Anda di halaman 1dari 29

HALAMAN PENGESAHAN

Journal Reading

“HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DENGAN TUMBUH


KEMBANG ANAK USIA 9-24 BULAN DI PUSKESMAS MERDEKA
PALEMBANG”

Oleh:
..............................
NIM. .....................

Menyetujui,

Pembimbing Akademik

......................................
NIP

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

........................................

NIP

ii
KATA PENGANTAR

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Judul Jurnal....................................................................................1
B. Abstrak...........................................................................................1
C. Pendahuluan/Latar Belakang/Tujuan.............................................1
D. Metodologi.....................................................................................2
E. Hasil dan Pembahasan...................................................................3
F. Kesimpulan dan Saran...................................................................4

BAB II TELAAH JURNAL...........................................................................5


A. Judul Jurnal....................................................................................5
B. Abstrak...........................................................................................5
C. Pendahuluan/Latar Belakang/Tujuan.............................................5
D. Metodologi.....................................................................................5
E. Hasil dan Pembahasan...................................................................5
F. Kesimpulan dan Saran...................................................................6
G. PICOT............................................................................................6
H. RAMMbo.......................................................................................6

BAB III TINJAUAN PUSTAKA...................................................................7

BAB IV PENUTUP.........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

LAMPIRAN....................................................................................................20

BAB I
ISI JURNAL

HUBUNGAN IMUNISASI CAMPAK DENGAN KEJADIAN CAMPAK DI


PROVINSI JAWA TIMUR
Khuril Eka Oktaviasari

iv
FKM UNIVERSITAS AIRLANGGA
A. Judul Jurnal
Hubungan Imunisasi Campak dengan Kejadian Campak di Provinsi Jawa
Timur
B. Abstrak
Latar Belakang: Kasus campak di Indonesia sebesar 12.681 kasus
pada tahun 2016 dan Provinsi Jawa Timur adalah wilayah yang memiliki
jumlah kasus campak terbanyak, yaitu sebesar 3.765 kasus. Cakupan
imunisasi campak pada bayi sudah memenuhi target, namun cakupan
imunisasi campak pada balita belum memenuhi target. Tujuan: Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara imunisasi campak pada
bayi dan balita terhadap jumlah kasus campak tiap kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016. Metode: Penelitian ini merupakan
penelitian observasional dengan desain studi cross sectional. Populasi
yang digunakan yaitu semua orang yang menderita penyakit campak tiap
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016. Cara
pengambilan sampel adalah dengan menggunakan total populasi. Variabel
yang diteliti yaitu jumlah imunisasi campak pada bayi dan balita serta
jumlah kasus campak di Provinsi Jawa Timur, dengan teknik analisis
berupa korelasi pearson. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara imunisasi campak pada bayi (p = 0,04) yang
memiliki kuat hubungan lemah dan tidak ada hubungan antara imunisasi
campak pada balita (p = 0,92) yang memiliki kuat hubungan lemah dengan
jumlah kasus campak. Kesimpulan: Ada hubungan antara imunisasi
campak pada bayi dengan jumlah kasus campak di Provinsi Jawa Timur.
C. Pendahuluan/Latar Belakang/Tujuan
Virus campak merupakan salah satu mikroorganisme yang sangat
mudah menular antara individu satu ke individu yang lain, terutama pada
anak-anak yang memasuki usia pra-sekolah dan tamat SD. Campak adalah
penyakit menular yang sering menyebabkan terjadinya Kejadian Luar
Biasa (KLB). Campak adalah anggota dari Paramyxoviridae, dalam genus

v
Morbillivirus. Penyakit ini mudah menular melalui sistem pernapasan,
terutama percikan ludah atau cairan yang keluar dari sistem pernapasan,
seperti pada saat bersin, batuk, maupun berbicara (Kemenkes RI, 2017a).
Kasus campak menyebar di daerah yang memiliki penduduk yang
padat. Penyebaran kasus campak paling banyak terjadi di negara
berkembang, salah satunya di Indonesia. Kejadian campak di Indonesia
cenderung meningkat pada tahun 2016, yaitu sebanyak 12.681 kasus,
dengan Incidence Rate (IR) sebesar 5 per 100.000 penduduk dan terdapat
1 kasus meninggal yang berasal dari Provinsi Jawa Barat. Jumlah tersebut
lebih tinggi dari tahun sebelumnya, tahun 2015 yaitu sebesar 10.655 kasus,
dengan IR sebesar 3,20 per 100.000 penduduk. Jumlah kasus campak pada
tahun 2015 lebih tinggi daripada tahun 2014, yaitu sebesar 12.944 kasus,
dengan IR sebesar 5,13 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2017b).
Penyakit campak termasuk penyakit yang dapat dicegah dengan
tindakan imunisasi. Salah satu bentuk program imunisasi yang
dilaksanakan oleh pemerintah yaitu imunisasi rutin yang terdiri dari
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. (Kemenkes RI, 2017a). Imunisasi
dasar lengkap dan lanjutan yang diwajibkan oleh pemerintah adalah
imunisasi campak. Imunisasi campak mendapatkan perhatian lebih dari
pemerintah karena Indonesia ikut serta dalam program eliminasi campak
pada tahun 2020 dengan cakupan campak minimal 95% di setiap wilayah
secara merata (Kemenkes RI, 2017b).

D. Metodologi
Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan
menggunakan desain studi cross sectional. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu jumlah kejadian campak dari seluruh
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, yang terdiri dari 29 kabupaten dan
9 kota. Penelitian ini menggunakan total sampling dengan menggunakan

vi
data sekunder yang terdapat pada Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
tahun 2016.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
dependent variable (terikat) dan independent variable (bebas). Dependent
variable atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu jumlah kejadian
campak tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016.
Variabel independent atau variabel bebas yaitu jumlah imunisasi campak
pada bayi dan balita tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur yang
terdapat di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2016. Analisis
yang digunakan yaitu korelasi pearson. Korelasi pearson merupakan salah
satu metode analisis statistik yang memiliki hubungan linier antara
variabel dependent (terikat) dan variabel independent (bebas).
E. Hasil dan Pembahasan
Campak adalah penyakit mudah menular yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2015, jumlah
kejadian campak di Provinsi Jawa Timur sebesar 2.268 kasus dan pada
tahun 2016 mengalami peningkatan mencapai 3.765 kasus. Jumlah
kejadian campak terbanyak tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur
tahun 2015 yaitu sebesar 655 kasus, sedangkan tahun 2016 sebesar 1.115
kasus. Jumlah kejadian campak terendah tiap kabupaten/kota di Provinsi
Jawa Timur pada tahun 2015 dan 2016 yaitu sebesar 0 kasus.
Kabupaten/kota yang memiliki jumlah kasus campak terendah pada tahun
2015 yaitu Kabupaten Blitar, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto,
Kabupaten Gresik, Kota Kediri, Kota Blitar, dan Kota Pasuruan,
sedangkan kabupaten/kota yang memiliki jumlah kasus campak terendah
di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 yaitu Kabupaten Tuban,
Kabupaten Bangkalan, dan Kabupaten Pamekasan.
Hasil dari uji korelasi pearson antara imunisasi campak pada bayi
dan kejadian campak tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun
2016 menunjukkan hasil signifikansi = 0,04 artinya adanya hubungan
antara imunisasi campak pada bayi dengan kejadian campak. Hasil

vii
korelasi pearson menunjukkan kekuatan korelasi lemah dan arah korelasi
linier negatif (pearson correlation = -0,33), artinya semakin tinggi
cakupan imunisasi campak pada bayi, maka semakin rendah pula jumlah
kasus campak. Hasil dari uji korelasi pearson antara imunisasi campak
pada balita dan kejadian campak tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Timur tahun 2016 menunjukkan hasil signifikansi = 0,94 yang artinya
tidak ada hubungan antara cakupan imunisasi campak balita dengan
kejadian campak.
F. Kesimpulan dan Saran
Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Jember
memiliki jumah penderita campak yang selalu tinggi di Provinsi Jawa
Timur pada tahun 2015 dan 2016. Ada interaksi antara imunisasi campak
pada bayi dengan penderita campak dan memiliki kekuatan korelasi
sedang serta arah korelasi negatif yang artinya semakin tinggi cakupan
imunisasi campak pada bayi, maka semakin rendah jumlah kasus campak.

BAB II
TELAAH JURNAL

A. Judul Jurnal
Judul jurnal sudah sesuai dengan syarat penulisan judul jurnal yang
baik yaitu relevan dengan tema yang dikaji. Judul jurnal sudah

viii
menggambarkan isi dari penelitian. Judul sudah ditulis secara ringkas,
padat dan jelas.
B. Abstrak
Isi abstrak dari jurnal ini sudah mencakup latar belakang, tujuan,
metode penelitian, hasil dan kesimpulan. Kemudian kaidah penulisan juga
sudah sesuai. Abstrak sudah mewakili inti hasil penelitian. Bahasanya
mudah dimengerti dan dipahami, sehingga pembaca tidak salah
menafsirkan isi.
C. Pendahuluan
Pada pendahuluan jurnal ini sudah dijelaskan mengenai angka
kejadian cakupan kelengkapan imunisasi di Indonesia. Pendahuluan sudah
membahas mengenai dampak yang ditimbulkan akibat kejadian ketuban
pecah dini. Referensi yang digunakan sudah terpercaya yaitu dari jurnal
internasional.
D. Metodologi
Metodologi yang digunakan sudah sesuai tujuan penelitian. Pengambilan
sampel sudah sesuai. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini cukup
banyak.
E. Hasil dan Pembahasan/Diskusi
Hasil dari jurnal ini sudah hampir membahas mengenai hubungan
antara pemberian imunisasi dasar dengan tumbuh kembang anak usia 9-24
bulan di Puskesmas Merdeka Palembang. Hasil dijabarkan dengan lengkap
dan akurat, dengan bahasa yang lugas dan jelas. Pembahasan juga sudah
menggunakan referensi dari banyak jurnal pendukung, sehingga
menggunakan teori dari berbagai sumber. Bahasanya juga mudah
dipahami oleh pembaca.
F. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan sudah mampu menjawab secara padat ringkas dari
tujuan penellitian. Saran juga sudah diperuntukkan dengan sesuai. Namun
kesimpulan dan saran masih digabung menjadi satu.
G. PICOT

ix
Populasi Seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 9-24 bulan yang
berkunjung di Puskesmas Merdeka Palembang
Intervensi Tidak ada
Comparatif Tidak ada
Outcome Diketahuinya hubungan antara pemberian imunisasi dasar
dengan tumbuh kembang anak usia 9-24 bulan di
Puskesmas Merdeka Palembang
Time Tahun 2018

H. RAMMbo

Representatif Ya
Alokasifair Ya
Maintenance Ya
fair
Measurement Tidak dijelaskan
Blinded
Objective

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi bayi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 2.500
gram sampai 4000 gram, cukup bulan, langsung menangis dan tidak
ada cacat bawaan, serta ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat. Bayi merupakan makhluk yang sangat
peka dan halus, apakah bayi itu akan terus tumbuh dan berkembang

x
dengan sehat, sangat bergantung pada proses kelahiran dan
perawatannya. Tidak saja cara perawatannya, namun pola pemberian
makan juga sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
bayi.
Bayi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bayi cukup bulan,
bayi premature, dan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR). Bayi
(Usia 0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga
kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis.
2. Imunisasi
a. Pengertian imunisasi
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja
memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar
sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem
imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk
melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya
sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau
tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi
akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi
sebelumnya.
Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap suatu penyakit
tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam
tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan
melalui mulut seperti vaksin polio.
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja
memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga
terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada

xi
pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya
terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.
b. Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada
imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin
terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui
manusia, seperti penyakit difteria.
c. Jenis-jenis imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak
menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam,
yaitu:
1) Imunisasi aktif
Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah
dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh
berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap
antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat
mengenali dan merespon.
2) Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh
dengan cara pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal
dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu
melalui placenta) atau binatang yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi.
d. Imunisasi dasar
1) Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
a) Pengertian

xii
Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup
yang dibuat dari Mycobacterium bovis yang dibiak
berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan hasil
yang tidak virulen tetapi masih mempunyai
imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan
sensitivitas terhadap tuberkulin, tidak mencegah
infeksi tuberculosis tetapi mengurangi risiko terjadi
tuberculosis berat seperti meningitis TB.

xiii
b) Cara pemberian dan dosis:
( 1 ) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus
dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan
mengggunakan alat suntik steril Auto Distruct
Scheering(ADS) 5 ml.
( 2 ) Dosisi pemberian: 0,05 ml.
( 3 ) Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan
kanan atas (insertion musculus deltoideus).
Dengan menggunakan Auto Distruct Scheering
(ADS) 0,05 ml.
( 4 ) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan
sebelum lewat 3 jam.
c) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tuberculosis.
d) Kontra indikasi:
( 1 ) Adanya penyakitkulit yang
berat/menahun seperti: eksim, furunkulosis
dan sebagainya.
( 2 ) Mereka yang sedang menderita TBC.
e) Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang
bersifat umum seperti deman. Setelah 1-2 minggu
akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat
suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian
pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan,
akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda
parut.
2) Vaksin DPT
a) Pengertian
Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah

xiv
vaksin yang terdiri dari toxoid difteridan tetanus yang
dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah
diinaktivasi. Difteri merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria.
Difteri bersifat ganas, mudah menular dan menyerang
terutama saluran nafas bagian atas. Penularannya bisa
karena kontak langsung dengan penderita melalui
bersin atau batuk atau kontak tidak langsung karena
adanya makanan yang terkontaminasi bakteri difteri.
Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti
demam lebih kurang 38°C, mual, muntah, sakit waktu
menelan dan terdapat pseudomembranputih keabu-
abuan di faring, laring, atau tonsil. Pertusis
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
kuman Bordetella Pertusis. Kuman ini mengeluarkan
toksin yang menyebabkan ambang rangsang batuk
yang hebat dan lama.
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi kuman Clostridium tetani. Tetanus dapat
menyerang bayi, anak-anak bahkan orang dewasa.
b) Cara pemberian dan dosis:
( 1 ) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok
terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
( 2 ) Disuntik secara intramuskuler dengan dosis
pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
( 3 ) Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan,
dosis selanjutnya diberikan dengan interval
paling cepat 4 minggu (1 bulan).
( 4 ) Cara memberikan vaksin ini, sebagai berikut:
(a) Letakkan bayi dengan posisi miring
diatas pangkuan ibu dengan seluruh

xv
kaki terlentang.
(b) Orang tua sebaiknya memegang kaki
bayi.
(c) Pegang paha dengan ibu jari dan jari
telunjuk.
(d) Masukkan jarum dengan sudut 90
derajat.
(e) Tekan seluruh jarum langsung ke
bawah melalui kulit sehingga masuk
kedalam otot.
c) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap
difteri, pertusis, dan tetanus.
d) Kontra indikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi
baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada syaraf
merupakan kontraindikasi pertusis. Anak-anak yang
mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama,
komponen pertusisharus dihindarkan pada dosis
kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat
diberikan DT.
e) Efek samping
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas,
demam tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya
terjadi 24 jam setelah imunisasi.
3) Vaksin hepatitis B
a) Pengertian
Vaksin hepatitis B adalahvaksin virus rekombinan
yang telah diinaktivasikan dan bersifat in infectious,
berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
(Hansenula polymorph) menggunakan teknologi

xvi
DNA rekombinan.
b) Cara pemberian dan dosis:
( 1 ) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok
terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
( 2 ) Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml,
pemberian suntikan secara intramuskuler
sebaiknya pada anterolateral paha.
( 3 ) Pemberian sebanyak 3 dosis. Dosis pertama
diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya
dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan).
c) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi
yang disebabkan virus hepatitis B.
d) Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama
halnya seperti vaksin- vaksin lain, vaksin ini tidak
boleh diberikan kepada penderita infeksi berat disertai
kejang.
e) Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi
yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
setelah 2 hari.
4) Vaksin IPV
a) Pengertian
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah
penyakit poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat
dikombinasikan dengan vaksin DPT. Inactivated
Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung
virus polio yang telah dimatikan dan diberikan
melalui suntikan. Poliomielitis adalah penyakit pada

xvii
susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh satu dari
tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1,
2, atau 3.
b) Cara pemberian dan dosis
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,
II, III dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4
minggu. Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah
imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-
6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Cara memberikan vaksin ini, sebagai berikut:
(1) Letakkan bayi dengan posisi miring diatas
pangkuan ibu dengan seluruh kaki terlentang.
(2) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi.
(3) Pegang paha dengan ibu jari dan jari
telunjuk.
(4) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat.
(5) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah
melalui kulit sehingga masuk kedalam otot.
c) Kontraindikasi
Pemberian imunisasi polio tidak boleh
dilakukan pada orang yang menderita defisiensi
imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul
akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
5) Vaksin MR
a) Pengertian
Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili
atau measles, merupakan penyakit yang sangat
menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus.
Manusia diperkirakan satu-satunya reservoir,
walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak
berperan dalam penularan.

xviii
Penyebab rubella adalah togavirus jenis
rubivirus dan termasuk golongan virus RNA. Virus
rubella cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia,
bahan asam dan pemanasan. Virus tersebut dapat
melalui sawar plasenta sehingga menginfeksi janin
dan dapat mengakibatkan abortus atau congenital
rubella syndrome (CRS). Penyakit rubella ditularkan
melalui saluran pernapasan saat batuk atau bersin.
Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan
kelenjar getah bening regional, dan viremia terjadi
pada 4 – 7 hari setelah virus masuk tubuh. Masa
penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum
hingga 7 hari setelah rash. Masa inkubasi rubella
berkisar antara 14 – 21 hari. Gejala dan tanda rubella
ditandai dengan demam ringan (37,2°C) dan bercak
merah/rash makulopapuler disertai pembesaran
kelenjar limfe di belakang telinga, leher belakang dan
sub occipital.
Rubella pada anak sering hanya menimbulkan
gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala
sehingga sering tidak terlaporkan. Sedangkan rubella
pada wanita dewasa sering menimbulkan arthritis
atau arthralgia. Rubella pada wanita hamil terutama
pada kehamilan trimester 1 dapat mengakibatkan
abortus atau bayi lahir dengan CRS.
Dengan pemberian imunisasi campak dan
rubella dapat melindungi anak dari kecacatan dan
kematian akibat pneumonia, diare, kerusakan otak,
ketulian, kebutaan dan penyakit jantung bawaan.
Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis
0,5 ml. Vaksin hanya boleh dilarutkan dengan pelarut

xix
yang disediakan dari produsen yang sama. Vaksin
yang telah dilarutkan harus segera digunakan paling
lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan. Pada tutup
vial vaksin terdapat indikator paparan suhu panas
berupa Vaccine Vial Monitor (VVM). Vaksin yang
boleh digunakan hanyalah vaksin dengan kondisi
VVM A atau B.
b) Kontraindikasi:
(1) Individu yang sedang dalam terapi
kortikosteroid, imunosupresan dan radioterapi.
(2) Wanita hamil.
(3) Leukemia, anemia berat dan kelainan
darah lainnya.
(4) Kelainan fungsi ginjal berat
Decompensatio cordis.
(5) Setelah pemberian gamma globulin atau
transfusi darah.
(6) Riwayat alergi terhadap komponen vaksin
(neomicyn).
c) Pemberian imunisasi ditunda pada keadaan sebagai
berikut:
(1) Demam.
(2) Batuk pilek.
(3) Diare.
d) Cara pemberian
Berikan imunisasi MR untuk anak usia 9 bulan
sampai dengan <15 tahun tanpa melihat status
imunisasi dan riwayat penyakit campak atau rubella
sebelumnya. Berikut adalah langkah-langkah dalam
melakukan penyuntikan vaksin MR:
(1) Imunisasi dilakukan dengan menggunakan

xx
alat suntik sekali pakai (autodisable
syringe/ADS) 0,5 ml. Penggunaan alat suntik
tersebut dimaksudkan untuk menghindari
pemakaian berulang jarum sehingga dapat
mencegah penularan penyakit HIV/AIDS,
Hepatitis B dan C.
(2) Pengambilan vaksin yang telah dilarutkan
dilakukan dengan cara memasukkan jarum ke
dalam vial vaksin dan pastikan ujung jarum
selalu berada di bawah permukaan larutan
vaksin sehingga tidak ada udara yang masuk
ke dalam spuit.
(3) Tarik torak perlahan-lahan agar larutan
vaksin masuk ke dalam spuit dan keluarkan
udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat
suntik dan mendorong torak sampai pada skala
0,5 cc, kemudian cabut jarum dari vial.
(4) Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan
dengan kapas kering sekali pakai atau kapas
yang dibasahi dengan air matang, tunggu
hingga kering. Apabila lengan anak tampak
kotor diminta untuk dibersihkan terlebih
dahulu.
(5) Penyuntikan dilakukan pada otot deltoid di
lengan kiri atas.
(6) Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan
secara subkutan (sudut kemiringan
penyuntikan 45o).
(7) Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik
keluar, kemudian ambil kapas kering baru lalu
ditekan pada bekas suntikan, jika ada

xxi
perdarahan kapas tetap ditekan pada lokasi
suntikan hingga darah berhenti.
e) KIPI pada MR
Vaksin MR adalah vaksin yang sangat amat aman,
namun seperti sifat setiap obat memiliki reaksi
simpang. Reaksi simpang yang mungkin terjadi
adalah reaksi lokal seperti nyeri, bengkak dan
kemerahan di lokasi suntikan dan reaksi sistemik
berupa ruam atau rash, demam, dan malaise dan
reaksi simpang tersebut akan sembuh dengan
sendirinya. Reaksi alergi berat seperti reaksi
anafilaksis dapat terjadi pada setiap orang terhadap
setiap obat, kemungkinan tersebut dapat juga terjadi
pada pemberian vaksin MR.
3. Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pengertian
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel
serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur
dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler,
kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi
tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.

xxii
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh
kembang anak:
a) Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika,
maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa
Indonesia atau sebaliknya.
b) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur
tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
c) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa
prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
d) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan
berkembang lebih cepat daripada laki laki. Tetapi
setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak
laki-laki akan lebih cepat.
e) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak
yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya.
Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh
pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.

xxiii
2) Faktor luar (ekstemal)
a) Faktor Prenatal
(1) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester
akhir kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan janin.
(2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan
kelainan kongenital seperti club foot.
(3) Toksin/zat kimia.
(4) Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin,
Thalldomid dapat menyebabkan kelainan
kongenital seperti palatoskisis.
(5) Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan
makrosomia, kardiomegali, hiperplasia
adrenal.
(6) Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat
mengakibatkan kelainan pada janin seperti
mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongential
mata, kelainan jantung.
(7) Infeksi
lnfeksi pada trimester pertama dan kedua
oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella,
Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat
menyebabkan kelainan pada janin: katarak,
bisu tuli, mikros efali, retardasi mental dan
kelainanjantung kongenital.

xxiv
(8) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar
perbedaan golongan darah antara janin dan ibu
sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel
darah merah janin, kemudian melalui plasenta
masuk dalam peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kem
icterus yang akan menyebabkan kerusakan
jaringan otak.
(9) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh
gangguan fungsi plasenta menyebabkan
pertumbuhan terganggu.
( 10 ) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan
salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan
lain-lain.
b) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala,
asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c. Aspek-aspek perkembangan yang dipantau
1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar
seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,

xxv
menjimpit, menulis dan sebagainya.
3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan
respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi,
mengikuti perintah dan sebagainya.
4) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan
sendiri, membereskan mainan selesai bermain}, berpisah
dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, dan sebagainya.
d. Alat skrining perkembangan anak
Adapun alat skrining perkembangan anak yang sering
dipakai adalah Denver Developmental Screening Test II, dan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Screening Test II
dan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) digunakan
untuk menilai perkembangan anak dari 4 sektor yaitu motorik
kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, dan personal sosial.
1) Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan pemeriksaan perkembangan menggunakan
KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal
atau ada penyimpangan.
2) Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan
gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera
ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak.

Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining/Deteksi

xxvi
BAB IV

xxvii
PENUTUP
Dalam jurnal ini telah merangkum hasil penelitian yang dapat menjadi
referensi pembaca khususnya mengenai hubungan pemberian imunisasi dasar
dengan tumbuh kembang anak usia 9-24 bulan di Puskesmas Merdeka
Palembang.

xxviii
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahun, Gde., IGW. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Ketiga.


Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016.
2. Departemen Kesehatan RI. Survei Demografi Keshatan Indonesia dan
Angka Kematian Bayi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.
3. Departemen Kesehatan RI. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2009.
4. Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan. 2010.
5. Yuniarti, Sri. Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi, balita dan
anak Prasekolah. Bandung: PT Rafika Aditama; 2015.
6. Fida dan Maya. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: D
Medika; 2012.
7. Marmi. Asuhan Neonatus Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakata: Pustaka Pelajar; 2015.
8. Hayati, W. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: EGC; 2009.
9. Yudianti. Pola Asuh Kejadian Stunting pada Balita di Kabupaten
Polewali Mandar. Jurnal Kesehatan Manarang, 2 (1);21-25. 2016.
10. Melisa. Hubungan Pemberian Imunisasi Dasar dengan Tumbuh
Kembang pada Bayi (0-1 tahun) di Puskesmas Tombakulu Kabupaten
Minahasa, Vol.4. 2016.
11. Hikmah. Hubungan Kelengkapan Imunisasi Dasar dengan Tumbuh
Kembang Toddler di Posyandu Bunga Padi Kota Tangerang. 2016.
12. Moonik, P, Hesti, H. L, Wilar, R. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keterlambatan Perkembangan Anak Taman Kanak-Kanak. Jurnal E-
Clinic. Vol3. No:1. 2015.
13. Khatharina. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Sikap
Terhadap Tumbuh Kembang Anak Usia 0-24 Bulan. Jurnal
Kebidanan. 2016.
14. Azizah, N., Suyati, Rhmawati, E., V. Hubungan Tingkat Pengetahuan

xxix
Ibu Tentang Pentingnya Imunisasi Dasar Dengan Kepatuhan
Melaksanakan Imunisasi Dasar. 2012.
15. Kementterian Kesehatan RI. Permenkes Nomor 12 Tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI; 2017.
16. Andriana, Dian. Tumbuh Kembang dan Terapi Bemain pada Anak.
Jakarta: Salemba Medika; 2013.
17. Soetjiningsih. Perkembangan Anak dan Permaslahan Dalam Buku
Ajar Ilmu Perkembangan Anak dan Remaja. Jarkarta: Sagung Seto;
2012.
18. Depkes RI. Panduan Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Depkes RI;
2010.
19. Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak. Jakarta:Depkes RI; 2016.
20. Goi, Misrawatie. Gizi Bayi. Jurnal Kesehatan. 2013.

xxx

Anda mungkin juga menyukai