Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA BAYI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Bayi

logo

Oleh:

NAMA
NIM ..........................

Pembimbing Akademik:

NAMA

NIP

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2019

HALAMAN PENGESAHAN

1
Laporan Pendahuluan

“ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA BAYI”

Oleh:
Tesa Gurit Kartika Wiyati
NIM. P07124519017

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Yuliantisari Retnaningsih, SSiT, M.Keb Endang Hijrohwati, Amd. Keb

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

NAMA
NIP

2
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

KATA PENGANTAR...................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

I. TINJAUAN TEORI TUMBUH KEMBANG.............................................. 1


A. Definisi ............................................................................................1
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbang anak.................................. 1
C. Periode Perkembangan............................................................................ 2
D. Perkembangan Anak Balita..................................................................... 2

III.KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI..................................... 1

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 29

3
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Tumbuh Kembang
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran
sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi
secara bertahap dan tingkat yang paling rendah dan kompleks melalui
proses maturasi dan pembelajaran. Tumbuh kembang adalah suatu
kesatuan proses dimana seseorang anak tidak hanya tumbuh menjadi besar
tapi berkembang menjadi lebih terampil yang mencakup dua peristiwa
yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
jumlah, besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu
yang bisa diukur berat, panjang, umur tulang dan keseimbangan
elektrolit.
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil antara lain proses
pematangan termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah
laku sebagai hasil dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh
kembang yang optimal tergantung pada potensi biologis, psikososial,
dan perilaku yang merupakan proses yang unik dan hasil akhir
berbeda-beda yang memberi ciri tersendiri pada setiap anak.
Dalam tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi,
dimana imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang
dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan
seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin
Polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal
terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan

4
mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbang Anak


1. Faktor keturunan (herediter)
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbang anak melalui instruksi genetik dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan, gangguan pertumbuhan selain disebabkan
oleh kelainan kromosom (contoh: syndrome down, syndrome turner)
juga diakibatkan oleh faktor lingkungan yang kurang memadai.
a. Seks : kecukupan dan perkembangan pada anak laki-laki berbeda
dengan perempuan.
b. Ras     : ras/suku bangsa dapat mempengaruhi tumbang anak,
beberapa suku bangsa memiliki karakteristik.
2. Faktor lingkungan
a. Lingkungan Internal
1) Intelegensi
Pada umunya intelegensi tinggi, perkembangan lebih baik
dibandingkan jika intelegensi rendah.
2) Hormon
Ada 3 jenis hormon yang mempengaruhi anak yaitu
somatotropik untuk pertumbuhan tinggi badan terutama pada
masa kanak-kanak, hormon tiroid menstimulasi pertumbuhan
sel interstitial testis, memproduksi testosteron dan ovarium
memproduksi estrogen yang mempengaruhi perkembangan
dan reproduksi.
3) Emosi
Hubungan yang hangat dengan orangtua, saudara teman
sebaya serta guru berpengaruh terhadap perkembangan
emosi, sosial, intelektual anak, cara anak berinteraksi dengan
keluarga akan mempengaruhi interaksi anak diluar rumah.

b. Lingkungan eksternal

5
1) Kebudayaan
Budaya keluarga/masyarakat mempengaruhi bagaiman
anak mempersepsikan dan memahami kesehatan berprilaku
hidup sehat.
2) Status sosial ekonomi keluarga
Anak yang berada dan dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang sosial ekonomi yang rendah serta banyak
punya keterbataan untuk memenuhi kebutuhan primernya.
3) Nutrisi
Untuk tumbang anak secara optimal memerlukan nutrisi
adekuat yang didapat dari makanan bergizi.
4) Iklim/cuaca
Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak.
5) Olahraga/latihan fisik
Olahraga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
psikososial anak.
6) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, sulung, anak tengah, anak
bungsu akan mempengaruhi pola anak setelah diasuh dan
dididik dalam keluarga

C. Periode Perkembangan
Perkembangan anak secara umum terdiri dari :
1. Periode prenatal
Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi
pembentukan organ dan system organ anak. Selain itu hubungan
antara kondisi itu memberi dampak pada pertumbuhannya.

2. Periode bayi

6
Periode ini terdiri dari neonatus (0-28 hari) dan bayi (28-12 bulan).
Pada periode ini pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama
pada aspek kognitif, motorik dan sosial.
3. Periode kanak-kanak awal
Terdiri atas anak usia 1-3 tahun yang disebut toddler dan pra
sekolah 3-6 tahun. Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang
lebih lanjut pada usia pra sekolah. Perkembangan fisik lebih lambat
dan relatif menetap.
4. Periode kanak-kanak pertengahan
Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan pertumbuhan anak
laki-laki sedikit lebih meningkat daripada perempuan dan
perkembangan motorik lebih sempurna.
5. Periode kanak-kanak akhir
Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada
usia 11-18 tahun. Perkembangannya yang mencolok pada periode ini
adalah kematangan identitas seksual dengan perkembangannya organ
reproduksi.
D. Perkembangan Anak Balita
Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita.
Perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, dan keadaan sosial
emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar
kepribadian juga dibentuk pada masa-masa ini sehingga setiap
kelainan/penyimpangan seksual apapun. Apabila tidak terdeteksi dan tidak
ditangani dengan baik maka akan mengurangi kualitas perkembangan.

7
BAB II
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN

A. Pengkajian Data Subyektif


1. Identitas anak dan/atau orang tua
a. Nama.                                                  
b. Alamat.                                              
c. Telepon.                                             
d. Tempat dan tanggal lahir.
e. Ras/kelompok entries.
f. Jenis kelamin.
g. Agama.
h. Tanggal wawancara.
i. Informan.
2. Keluhan utama
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi
sehat jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam
imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan
kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan, tidak
menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia berada
dalam kondisi sakit. Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah anak
memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun
orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini
dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda
sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
3. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan
keluhan utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit
sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak
dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut
untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain untuk
kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah anak

8
harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau
pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan
sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi.
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi
terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan
imunisasi dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak
sehingga dapat mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta
pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia serta pola perilaku
anak baik ditujukan secara langsung pada anak ataupun
keluarganya).
g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
5. Tinjauan Sistem (TS)
Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya
kemungkinan masalah kesehatan pada anak, walau tampak jarang
dilakukan saat akan diimunisasi, namun tinjauan ini akan menjadi pilihan
yang lebih baik selain pengkajian riwayat kesehatan anak karena dalam
pengkajian cenderung hanya berfokus pada informasi yang diberikan
anak/keluarga sedangkan kemungkinan terhadap kondisi kelainan yang
ada pada tubuh anak belum disadari olehnya dan juga keluarga, sehingga
alangkah baik jika sebelum diimunisasi anak mendapatkan tindakan
pemeriksaan fisik untuk peninjauan terhadap sistem tubuhnya. Tinjauan
sistem meliputi:

a. Menyeluruh/umum.

9
b. Integument.
c. Kepala.
d. Mata.
e. Telinga.
f. Hidung.
g. Mulut.
h. Tenggorokan.
i. Leher.
j. Dada.
k. Respirasi.
l. Kardiovaskuler.
m. Gastrointestinal.
n. Genitourinaria.
o. Ginekologik.
p. Muskuluskeletal.
q. Neurologik.
r. Endokrin.
6. Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji
pajanan terhadap penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan
keluarga yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan
penggunaan bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat
anak mengalami sakit.
7. Riwayat psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama
terfokus pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat
sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika
saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak
terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk
mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta diperlukan

10
keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada
anaknya sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi.
8. Riwayat keluarga       
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu
dan sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus
pada sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi yang akan
diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat
imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika
keluarga telah memahami pentingnya imunisasi sebagai langkah penting
yang diperlukan untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa
keluarga yang belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan
patokan untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman
terhadap imunisasi.
9. Pengkajiaan nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan
kebutuhan nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini
sebelum dia mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan bahan untuk
pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi meliputi
pengkajian terhadap asupan diet dan pemeriksaan klinis.
10. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi
saat hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik,
preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah ehamilannya dipantau berkala.
Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan benar dapat
mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal
maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.
11. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya,
apakah secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak
yang dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami
gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partus lama,

11
atau kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan
tumbuh kembang anak.

B. Pengkajian Data Objektif


Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu
diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana
dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering
digunakan di lapangan untuk memantau tumbuh kembang anak adalah TB,
BB, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru
digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak. Apabila petugas akan
mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup mengukur BB,
TB, dan lingkar kepala.4 Meskipun tidak semua ukuran antropometri
digunakan, berikut ini akan dijelaskan cara pengukuran dari masing-masing
ukuran antropometri:

1. Berat Badan (BB)


Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
a. Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah
ditera (distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan yang
digunakan dapat berupa dacin atau timbangan injak.
b. Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal
tersebut dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak yang berusia
1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk dengan menggunakan
dacin. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, penimbangan
berat badan dapat dilakukan dengan posisi berdiri.

Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:

1) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran.
Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.
2) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan
timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu
kaitkan gendongan ke timbangan.Sedangkan apabila dengan

12
berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas timbangan injak tanpa
dipegangi.
3) Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas
di atas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi
jatuh saat ditimbang.
4) Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk
menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak
digendong oleh ibu dan ditimbang.
a) Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat
badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat rumus berikut.
b) BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu.
5) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada
timbangan.
6) Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan
standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal,
kurang, atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga
dapat dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah
berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau, kuning,
atau merah.
2. Tinggi Badan (TB)
Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya
dikelompokkan menjadi untuk usia kurang dari 2 tahun dan usia 2 tahun
atau lebih. Pengukuran tinggi badan pada anak usia kurang dari 2 tahun
adalah sebagai berikut :
a. Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan pita
pengukur (meteran).
b. Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut
sampai menempel pada meja (posisi ekstensi).
c. Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki
tegak lurus dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala

13
yang tertera.
d. Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan
cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar)
berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit
kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita
pengukur.
Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun
atau lebih adalah sebagai berikut :
a. Tinggi badan diukur dengan  posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat,
sedangkan bokong, punggung, dan bagian belakang kepala berada
dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur.
b. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah
papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai
dengan skala yang tertera.
3. LingkarKepala
Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas
tertinggi dan terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala berada
di atas kurva normal, berarti ukuran kepala besar (macrocephali),
sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva normal, berarti ukuran
kepala kecil (microcephali). Kurva lingkar kepala ini dibedakan antara
laki-laki dan perempuan. Adapun cara pengukuran lingkar kepala :
a. Siapkan pita pengukur (meteran).
b. Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau
supraorbita bagian antrior menuju oksiput pada bagian posterior
kemudian tentukan hasilnya.
c. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala.

4. Lingkar Lengan Atas (lila)


Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara

14
pengukurannya perlu diketahui :
a. Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan
pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dengan
siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa
aktivitas lengan kiri lebih pasif dari pada lengan kanan, sehingga
ukurannya lebih stabil.
b. Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat digunakan
pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat
pengukuran.
c. Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada
pita pengukur.
d. Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau status
anak.
2. Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang
dilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa (mid
respirasi) pada tulang Xifoidius (incisura subternalis). Pengukuran lingkar
dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar,
sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring. Cara pengukuran lingkar
dada adalah sebagai berikut :
a. Siapkan pita pengukur
b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
c. Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang disediakan.
3. Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangan,
namun petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan
agar keadaan anak dapat diketahui secara keseluruhan. Pemeriksaan fisik
dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia,
ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji.
Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama
seperti cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak. Oleh karena itu,

15
pemeriksaan fisik tidak dibahas secara khusus pada bagian ini.

4. Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan
buku Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah
dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai keadaan
perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal,
meragukan, atau memerlukan rujukan.
5. Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak,
data penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang
diperlukan terutama apabila anak berada di klinik.

C. Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan


Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi dan balita, terdapat interpretasi hasil sebagai berikut:
1. Pertumbuhan dan perkembangan normal
Pertumbuhan anak dikatakan normal apabila grafik berat badan
anak berada pada jalur berwarna hijau pada kalender balita (KMS) atau
sedikit di atasnya. Arah grafik harus naik dan sejajar mengikuti
lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau. Sementara, pertumbuhan anak
dikatakan ideal jika pertumbuhan yang ditetapkan dengan pengukuran
antropometri adalah BB/U; BB/M, dan lingkar kepala/U.
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan
kemampuan/kepandaian anak sesuai dengan patokan yang berlaku.
Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor yang
diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah 9-10. Apabila menggunakan
kalender balita (KMS), maka kemampuan anak sesuai usia yang terdapat
pada gambar. Sementara apabila menggunakan tes DDST, anak dapat
melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai usia. Demikian juga untuk
pemeriksaan lainnya.

2. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal

16
Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat
badan anak berada jauh di atas warna hijau atau berada dibawah jalur
hijau, khususnya pada jalur merah. Ukuran antropometri lain yang
mengikuti biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada.
Perkembangan anak mengalami penyimpangan apabila kemampuan
kepandaian anak tidak dicapai sesuai dengan usianya, sehingga anak
mengalami keterlambatan. Pada tes DDST, anak tidak dapat mencapai
tugas-tugas perkembangannya, atau pada gambar kalender balita (KMS),
kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya.

D. Pelaksanaan
Tindakan yang diberikan disesuaikan dengan rencana kebidanan.

6.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Berhrman, Kliegman, & Arvin. Ilmu kesehatan anak nelson. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.2012.
2. Hidayat, A.Z. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan.
Jakarta. Salemba Medika.2012.
3. Muscari, Mary.E. Keperawatan pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran
EGC.2009.
4. Nanny, V. Asuhanneonatus, bayi, dan anakbalita. Jakarta :SalembaMedika.
2010.

18

Anda mungkin juga menyukai