentuhan antara kepala dzakar dengan
farji. Adapun aktifitas antara seorang suami dan istrinya
sebelum memasukkan ini disebut sebagai pendahuluan
jima’. Dikatakan jima’ apabila memasukkannya adalah ke
dalam farji (vagina) perempuan. Seandainya penis masuk
ke dalam dubur (anus) atau lubang di tubuh yang bukan
farji maka ia bukan dinamakan jima’. Bahkan hal itu
 Hukum persetubuhan disaat sedang nifas adalah sebagai berikut :
Suami haram melakukan jima’ disaat istri sedang menstruasi
atau nifas. Ini sudah hukum dan ketentuan sah dari agama bahwa
wanita mengeluarkan darah menstruasi atau nifas tidak boleh
didekati dengan jima’.

 Firman Allah SWT:


“Mereka bertanya pada engkau (wahai Muhammad) mengenai
persoalan darah menstruasi, maka jawablah darah tersebut
merupakan kotoran, oleh karenanya hindarilah wanita-wanita
ketika dalam keadaan menstruasi, dan janganlah kamu
bersetubuh dengan mereka sampai mereka suci. Manakala
mereka sudah suci (kemudian melakukan mandi) maka
bersetubuhlah kamu dengan mereka sebagaimana Allah
memerintahkanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang ahli taubat dan ahli bersuci”.
(QS. Al-Baqarah: 222).
3. Kebersihan Mandi
Setelah selesai nifas seorang wanita diwajibkan untuk mandi wajib
untuk menghilangkan hadast besar (darah nifas) tersebut dengan
cara membasuh seluruh tubuh mulai dari puncak kepala hingga
ujung kaki.
A. Fardhu Mandi
1. Niat : bersama-sama dengan mula-mula membasuh tubuh.
Lafadzh niat
‫ﻴﺖ ﺍﻠﻐﺳﻞ ﻠﺮ ﻔﻊ ﺍﻠﺤﺪ ﺚ ﺍﻻ ﻜﺑﺮ ﻔﺮﻀﺎ ﷲ ﺘﻌﺎﻠﻰ‬ ‫ﻧﻮ‬
“Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar fardhu
karena Allah.”
2. Membasuh seluruh badannya dengan air, yakni meratakan air
ke semua rambut dan kulit.
3. Menghilangkan najis.

B. Sunnat Mandi :
1. Mendahulukan membasuh segala kotoran dan najis dari
seluruh tubuh.
2. Membaca basmallah pada permulaan mandi
3. Menghadap kiblat sewaktu mandi dan mendahulukan bagian
kanan daripada kiri
4. Membasuh badan samapai tiga kali.
5. Membaca doa sebagaimana membaca doa sesudah berwudhu.
6. Mendahulukan mengambil air wudhu yakni sebelum mandi
disunnatkan berwudhu terlebih dahulu.
4. Ibadah
Wanita yang haid dan nifas haram melakukan shalat
fardhu maupun sunnah, dan mereka tidak perlu
menggantinya apabila suci. (Ibnu Hazm di dalam
kitabnya al-Muhalla)
Shalat sebagaimana yang kita ketahui, sahnya juga
suci dari hadast besar. Cara menghilangkan hadast besar
tersebut yaitu dengan cara mandi wajib.
Kesimpulan
Nifas adalah darah yang keluar disebabkan oleh kelahiran anak. Hukum
yang berlaku pada nifas adalah sama seperti hukum haid, baik mengenai hal-
hal yang diperbolehkan, diharamkan, diwajibkan maupun di hapuskan. Karena
nifas adalah darah haid yang tertahan karena proses kehamilan. Takaran
maksimal bagi keluar darah nifas ini adalah 40 hari.
Seorang suami diharamkan untuk menyetubuhi istrinya selama dia
masih nifas. Apabila darah nifas seorang wanita telah terhenti maka dia wajib
mandi, sesuai dengan kesepakatan ulama umat ini sehingga wanita itu menjadi
suci dari nifasnya, setelah itu suami diperbolehkan untuk menyetubuhinya.
Wanita yang haid dan nifas haram melakukan shalat fardhu maupun
sunnah sebelum ia melakukan mandi wajib.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai