Deskripsi
Mata kuliah ini mempelajari tentang perspektif keperawatan dan konsep perawatan paliatif,
etik, kebijakan, teknik menyampaikan berita buruk, komunikator, kebutuhan psikologis
pasien paliatif, manajemen nyeri, berbagai macam terapi komplementer, tinjuan agama dan
budaya tentang penyakit kronik.
Prasyarat mata kuliah yang harus sudah dilalui oleh mahasiwa adalah: Ilmu keperawatan
dasar, IDK, Komunikasi.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan praktikum keperawatan paliatif dan menjelang ajal, mahasiswa
mampu:
1. Mensimulasikan komunikasi efektif pada pasien palliatif dan keluarga
2. Mensimulasikan Manajemen nyeri :pengkajian, Monitoring,
3. Melakukan Role play kasus pasien paliatif dengan masalah psikis
4. Melakukan Perawatan Stoma pada Paliatif Care
5. Melakukan Terapi komplementer: Hipnoterapi
6. Melakukan Perawatan ulkus dekubitus: (pengkajian resiko, pencegahan, pengkajian & staging
ulkus, perawatan).
7. Melakukan Manajemen nyeri: Intervensi relaksasi dan distraksi, PMR
8. Mensimulasikan Massage therapy in palliative care
9. Melakukan Manajemen nutrisi: Sub Kutan Infus (butterfly needle)
10. Melakukan Teknik Ambulasi & perpindahan yang aman (Assisting with Ambulation and Safe
Falling).
11. Mensimulasikan Oral care (perawatan sariawan, halitosis, iritasi mulut)
12. Mensimulasikan Pendekatan spiritual dalam paliatif (beribadah dalam keadaan sakit)
13. Mensimulasikan Perawatan jenazah
Ujian praktikum
Ujian praktikum luring dilaksanakan pada jadwal yang sudah ditetapkan. Mahasiswa
mengikuti ujian praktikum dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Ujian praktikum dilaksanakan di ruang praktikum Fakultas keperawatan bagi
kelompok praktikum luring dan dengan rekaman video bagi kelompok praktikum
daring
2. Ujian praktikum akan dilaksanakan diakhir semester dengan memilih beberapa
kompetensi yang akan diujikan.
Materi Praktikum MK. Keperawatan Palliatif dan Menjelang Ajal Kelas 1,2,dan 3 A 2019
DOSEN
PTM TOPIK
1 Penjelasan Silabus
2 Terapi komplementer: Hipnoterapi
3 Pengkajian dan perawatan Luka dekubitus EO
4 Stoma
5 Manajemen Nutrisi : sub kutan therapy pada paliatif RM
(Butterfly Needle
6 Massage therapy in palliative care
7 Manajemen nyeri: Intervensi relaksasi dan distraksi,
PMR
8 Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman
(Assisting with Ambulation and Safe Falling)
9 Komunikasi efektif pada pasien palliatif dan keluarga
(kasus-lat) FM
10 Role play kasus pasien paliatif dengan masalah psikis
11 Manajemen nyeri :pengkajian, Monitoring,
12 Oral care (perawatan sariawan, halitosis, iritasi mulut) BFK
13 Perawatan jenazah
14 Pendekatan spiritual dalam paliatif (beribadah dalam
keadaan sakit)
15- 16 Ujian praktikum* TIM
Ket:*: setiap dosen akan mengambil nilai praktikum dari penugasan mandiri minimal 1 topik dari yang semua diajarkan selama
praktikum, mis. Bu FM mengajarkan 3 skill, maka mahasiswa akan diminta membuat video praktikum salah satu topic yang
diajarkan sebelumnya. (EO : Elvi Oktarina, FM : Fitri Mailani, BFK: Bobby Febri Krisdianto, RM : Rahmi Mutia
Lembaran Kerja 2
Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu melakukan roleplay komunikasi pada pasien palliatif dan keluarga: menyampaikan
berita buruk.
Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu mensimulasikan/ roleplay komunikasi kepada
pasien atau keluarga dalam konteks palliatif care dengan baik: menyampaikan berita buruk.
Kegiatan sebelum praktikum
1. Coba saudara jelaskan apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif pada pasien palliatif?
Komunikasi efektif pada pasien paliatif yaitu komunikasi dengan menggunakan penyampaian
yang dimengerti dan disampaikan dengan tepat kepada pasien terminal agar dapat diterima oleh
pasien tersebut dan dapat mengurangi dampak emosional yang diderita oleh pasien.
2. Menurut saudara apa saja yang harus diperhatikan dan dipersiapkan saat memberitahu berita
buruk pada pasien dan keluarga?
Yang harus diperhatikan dan dipersiapkan saat memberitahu berita buruk pada pasien dan
keluarga yaitu :
Mempersiapkan ruangan yang dapat menjamin privasi klien dan keluarga.
Sebaiknya penyampaian berita buruk disampaikan dengan keadaan duduk.
Gunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pasien dan menghindari penggunaan
kata-kata medis.
Hindari memberikan ketakutan yang berlebihan kepada pasien.
Jangan memutuskan pengharapan pasien.
Perlu menyampaikan jika masih ada tata laksana medis mungkin tidak dapat
menyembuhkan penyakitnya,tetapi membuat kehidupan lebih baik.
Kegiatan selama praktikum
Menyampaikan berita buruk pada pasien adalah salah satu tanggung jawab seorang petugas medis
yang harus dikerjakan dalam praktek pelayanan kesehatan. Menyampaikan berita buruk merupakan
keterampilan komunikasi yang penting dan menantang. Terdapat kewajiban secara sosial dan moral
bagi petugas medis untuk bersikap sensitif dan tepat dalam menyampaikan berita buruk. Secara
medikolegal petugas medis berkewajiban menyampaikan atau menginformasikan diganosis yang
secara potensial berakibat fatal. Jika petugas medis tidak menyampaikan dengan tepat, komunikasi
tentang berita buruk akan berakibat pada munculnya perasaan ketidak percayaan, kemarahan,
ketakutan, kesedihan atau pun rasa bersalah pada diri pasien. Hal-hal tersebut dapat berefek
konsekuensi emosional jangka panjang pada keluarga pasien.
Listening mode: ON
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya persiapkan kemampuan ‘mendengar’, secara prinsip
meliputi:
- Silence: Jangan memotong kata-kata pasien ataupun berbicara tumpang tindih dengan
pasien
- Repetition: Ulangi kata-kata pasien atau berikan tanggapan, untuk menunjukkan
pemahaman terhadap apa yang ingin disampaikan pasien.
- Availability: Dokter harus ada di tempat mulai awal hingga akhir penyampaian kabar
buruk. Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi, seperti ada sms, telepon, , atau
aktifkan mode silent, jika ada tamu minta bantuan pada perawat untuk mengatasi tamu
yang mungkin datang.
2. Patient’s Perception
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya dokter/perawat mengetahui persepsi pasien
terhadap:
- Kondisi medis dirinya sendiri: Tanyakan sejauh mana informasi yang pasien ketahui tentang
penyakitnya beserta kemungkinan terburuk yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
- Harapannya terhadap hasil medikasi yang ia tempuh: Tanyakan perkiraan pasien terhadap
hasil medikasi. Tujuan mengetahui kedua aspek tersebut bukan semata-mata untuk mengubah
persepsi pasien agar sesuai dengan kenyataan, melainkan sebagai jalan untuk menilai
kesenjangan antara persepsi dan harapan pasien dengan kenyataan sebagai pertimbangan
penyampaian kabar buruk agar tidak terlalu membuat pasien terguncang.
1.Persiapan Pilih ruangan yang menjamin privacy, dan usahakan baik dokter, perawat
maupun pasien bisa duduk dalam posisi yang nyaman.
Tanyakan pada pasien apakah dia menghendaki ada orang lain yang
menemaninya, apakah suami / istri, anak, atau keluarga lainnya. Biarlah
pasien sendiri yang memutuskan.
Mulailah dengan memberikan pertanyaan seperti: “Bagaimana perasaan
anda sekarang ?“.
(Pertanyaan ini untuk mulai melibatkan pasien dan menunjukkan pada pasien
bahwa percakapan selanjutnya adalah percakapan dua arah. Pasien tidak
hanya mendengarkan dokter bicara).
2 Mencari Tahu Mulailah mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi dari pasien
Sebanyak Apa supaya anda dapat mulai memahami.
Informasi Yang Apakah pasien sudah tahu mengenai penyakitnya/ situasinya. Contoh :
Sudah Dimiliki "Saya menderita kanker paru-paru, dan saya memerlukan pembedahan".
Pasien Seberapa banyak dia tahu ? Darimana dia tahu ? ("dokter A mengatakan
ada sesuatu kelainan yang ditemukan di foto roentgen dada saya")
Tingkat pengetahuan pasien ("Dok, saya terkena Adenocarcinoma T2N0 ")
Situasi emosional pasien ("Saya takut jangan – jangan saya terkena
kanker, Dok … sampai – sampai seminggu ini saya jadi susah tidur").
Terkadang pasien atau keluarga pasien (orang tua pada pasien anak)
mungkin tidak bisa menjawab atau merespon pertanyaan anda, dan
mungkin memang tidak mengetahui sama sekali mengenai penyakit
mereka.
Pada kasus–kasus seperti itu, teknik yang bisa digunakan untuk
menstimulasi diskusi adalah dengan menanyakan kembali tentang hal –
hal yang sudah mereka ketahui seperti riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan atau hasil test yang telah dilakukan sebelumnya.
3 Mencari Tahu Penting untuk menanyakan pada pasien seberapa detil informasi yang
Seberapa ingin didengarnya. Apakah sangat detil, atau hanya gambaran besarnya
Banyakkah saja ?
Informasi Yang Perlu diperhatikan bagaimana cara bertanya, dan kemungkinan reaksi
Ingin Diketahui pasien. (Setiap pasien tidak akan sama , bahkan pada pasien yang sama
Pasien kemungkinan akan berubah permintaannya selama dalam satu sesi
percakapan).
Beberapa pertanyaan yang sering digunakan pada tahap ini misalnya:
“Bapak/ibu, bila nanti situasi atau kondisi/hasil test menunjukkan
sesuatu yang serius, apakah saya bisa memberitahukan pada anda
mengenai masalah tersebut ?”
“Apakah bapak / ibu ingin saya menjelaskan secara rinci atau hanya garis
besar dari kondisi bapak / ibu sekarang ?”
“Bapak / Ibu, hasil test anda sudah keluar. Apakah saya bisa menjelaskan
pada bapak / ibu, atau bapak / ibu ingin agar saya menjelaskan kondisi
anda pada keluarga ?”
4 BERBAGI Penting untuk mempersiapkan segala data sebelum anda bertemu dengan
INFORMASI pasien.
Topik pada tahap ini biasanya adalah mengenai diagnosis, terapi /
penanganan, prognosis, serta dukungan / fasilitas apa saja yang bisa
diperoleh oleh pasien dan keluarganya.
Berikan informasi dalam potongan kecil, dan pastikan untuk berhenti
menjelaskan (beri jeda di antara potongan – potongan informasi itu)
untuk memastikan bahwa pasien paham dengan yang kita jelaskan.
Ingatlah untuk menerjemahkan istilah medis ke dalam bahasa Indonesia,
dan jangan mencoba untuk mengajar patofisiologi (jelaskan dengan lebih
sederhana).
Beberapa contoh bahasa yang bisa digunakan untuk menyampaikan
berita buruk :
“ Pak Harun, saya khawatir bahwa kabar yang akan saya sampaikan ini
adalah kabar yang kurang baik. Hasil test anda ternyata menunjukkan
bahwa anda positif terkena HIV.”
“Bu Siti, mohon maaf saya terpaksa menyampaikan kabar ini. Hasil biopsi
benjolan pada payudara ibu menunjukkan bahwa ibu terkena kanker
payudara.”
“Bu Dinar, hasil test putri anda sudah keluar, dan ternyata hasilnya tidak
seperti yang kita harapkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa putri anda
terkena leukemia.”
5 Menanggapi Jika anda tidak memberikan tanggapan terhadap emosi yang muncul pada
Perasaan Pasien pasien, anda sama saja seperti “meninggalkan urusan sebelum urusan
tersebut selesai ..”. Selain itu Anda juga bisa dianggap sebagai seorang
dokter/perawat yang tidak memiliki kepedulian pada pasien.
Kalimat – kalimat yang bisa digunakan pada tahap ini :
“Saya tahu bahwa hasil ini adalah hasil yang tidak kita harapkan….”
“Saya tahu bahwa kabar ini adalah kabar yang tidak
mengenakkan….”
“Setelah mengetahui hasilnya, kira –kira hal apakah yang bisa saya bantu ?”
6 Perencanaan Pada titik ini Anda perlu mensintesis rasa kekhawatiran pasien dan isu-isu
Dan Tindak
medis ke dalam rencana konkret yang dapat dilakukan dalam rencana
Lanjut
perawatan pasien.
Buatlah rencana langkah – demi langkah dan berikan penjelasan yang
lengkap pada pasien tentang apa saja yang harus dilakukannya pada tiap
langkah, dan apa saja yang mungkin terjadi, dan apa saja yang bisa
membantu mengatasinya bila ternyata muncul hal yang tidak diinginkan.
Ada baiknya dokter/perawat mencari tahu tentang harapan pasien,
ataupun alasan pertanyaan mereka.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan.
Berikut adalah contoh – contoh kalimat ataupun pertanyaan yang biasa
digunakan :
‘jadi, apa sebenarnya yang menjadi kekhawatiran bapak mengenai
pengobatan ?”
“Jadi situasinya memang demikian, Ibu... Tetapi mungkin masih ada sesuatu
yang bisa saya bantu untuk ibu ?...”
“Jadi ibu ingin mengetahui tentang berapapersen kemungkinan putra ibu
bisa bertahan ?”
SKOR BOBOT
No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
1 Perawat bersikap ramah pada pasien (memperlihatkan bahasa 1
tubuh yang baik).
2 Perawat mempersilahkan pasien masuk dalam ruang yang 1
memberikan privacy yang cukup (sesuai kondisi).
3 Perawat menawarkan pada pasien apakah dia ingin ditemani 1
oleh keluarganya atau siapa pun yang diinginkannya(sesuai
kondisi).
4 Perawat membuka percakapan dan berusaha melibatkan pasien 1
5 Perawat mengajukan pertanyaan pada pasien untuk mengetahui/ 2
mengeksplorasi sampai di mana pasien telah mengetahui
keaadaan dirinya.
(termasuk seberapa tingkat pengetahuan pasien dan situasi atau
keadaan emosi pasien).
6 Perawat menanyakan pada pasien seberapa detil informasi yang 1
ingin didengarnya
7 Perawat memberikan informasi dengan cara yang tepat sesuai 3
diagnosis dan penatalaksanaan, serta sesuai dengan situasi
dan latar belakang pasien beserta keluarganya.
8 Perawat memastikan bahwa pasien paham dengan 1
penjelasannya.
9 Perawat memberikan tanggapan terhadap emosi yang muncul 2
pada pasien
10 Perawat menjelaskan perencanaan terapi dan penanganan sesuai 3
diagnosis.
11 Perawat memastikan apakah pasien (dan keluarganya) paham 1
dengan penjelasan mengenai terapi dan penanganan.
12 Perawat melibatkan pasien dalam merencanakan terapi dan 2
penatalaksanaan selanjutnya.
13 Perawat menjawab pertanyaan tentang prognosis sesuai dengan 3
diagnosis dengan cara yang tepat
14 Perawat memberikan kesempatan pada pasien dan keluarganya 1
untuk mengajukan pertanyaan (di sepanjang wawancara)
15 Perawat menjawab pertanyaan dari pasien (dan keluarganya) 2
dengan perhatian dan sopan (di sepanjang wawancara)
16 Perawat mengakhiri wawancara dengan tepat. 1
Aspek profesionalisme 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
Keterangan :
1 Bila tidak dilakukan mahasiswa, atau sudah dilakukan tetapi keliru
2 Bila sudah dilakukan mahasiswa tapi belum tepat (meliputi diagnosis, prognosis,
dan penatalaksanaan)
3 Bila sudah dilakukan mahasiswa dan dianggap tepat (minimal 75% tepat),
meliputi diagnosis, prognosis, dan penatalaksanaan
Nilai akhir = Jumlah Skor x 100
Catatan :
Urutan tindakan (teknik komunikasi) dalam check list bisa berubah (fleksibel), tergantung
jalannya komunikasi antara dokter dan pasien.
Tugas Role play:
Lakukan role play bergantian dengan rekan anda, dan gunakan ceklis yang ada.
Kasus untuk role play :
1. Penyampaian diagnosis Ca Mammae pada seorang ibu rumah tangga berumur 36 tahun.
2. Penyampaian diagnosis Hemiplegia pada pasien cedera tulang punggung(akibat
kecelakaan lalu lintas), laki-laki usia 40 tahun.
3. Penyampaian diagnosis Leukemia pada anak umur 6 tahun (berita disampaikan pada
orang tuanya).
4. Penyampaian diagnosis Gagal Ginjal pada pasien penderita Diabetes kronis umur 60
tahun.
5. Penyampaian diagnosis Ca Pulmo pada seorang laki-laki, perokok berat umur 54 tahun.
Penyampaian hasil pemeriksaan anak perempuan usia SMP yang positif hamil (ditemani
oleh orang tua).
Ibu Nanu : Saya dengan ibu Nanu dan anak saya bernama Mila nurse
Perawat : Alhamdulillah... Kalau saya boleh tahu apa alasan ibu dan mila
mengunjungi rumah sakit pada hari ini?
Ibu Nanu : Iya nurse, anak saya merasakan pusing, mual-mual dan perutnya juga
terasa keram nurse
Perawat : Baik ibu, kalau kakak boleh tauhu kapan Mila terakhir haid?
Mila : Mila terakhir haid 2 bulan yang lalu kak, biasanya haid Mila memang
tidak teratur kak
Perawat : Baik... Untuk mengetahui pasti apa yang terjadi pada Mila, kakak akan
melakukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan apa yang sedang
terjadi pada Mila saat ini, apakah ibu dan mila bersedia?
Perawat : Baik ibu, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan ini
kurang lebih 20 menit dan dilakukan oleh dokter Spesialis ya bu...
Perawat : Baik Mila setelah dilakukan pemeriksaan... Apa Adek siap mengetahui
kondisi Adek saat ini?
Perawat : Apakah Adek juga bersedia untuk didampingi oleh ibu adek untuk
mengetahuinya?
Perawat : Baik sebelumnya saya ingin bertanya kepada ibu dan mila, apa yang ibu
dan mila ketahui tentang kondisi Mila saat ini? Setelah ibu menyebutkan
gejala;gejala tadi
Baik saya berharap ibu dan mila bisa menerimanya, dan Ibu Nanu sebagai
wali dari Mila disini Wajib untuk mengetahui kondisi Mila ya bu
Perawat : Baik... sebelumnya saya memohon maaf untuk menyampaikan ini, saya
khawatir berita ini kurang mengenakkan. Dan setelah dilakukan
pemeriksaan oleh dokter spesialis, Mila dinyatakan hamil atau sedang
mengandung...
Ibu Nanu : Yang benar ini dek? Dari kapan kamu kayak gitu?
Perawat : Sudah ibu, nantik di rumah ibu dan mila bisa membicarakannya lagi,
untuk sekarang tolong dengarkan saya dulu, agar nantinya jelas untuk
kondisi Mila dan tindakan apa yang tepat untuk dilakukan selanjutnya
(perawat mengambilkan tisu dan memberinya kepada Mila dan ibu Nanu)
Ibu dan mila sabar... Saya dapat merasakan bahwa ini merupakan situasi
yang sulit bagi Mila dan ibu saat ini. Tapi ini merupakan kenyataan yang
harus ibu dan mila ketahui, agar kita bisa segera merencanakan apa
tindakan terbaik untuk mila
(Sambil menggenggam tangan Mila)
Mila, Mila yang sabar, saat ini Mila harus banyak istirahat karena sekarang
Mila sedang berbadan dua dan kehamilan diusia ini sangat beresiko untuk
kesehatan Mila. Dan juga Mila jangan lupa untuk menjaga pola makannya,
untuk saat ini kakak akan memberikan Obat yang dianjurkan oleh dokter
untuk memperkuat kandungan mila
Selanjutnya, Kami akan memberitahukan kembali untuk pemeriksaan
lebih lanjut, nantik Mila bisa langsung datang ke rumah sakit.
Bagaimana ibu, apakah ibu dan mila bersedia untuk melakukan
pemeriksaan kedepannya?
Perawat : Adek?
Perawat : Yang sabar ibu dan mila... Saya paham bagaimana perasaan Mila dan ibu,
tapi Mila jangan merasa putus asa. Ibu Nanu dan keluarga saya memohon
untuk memberikan dukungan kepada mila, jangan sampai Mila stres atau
banyak pikiran karena nantik akan mempengaruhi kondisi bayi yang
dikandung mila. Mila harus tetap semangat dan yakin bahwa kondisi Mila
dan kandungan mila akan membaik.
Untuk urusan selanjutnya bisa di bicarakan lebih lanjut dengan keluarga
lainnya, demi kondisi Mila yang lebih baik, dan ini hasil pemeriksaannya.
Ibu dan mila siap untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya?
Perawat : Baik ibu dan mila apakah ada yang ingin ditanyakan lagi mengenai
kondisi mila?
Perawat : Baik, ibu dan mila untuk sekarang sampai disini dulu pembicaraan kita,
saya memohon maaf apabila kurang mengenakkan dalam penyampaian
berita tadi
Selanjutnya akan dilanjutkan oleh dokter pengobatan apa yang sebaiknya
dilakukan Mila, terimakasih banyak untuk waktunya Mila dan ibu...
Assalamualaikum Wr. Wb.
Lembaran Kerja 3
Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian nyeri pada pasien paliatif
Tujuan pembelajaran:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan pengkajian nyeri pada pasien paliatif
dengan tepat.
Kegiatan sebelum praktikum
3. Coba saudara jelaskan jenis-jenis nyeri yang saudara ketahui!
Nyeri berdasarkan sifatnya
1. Incidental Pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu - waktu lalu menghilang.
2. Steady Pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
3. Paroximal Pain, nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut
biasanya menetap + 10-15 menit lalu menghilang kemudian timbul lagi.
4. Sebutkan instrument yang bisa digunakan untuk menilai nyeri yang dirasakan pasien!
Pengkajian nyeri subjektif dapat digunakan pada pasien yang sadar.
1. NRS (Numeric Ratting Scale) : cara mengkaji nyeri secara subjektif yang sering digunakan.
Metode yang digunakan adalah angka 0-10, dengan menggunakan NRS kita dapat menentukan
tingkat/derajat nyeri pasien dimana 0 (tidak ada nyeri), 1-4 (nyeri ringan), 5-6 (nyeri sedang), 7-
10 (nyeri berat).
2. VAS (Visual Analog Scale): Skala berupa garis lurus yang panjangnya 10 cm, dengan deskripsi
pada masing-masing angkanya. <4 (nyeri ringan), 4-7 (nyeri sedang) dan 7-19 (nyeri berat).
3. Wong-Baker Faces Pain Scale: Instrumen pengkajian nyeri ini biasanya digunakan pada pasien
anak-anak kurang dari 12 tahun. Pengkajian nyeri dipusatkan pada ekspresi wajah yang terdiri
dari enam animasi wajah, dari ekspresi tersenyum, kurang bahagia, sedih, dan wajah penuh air
mata (rasa sakit yang paling buruk).
Pengkajian nyeri objektif dapat digunakan pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran
(terintubasi)
1. Nonverbal Adult Pain Scale (NVPS): Instrumen ini dapat digunakan pada pasien dewasa yang
mengalami penurunan kesadaran (terintubasi dan tersedasi). NVPS terdiri dari 3 indikator
perilaku dan fisiologi (tekanan darah, denyut jantung, respiratory rate, kulit). Perhatikan gambar
di bawah untuk memahami bagaimana penilaian nyeri dengan NVPS
2. FLACC Scale: Pengkajian nyeri yang terdiri dari item wajah, kaki, aktivitas, tangisan, dan
kenyamanan. Instrumen ini dapat digunakan pada orang dewasa yang mengalami gangguan
komunikasi verbal. Hasil FLACC dapat ditentukan dengan skor 0 (nyaman), 1-3 (ringan), 4-6
(sedang) dan 7-10 (berat).
3. Comfort Scale: Instrumen ini sangat cocok digunakan dalam mengkaji tingkat distres
psikologis pada pasien kritis anak-anak di bawah usia 18 tahun dan juga pada pasien dewasa
yang terpasang ventilator. Comfort scale terdiri dari 8 item indikator penilaian yakni
kewaspadaan, ketenangan, respon pernapasan, gerakan fisik, ketegangan wajah, gerakan otot,
tekanan darah dan denyut nadi. Hasil penilaian terdiri dari 1-5, dimana 1 merupakan tidak
berespon dan 5 paling tidak nyaman.
4. Comfort Scale: Instrumen ini sangat cocok digunakan dalam mengkaji tingkat distres
psikologis pada pasien kritis anak-anak di bawah usia 18 tahun dan juga pada pasien dewasa
yang terpasang ventilator. Comfort scale terdiri dari 8 item indikator penilaian yakni
kewaspadaan, ketenangan, respon pernapasan, gerakan fisik, ketegangan wajah, gerakan otot,
tekanan darah dan denyut nadi. Hasil penilaian terdiri dari 1-5, dimana 1 merupakan tidak
berespon dan 5 paling tidak nyaman.
5. CRIES Scale: Pengkajian nyeri dengan melihat adanya tangisan, oksigenasi, vital signs, ekspresi
wajah dan tidur (sleepless).
6. Critical-Care Pain Observasion Tool (CPOT) merupakan instrumen pengkajian nyeri yang
terdiri dari 4 item penilaian yakni ekspresi wajah, pergerakan badan, tegangan otot dan
keteraturan dengan ventilator (pasien terintubasi) dan tidak terintubasi. Total skor CPOT adalah
8 (semakin tinggi skor yang didapat mengindikasikan tingkat nyeri yang dialami pasien).
Proses merasa sakit disebut persepsi nyeri, atau nosisepsi. Sinyal nyeri dimulai di titik stimulasi dan
berlanjut ke saraf dan kemudian ke sumsum tulang belakang Anda hingga sampai ke otak. Inilah waktu
dimana otak akan memproses dan memberi tahu untuk bereaksi terhadap rasa sakit.
OPQRS:
- Onset: tentukan kapan terjadinya nyeri
- Provocation: apa yang memperburuk nyeri. Apakah posisi? Apakah memburuk dengan menarik
napas dalam atau palpasi pada dada? Apakah nyeri menetap
- Quality (kualitas): Tanyakan bagaimana jenis nyerinya. Biarkan pasien menjelaskan dengan
bahasanya sendiri.
- Radiation (radiasi): Apakah nyeri berjalan (menjalar) ke bagian tubuh yang lain? Di mana?
- Severity (keparahan): Gunakan perangkan penilaian nyeri (sesuai untuk pasien) untuk
pengukuran keparahan nyeri yang konsisten. Gunakan skala nyeri yang sama untuk menilai
kembali keparahan nyeri dan apakah nyeri berkurang atau memburuk
COLDERRA:
- Characteristic (karakteristik): Apakah nyeri bersifat tumpul, sakit, tajam, menusuk atau
menekan.
- Onset : Kapan nyeri mulai terasa
- Location: lokasi nyeri
- Duration: durasi, berapa lama nyeri berlangsung; terus menerus atau hilang timbul
- Exacerbation (eksaserbasi): Apa yang memperburuk nyeri
- Radiation (radiasi): penyebaran
- Relief (pereda) Apa yang meredakan nyeri
- Associated sign/symptom (tanda-tanda dan gejala yang berhubungan) Mual, cemas, perasaan
lainnya.
7. Berapa derajat nyeri yang terhebat selama 4 minggu terakhir? (beri lingkaran)
12. Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (X) pada kolom yang tersedia
Nilai minimal 0 dan nilai maksimal 35, tambahkan skor 2 bila nyeri menjalar
- Skor 0-12 : nyeri murni nosiseptif
- Skor 13-18 : meragukan adanya komponen nyeri neuropatik
- Skor > 19 : jelas ada komponen neuropatik
Kesimpulan
1. Nyeri akut / kronik
2. Derajat nyeri saat ini ringan/ sedang/ berat
3. Tipe nyeri nosiseptif/ campuran/ neuropatik
4. Rencana tindak lanjut :
Interpretasi:
Esesmen pasien untuk menilai derajat dan intensitas nyeri dengan menggunakan CPOT akan didapat
kesimpulan data:
0-2 : nyeri ringan/ tidak nyeri
3-4: nyeri sedang
5-6: nyeri berat
7-8: nyeri sangat berat.
Gregory J, Richardson C, 2014, The Use of Pain Assessment Tools in Clinical Practice: A Pilot Survey, J Pain
Relief, 3:140.
Hauget A, Stinson JN, McGrath PJ, 2010, Measurement of Self Reported Pain Intensity in Childrens and
Adolescents, J of Psychosomatic Res, 68:329-336.
Herr K, Coyne PJ, McCaffery M, 2011, Pain Assessment in The Patient Unable to Self Report: Position
Statement with Clinical Practice Recommendations, Pain Manag Nurs, 12(4).