Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kesakitan Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi.

Berdasarkan hasil Susenas 2017 anak usia 0-17 tahun yang mengalami

keluhan kesehatan sebesar 28,56%, sedangkan morbiditas anak sebesar

15,86%. Malnutrisi merupakan faktor penyebab utama anak-anak lebih rentan

terhadap penyakit parah (WHO, 2019). Salah satu faktor pemicu tingginya

AKB di Indonesia yaitu rendahnya pemberian ASI (KPPPA, 2018).

ASI lebih dari sekadar makanan untuk bayi. ASI juga merupakan obat

ampuh untuk pencegahan penyakit yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap

anak. ASI pertama atau kolostrum kaya akan antibodi untuk melindungi bayi

dari penyakit dan kematian (Unicef, 2019). Dampak yang ditimbulkan apabila

bayi tidak diberikan ASI diantaranya pneumonia (45%), diare (30%) dan

ISPA (18%) (Kemenkes RI, 2018).

Global Breastfeeding Scorecard, yang mengevaluasi 194 negara,

menemukan bahwa hanya 40% anak-anak di bawah enam bulan yang disusui

secara eksklusif (tidak diberi makanan selain ASI) dan hanya 23 negara maju

yang memiliki tingkat menyusui eksklusif di atas 50,8% (UNICEF, 2019).

Hasil Riskesdas tahun 2018 proporsi pola pemberian ASI di pada bayi umur 0-

5 bulan di Indonesia sebanyak 37,3% ASI eksklusif, 9,3% ASI parsial, dan

3,3% ASI predominan (Kemenkes RI, 2018) (Infodatin, 2018).

1
2

Pemberian ASI eksklusif di provinsi Bengkulu tahun 2018 sebanyak

8.235 (76%). Di Kota Bengkulu cakupan pemberian ASI Eksklusif tahun 2018

adalah 2.732 orang (39,88%) menunjukkan trend menurun dibandingkan

tahun sebelumnya yaitu pada Tahun 2017 (61,2%), Tahun 2016 (61,74%) dan

Tahun 2015 (77,9%). Cakupan pemberian ASI Eksklusif tertinggi di

Puskesmas Perawatan Ratu Agung (117,2%) dan cakupan terendah di

Puskesmas Sukamerindu (16,0%) (Dinkes Kota Bengkulu, 2017).

Rendahnya cakupan ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain bayi atau ibunya itu sendiri bisa dengan hisapan yang kurang kuat

dari bayi sehingga bayi tidak mendapat cukup ASI atau dari faktor ibu seperti

makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Ibu menyusui dengan nutrisi yang tidak

adekuat maka akan mengakibatkan gizi buruk. Jika status gizi ibu menyusui

buruk akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas ASI (Sukarni,

2013).

Nutrisi ibu menyusui harus kaya akan Provitamin A, vitamin C, Zat besi

dan fosfor yang penting bagi ibu menyusui (Sutomo, 2015). Selain itu,

kandungan fitokimia lainnya seperti polifenol dan steroid berperan dalam

refleks prolaktin atau merangsang alveoli untuk memproduksi ASI serta

merangsang hormone oksitosin untuk memacu pengeluaran dan pengaliran

ASI serta Laktagogum yang merupakan zat yang dapat meningkatkan atau

memperlancar pengeluaran air susu (Ramayulis, 2015). Menurut (Jeniawaty,

2016) mengatakan bahwa kandungan tersebut terdapat pada sayuran seperti


3

daun ubi jalar ungu dan daun katuk dapat melancarkan produksi ASI karena

mengandung laktogogum serta kandungan fitokimia lainnya (Sutomo, 2011).

Daun ubi jalar ungu (Lpomoea Batatas Var Ayamurasaki) selain

mengandung klorofil, juga merupakan sumber vitamin C dan betakaroten (pro

vitamin A) serta mengandung zat fitokimia berupa alkaloid, karatenoid dan

zat besi (Ramayulis, 2015). Penelitian Purnami (2017) sesudah diberikan

rebusan daun ubi jalar 85% responden ASInya cukup. Hal ini sesuai dengan

teori menutut Lany (2010) dengan adanya polifenol dapat mempengaruhi

peningkatan produksi ASI.

Menurut penelitian Setiawandari (2017), daun katuk (Sauropus

Androgynus) mengandung stereol (dengan turunan fitosterol) dan polifenol

serta efek laktogogum untuk meningkatkan jumlah dan mutu ASI. Hasil

penelitian suwanti (2016) menunjukkan bahwa setelah mengkonsumsi ekstrak

daun katuk ibu yang menyusi mengalami kenaikan produksi ASI 70%.

Hasil survey yang dilakukan oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas

Sukamerindu pada 8 Desember 2019, dari wawancara 3 ibu menyusui, 1 bayi

diantaranya diberikan susu formula dengan alasan produksi ASI yang belum

lancar. Ibu mengatakan telah mengkonsumsi daun katuk dan sayuran lain

sebagai upaya memperbanyak produksi ASI namun belum mengetahui daun

ubi alar ungu juga berkhasiat sebayai pelancar ASI. Berdasarkan latar

belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan


4

judul “Efektivitas Pemberian Daun Ubi Jalar Ungu Dan Daun Katuk Terhadap

Kecukupan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan,

masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya angka cakupan ASI

eksklusif di Kota Bengkulu. Maka pertayaan penelitiannya adalah:

“Bagaimana efektivitas pemberian daun ubi jalar ungu dan daun katuk

terhadap kecukupan produksi ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Kota

Bengkulu tahun 2019 ?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecukupan

produksi ASI pada ibu nifas yang mengkonsumsi daun ubi jalar ungu dan

daun katuk di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu

tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

Adapun untuk mengetahui tujuan khusus dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui :

a. Untuk mengetahui karateristik ibu menyusui terhadap kecukupan

produksi ASI yang diukur dengan kenaikan berat badan bayi.


5

b. Kecukupan produksi ASI pada ibu menyusui yang mengkonsumsi

daun ubi jalar ungu di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota

Bengkulu tahun 2019.

c. Kecukupan produksi ASI pada ibu menyusui yang mengkonsumsi

daun katuk di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu

tahun 2019.

d. Perbedaan kecukupan produksi ASI pada ibu menyusui yang

mengkonsumsi daun ubi jalar ungu dan daun katuk di wilayah kerja

Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Kiranya hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi para

pembaca khususnya bagi para calon bidan yang masih dalam proses

mempersiapkan diri untuk dapat memberikan pelayanan pada masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Ibu Dan Masyarakat

Memberikan informasi dan pengetahuan kepada ibu nifas

mengenai manfaat konsumsi daun ubi jalar ungu dan daun katuk untuk

memperlancar produksi ASI.

b. Bagi Petugas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

petugas dan pelayanan kebidanan yang ada dikota Bengkulu sebagai

intervensi dalam melakukan asuhan kebidanan, memberikan informasi


6

serta mensosialisasikan manfaat daun ubi jalar ungu dan daun katuk

kepada masyarakat sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam

melakukan upaya promotif terhadap peningkatan pemberian ASI

eksklusif.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian serupa pernah diteliti oleh :

1. Prisusanti (2017) dengan judul “Pengaruh Pemberian Daun Ubi Jalar

Ungu Pada Ibu Nifas Terhadap Kecukupan ASI Pada Bayi 0-6 Bulan”

dengan desain penelitian pra-eksperimental didapatkan hasil sebanyak

90% peningkatan produksi ASI dalam kategori kurang ke kategori cukup.

Uji statistik Chi Square diperoleh hasil bahwa nilai X 2 hitung 19.286 > nilai

X2 tabel 18.493 sehingga ada pengaruh pemberian daun ubi jalar ungu pada

ibu nifas terhadap kecukupan ASI. Perbedaan dengan penelitian ini

terletak pada desain penelitian yaitu menggunakan desain penelitian

Quasy Experiment.

2. Purnani (2017) dengan judul “Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Ubi

Jarar Terhadap Kecukupan ASI Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja

Puskesmas Campurejo Kota Kediri” penelitian ini menggunakan desain

pra eksperimental dengan rancangan pretest posttest design, didapatkan

hasil sebanyak 85% mengalami peningkatan produksi ASI, sebanyak 15%

tetap/tidak ada peningkatan hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank

diperoleh  0,000 <  0,05 berarti ada pengaruh pemberian rebusan daun

ubi jalar terhadap peningkatan produksi ASI. Perbedaan pada penelitian ini
7

terletak pada desain dan rancangan penelitian yakni menggunakan desain

Quasy Experiment dan rancangan Two group only post test design.

3. Setiawandari (2017) dengan judul “Efektifitas Ekstrak Sauropus

Androgynus (Daun Katuk) Dan Ekstrak Moringa Oleifera Lamk (Daun

Kelor) Terhadap Proses Persalinan, Produksi Kolostrum dan Proses

Involusi Uteri Ibu Postpartum” jenis penelitian ini menggunakan true

eksperiment dengan desain penelitian posttest with control group design.

hasil penelitian adalah daun katuk lebih efektif dibanding daun kelor

dalam hal mempercepat pengeluaran produksi kolostrum dengan nilai

p=0,026α=0,05 (24jam), p=0,905>α=0,05 (48 jam), p=0,719>α=0,05 (72

jam). Perbedaan pada penelitian ini terletak pada desain dan rancangan

penelitian yakni menggunakan desain Quasy Experiment dan rancangan

Two group only post test design dengan menggunakan daun ubi jalar ungu

dan daun katuk.

4. Juliastuti (2019) dengan judul “Efektivitas Daun Katuk (Sauropus

Androgynus) Terhadap Kecukupan Asi Pada Ibu Menyusui Di Puskesmas

Kuta Baro Aceh Besar”, penelitian ini menggunakan metode penelitian

quasi eksperimen, dengan rancangan penelitian pre test dan post test.

Teknik penelitian menggunakan Nonprobability Sampling. Menunjukkan

bahwa hasil kenaikan berat badan bayi untuk memenuhi kecukupan ASI

sebanyak 259 gram dengan rebusan dan 182 gram dengan ekstrak analisis

statistik menggunakan uji independent t-test diperoleh p value 0,000

sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh daun katuk dengan
8

produksi ASI. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada rancangan

penelitian Two group only post test design bahan yang digunakan

menggunakan daun ubi jalar ungu dan daun katuk sebagai intervensi untuk

mengetahui perbedaan efektivitas kecukupan produksi ASI terhadap

kenaikan berat badan bayi.

Anda mungkin juga menyukai