Anda di halaman 1dari 9

KEBIDANAN KOMUNITAS

PERENCANAAN PELAYANAN KEBIDANAN


KOMUNITAS YANG TANGGAP GENDER DAN
PARTISIFATIF

Disusun Oleh
Kelompok 1 :
•Arini Rahmatika
•Atika Anjar Ngadiyat
•Bella Yolanda
•Dea Laberia Dosen Pengajar : Nispi Yulyana,SST, M.Keb
•Desti Kartika
•Dica Meylanisya
•Dindha Ayu Reviolitha
•Eflin Ovita Wulandari
•Elza Yosi Thewita
•Erni Erfiani
PERENCANAAN PARTISIPATIF
 Rencana adalah pola pikir yang sistematis
untuk mewujudkan tujuan dengan
mengorganisasaikan dan mendaya gunakan
sumber yang tersedia . perencenaan yang Dan melalui perencanaan program
akan disusun harus berdasarkan kegiatan yang partisipatif maka masyarakat
yang sebelumnya didorong bukan hanya mampu
menyuarakan kepentingan dan
 perencanaan program yang partisipatif kebutuhannya tetapi juga mampu
merupakan upaya pengembangan masyarakat mengorganisir diri secara kolektif untuk
karena berupaya membangun atau terlibat mulai dari penelusuran kebutuhan
memperkuat struktur masyarakat atau hingga monitoring dan evaluasi program.
komunitas agar menjadi suatu identitas yang Untuk itu pengembangan program selain
otonom dan bisa menyelenggarakan membutuhkan kesiapan pengelola
kehidupannya serta melakukan kegiatan program secara
pemenuhan kebutuhan manusia(human organisasional/institusional juga
needs) Artinya pengembangan masyarakat penguatan kapasitas masyarakat sebagai
merupakan upaya penguatan kapasitas bagian dari stakeholders. Kapasitas
masyarakat. Sekaligus peningkatan masyarakat ini bisa terindikasi dari
kesejahteraan masyarakat tangga atau pun tingkat partisipasinya.
 Melalui perencanaan program yang
partisipatif, maka masyarakat didorong bukan
hanya mampu menyuara kepentingannya.
Tetapi juga mampu mengorganisie diri secara
kolektif untuk terlibat mulai dari melakukan
perencanaan dan merancang kesehatannya
TERDAPAT BEBERAPA ASUMSI YANG YANG
MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT YAKNI :

1. Masyarakat, yang paling tahu kebutuhannya,


karena itu masyarakat mempunyai hak untuk
mengidentifikasi dan menentu- kan kebutuhan
pembangunan di wilayah lokalnya.
2. Pendekatan ini menjamin kepentingan dan
suara kelompok- kelompok yang selama ini
tersisih atau marginal dalam pembangunan.
3. Partisipasi dalam pengawasan. Monitoring
terhadap proses pembangunan dapat
mengurangi terjadinya berbagai
penyimpangan program, termasuk tidak
tercapainya tujuan program.
PROSES PENYUSUNAN RENCANA
YAITU :

1. Menentukan Tujuan
Menentukan tujuan berdasarkan 2.    Menentukan Strategi
masalah yang telah diidentifikasi. Bila Strategi pelaksanaan rencana
masalah yang ditemukan tersebut biasanya diungkapkan dalam
banyak, maka bentuk-bentuk dari kebijaksanaan dan langkah-langkah
prioritasnya masalahnya berdasarkan: pelaksanaan kebijaksanaan
•Berdasarkan besar nya masalah merupakan dasar dari pelaksanaan
•Berdasarkan luasnya masalah kegiatan. Contohnya dalam
•Berdasarkan dampak masalah pelaksanaan program pelayanan
•Berdasarkan besarnya akibat kesehatan ibu dan anak di desa A,
masalah kebijaksanaan yang ditetapkan
•Berdasarkan tingkat kemudahan adalah pelayanan kesehatan ibu dan
dalam mengatasinya anak diarahkan pada upaya
peningkatan sumber daya manusia
Implementasi Perencanaan
a.    Menentukan kegiatan
Berdasarkan kegiatan pokok disusun
program lebih rinci yang mencakup b.    Menentukan sumber daya
aktifitas-aktifitas, dilakukan dengan target
Menentukan sumber daya yang
yang akan dicapai. Rencana kegiatan secara
rinci mencakup latar belakang disusunnya
dimaksud adalah tenaga, sarana,
rencana. Tujuan yang akan dicapai: fasilitas, dana, manajemen serta
1)      Kegiatan yang akan dilakukan informasi.
2)      Tempat pelaksanaan
3)      Waktu dan penjadwalan pelaksanaan
4)      Pelaksana yang bertanggung jawab
 Tangga Partispasi Masyarakat
 Skor
 Keterangan
 8 :Mendorong atau mempercepat terjadinya
perubahan
 7 :Mobilisasi diri sendiri
 6 :Terlibat dalam suatu pekerjaan bersama dan
saling mendorong satu sama lain.
 4 :Terlibat untuk memberikan dukungan materi
 3 :Terlibat dalam konsultasi
 2 :Terlibat dalam memberikan informasi
 1 :Terlibat tapi pasif
3 TINGKATAN DIMENSI

•2. Dimensi Kapasitas Institusi


1.Dimensi Kapasitas Pengembangan kapasitas
Sistem institusi yang mampu
Pengembangan memfasilitasi proses perencanaan
secara jelas dan konsisten. Untuk
kapasistas sistem bisa itu perlu struktur
merujuk pada perencanaan pengorganisasian yang jelas,
berkala yang terpadu dan termasuk penjabaran tugas dan
berkesinambungan, yang fungsi dari masing masing
pelaku/aktor yang terlibat,
dirumuskan secara mekanisme koordinasi, serta
obyektif, terarah dan sesuai evaluasi kinerja dan monitoring
kebijakan Normative yang dampak untuk menilai efektifitas,
menjadi rujukan bersama. efisiensi, dan akuntabilitas
jalannya program pelayanan
masyarakat.
•3.Dimensí Kapasitas Individu
Pengermbangan kapasitas individu akan
mencakup:
•Keterampilan perencanaan (kemampuan atau
kapasitas melakukan analisis situasi hingga
monitoring evaluasi).
•Keterampilan manajerial. Yakni kapasitas
memfasilitas, memoderasi dan mengkoordinir
semua pelaku dan kepentingan ke dalam suatu
proses perencanaan yang teratur.
Keterampilan sosial yakni kapasitas dalam
membangun proses dialogis yang konstruktif
dalam rangka membangun kebersamaan dalam
keberagaman kepentingan untuk menghasilkan
produk perencanaan yang mampu mengakomodir
kepentingan dari bawah. Selain itu, diperlukan
kapasitas atau kemampuan mensosialisasikan
pduang hambatan, keberhasilan dalam
implementasi serta faktor-faktor yang
mempengaruhi
KESIMPULAN
Dimensi-dimensi
diatas juga bisa
mengindikasikan Berkenaan dengan perencanaan Tidak hanya itu aspek terpenting
level dan bentuk adalah perlunya terbangun
partisipatif, pada dasarnya
perubahan/ koordinasi atau kerja sama antara
dampak dari tujuannya tidak
warga dan organisasi/institusi
program. Misalnya memberdayakan masyarakat pengelola program. Berkenaan
program nutrisi tetapi, juga pengelola program. dengan keberhasilan sinergi atau
ibu Hamil, pada Artinya, pengelola program kerja sama ini, menurut Ostrom
dasarnya capaian perlu membangun kapasitas (1996) ada beberapa kondisi yang
program bukan organisasional maupun menjadi prasyarat, yakni: (1) ada
hanya adanya individual dalam merancang, tidak kebijakan (2) besar kecilnya
perubahan pada komitmen stakeholders, dan (3)
sikap dan perilaku
mengimplementasi, dan
ada tidaknya pendorong partisipasi
sehat di level memonitor serta mengevaluasi
stakeholders baik secara internal
individual, namun jalannya program. Lebih dari dan eksternal, termasuk ada
juga diharapkan itu juga dibutuhkan kemampuan tidaknya sistem komunikasi dan
ada perubahan kerjasama/kordinas antar sistem insentd-disinsentif dalam
pada level berbagai pihak/stakeholders, pengelolaan program.
institusional yang dilandasi kuatnya
(keluarga agama,
komitmen masing-masing pihak

Anda mungkin juga menyukai