Anda di halaman 1dari 25

MODUL PRAKTIKUM

KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL

NAMA : SHINDY RAHMADESWITA


NIM : 1911313030

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2021
Ketentuan Praktikum
Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal

Deskripsi
Mata kuliah ini mempelajari tentang perspektif keperawatan dan konsep perawatan paliatif,
etik, kebijakan, teknik menyampaikan berita buruk, komunikator, kebutuhan psikologis
pasien paliatif, manajemen nyeri, berbagai macam terapi komplementer, tinjuan agama dan
budaya tentang penyakit kronik.
Prasyarat mata kuliah yang harus sudah dilalui oleh mahasiwa adalah: Ilmu keperawatan
dasar, IDK, Komunikasi.

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan praktikum keperawatan paliatif dan menjelang ajal, mahasiswa
mampu:
1. Mensimulasikan komunikasi efektif pada pasien palliatif dan keluarga
2. Mensimulasikan Manajemen nyeri :pengkajian, Monitoring,
3. Melakukan Role play kasus pasien paliatif dengan masalah psikis
4. Melakukan Perawatan Stoma pada Paliatif Care
5. Melakukan Terapi komplementer: Hipnoterapi
6. Melakukan Perawatan ulkus dekubitus: (pengkajian resiko, pencegahan, pengkajian & staging
ulkus, perawatan).
7. Melakukan Manajemen nyeri: Intervensi relaksasi dan distraksi, PMR
8. Mensimulasikan Massage therapy in palliative care
9. Melakukan Manajemen nutrisi: Sub Kutan Infus (butterfly needle)
10. Melakukan Teknik Ambulasi & perpindahan yang aman (Assisting with Ambulation and Safe
Falling).
11. Mensimulasikan Oral care (perawatan sariawan, halitosis, iritasi mulut)
12. Mensimulasikan Pendekatan spiritual dalam paliatif (beribadah dalam keadaan sakit)
13. Mensimulasikan Perawatan jenazah

Tata Tertib Praktikum daring dan luring


Tata tertib praktikum mengacu pada norma akademik Prodi S1 Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas dan merupakan satu kesatuan yang tidak memiliki batasan
secara tegas. Berikut tata tertib yang khusus berlaku selama pelaksanaan praktikum:
1. Kehadiran mahasiswa dalam praktikum adalah 100% dari total pertemuan praktikum
yang terlaksana. Jika tidak memenuhi 100%, maka mahasiswa tidak diizinkan
mengikuti ujian praktikum
2. Kegiatan praktikum sesuai dengan jadwal resmi dan jika terjadi perubahan ditetapkan
bersama dosen dan mahasiswa
3. Pengumpulan lembaran kerja/modul praktikum yang telah dikerjakan kepada
pembimbing praktikum terkait dilakukan sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan akan
dikembalikan kepada mahasiswa setelah diberikan penilaian oleh pembimbing
praktikum (pengumpulan lembar kerja bisa melalui ilearn).
4. Mahasiswa kelompok praktikum luring yang sedang sakit tidak diizinkan untuk
mengikuti praktikum luring dan dipersilakan untuk bergabung dengan kelompok
daring dan melapor kepada fasilitor praktikum kelompok asalnya dan fasilitor
praktikum kelompok tempat yang bersangkutan bergabung.
5. Berpakaian sopan, menggunakan sepatu dan menggunakan jas laboratorium selama
praktikum
6. Pakai baju/kemeja putih dan celana hitam untuk pria dan rok hitam bagi wanita pada
saat ujian praktikum
7. Menggunakan jas laboratorium selama proses pembelajaran praktikum
8. Kecurangan dalam ujian praktikum, nilai mata kuliah nol

Penilaian daring dan luring


Bobot penilaian hasil untuk kompetensi praktikum adalah 15% dari total keseluruhan
penilaian mata kuliah. Penilaian proses terdiri dari keterampilan intrapersonal skills (5%),
keterampilan interpersonal skills (5%) dan sikap dan tata nilai (5%).

Ujian praktikum
Ujian praktikum luring dilaksanakan pada jadwal yang sudah ditetapkan. Mahasiswa
mengikuti ujian praktikum dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Ujian praktikum dilaksanakan di ruang praktikum Fakultas keperawatan bagi
kelompok praktikum luring dan dengan rekaman video bagi kelompok praktikum
daring
2. Ujian praktikum akan dilaksanakan diakhir semester dengan memilih beberapa
kompetensi yang akan diujikan.
Materi Praktikum MK. Keperawatan Palliatif dan Menjelang Ajal Kelas 1,2,dan 3 A 2019

DOSEN
PTM TOPIK

1 Penjelasan Silabus
2 Terapi komplementer: Hipnoterapi
3 Pengkajian dan perawatan Luka dekubitus EO
4 Stoma
5 Manajemen Nutrisi : sub kutan therapy pada paliatif RM
(Butterfly Needle
6 Massage therapy in palliative care
7 Manajemen nyeri: Intervensi relaksasi dan distraksi,
PMR
8 Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman
(Assisting with Ambulation and Safe Falling)
9 Komunikasi efektif pada pasien palliatif dan keluarga
(kasus-lat) FM
10 Role play kasus pasien paliatif dengan masalah psikis
11 Manajemen nyeri :pengkajian, Monitoring,
12 Oral care (perawatan sariawan, halitosis, iritasi mulut) BFK
13 Perawatan jenazah
14 Pendekatan spiritual dalam paliatif (beribadah dalam
keadaan sakit)
15- 16 Ujian praktikum* TIM

Ket:*: setiap dosen akan mengambil nilai praktikum dari penugasan mandiri minimal 1 topik dari yang semua diajarkan selama
praktikum, mis. Bu FM mengajarkan 3 skill, maka mahasiswa akan diminta membuat video praktikum salah satu topic yang
diajarkan sebelumnya. (EO : Elvi Oktarina, FM : Fitri Mailani, BFK: Bobby Febri Krisdianto, RM : Rahmi Mutia

Lembaran Kerja 2

Komunikasi efektif pada pasien palliatif dan keluarga

Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu melakukan roleplay komunikasi pada pasien palliatif dan keluarga: menyampaikan
berita buruk.

Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu mensimulasikan/ roleplay komunikasi kepada
pasien atau keluarga dalam konteks palliatif care dengan baik: menyampaikan berita buruk.
Kegiatan sebelum praktikum
1. Coba saudara jelaskan apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif pada pasien palliatif?
Komunikasi efektif pada pasien paliatif yaitu komunikasi dengan menggunakan penyampaian
yang dimengerti dan disampaikan dengan tepat kepada pasien terminal agar dapat diterima oleh
pasien tersebut dan dapat mengurangi dampak emosional yang diderita oleh pasien.

2. Menurut saudara apa saja yang harus diperhatikan dan dipersiapkan saat memberitahu berita
buruk pada pasien dan keluarga?
Yang harus diperhatikan dan dipersiapkan saat memberitahu berita buruk pada pasien dan
keluarga yaitu :
 Mempersiapkan ruangan yang dapat menjamin privasi klien dan keluarga.
 Sebaiknya penyampaian berita buruk disampaikan dengan keadaan duduk.
 Gunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pasien dan menghindari penggunaan
kata-kata medis.
 Hindari memberikan ketakutan yang berlebihan kepada pasien.
 Jangan memutuskan pengharapan pasien.
 Perlu menyampaikan jika masih ada tata laksana medis mungkin tidak dapat
menyembuhkan penyakitnya,tetapi membuat kehidupan lebih baik.
Kegiatan selama praktikum

Menyampaikan Berita Buruk:


Berita buruk adalah berita (informasi) yang secara drastis dan negatif mengubah pandangan hidup
pasien tentang masa depannya. Berita buruk sering diasosiasikan dengan suatu diagnosis terminal,
namun seorang dokter keluarga mungkin akan menghadapi banyak situasi yang termasuk dalam
bagian berita buruk, seperti hasil USG seorang ibu hamil yang menunjukkan bahwa janinnya telah
meninggal, pasien di diagnosa menderita kanker stadium empat, kecelakaan yang mengakibatkan
kehilangan anorgan tubuh atau pasien menderita penyakit kronik lainnya.

Menyampaikan berita buruk pada pasien adalah salah satu tanggung jawab seorang petugas medis
yang harus dikerjakan dalam praktek pelayanan kesehatan. Menyampaikan berita buruk merupakan
keterampilan komunikasi yang penting dan menantang. Terdapat kewajiban secara sosial dan moral
bagi petugas medis untuk bersikap sensitif dan tepat dalam menyampaikan berita buruk. Secara
medikolegal petugas medis berkewajiban menyampaikan atau menginformasikan diganosis yang
secara potensial berakibat fatal. Jika petugas medis tidak menyampaikan dengan tepat, komunikasi
tentang berita buruk akan berakibat pada munculnya perasaan ketidak percayaan, kemarahan,
ketakutan, kesedihan atau pun rasa bersalah pada diri pasien. Hal-hal tersebut dapat berefek
konsekuensi emosional jangka panjang pada keluarga pasien.

Tujuan melakukan komunikasi efektif:


1. Memberikan informasi yang dimengerti sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasien
2. Mendukung pasien dengan ketrampilan untuk mengurangi dampak emosional
3. Mengembangkan strategi dalam bentuk rencana pengobatan dengan masukan dan kerjasama
pasien.

Strategi penyampaian berita buruk:


Menurut Buckman’s 6-step guide dalam menyampaikan berita buruk yang dikenal dengan singkatan
“S.P.I.K.E.S.”
S – etting, listening Skills
P – atient’s Perception
I – nvite patient to share Information
K – nowledge transmission
E - xplore Emotions and Empathize
S – ummarize & Strategize

Setting, Listening Skills


Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, perlu adanya persiapan untuk menjamin
kelancaran penyampaian informasi kepada pasien, sebagai berikut:
a. Persiapkan diri sendiri
Dokter/ perawat sebagai penyampai ‘bad news’ mempersiapkan mental terlebih dahulu agar
tidak ikut larut dalam emosi pasien nantinya, namun tetap berempati sebagaimana mestinya.
b. Perkenalkan diri
Yang harus dihindari: tampak nervous di hadapan pasien, bahkan sebelum menyampaikan
kabar buruk. Tips: siapkan tissue di saku, untuk diberikan pada pasien bila pasien menangis.
c. Privasi pasien
Penyampaian kabar buruk tidak boleh dilakukan di tempat yang ramai atau banyak orang.
Hendaknya dilakukan di tempat tenang yang tertutup seperti kamar praktek ataupun dengan
menutup tirai di sekeliling tempat tidur pasien.
d. Libatkan pendamping
Untuk menghindari kesan kurang baik yang dapat muncul bila pasien dan dokter berada di
tempat tertutup (untuk menjaga privasi), diperlukan satu pendamping. Yang dapat menjadi
pendamping:
- Keluarga terdekat pasien satu saja, apabila terlalu banyak dapat menyulitkan dokter untuk
menangani emosi dan persepsi banyak orang sekaligus.
- Perawat atau ko ass yang ikut terlibat dalam perawatan pasien.
e. Posisi duduk
Posisi pasien dan dokter sebaiknya setara. Dokter menyampaikan kabar buruk dalam posisi
duduk. Tujuan: untuk menghilangkan kesan bahwa dokter berkuasa atas pasien dan
memojokkan pasien Sebaiknya penghalang fisik seperti meja, dihindari. Duduk di sofa jika ada
lebih baik.

Listening mode: ON
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya persiapkan kemampuan ‘mendengar’, secara prinsip
meliputi:
- Silence: Jangan memotong kata-kata pasien ataupun berbicara tumpang tindih dengan
pasien
- Repetition: Ulangi kata-kata pasien atau berikan tanggapan, untuk menunjukkan
pemahaman terhadap apa yang ingin disampaikan pasien.
- Availability: Dokter harus ada di tempat mulai awal hingga akhir penyampaian kabar
buruk. Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi, seperti ada sms, telepon, , atau
aktifkan mode silent, jika ada tamu minta bantuan pada perawat untuk mengatasi tamu
yang mungkin datang.

2. Patient’s Perception
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya dokter/perawat mengetahui persepsi pasien
terhadap:
- Kondisi medis dirinya sendiri: Tanyakan sejauh mana informasi yang pasien ketahui tentang
penyakitnya beserta kemungkinan terburuk yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
- Harapannya terhadap hasil medikasi yang ia tempuh: Tanyakan perkiraan pasien terhadap
hasil medikasi. Tujuan mengetahui kedua aspek tersebut bukan semata-mata untuk mengubah
persepsi pasien agar sesuai dengan kenyataan, melainkan sebagai jalan untuk menilai
kesenjangan antara persepsi dan harapan pasien dengan kenyataan sebagai pertimbangan
penyampaian kabar buruk agar tidak terlalu membuat pasien terguncang.

3. Invitation to share Information


- Tanyakan apakah pasien ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya atau tidak. Apabila
pasien menyatakan diri belum siap, pertimbangkan untuk menyampaikan di waktu lain yang
lebih tepat dan minta pasien untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu.
- Apabila pasien menyatakan ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya, tanyakan sejauh
mana ia ingin tahu, secara umum ataukah mendetail.

4. Knowledge transmission “Penyampaian ‘bad news’”


Sebelum menyampaikan kabar buruk, lakukan ‘warning shot’ sebagai pembukaan katakan pada pasien
bahwa ada ‘kabar buruk’ yang akan disampaikan pada pasien agar pasien tidak kaget.
Cara penyampaian:
- Gunakan bahasa yang sama dan hindari jargon medis.
- Sampaikan informasi sedikit demi sedikit (bertahap)
- Setiap menyampaikan sepenggal informasi, nilai ekspresi dan tanggapan pasien, beri waktu
pasien untuk bertanya ataupun sekedar mengekspresikan emosinya. Bila kondisi pasien
tampak memungkinkan untuk menerima informasi tahap selanjutnya, teruskan penyampaian
informasi. Bila pasien tampak sangat tergunjang hingga tidak memungkinkan untuk menerima
lebih banyak informasi lagi, pertimbangkan penyampaian ulang kabar buruk di lain waktu
sambil mempersiapkan pasien.
- Sampaikan dengan intonasi yang jelas namun lembut, tempo yang tidak terlalu cepat dengan
jeda untuk member kesempatan pada pasien dalam mencerna kalimat yang ia terima.
5. Explore Emotions and Empathize
- Amati selalu ekspresi dan emosi pasien serta apa yang mendasari perubahan emosinya
(informasi mana yang merubah emosinya), nilai sejauh mana kondisi emosi pasien.
- Tunjukkan pengertian atas kondisi emosi pasien. Dalam hal ini, menunjukkan pengertian tidak
diartikan sebagai ‘mengerti apa yang dirasakan pasien’, namun lebih pada ‘dapat memahami
bahwa apa yang dirasakan pasien saat ini adalah sesuatu yang dapat dimaklumi’.

6. Summarize and Strategize


- Di akhir percakapan, review kembali percakapan secara keseluruhan: simpulkan ‘kabar buruk’
yang tadinya disampaikan secara bertahap (sedikit demi sedikit).
- Simpulkan juga tanggapan yang diberikan pasien selama kabar buruk disampaikan, tunjukkan
bahwa dokter mendengarkan dan mengerti apa yang disampaikan pasien.
- Berikan pasien kesempatan bertanya
- Berikan feed back
- Diskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk yang telah disampaikan pada pasien

Berikut Protokol enam langkah untuk menyampaikan berita buruk:

1.Persiapan  Pilih ruangan yang menjamin privacy, dan usahakan baik dokter, perawat
maupun pasien bisa duduk dalam posisi yang nyaman.
 Tanyakan pada pasien apakah dia menghendaki ada orang lain yang
menemaninya, apakah suami / istri, anak, atau keluarga lainnya. Biarlah
pasien sendiri yang memutuskan.
 Mulailah dengan memberikan pertanyaan seperti: “Bagaimana perasaan
anda sekarang ?“.
(Pertanyaan ini untuk mulai melibatkan pasien dan menunjukkan pada pasien
bahwa percakapan selanjutnya adalah percakapan dua arah. Pasien tidak
hanya mendengarkan dokter bicara).
2 Mencari Tahu Mulailah mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi dari pasien
Sebanyak Apa supaya anda dapat mulai memahami.
Informasi Yang  Apakah pasien sudah tahu mengenai penyakitnya/ situasinya. Contoh :
Sudah Dimiliki "Saya menderita kanker paru-paru, dan saya memerlukan pembedahan".
Pasien  Seberapa banyak dia tahu ? Darimana dia tahu ? ("dokter A mengatakan
ada sesuatu kelainan yang ditemukan di foto roentgen dada saya")
 Tingkat pengetahuan pasien ("Dok, saya terkena Adenocarcinoma T2N0 ")
 Situasi emosional pasien ("Saya takut jangan – jangan saya terkena
kanker, Dok … sampai – sampai seminggu ini saya jadi susah tidur").
 Terkadang pasien atau keluarga pasien (orang tua pada pasien anak)
mungkin tidak bisa menjawab atau merespon pertanyaan anda, dan
mungkin memang tidak mengetahui sama sekali mengenai penyakit
mereka.
 Pada kasus–kasus seperti itu, teknik yang bisa digunakan untuk
menstimulasi diskusi adalah dengan menanyakan kembali tentang hal –
hal yang sudah mereka ketahui seperti riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan atau hasil test yang telah dilakukan sebelumnya.

3 Mencari Tahu  Penting untuk menanyakan pada pasien seberapa detil informasi yang
Seberapa ingin didengarnya. Apakah sangat detil, atau hanya gambaran besarnya
Banyakkah saja ?
Informasi Yang  Perlu diperhatikan bagaimana cara bertanya, dan kemungkinan reaksi
Ingin Diketahui pasien. (Setiap pasien tidak akan sama , bahkan pada pasien yang sama
Pasien kemungkinan akan berubah permintaannya selama dalam satu sesi
percakapan).
 Beberapa pertanyaan yang sering digunakan pada tahap ini misalnya:
“Bapak/ibu, bila nanti situasi atau kondisi/hasil test menunjukkan
sesuatu yang serius, apakah saya bisa memberitahukan pada anda
mengenai masalah tersebut ?”
“Apakah bapak / ibu ingin saya menjelaskan secara rinci atau hanya garis
besar dari kondisi bapak / ibu sekarang ?”
“Bapak / Ibu, hasil test anda sudah keluar. Apakah saya bisa menjelaskan
pada bapak / ibu, atau bapak / ibu ingin agar saya menjelaskan kondisi
anda pada keluarga ?”

4 BERBAGI  Penting untuk mempersiapkan segala data sebelum anda bertemu dengan
INFORMASI pasien.
 Topik pada tahap ini biasanya adalah mengenai diagnosis, terapi /
penanganan, prognosis, serta dukungan / fasilitas apa saja yang bisa
diperoleh oleh pasien dan keluarganya.
 Berikan informasi dalam potongan kecil, dan pastikan untuk berhenti
menjelaskan (beri jeda di antara potongan – potongan informasi itu)
untuk memastikan bahwa pasien paham dengan yang kita jelaskan.
 Ingatlah untuk menerjemahkan istilah medis ke dalam bahasa Indonesia,
dan jangan mencoba untuk mengajar patofisiologi (jelaskan dengan lebih
sederhana).
 Beberapa contoh bahasa yang bisa digunakan untuk menyampaikan
berita buruk :
“ Pak Harun, saya khawatir bahwa kabar yang akan saya sampaikan ini
adalah kabar yang kurang baik. Hasil test anda ternyata menunjukkan
bahwa anda positif terkena HIV.”
“Bu Siti, mohon maaf saya terpaksa menyampaikan kabar ini. Hasil biopsi
benjolan pada payudara ibu menunjukkan bahwa ibu terkena kanker
payudara.”
“Bu Dinar, hasil test putri anda sudah keluar, dan ternyata hasilnya tidak
seperti yang kita harapkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa putri anda
terkena leukemia.”
5 Menanggapi  Jika anda tidak memberikan tanggapan terhadap emosi yang muncul pada
Perasaan Pasien pasien, anda sama saja seperti “meninggalkan urusan sebelum urusan
tersebut selesai ..”. Selain itu Anda juga bisa dianggap sebagai seorang
dokter/perawat yang tidak memiliki kepedulian pada pasien.
Kalimat – kalimat yang bisa digunakan pada tahap ini :
“Saya tahu bahwa hasil ini adalah hasil yang tidak kita harapkan….”
“Saya tahu bahwa kabar ini adalah kabar yang tidak
mengenakkan….”
“Setelah mengetahui hasilnya, kira –kira hal apakah yang bisa saya bantu ?”

6 Perencanaan  Pada titik ini Anda perlu mensintesis rasa kekhawatiran pasien dan isu-isu
Dan Tindak
medis ke dalam rencana konkret yang dapat dilakukan dalam rencana
Lanjut
perawatan pasien.
 Buatlah rencana langkah – demi langkah dan berikan penjelasan yang
lengkap pada pasien tentang apa saja yang harus dilakukannya pada tiap
langkah, dan apa saja yang mungkin terjadi, dan apa saja yang bisa
membantu mengatasinya bila ternyata muncul hal yang tidak diinginkan.
 Ada baiknya dokter/perawat mencari tahu tentang harapan pasien,
ataupun alasan pertanyaan mereka.
 Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan.
Berikut adalah contoh – contoh kalimat ataupun pertanyaan yang biasa
digunakan :
‘jadi, apa sebenarnya yang menjadi kekhawatiran bapak mengenai
pengobatan ?”
“Jadi situasinya memang demikian, Ibu... Tetapi mungkin masih ada sesuatu
yang bisa saya bantu untuk ibu ?...”
“Jadi ibu ingin mengetahui tentang berapapersen kemungkinan putra ibu
bisa bertahan ?”

CEKLIST MENYAMPAIKAN BERITA BURUK

SKOR BOBOT
No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
1 Perawat bersikap ramah pada pasien (memperlihatkan bahasa 1
tubuh yang baik).
2 Perawat mempersilahkan pasien masuk dalam ruang yang 1
memberikan privacy yang cukup (sesuai kondisi).
3 Perawat menawarkan pada pasien apakah dia ingin ditemani 1
oleh keluarganya atau siapa pun yang diinginkannya(sesuai
kondisi).
4 Perawat membuka percakapan dan berusaha melibatkan pasien 1
5 Perawat mengajukan pertanyaan pada pasien untuk mengetahui/ 2
mengeksplorasi sampai di mana pasien telah mengetahui
keaadaan dirinya.
(termasuk seberapa tingkat pengetahuan pasien dan situasi atau
keadaan emosi pasien).
6 Perawat menanyakan pada pasien seberapa detil informasi yang 1
ingin didengarnya
7 Perawat memberikan informasi dengan cara yang tepat sesuai 3
diagnosis dan penatalaksanaan, serta sesuai dengan situasi
dan latar belakang pasien beserta keluarganya.
8 Perawat memastikan bahwa pasien paham dengan 1
penjelasannya.
9 Perawat memberikan tanggapan terhadap emosi yang muncul 2
pada pasien
10 Perawat menjelaskan perencanaan terapi dan penanganan sesuai 3
diagnosis.
11 Perawat memastikan apakah pasien (dan keluarganya) paham 1
dengan penjelasan mengenai terapi dan penanganan.
12 Perawat melibatkan pasien dalam merencanakan terapi dan 2
penatalaksanaan selanjutnya.
13 Perawat menjawab pertanyaan tentang prognosis sesuai dengan 3
diagnosis dengan cara yang tepat
14 Perawat memberikan kesempatan pada pasien dan keluarganya 1
untuk mengajukan pertanyaan (di sepanjang wawancara)
15 Perawat menjawab pertanyaan dari pasien (dan keluarganya) 2
dengan perhatian dan sopan (di sepanjang wawancara)
16 Perawat mengakhiri wawancara dengan tepat. 1
Aspek profesionalisme 1 2 3 4
JUMLAH SKOR

Keterangan :
1 Bila tidak dilakukan mahasiswa, atau sudah dilakukan tetapi keliru
2 Bila sudah dilakukan mahasiswa tapi belum tepat (meliputi diagnosis, prognosis,
dan penatalaksanaan)
3 Bila sudah dilakukan mahasiswa dan dianggap tepat (minimal 75% tepat),
meliputi diagnosis, prognosis, dan penatalaksanaan
Nilai akhir = Jumlah Skor x 100
Catatan :
Urutan tindakan (teknik komunikasi) dalam check list bisa berubah (fleksibel), tergantung
jalannya komunikasi antara dokter dan pasien.
Tugas Role play:
Lakukan role play bergantian dengan rekan anda, dan gunakan ceklis yang ada.
Kasus untuk role play :
1. Penyampaian diagnosis Ca Mammae pada seorang ibu rumah tangga berumur 36 tahun.
2. Penyampaian diagnosis Hemiplegia pada pasien cedera tulang punggung(akibat
kecelakaan lalu lintas), laki-laki usia 40 tahun.
3. Penyampaian diagnosis Leukemia pada anak umur 6 tahun (berita disampaikan pada
orang tuanya).
4. Penyampaian diagnosis Gagal Ginjal pada pasien penderita Diabetes kronis umur 60
tahun.
5. Penyampaian diagnosis Ca Pulmo pada seorang laki-laki, perokok berat umur 54 tahun.

Kegiatan setelah praktikum


1. Tuliskan lah skenario komunikasi efektif penyampaian beritaburuk pada salah satu kasus
dibawah ini:
a. Penyampaian keputusan terapi amputasi jari pada pemain piano profesional
b. Penyampaian hasil pemeriksaan pap smear dengan hasil neoplasia cervix uteri
c. penyampaian hasil pemeriksaan anak perempuan usia SMP yang positif
hamil (ditemani oleh orang tua).

Penyampaian hasil pemeriksaan anak perempuan usia SMP yang positif hamil (ditemani
oleh orang tua).

Perawat : Shindy Rahmadeswita


Pasien : An. Mila usia 14 tahun
Keluarga Pasien : Ny. Nanu (Ibu Kandung Mila)

Skenario Komunikasi Efektif


Perawat : Assalamualaikum Wr. Wb.

Ibu Nanu dan Mila : Walaikumussalam nurse

Perawa : Dengan ibu dan adek siapa?

Ibu Nanu : Saya dengan ibu Nanu dan anak saya bernama Mila nurse

Perawat : Baik ibu, sebelumnya perkenalkan saya dengan perawat Shindy


Rahmadeswita, perawat yang bertanggung jawab pada hari ini untuk ibu
dan mila
Ibu dan mila bisa memanggil saya dengan Nurse Shindy ya...

Ibu Nanu dan Mila : Baik nurse...

Perawat : Ok, Bagaimana kabarnya ibu dan mila?

Ibu Nanu dan Mila : Alhamdulillah baik nurse

Perawat : Alhamdulillah... Kalau saya boleh tahu apa alasan ibu dan mila
mengunjungi rumah sakit pada hari ini?

Ibu Nanu : Iya nurse, anak saya merasakan pusing, mual-mual dan perutnya juga
terasa keram nurse

Perawat : Baik ibu, kalau kakak boleh tauhu kapan Mila terakhir haid?

Mila : Mila terakhir haid 2 bulan yang lalu kak, biasanya haid Mila memang
tidak teratur kak

Perawat : Baik... Untuk mengetahui pasti apa yang terjadi pada Mila, kakak akan
melakukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan apa yang sedang
terjadi pada Mila saat ini, apakah ibu dan mila bersedia?

Ibu Nanu : Iya nurse, kami bersedia

Perawat : Baik ibu, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan ini
kurang lebih 20 menit dan dilakukan oleh dokter Spesialis ya bu...

Ibu Nanu : Baik nurse

Perawat : Mila juga bersedia kan?

Mila : Iya kak ...Mila bersedia

Perawat : Baik mari kita mulai...

(Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis Obgyn)

Perawat : Baik Mila setelah dilakukan pemeriksaan... Apa Adek siap mengetahui
kondisi Adek saat ini?

Mila : Iya siap sus...

Perawat : Apakah Adek juga bersedia untuk didampingi oleh ibu adek untuk
mengetahuinya?

Mila : Iyaa, boleh sus...

Perawat : Baik sebelumnya saya ingin bertanya kepada ibu dan mila, apa yang ibu
dan mila ketahui tentang kondisi Mila saat ini? Setelah ibu menyebutkan
gejala;gejala tadi

Ibu Nanu dan Mila : Tidak tahu nurse, kenapa ya nurse

Perawat : Berarti ibu tidak tahu ya bu

Baik saya berharap ibu dan mila bisa menerimanya, dan Ibu Nanu sebagai
wali dari Mila disini Wajib untuk mengetahui kondisi Mila ya bu

Ibu Nanu :Baik nurse

Perawat : Sebelumnya, Mila nyaman dengan posisi sekarang ini?

Mila : Nyaman sus

Perawat : Baik... sebelumnya saya memohon maaf untuk menyampaikan ini, saya
khawatir berita ini kurang mengenakkan. Dan setelah dilakukan
pemeriksaan oleh dokter spesialis, Mila dinyatakan hamil atau sedang
mengandung...

Ibu Nanu : Astaghfirullah hal'azim

Mila : saya mengandung?

Perawat : Iya dek

Ibu Nanu : Yang benar ini dek? Dari kapan kamu kayak gitu?

Mila : Maaf kan Mila bu

Ibu Nanu : Astaghfirullah hal'azim

Perawat : Sudah ibu, nantik di rumah ibu dan mila bisa membicarakannya lagi,
untuk sekarang tolong dengarkan saya dulu, agar nantinya jelas untuk
kondisi Mila dan tindakan apa yang tepat untuk dilakukan selanjutnya
(perawat mengambilkan tisu dan memberinya kepada Mila dan ibu Nanu)
Ibu dan mila sabar... Saya dapat merasakan bahwa ini merupakan situasi
yang sulit bagi Mila dan ibu saat ini. Tapi ini merupakan kenyataan yang
harus ibu dan mila ketahui, agar kita bisa segera merencanakan apa
tindakan terbaik untuk mila
(Sambil menggenggam tangan Mila)
Mila, Mila yang sabar, saat ini Mila harus banyak istirahat karena sekarang
Mila sedang berbadan dua dan kehamilan diusia ini sangat beresiko untuk
kesehatan Mila. Dan juga Mila jangan lupa untuk menjaga pola makannya,
untuk saat ini kakak akan memberikan Obat yang dianjurkan oleh dokter
untuk memperkuat kandungan mila
Selanjutnya, Kami akan memberitahukan kembali untuk pemeriksaan
lebih lanjut, nantik Mila bisa langsung datang ke rumah sakit.
Bagaimana ibu, apakah ibu dan mila bersedia untuk melakukan
pemeriksaan kedepannya?

Ibu Nanu : (Ibu menangis dan mengangguk)

Perawat : Adek?

Mila : Iya kak

Perawat : Yang sabar ibu dan mila... Saya paham bagaimana perasaan Mila dan ibu,
tapi Mila jangan merasa putus asa. Ibu Nanu dan keluarga saya memohon
untuk memberikan dukungan kepada mila, jangan sampai Mila stres atau
banyak pikiran karena nantik akan mempengaruhi kondisi bayi yang
dikandung mila. Mila harus tetap semangat dan yakin bahwa kondisi Mila
dan kandungan mila akan membaik.
Untuk urusan selanjutnya bisa di bicarakan lebih lanjut dengan keluarga
lainnya, demi kondisi Mila yang lebih baik, dan ini hasil pemeriksaannya.
Ibu dan mila siap untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya?

Ibu Nanu : Siap nurse (mengangguk sambil menunduk)

Perawat : Baik ibu dan mila apakah ada yang ingin ditanyakan lagi mengenai
kondisi mila?

Ibu Nanu dan Mila : Tidak ada Nurse…

Perawat : Baik, ibu dan mila untuk sekarang sampai disini dulu pembicaraan kita,
saya memohon maaf apabila kurang mengenakkan dalam penyampaian
berita tadi
Selanjutnya akan dilanjutkan oleh dokter pengobatan apa yang sebaiknya
dilakukan Mila, terimakasih banyak untuk waktunya Mila dan ibu...
Assalamualaikum Wr. Wb.

Ibu Nanu : Waalaikumussalam Wr. W.b, Terimakasih banyak nurse

Perawat : Sama-sama ibu


Referensi
1. Baile WF, Buckman R, Lenzi R, Glober G, Beale EA, Kudelka AP. SPIKES- A six step
protocol for Delivering Bad News: Application to the Patient with Cancer. The
Oncologist. 2000; 5:302-311.
2. Fallowfield L,Jenkins V. Communicating sad, bad, and difficult news in medicine.
The Lancet. 2004; 363: 312-319.
3. Buckman, R. (2001). Communication skills in palliative care: a practical guide. Neurologic
clinics, 19(4), 989-1004.

Lembaran Kerja 3

Pengkajian Nyeri Pasien Paliatif

Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian nyeri pada pasien paliatif

Tujuan pembelajaran:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan pengkajian nyeri pada pasien paliatif
dengan tepat.
Kegiatan sebelum praktikum
3. Coba saudara jelaskan jenis-jenis nyeri yang saudara ketahui!
Nyeri berdasarkan sifatnya
1. Incidental Pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu - waktu lalu menghilang.
2. Steady Pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
3. Paroximal Pain, nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut
biasanya menetap + 10-15 menit lalu menghilang kemudian timbul lagi.

Nyeri berdasarkan tempatnya


1). Pheriperal Pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada kulit, mukosa.
2). Deep Pain, nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau organ-organ tubuh
viseral
3). Refered Pain, nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh
yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4). Central Pain, nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord,
batang otak, talamus.

Nyeri berdasarkan durasinya


1. NYERI AKUT Adalah suatu reaksi sensoris dari nosiseptif yang mendadak yang merupakan
sinyal alarm untuk mekanisme proteksi tubuh. Nyeri akut hampir selalu terjadi oleh adanya picu
kerusakan jaringan somatic maupun visceral, yang lama berlangsungnya hampir bersamaan
dengan lama sembuhnya perlukaan yang tidak disertai penyulit. Rasa nyeri akan hilang pada saat
perlukaan sembuh. Berdasarkan sifatnya nyeri akut ada 2 macam: . Nyeri fisiologis : terjadi
apabila intensitas rangsang mencapai ambang nosiseptor dan mengakibatkan timbulnya refleks
menghindar. Nyeri ini sifatnya sementara hanya selama ada rangsang nyeri dan dapat dilokalisir
Nyeri Klinis: timbul karena terjadinya perubahan kepekaan system syaraf terhadap rangsang
nyeri sebagai akibat adanya kerusakan jaringan yang disertai proses inflamasi, nyeri ini sifatnya
terlokalisir dan baru hilang bila penyebabnya hilang / sembuh
2. NYERI KRONIK adalah nyeri yang berlansung satu bulan di luar lamanya perjalanan penyakit
akut atau nyeri yang tetap berlangsung walaupun perlukaan sudah sembuh.
3. NYERI SOMATIK Adalah nyeri yang dipicu oleh adanya kerusakan jaringan yang terjadi pada
bagian permukaan tubuh(soma), meliputi kulit dan jaringan muskulo-skeleta atau deep. somatic,
yaitu: otot sendi..ligamentum,dan tulang kualitas nyerinya tajam dengan lokalisasi berbatas
tegas.
4. NYERI VISCERAL Adalah nyeri yang di picu olehkerusakan pada bagian dalam tubuh, terutama
organ visceral yang disebabkan karena trauma atau nyeri punggung bawah karena
jepitan/benturan.
Cirinya adalah karena terjadinya tidak berhubungan dengan perlukaan organ atau bangunan
internal, maka sifat umumnya tumpul.arcing dan di rujuk kelokasi lain (referred pain). sifat
nyerinya difus, lokasinya tidak jelas dan selalu disertai reflek motorik dan otonom.
5. NYERI PSIKOGENIK Adalah nyeri yang tidak ditimbulkan oleh stimulus.gangguan fungsi
tranmisi nyeri atau gangguan modulasi neuron. Mekanisme nyeri psikogenik lebih mirip dengan
mimpi,halusinasi atau memori dan sama sekali berbeda dengan nyeri atau sensasi yang datang
dari nosiseptor.
6. NYERI NEUROPATIK Disebut juga sebagai nyeri patologis, nyeri abnormal adalah nyeri yang
disebabkan oleh kerusakan serabut saraf perifer atau saraf sentral sendiri
7. NYERI SENTRAL Adalah nyeri yang disebabkan oleh karena rusaknya serabut perifer pada
nyeri sentral yang rusak adalah sistem saraf pusat sendiri (otak)

4. Sebutkan instrument yang bisa digunakan untuk menilai nyeri yang dirasakan pasien!
Pengkajian nyeri subjektif dapat digunakan pada pasien yang sadar.
1. NRS (Numeric Ratting Scale) : cara mengkaji nyeri secara subjektif yang sering digunakan.
Metode yang digunakan adalah angka 0-10, dengan menggunakan NRS kita dapat menentukan
tingkat/derajat nyeri pasien dimana 0 (tidak ada nyeri), 1-4 (nyeri ringan), 5-6 (nyeri sedang), 7-
10 (nyeri berat).
2. VAS (Visual Analog Scale): Skala berupa garis lurus yang panjangnya 10 cm, dengan deskripsi
pada masing-masing angkanya. <4 (nyeri ringan), 4-7 (nyeri sedang) dan 7-19 (nyeri berat).
3. Wong-Baker Faces Pain Scale: Instrumen pengkajian nyeri ini biasanya digunakan pada pasien
anak-anak kurang dari 12 tahun. Pengkajian nyeri dipusatkan pada ekspresi wajah yang terdiri
dari enam animasi wajah, dari ekspresi tersenyum, kurang bahagia, sedih, dan wajah penuh air
mata (rasa sakit yang paling buruk).
Pengkajian nyeri objektif dapat digunakan pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran
(terintubasi)
1. Nonverbal Adult Pain Scale (NVPS): Instrumen ini dapat digunakan pada pasien dewasa yang
mengalami penurunan kesadaran (terintubasi dan tersedasi). NVPS terdiri dari 3 indikator
perilaku dan fisiologi (tekanan darah, denyut jantung, respiratory rate, kulit). Perhatikan gambar
di bawah untuk memahami bagaimana penilaian nyeri dengan NVPS
2. FLACC Scale: Pengkajian nyeri yang terdiri dari item wajah, kaki, aktivitas, tangisan, dan
kenyamanan. Instrumen ini dapat digunakan pada orang dewasa yang mengalami gangguan
komunikasi verbal. Hasil FLACC dapat ditentukan dengan skor 0 (nyaman), 1-3 (ringan), 4-6
(sedang) dan 7-10 (berat).
3. Comfort Scale: Instrumen ini sangat cocok digunakan dalam mengkaji tingkat distres
psikologis pada pasien kritis anak-anak di bawah usia 18 tahun dan juga pada pasien dewasa
yang terpasang ventilator. Comfort scale terdiri dari 8 item indikator penilaian yakni
kewaspadaan, ketenangan, respon pernapasan, gerakan fisik, ketegangan wajah, gerakan otot,
tekanan darah dan denyut nadi. Hasil penilaian terdiri dari 1-5, dimana 1 merupakan tidak
berespon dan 5 paling tidak nyaman.
4. Comfort Scale: Instrumen ini sangat cocok digunakan dalam mengkaji tingkat distres
psikologis pada pasien kritis anak-anak di bawah usia 18 tahun dan juga pada pasien dewasa
yang terpasang ventilator. Comfort scale terdiri dari 8 item indikator penilaian yakni
kewaspadaan, ketenangan, respon pernapasan, gerakan fisik, ketegangan wajah, gerakan otot,
tekanan darah dan denyut nadi. Hasil penilaian terdiri dari 1-5, dimana 1 merupakan tidak
berespon dan 5 paling tidak nyaman.
5. CRIES Scale: Pengkajian nyeri dengan melihat adanya tangisan, oksigenasi, vital signs, ekspresi
wajah dan tidur (sleepless).
6. Critical-Care Pain Observasion Tool (CPOT) merupakan instrumen pengkajian nyeri yang
terdiri dari 4 item penilaian yakni ekspresi wajah, pergerakan badan, tegangan otot dan
keteraturan dengan ventilator (pasien terintubasi) dan tidak terintubasi. Total skor CPOT adalah
8 (semakin tinggi skor yang didapat mengindikasikan tingkat nyeri yang dialami pasien).

5. Jelaskan dengan ringkas bagaimana proses ternyadinya nyeri!

Proses merasa sakit disebut persepsi nyeri, atau nosisepsi. Sinyal nyeri dimulai di titik stimulasi dan
berlanjut ke saraf dan kemudian ke sumsum tulang belakang Anda hingga sampai ke otak. Inilah waktu
dimana otak akan memproses dan memberi tahu untuk bereaksi terhadap rasa sakit.

Kegiatan selama praktikum

Nyeri Pasien Paliatif


Pasien paliatif terminal menderita nyeri akibat dari penyakitnya, efek dari pengobatannya, faktor psikis,
dan factor-faktor lain yang memerlukan penilaian individual serta pendekatan yang detail dan
menyeluruh. Untuk dapat memberikan tatalaksana nyeri yang baik dan memadai, selain pemahaman
tentang layanan paliatif, perlu juga pemahaman tentang nyeri berkaitan dengan definisi, psikofisiologi
dan patofisiologi nyeri serta pedoman tatalaksana nyeri baik terapi nyeri farmakologis maupun terapi
nyeri non farmakologis.

Penilaian Gejala Nyeri


PQRST:
- P : Paliatif ; penyebab nyeri ,
- Q : Quality;kualitas nyeri,
- R : Regio; lokasi dan penyebaran nyeri,
- S : Subyektif; deskripsi oleh pasien mengenai tingkat nyerinya,
- T : Temporal : periode/waktu yang berkaitan dengan nyeri

OPQRS:
- Onset: tentukan kapan terjadinya nyeri
- Provocation: apa yang memperburuk nyeri. Apakah posisi? Apakah memburuk dengan menarik
napas dalam atau palpasi pada dada? Apakah nyeri menetap
- Quality (kualitas): Tanyakan bagaimana jenis nyerinya. Biarkan pasien menjelaskan dengan
bahasanya sendiri.
- Radiation (radiasi): Apakah nyeri berjalan (menjalar) ke bagian tubuh yang lain? Di mana?
- Severity (keparahan): Gunakan perangkan penilaian nyeri (sesuai untuk pasien) untuk
pengukuran keparahan nyeri yang konsisten. Gunakan skala nyeri yang sama untuk menilai
kembali keparahan nyeri dan apakah nyeri berkurang atau memburuk

COLDERRA:
- Characteristic (karakteristik): Apakah nyeri bersifat tumpul, sakit, tajam, menusuk atau
menekan.
- Onset : Kapan nyeri mulai terasa
- Location: lokasi nyeri
- Duration: durasi, berapa lama nyeri berlangsung; terus menerus atau hilang timbul
- Exacerbation (eksaserbasi): Apa yang memperburuk nyeri
- Radiation (radiasi): penyebaran
- Relief (pereda) Apa yang meredakan nyeri
- Associated sign/symptom (tanda-tanda dan gejala yang berhubungan) Mual, cemas, perasaan
lainnya.

Penilaian Intensitas Nyeri:


Berikut ini Lembar Pengkajian Nyeri yang bisa digunakan:
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Durasi:
6. Seberapa derajat nyeri anda saat ini?(beri lingkaran)

7. Berapa derajat nyeri yang terhebat selama 4 minggu terakhir? (beri lingkaran)

8. Berapakah rerata derajat nyeri anda dalam 4 minggu terakhir?

9. Deskripsikan nyeri anda (pilih salah satu)


a. Nyeri persisten tanpa fluktuasi
b. Nyeri menyerang dengan periode bebas nyeri diantaranya
c. Nyeri persisten dengan serangan nyeri hebat mendadak
d. Nyeri sedang menyerang dengan periode nyeri ringan diantaranya
10. Apakah nyeri anda menjalar ? YA/ TIDAK
11. Tandai daerah nyeri anda

12. Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (X) pada kolom yang tersedia
Nilai minimal 0 dan nilai maksimal 35, tambahkan skor 2 bila nyeri menjalar
- Skor 0-12 : nyeri murni nosiseptif
- Skor 13-18 : meragukan adanya komponen nyeri neuropatik
- Skor > 19 : jelas ada komponen neuropatik

13. Adakah penyakit penyerta ?


14. Riwayat pengobatan sebelumnya ?
15. Kapan nyeri anda memburuk ? (pagi, siang, malam)
16. Hal-hal yang memprovokasi munculnya nyeri anda ?
17. Seberapa besar pengobatan anda sebelumnya menolong anda ?
18. Apakah mengganggu tidur ?
19. Adakah riwayat trauma sebelumnya ?

Kesimpulan
1. Nyeri akut / kronik
2. Derajat nyeri saat ini ringan/ sedang/ berat
3. Tipe nyeri nosiseptif/ campuran/ neuropatik
4. Rencana tindak lanjut :

Pemeriksa (Nama terang dan paraf) ............................................


Tanggal...............................

Pengkajian Nyeri Populasi Khusus


Critical Care Pain Obserbvation Tool (CPOT) merupakan instrument asesmen nyeri yang digunakan pada
pasien yang tidak sadar (tidak bisa mengungkapkan keluhan nyeri secara verbal) dengan melakukan
penilaian pada 4 kategori yaitu ekspresi wajah, gerakan tubuh, ketegangan otot dan kepatuhan terhadap
pemakaian ventilator atau vokalisasi. Indikasi CPOT adalah untuk digunakan di ruang perawatan
intensive baik untuk orang dewasa maupun anak-anak, dimana terjadi penurunan kesadaran dan atau
pemasangan alat pernafasan (adanya intubasi maupun telah dilakukan ekstubasi).

Silahkan dilengkapi tabel dibawah ini:


Perangkat pengkajian nyeri Critical Care Pain Obserbvation Tool
Indikator Kondisi Skor Keterangan
Ekspresi wajah Rileks 0 Tidak ada ketegangan otot
Kaku 1 Mengerutkan kening,
mengangkat alis
Meringis 2 Menggigit selang ETT.
Gerakan tubuh Tidak ada gerakan abnormal 0 Tidak bergerak (tidak
kesakit-an) atau posisi
normal (tidak ada gerakan
lokalisasi nyeri)
Lokalisasi nyeri 1 Gerakan hati-hati, meyentuh
lokasi nyeri, mencari
perhatian melalui gerakan
Gelisah 2 Mencabut ETT, mencoba
untuk duduk, tidak
mengikuti perintah,
mengamuk, mencoba keluar
dari tempat tidur.
Aktivasi alarm Pasien kooperatif 0 Alarm tidak berbunyi
ventilator mekanik terhadap kerja
ventilator
mekanik
Alarm aktif tapi mati sendiri 1 Batuk, alarm berbunyi tetapi
berhenti secara spontan.
Alarm selalu aktif 2 Alarm sering berbunyi
Berbicara jika pasien Berbicara dalam 0 Bicara dengan nada pelan
diekstubasi. nada normal atau
tidak ada suara
Mendesah, 1 Mendesah, mengerang
mengeran
Menangis 2 Menangis, berteriak
Ketegangan otot Tidak ada ketegangan otot 0 Tidak ada ketegangan otot
Tegang, kaku 1 Gerakan otot pasif
Sangat tegang dan kaku 2 Gerakan sangat kuat.

Interpretasi:
Esesmen pasien untuk menilai derajat dan intensitas nyeri dengan menggunakan CPOT akan didapat
kesimpulan data:
0-2 : nyeri ringan/ tidak nyeri
3-4: nyeri sedang
5-6: nyeri berat
7-8: nyeri sangat berat.

Kegiatan Setelah Praktikum


1. Selain Critical Care Pain Obserbvation Tool (CPOT), coba saudara sebutkan instrument lain yang
bisa digunakan pada populasi khusus!
Nyeri pada pasien populasi khusus dapat diukur menggunakan beberapa instrumen, yaitu Behavioral
Pain Scale(BPS), Critical Care Pain Observation Tool(CPOT), Non-verbal Pain Scale(NVPS) dan Pain
Assessment and Intervention Notation (PAIN).
BPS adalah instrumen pengkajian nyeri pada pasien kritis di ICU dalam bentuk lembar
observasi yang dikembangkan oleh Puntillo et al. BPS terdiri dari tiga indikator yaitu ekspresi
wajah, pergerakan ekstremitas atas dan penyesuaian terhadap penggunaan ventilator dengan
rentang skor 1 - 4. Skor minimum yaitu 3 (tidak ada nyeri) dan skor maksimum yaitu 12
(sangat nyeri).
VPS dikembangkan oleh Odhner et al yang terdiri dari lima indikator yaitu ekspresi wajah,
pergerakan tubuh, mempertahankan posisi tubuh (guarding),
fisiologi (tekanan darah dan nadi), dan pernapasan (frekuensi napas, SpO2 dan penyesuaian
terhadap ventilator). Tiap indikator mempunyai rentang skor 0
-2 dengan rentang skor minimum yaitu 0 (tidak ada nyeri) dan skor maksimum 10 (sangat
nyeri). NVPS juga dapat digunakan pada pasien disedasi, tidak sadar (tidak untuk pasien
diintubasi) dan penggunaan ventilator mekanik.
2.
Referensi
Bervik H, Borchgrevink PC, Allen SM< et al, 2008, Assessment of Pain, British Journal of Anaesthesia,
101(1): 17-24.

Gregory J, Richardson C, 2014, The Use of Pain Assessment Tools in Clinical Practice: A Pilot Survey, J Pain
Relief, 3:140.

Hauget A, Stinson JN, McGrath PJ, 2010, Measurement of Self Reported Pain Intensity in Childrens and
Adolescents, J of Psychosomatic Res, 68:329-336.

Herr K, Coyne PJ, McCaffery M, 2011, Pain Assessment in The Patient Unable to Self Report: Position
Statement with Clinical Practice Recommendations, Pain Manag Nurs, 12(4).

Anda mungkin juga menyukai