KONSEP
Diterbitkan oleh:
i
Yang Maha Esa Alloh Subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan
tuntunan dan petunjuknya yang lurus bagi kita semua, Aammiiinnn.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................v
DAFTAR TABEL............................................................................vi
BAB ITRENDS AND ISSUES KEPERAWATAN KELUARGA
1.1............................................................................Pengertian
..........................................................................................1
1.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Trends and
Issues Keperawatan Keluarga..........................................2
BAB IIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
2.1......................................Pengertian Keperawatan Keluarga
........................................................................................11
2.2...........................................Alasan KeluargaSebagai Klien
........................................................................................12
2.3.......................Alasan Keluarga sebagai Central Pelayanan
........................................................................................14
2.4............................................Tujuan Keperawatan Keluarga
........................................................................................19
2.5..........................................Sasaran Keperawatan Keluarga
........................................................................................19
2.6..............................Hubungan Keluarga dengan Kesehatan
........................................................................................20
2.7. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Derajat
Kesehatan Keluarga.......................................................21
iii
2.8..............................................Karakteristik Keluarga Sehat
........................................................................................23
2.9........................Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat
Kesehatan Keluarga.......................................................26
2.10 Karakteristik Keluarga Sehat menurut Pendekatan
Teori Sosial....................................................................29
2.11 Peran Perawat Keluarga................................................31
2.12 Fungsi Perawat Keluarga..............................................34
iv
4.1........................................................................Pendahuluan
........................................................................................45
4.2............................................................................Pengertian
........................................................................................45
4.3...........................Pendekatan Teori Keperawatan Keluarga
........................................................................................49
4.4.........................Konseptual Model Keperawatan Keluarga
........................................................................................50
BAB VKONSEP PROSES KEPERAWATAN
5.1............................................................................Pengertian
......................................................................................134
5.2.....................................Pengkajian Keperawatan Keluarga
......................................................................................139
5.3.......................................Diagnosis Keperawatan Keluarga
......................................................................................152
5.4.......................................Intervensi Keperawatan Keluarga
......................................................................................164
5.5.................................Implementasi Keperawatan Keluarga
......................................................................................175
5.6.........................................Evaluasi Keperawatan Keluarga
......................................................................................176
DAFTAR PUSTAKA....................................................................178
GLOSARIUM...............................................................................181
INDEKS.........................................................................................183
TENTANG PENULIS..................................................................184
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 5.6 Contoh Skoring Koping Keluarga berhubungan dengan
Resistensi Keluarga terhadap Perawatan/Pengobatan....169
Tabel 5.7 Contoh Skoring Resiko Gangguan hubungan Ibu dan
Janin................................................................................170
viii
BAB I
1.1. Pengertian
Trendadalah suatu kecenderungan perubahan, yang diperoleh rata-rata
perubahan dari waktu ke waktu dalam jangka panjang. Jika rata-rata
perubahan bertambah disebut trend positif dan sebaliknya perubahan
berkurang disebut trend negatif (Maryati, 2010;129).
Issuemenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan
sebagai masalah yang dikedepankan (untuk ditanggapi dan sebagainya). Isu
yang sedang berkembang berasal dari substansi dan implikasinya berkaitan
dengan tema yang sedang terjadi, sedang dalam proses, sedang hangat
dibicarakan di masyarakat, atau diperkirakan muncul dalam waktu dekat. Isu
adalah sesuatu yang kebenaran belum jelas yaitu bisa benar juga bisa salah.
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan keperawatan pada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat baik dalam keadaan sakit
maupun sehat, (UU Keperawatan, No. 38 Tahun 2014).
Pelayanan keperawatanadalah suatu bentuk pelayanan yang
profesional, yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat baik sehat maupun sakit dalam siklus
kehidupan manusia,(UU Keperawatan, No. 38 Tahun 2014 dan Lokakarya
Keperawatan nasional, 1983).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
mempunyai peran masing–masing, menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya,(Bailon and Maglaya, 1998).
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan
sebagai upayanya, (Bailon and Maglaya, 1998).
Trend dan issue keperawatan keluarga adalah sesuatu yang cenderung
akan terjadi dan perlu untuk ditanggapi/direpson dalam lingkup praktik
perawatan kesehatan keluarga. Trend dan issue keperawatan keluarga
tentunya mencakup aspek legal dan etis keperawatan keluarga.
2
c. Perubahan kebijakan pemerintah
Perubahan kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan, undang–
undang kesehatan, undang–undang keperawatan, adanya jaminan
pembiayaan kesehatanmasyarakat (asuransi). Peraturan menteri
kesehatanRepublik Indonesia nomor 39 tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Indonesia sehat akan bisa dicapai melalui propinsi atau daerah sehat,
daerah akan sehat bila kabupaten sehat, kabupaten akan sehat bila
kecamatan, desa dan masyarakatnya sehat, dan masyarakat sehat bila unit
fungsional terkecilnya yaitu keluarga juga sehat. Sehingga untuk
mewujudkan Indonesia sehat tidak ada pilihan lain yaitu memulai dari
membangun kesehatan keluarga. Dibutuhkan kebijakan yang sinergi
antara pemerintah pusat dan daerah dalam menetapkan kebijakan
pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesehatan
kesejahteraan keluarga, untuk mendukung keluarga agar dapat
melaksanakan fungsinya secara optimal.
Kebijakan pemerintah berikutnya yang juga akan mempengaruhi
kesejahteraan keluarga adalah kebijakan terkait jaminan/asuransi
pembiayaan kesehatan bagi masyarakat (JKN). Dan kebijakan-kebijakan
lain dibidang kesehatan yang mendukung bagi kesejahtreraaan
masyarakat dan keluarga.
d. Kemajuan teknologi bidang kesehatan
Perkembangan teknologi alat – alat kesehatan pada desawa ini sangat
memungkinkan untuk memberikan pelayanan yang cepat, tepat, akurat,
dan juga bisa dilaksanakan ditengah – tengah keluarga. Sebagai contoh:
kecanggihan alat digital (tensi meter, tes gula darah, kolesterol, asam
urat), pemberian nabuleser, oksigen, teknologi perawatan luka, alat
fisioterapi, dan lain – lain dan semua alat – alat tersebut mudah dalam
operasionalnya dan ringan dibawa kemana- mana.
3
e. Jumlah dan Pertumbuhan penduduk
Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk yang besar dan
pertumbuhan yang cepat. Menurut Kemendagri RI perkembangan
terakhir atau per 31 Agustus 2016 jumlah penduduk ± 257.9 Juta jiwa.
Penduduk Indonesia mencapai 252 juta jiwa. Indonesia merupakan
negara berpenduduk terpadat nomor empat di dunia, (Presiden RI yang
dikutip oleh Tempo,14 Januari 2016). Laju pertumbuhan penduduk
Indonesia 1,3 persen, artinya setiap tahun ada tambahan 3 juta orang,"
(JokoWidodo,2016). Jumlah dan pertumbuhan penduduk menjadikan
bahan trend dan issue dalam pelayanan keperawatan.
f. Transisi demografi
Transisi demografi yaitu pergeseran piramida penduduk dari piramida
penduduk muda menjadi piramida penduduk tua. Menyebabkan
peningkatan komposisi penduduk pada kelompok lanjut usia yang
berdampak pada peningkatan penyakit degenerative. Berdasarkan data
Susenas 2014,jumlah rumah tangga yang memiliki lansia sebanyak 16,08
juta rumah tangga atau 24,50 persen dari seluruh rumah tangga di
Indonesia. Jumlah lansia diIndonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara
dengan 8,03 persen dari seluruh penduduk Indonesia tahun 2014. Hampir
setengahnya yaitu 42,32 % lansia tinggal bersama tiga generasi dalam
satu rumah tangga (anak/menantu dan cucu).Sebagian kecil 17,48 %
lansia tinggal bersama pasanganya dan 9,66 % lansia tinggal sendirian
dalam satu rumah. Keluarga dengan karakteristik tinggal bersama
pasangan sesame lansia atau lansia sendirian seperti ini yang beresiko
tinggi mengalami masalah kesehatan. Sehingga perlu mendapatkan
perhatian lebih dalam pelayanan kesejahteraan lansia.
g. Perubahan epidemiologi
Perubahan epidemiologi yaitu semakin meningkatnya prevalensi penyakit
non infeksi disamping penyakit infeksi juga masih belum teratasi.
4
Penyakit – penyakit diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, stroke,
tumor, karsinoma, dan seterusnya. Beberapa penyakit tersebut adalah
penyakit yang sulit atau tidak bisa sembuh yang membutuhkan perawatan
lama dan biaya mahal. Pendekatan perawatan keluarga menjadi suatu
kebutuhan untuk menjawab permasalah tersebut. Jakarta, 25 Nopember,
-Menko PMK Puan Maharani dalam sambutannya yang dibacakan Deputi
Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Rahmat Sentika pada Rakor
Nasional Peningkatan Pelayanan kesehatan 2015, mengatakan bahwa
transisi epidemiologi dari penyakit menular ke penyakit tidak menular di
Indonesia cukup siknifikan. “Selama Dua Dasawarsa telah terjadi transisi
epidemiologi dan pergeseran beban penyakit terbanyak di Indonesia yang
cukup signifikan dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Pada
era 1990 kasus ISPA, Tuberkulosis dan Diare menempati urutan 3 besar.
Namun pada era 2010 dan 2015 bergeser menjadi Stroke, Kecelakaan
Lalu Lintas dan penyakit Jantung disusul Kanker dan Diabetus”. Jumlah
Kasus dan Biaya Penyakit Katastropik pada Rawat Inap periode Januari-
Juni 2014, secara berturut-turut peringkat kasus terbanyak adalah: 1.
Penyakit Jantung, 2. Penyakit Stroke, 3. Penyakit Ginjal, 4. Penyakit
Diabetes, 5. Penyakit Kanker, 6. Penyakit Thalasemia dan 7. Penyakit
Hemofilia (Menko PMKPuan Maharani; Transisi Epidemiologi Dari
Penyakit Menular Ke Penyakit Tidak Menular Cukup Signifikan). Riset
Kesehatan Dasar (Riskesehatandas) tahun 2013 mencatat; terdapat
beberapa penyakit dengan prevalensi tertinggi di Indonesia yang
menyebar di provinsi-provinsi di Indonesia. Adapun lima penyakit
berprevalensi tertinggi adalah; 1. Hipertensi yaitu lebih dari seperempat
atau 25,8 persen. 2. Penyakit Sendi, yaitu 24,7 persen. 3. Penyakit
hepatitis B, Secara nasional prevalensinya mencapai 21,8 persen, 4.
Serangan stroke, prevalensinya mencapai 12,1% 5. Balita kurang gizi,
prevalensi mencapai 19,6 persen.
5
h. Krisis Ekonomi,
Krisis ekonomi mengakibatkan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap
mata uang asing menyebabkan kemampuan daya beli masyarakat juga
menurun, mengakibatkan daya beli masyarakat dalam bidang produk atau
pelayanan kesehatan juga menurun.
i. Krisis Budaya
Krisis Budaya, adalah kemrosotan nilai-nilai budaya dalam masyarakat
pada zaman modern, baik itu moral, pengetahuan dan sebagainya. Dan itu
disebabkan beberapa hal, seperti hedonisme, kehampaan spiritual dan
hasrat melampaui batas terhadap kebebasan. Beberapa ciri dari
masyarakat modern itu, diantaranya adalah perkembangan sains, teknik
dan ekonomi kapitalis. Adanya “kesadaran” yang menempatkan manusia
sebagai titik sentral jagad raya ini. Sehingga kosmosentrisme berubah
menjadi antoposentrisme, dan sebagainya. Salah satu dampak dari krisis
kebudayaan modern adalah pada kehidupan masyarakat modern, kerja
merupakan bentuk eksploitasi keperawatan diri, sehingga mempengaruhi
pola ibadah, makan dan pola hubungan pribadi dengan keluarga, sehingga
dalam kebudayaan industri dan birokrasi modern pada umumnya,
dipersonalisasi menjadi pemandangan sehari-hari.
j. Perubahan norma gender dan pendidikan wanita
Perubahan norma gender dan pendidikan wanita sehingga kesempatan
pekerjaan, kekuasaan dalam keluarga, menurunnya ukuran keluarga sejak
2010 hingga 2015, tingkat kelahiran peribu sebanyak 2,4 anak. Artinya,
setiap perempuan memiliki 2-3 anak. Kondisi ini kecenderungan
menimbulkan perubahan pola didalam keluarga yaitu jumlah anggota
keluarga semakin kecil, orang tua sama–sama bekerja sibuk aktivitas
diluar rumah, anak–anak sibuk dengan kegiatan sekolah. Sehingga
keluarga sekarang kecenderungan akan semakin banyak terjadi konflik
6
dan masalah perawatan kesehatan bila memiliki anggota keluarga yang
sakit, memiliki balita dan atau lansia.
k. Peningkatan status sosial ekonomi masyarakat
Peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat, peningkatan status
pendidikan masyarakat, dan kesadaranmasyarakat terhadap hukum
membuat masyarakat menjadi lebih kritis dan menuntut pelayanan yang
lebih baik dan lebih memilih perawatan kesehatan dikeluarga.
l. Peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat
Peningkatan pengetahuan keluarga tentang kesehatan akan mewujudkan
kesadaran dan kemauan bagi keluarga untuk hidup secara sehat. Sehingga
kemampuan dan keterampilan keluarga menjadi meningkat dalam
berperilaku hidup yang sehat.
m. Perkembangan Pendidikan Keperawatan
Perkembangan kuantitas dan kualitas pendidikan keperawatan
professional, yang menghasilkan perawat professional pemula, perawat
general, perawat manager dan perawat spesialis. Kondisi perubahan ini
tentunya juga akan memberikan dampak perubahan dalam pelayanan
kesehatan. Tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi
standart global dalam memberikan pelayanan keperawatan, memiliki
kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka
terhadap aspek sosial budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi
perkembangan IPTEK. Keperawatan keluarga sudah menjadi area
spesialisasi dibidang pendidikan dan pelayanan keperawatan. Sehingga
meningkatkan kuantitas dan kualitas. Lingkup pelayanan asuhan
keperawatan tidak hanya pada tingkatan individu tetapi juga kelompok
dan masyarakat.
n. Pergeseran paradigma sakit ke sehat
Pergeseran paradigma sakit ke sehat, yaitu fokus kebijakan pelayanan
kesehatan berpindah dari pelayanan berbasis rumah sakit (orang sakit)
7
menuju pelayanan berbasis masyarakat (orang sehat). kebijakan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga.
Terjadi Pergeseran basis pelayanan kesehatan yang fokus secara langsung
keperawatan keluarga.
8
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
9
2.2. Alasan Keluarga Sebagai Klien
Beberapa alasan keluarga dijadikan sebagai klien atau sasaran
pelayanan yaitu bagaimana keluarga dipandang sebagai obyek/sasaran asuhan
keperawatan. Dikarenakan bahwa:
a. Lingkungan lebih terapheutik
Lingkungan yang terapheutik adalah lingkungan yang mendukung proses
penyembuhan bagi klien. Secara umum setiap orang akan merasa nyaman
bila berada didalam lingkungan keluarga, dikarenakan keluarga secara
fisik, sosial, budaya dan spiritualsudah terbiasa. Keluarga yang paling
mengetahui dan memahami tentang anggota keluarganya. Sehingga
keluargalah lingkungan yang paling aman dan nyaman bagi anggota
keluarganya, diharapkan lingkungan keluarga memberikan dampak
positif pada penyembuhan anggota keluarga yang sakit.
b. Pemberdayaan keluarga lebih optimal
Proses penyembuhan klien tentunya masih sangat banyak membutuhkan
dukungan dari keluarga, dukungan tersebut bisa berupa informasi, waktu,
tenaga, biaya, emosi, dan lain–lain. Perawat saat memberikan pelayanan
asuhan keperawatan pada keluarga banyak sekali keterbatasannya baik
secara waktu, tenaga, biaya, emosi dan lain–lainnya. Untuk itu
pemberdayaan keluarga melalui bimbingan dan kerja sama oleh perawat
sangat dibutuhkan untuk membuat anggota keluarga menajadi sehat.
Pemberdayaan keluarga itu akan bisa terlaksana dengan optimal bilamana
tatanan pelanyannya fokus dikeluarga.
c. Lama rawat di rumah sakit berkurang
Pelayanan kesehatan yang tidak membutuhkan teknologi khusus tentunya
perawatan bisa dijalankan ditengah–tengah keluarga. Klien yang bisa
segera dipulangkan atau rawat jalan tentunya akan mengurangi masa
perawatan dirumah sakit.
10
d. Hemat biaya
Masa perawatan dirumah sakit yang pendek tentunya akan menghemat
pembiayaan bagi keluarga.
e. Terhindar dari infeksi nosokomial
Masa rawat dirumah sakit bagi klien bisa diperpendek maka resiko untuk
tertular penyakit yang bisa didapat saat dirawat dirumah sakit semakin
kecil.
f. Kesempatan perawatan kasus terminalis/kronis
Klien kasus terminalis/kronis adalah pasien dalam perawatannya
membutuhkan waktu yang lama, biaya yang besar, kesehatan
kesembuhan yang rendah dan kematian yang tinggi. Klien dengan kondisi
seperti ini akan lebih memberikan nilai kebaikan bilamana bisa dirawat
dikeluarga. Dengan pertimbangan akan memberikan kebaikan pada
semuanya yaitu klien sendiri, keluarga dan rumah sakit. Tentunya semua
atas dasar persetujuan dari klien dan keluarga.
g. Lapangan pekerjaan baru
Tatanan pelayanan kesehatan dikeluarga ini memberikan kesempatan
pada petugas kesehatan yaitu perawat sebagai area yang baru dalam
lingkup pelayanan keperawatan. Tentunya semua harus diatur dengan
sistem regulasi yang benar. Pelayanan keperawatan dirumah ini tentunya
juga menjawab kebutuhan–kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang
memungkinkan atau terjangkau dilaksanakan dikeluarga.
11
a. Perilaku sehat sakit dipelajari dikeluarga
Keluarga memiliki fungsi sosialisasi yaitu fungsi memberikan pendidikan
keperawatan anggota keluarganya. Keluarga adalah institusi yang
pertama kali mengajarkan tentang nilai–nilai kesehatan bagi anggota
keluarganya. Keluarga mengajarkan perilaku hidup sehat: cuci tangan,
makan cukup, bergizi dan melarang makanan-makanan yang tidak sehat.
Keluarga mengajarkan bagaimana harus istirahat yang cukup, olah raga,
rekreasi dan menghindari alkohol, tembakau, alkohol, dan obat– obatan
yang dilarang, dan seterusnya. Keluarga juga yang paling mengetahui dan
memahami perilaku anggota keluarganya apakah anggota keluarganya
sehat atau sedang sakit yaitu dari perubahan kebiasaan perilakunya.
Keluarga adalah orang yang pertama kali mengetahui bahwa anggota
keluarganya sedang sakit dan segera mengambil tindakan perawatan yang
pertama kali dalam penanganannya. Keluarga yang pertama kali
mengajari anggotanya, istirahat, minum obat, memberikan kompres,
memberikan minyak gosok, merawat luka, dan segera pergi keperawat
pelayanan kesehatan bila dibutuhkan.
Anggota keluarga yang sedang sakit, tentunya kita juga bisa
mempelajari dari keluarga secara langsung tentang proses terjadinya sakit
dan proses penyelesaiannya. Biasanya masalah sakit pada anggota
keluarganya disebabkan dari anggota keluarga yang lain. Sehingga
keluarga bisa menjadi sumber penyebab masalah dan sebaliknya keluarga
juga bisa menjadi sumber menyelesaikan masalah. Dalam rekomendasi
tindakan keperawatan yang dipilih tentunya perawat juga bisa memahami
perilaku atau kebiasaan keluarga yang dapat dijadikan alternatif tindakan
perawatan. Artinya pilih strategi pendekatan tindakan keperawatan untuk
menyelesaikan masalah dengan melihat kearifan/potensi dikeluarga.
b. Disfungsi apapun (cidera, penyakit, perpisahan) mengenai anggota
keluarga, sering kali mempengaruhi anggota keluarga yang lain
12
Berdasarkan teori sistem dijelaskan bahwa salah satu unsur/komponen
dari sistem itu terganggu maka akan mempengaruhi unsur/komponen
yang lain sehingga berdampak pada seluruh sistem tersebut dalam
bekerja. Begitu juga keluarga bila mana ada salah satu anggota keluarga
mengalami sakit/masalah maka akan berdampak pula pada anggota
keluarga yang lain dan berpengaruh pada seluruh proses keluarga
tersebut. Bilamana yang mengalami masalah/sakit anggota keluarga yang
mempunyai posisi atau peran sangat penting maka pengaruhnya semakin
besar. Seorang keperawatanala keluarga yang berfungsi sebagai tulang
punggung ekonomi, tenaga mengantar anak dan ibu, dan banyak lagi
fungsi yang lain tentunya akan berbeda pengaruhnya pada keluarga bila
dibandingkan dengan anaknya yang sakit. Sehingga seorang perawat
mempunyai peran dan fungsi yang besar bagaimana membuat sistem
didalam keluarga tersebut tetap bisa berjalan secara stabil akibat dari
masalah/sakit anggotanya.
c. Keluarga sebagai sumber yang vital dan kritikal dalam
pelayanankesehatan
Sudah banyak penjelasan dan fakta mengatakan bahwa bila ada anggota
keluarga yang mengalami masalah/sakit maka keluarga adalah orang
yang pertama kali dengan sukarela menjadikan dirinya sebagai sumber
dukungan. Keluarga orang yang pertama kali bersedia mengantar,
membiayai, merawat, memberikan informasi, dan mengasihi bagi anggota
keluarga yang sakit. Sehingga keluarga adalah sumber dukungan yang
sangat vital/dibutuhkan dan tidak boleh ditiadakan dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada anggotanya.
d. Adanya suatu hubungan yang kuat antara keluarga dengan status
kesehatan anggotanya
Anggota keluarga yang sehat tentunya dihasilkan dari keluarga yang
sehat dan sebaliknya. Keluarga dengan salah satu anggota keluarga
13
menderita TBC Paru maka anggota keluarga akan sangat beresiko untuk
menderita TBC Paru juga. Keluarga dengan gangguan jiwa maka
keturunanya akan sangat rentan untuk mengalami gangguan jiwa.
Hubungan anggota keluarga yang tidak harmonis juga akan sangat rentan
untuk terjadinya masalah/sakit pada anggota keluarga. Banyak sekali
contoh kenakalan remaja diluar rumah, penyalahgunaan obat dan napza
juga disebabkan karena hubungan keluarga yang tidak harmonis
(keluarga broken home). Sehingga masalah/sakit anggota keluarga mudah
dipahami bilamana membawa dalam konteks/latar belakang keluarganya.
e. Melalui upaya promotif dan preventif dapat mengurangi resiko dari pola
hidup dan bahaya lingkungan
Upaya promotif adalah bentuk tindakan keperawatan dengan tujuan untuk
meningkatkan status kesehatan keluarga. Sedangkan upaya preventif
adalah bertujuan untuk pencegahan terjadinya sakit. Kedua upaya
tersebut tentunya sangat cocok diberikan keperawatan individu yang
belum mengalami masalah/sakit, yaitu individu ditengah keluarga. Pola
hidup atau kebiasaan hidup seseorang juga terkait erat dengan kebiasaan
keluarga. Artinya keluargalah yang berperan besar dalam pembentukan
pola atau kebiasaan hidup anggota keluarganya. Dimana didalam
keluarga terdapat fungsi pendidikan perilaku melalui proses transfer
kebiasaan keluarga keperawatan anggotanya dalam jangka waktu yang
panjang. Lingkungan terdekat dan interaksi dalam waktu yang cukup
lama adalah lingkungan keluarga. Bisa jadi menghabiskan waktu 50 % -
75%anggota keluarga berada disekitar rumah/keluarga. Pengaruh faktor
kebiasaan/pola hidup dan lingkungan keluarga sangat erat kaitannya
dengan kesehatan anggota keluarga. Sehingga upaya promotif dan
preventif terkait dengan kebiasaan hidup dan lingkungan yang tidak sehat
sangat tepat bila terpusat dikeluarga.
14
f. Deteksi dini suatu masalah kesehatan
Tindakan deteksi dini adalah upaya untuk menemukan masalah/penyakit
secara dini artinya belum ditemukan tanda dan gejala sakit secara jelas
atau individu masih terlihat sehat. Deteksi dini tentang diabetes mellitus
(DM), Hipertensi, Karsinoma, TBC Paru tentu sangat tepat bila
dilaksanakan pada orang terdekat penderita yaitu keluarga satu rumah dan
tentangga terdekat bila penyakit menular. Sehingga upaya – upaya yang
bersifat penemuan atau penjaringan kasus baru akan sangat tepat bila
pendekatan pada keluarga.
g. Lebih memahami individu bila dipandang dalam konteks keluarga
Keluarga adalah konteks/latar belakang bagi individu, artinya apapun dan
bagaimanapun kondisi individu merupakan produk dari suatu keluarga.
Keluarga dipandang sebagai sistem maka keluarga tersebut terdiri dari
bagian disebut ayah, ibu, anak, saudara, dan seterusnya. Tiap–tiap bagian
saling beriteraksi, bekerja sama dan saling mempengaruhi dalam
menjalankan fungsinya masing - masing untuk mencapai tujuan keluarga.
Masalah dalam keluarga terjadi bila mana keluarga tidak mampu
menjalankan salah satu fungsi keluarga dengan baik. Bila menemukan
anak penuh etika, sopan, dan santun, penuh perhatian, sehat tentu kita
bisa memahami anak ini dengan mudah lihat berangkat dari keluarga
siapa bagaiman latar belakang keluarganya? Tentunya berasal dari
keluarga yang penuh dengan kebaikan dan begitu sebaliknya. Bila
ditemukan ada lansia kondisi sakit hipertensi yang tidak terkontrol, post
stroke dengan hemiparese sinestra, penampilan sangat tidak terawat dan
berangkat keperawatanusaha kesehatanmasyarakat sendirian tanpa ada
pengantar. Maka untuk memudahkan dalam memahami kejadian maka
lihatlah latar belakang keluarganya berasal dari keluarga siapa, seperti
apa, dan seterusnya. Sehingga seorang perawat akan memiliki
pemahaman secara komperehensi dan utuh tentang proses terjadinya dan
15
faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah/sakit dan mampu
memilih alternatif tindakan yang sesuai dengan masalah dan
kebutuhannya.
16
c. Keluarga bermasalah dalam menjalankan tahap perkembangannya,
Misal: keluarga dengan ibu hamil, keluarga lansia, keluarga dengan
merawat balita, kemudian terjadi masalah kesehatan pada kehamilannya
atau kesehatan lansia dan balitanya sebagai akibat ketidaktahuan,
ketidakmauan dan ketidakmampuan dalam memberikan perawatan pada
anggota keluarganya.Kemudian perawat mengkaji seluruh anggota
keluarga yang berpotensi menimbulkan masalah keluarga, dan melakukan
intervensi dan tindakan sesuai dengan kebutuhan keluarga.
17
d. Intervensi Keperawatan
Perawat mengidentifikasi masalah, dan melakukan treatment antara lain
mencakup ”skreening” dan ”follow up” kasus misal : hipertensi,
osteoporosis, mencegah komplikasi penyakit (DM, stroke,
kardiovaskuler)
e. Pemulihan Kesehatan
Pencegahan tersier : Mempertahankan status kesehatan pasien,
Pemulihan pasien setelah injuri atau setelah rawat inap
RUMAH
SAKIT Promosi
kesehatan
Unit PKK
Pencegahan
Praktek Penyakit
(dr, bidan,
perawat)
Penemuan Evaluasi dan
Puskesmas Pelayanan Kasus tindak lanjut
Keperawatan
Keluarga
Individu/ Terapi
keluarga/ Unit PKK Keperawatan
masyarakat &
komplementer
Pemulihan
Kesehatan
UKBM
(Poskesdes,
dll)
Badan
Praktik Mandiri
29 13-Mar-17
18
terminal, pasca hospitalisasi. Pemberi pelayanan juga harus mengkaji
sumber–sumber dari lingkungan keluarga yang bisa digunakan untuk
mengatasi masalah dalam keluarga.
2. Melakukan analisis masalah terkait dengan kompleksitas masalah, potensi
yang tersedia, pentingnya pelayanan keperawatan keluarga di rumah,
dukungan dari berbagai stakeholder terkait, dan visibilitas penerapan
model.
3. Sosialisasi hasil analisis masalah keperawatan unsur-unsur terkait
pelayanan keperawatan keluarga di rumah untuk mendapatkan kesehatan
dan dukungan penerapan model
4. Membentuk tim penyelenggara pelayanan keperawatan keluarga di rumah
5. Bersama pimpinan sarana kesehatan dan stakeholder terkait dengan
pelayanan keperawatan keluarga di rumah menyusun rancangan
implementasi model antara lain dalam penyiapan dan pengadaan sarana
dan peralatan, penyiapan SDM, mapun penyiapan administrasi
penyelenggaraan model.
6. Membentuk jejaring kerja antara sarana rujukan, penyandangdana,
profesi kesehatan, pimpinan/tokoh masyarakat, dan organisasisosial
7. Menyelenggarakan dan mengoptimalkan pelayanan keperawatan keluarga
di rumah secara berkelanjutan
8. Mengevaluasi pelaksanaan penerapan model dengan menggunakan
indikator input, proses, dan output.
19
b. Keluarga cenderung menjadi reaktor terhadap masalah kesehatan dan
menjadi aktor dalam menentukan masalah–masalah kesehatan anggota
keluarga
c. Keluarga merupakan unsurutama bagi kesehatan, konsep–konsep
penyakit serta perilaku sehat-sakit.
20
biasa saja atau berbahaya. Bila tahap ini keluarga tidak mampu
menemukan jawaban dari permasalahannya, biasanya keluarga akan
berusaha mencari informasi melalui orang terdekat, keluarga atau relasi
petugas kesehatan sehingga mendapatkan saran kesehatanimpulan dan
rencana tindakan yang tepat.
c. Tahap mencari perawatan
Setelah keluarga memahami tentang sakit yang dialami, menilai bahwa
masalah berbahaya, tidak mampu diatasi sendiri dan berikutnya akan
berusaha mencari sumber–sumber yang bisa dimintai bantuan untuk
mengatasi sakitnya. Seorang perawat harus mampu memberikan berapa
informasi penting adalah fasilitas kesehatan apa, dimana tempatnya, jenis
tenaga, pelayanannya apa saja, buka jam berapa, biayanya berapa dan
bagaimana prosedurnya.
d. Tahap kontak keluarga dengan sistem pelayanan kesehatan
Pada tahap ini keluarga mendatangi fasilitas kesehatan yang telah dipilih
sesuai dengan kemampuannya. Keluarga secara umum akan mengalami
perasaan stress, cemas, takut dan perasaan ketidakpastian. Perawat hadir
dengan respon empati untuk berusaha menimbulkan perasaan lebih
tenang dan nyaman keperawatan keluarga. Informasi yang lengkap, jelas,
akurat dan tepat dengan pertimbangan kesehatanpsikologis keluarga
harus diperhatikan. Informasi terkait penyakit, prosedur penatalaksanaan,
tingkat resiko, tingkat keberhasilan, dan lain-lain sangat diperlukan.
Kemudian dilalukan prosedur–prosedur tindakan untuk menegakan
diagnosa dan tindakan pertolongan pertama.
e. Tahap respon akut keluarga dan klien
Setelah diagnosa/penyakit sudah ditegakan dan diketahui oleh keluarga
dan klien, biasanya keluarga dan klien akan memberikan respon akut
terhadap sakitnya. Respon keluarga dan klien bermacam–macam,
tentunya tergantung pada besarnya masalah, cara keluarga menilai
21
masalah, dan sumber daya keluarga yang digunakan untuk berhadapan
dan menyelesaikan masalah tersebut. Respon akut mulai dari menerima,
bargaining, syock, menolak, marah, pasrah. Perawat perawat bagaimana
mampu menghatarkan keluarga dan klien cepat berada dalam kondisi
menerima sakitnya dan fokus pada upaya menuju kesehatan.
f. Tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan
Setelah tahap sakit dijalani rutinitas pengobatan dilakukan keluarga dan
klien sudah mulai terbiasa dengan sakitnya dan sampai pada tahap
sembuh. Berikutnya keluarga dan klien menjalani tahap akhir dari suatu
perjalanan sakitnya yaitu tahap pemulihan. Klien dan keluarga berusaha
untuk mengembalikan atau memaksimalkan fungsi dan meminimalkan
resiko dan kecacatan.
22
sakit. Kemampuan keuangan keluarga yang baik tentu tentunya akan
meningkatkan daya beli keluarga terhadap pelayanan kesehatan. Biaya
kesehatan yang tinggi mengakibatkan menurunnya kemampuan daya beli
keluarga terhadap pelayanan kesehatan. Biaya kesehatan yang tinggi dan
keuangan keluarga yang rendah akan menjadikan sebab menurunnya daya
beli keluarga dalam pelayanan kesehatan, sehingga menjadi faktor
penghambat bagi keluarga untuk menjadi sehat. Sumber pembiayaan
kesehatan berupa asuransi (Jaminan Kesehatan Nasional) bisa dijadikan
alternatif solusi bila menghadapi keluarga dengan kemampuan keuangan
yang kurang.
b. Sikap dan sosialisasi petugas kesehatan
Sikap petugas kesehatan merupakan kemauan dan kesadaran dari seorang
petugas dalam rangka menjalankan program–program kesehatan pada
keluarga. Sikap petugas yang positif dengan program kesehatan akan
mendorong seorang petugas untuk mensosialisasi dan bekerja sama
dengan keluarga. Sehingga keluarga mengetahui, memahami dan mampu
melaksanakan program kesehatan dikeluarga.
c. Nilai – nilai yang dianut oleh keluarga
Nilai keluarga adalah segala sesuatu yang sangat berharga dan dijunjung
tinggi oleh keluarga. Nilai kesehatan adalah nilai–nilai dibidang
kesehatan yang sangat berharga dijunjung tinggi oleh keluarga. Nilai
keluarga yang positif terhadap kesehatan akan membentuk sikap dan
perilaku yang positif pula. Sebagai contoh: keluarga yang menilai bahwa
imunisasi adalah sangat penting untuk pencegahan penyakit bagi
balitanya maka keluarga akan menerima dengan program imunisasi.
Selanjutnya keluarga akan memiliki sikap atau kesadaran yang tinggi
terkait imunisasi dan hasilnya keluarga akan mengimunisasikan anaknya.
Dan sebaliknya keluarga yang memiliki nilai yang negatif tentang
imunisasi maka keluarga akan menolak anaknya untuk diimunisasi.
23
d. Era industrialisasi
Era insdustrialisasi dimana gaya materialistik, hedonism dengan
karakterisitk gaya hidup penuh stress, penuh persaingan, ingin cepat dan
mudah untuk mencapai keinginan yang kurang memperhatikan orang
lain. Kecanggihan industri pangan bagaimana mampu melakukan
rekayasa produk pangan yang tidak memperhatikan bahaya bagi
kesehatan. Kemajuan industri sistem informasi dan teknologi transportasi
sehingga rasanya dunia tanpa batas. Arus informasi, perpindahan barang
dan orang dari satu Negara kenegara yang lain begitu cepat. Beberapa
kondisi era industrialisasi akan mempengaruhi status kesehatan bagi
keluarga. Pengaruh negatif antara lain penularan penyakit begitu cepat
sampai pada keluarga, penyakit non infeksi juga mulai banyak diderita
oleh keluarga dengan usia semakin muda seperti hipertensi, jantung
koroner, strike, DM, asam urat, hiperkolesterol, dst.
e. Pengetahuan – Tingkat pendidikan keluarga
Tingkat pendidikan keluarga berhubungan positif terhadap pengetahuan
keluarga. Artinya tingkat pendidikan yang tinggi akan mudah akses dan
memahami informasiyang berhubungan dengan kesehatan keluarga.
Pengetahuan keluarga yang baik tentang kesehatan akan menumbuhkan
kesadaran/kemauan yang baik tentang kesehatan dan mewujudkan
perilaku yang positif. Tingkat pendidikan yang tinggi akan memberikan
kesempatan mendapatkan pekerjaan yang professional dengan
penghasilan yang besar. Penghasilan besar akan meningkatan
kemampuan sosial ekonomi keluarga dan kesehatan kesejahteraan
keluarga.
f. Keteraksesan dan ketersediaannya pelayanan kesehatan yang professional
Program dan fasilitas pelayanan yang tersedia dengan baik, bisa diakses
dan terjangkau biaya oleh keluarga akan memberikan pengaruh bagi
24
kesehatan keluarga. Semua permasalahankesehatanyang dihadapi oleh
keluarga semua bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik.
g. Kebijakan pemerintah
Segala sesuatu terkait dengan aturan pemerintah dalam bentuk undang–
undang, peraturan, keputusan, dan seterusnya terkait dengan kesehatan
kesejahteraan keluarga. Kebijakan pemerintah tentang Jaminan Kesehatan
Nasional, santunan keluarga harapan, jaminan persalinan, dan seterusnya.
Kebijakan pemerintah yang berpihak keperawatan keluarga akan
mempengaruhi kesehatan kesejahteraan keluarga.
25
keyakinan pribadi dan perbedaan, sehingga antara pengirim dan penerima
pesan memiliki pemahanan yang sama tentang isi komunikasi. Didalam
menyelesaikan masalah diperlukan komunikasi yang fungsional untuk
mendapatkan informasi yang valid sehingga dihasilkan keputusan yang
akurat terkait dengan masalah dan menghindari miss komunikasi.
c. Menghargai perasaan anggota keluarga
Toleransi yang tinggi setiap perbedaan pandangan dan keyakinan antar
anggota keluarga akan menimbulkan perasaan diterima dan nyaman bagi
anggota keluarga.
d. Memotivasi otonomi anggota keluarga
Otonomi anggota keluarga adalah kemandirian anggota keluarga untuk
menentukan pilihannya sendiri, karena masing–masing anggota keluarga
mempunyai kebebasan.Setiap individu dewasa didalam keluarga
mempunyai tanggung jawab membimbing anggota muda untuk menjadi
pribadi yang mandiri hidup ditengah–tengah masyarakat.
e. Anggota keluarga memegang tanggung jawab terhadap tindakan
Setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi masing-masing
baik secara formal maupun informal secara bertanggungjawab. Peran dan
fungsi dijalankan oleh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Seorang perawat keluarga mempunyai tanggung jawab sebagai
pencari nafkah utama, seorang ibu sebagai mendidik, merawat penuh
kasih sayang pada anggota keluarga, dan seterusnya. Keluarga yang sehat
adalah masing–masing anggota keluarga menjalankan peran dan fungsi
secara bertanggung jawab.
f. Mendemonstrasikan sikap yang hangat dan kedekatan satu sama lain
Sikap penerimaan sesama anggota keluarga, saling memahami,
menghargai dan toleran terhadap perbedaan. Perasaan merasa ikatan satu
kesatuan keluarga, setiap individu merasa bagian yang penting dari
26
keluarga. Merasa butuh dan membutuhkan sesama anggota keluarga,
saling asah, asih dan asuh.
27
ilmiah dan terdiri dari langkah-langkah sebagai proses. Perawat
memberikan perawatan secara langsung, keluarga mendemostrasikan
tindakan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit
keperawatananggota keluarga, Harapan keluarga mampu melakukan
fungsi – fungsi keluarga secara mandiri.
d) Pengawas kesehatan, yaitu sebagai pengawas perawat harus melakukan
“home visite” secara teratur, mengevaluasi sejauh mana keluarga
mencapai tujuan yang diharapkan, melalui proses pengkajian, identifikasi
masalah kesehatankeluarga.
e) Konsultan, yaituperawat harus bisa menjadi nara sumber bagi
keluargadalam mengatasi masalah kesehatan, harus menerapkan
komunikasi terapheutik antara perawat dengankeluarga.
f) Kolaborasi, yaituperawat keluarga juga harus bekerja sama dengan tim
kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatankeluarga yang
optimal.
g) Fasilitator, yaitu mampu membantu/memudahkan keluarga dalam
mencapai keadaan yang sehat, mengetahui bagaimana sistem pelayanan
kesehatan (rujukan, pembiayaan, asuransi), penghubungdengan unit –
unit atau tim pelayanan kesehatanyang lain. Perawat harus mampu
menjembatani dengan baik terhadap pemenuhan kebutuhan keamanan
klien dan keluarga sehingga faktor risiko dalam ketidak pemenuhan
kebutuhan dapat diatasi.
h) Penemu kasus – peneliti, yaituperawat mampu identifikasi kasus secara
dini, dan resikonya yang terjadi di masyarakat dan dapat berpengaruh
pada penurunan kesehatan, bahkan mengancam kesehatan. Penemuan hal
– hal baru menunjang perkembangan ilmu keperawatan sendiri.
Selanjutnya penelitian dilaksanakan untuk menemukan faktor yang
menjadi pencetus atau penyebab terjadinya permasalahan tersebut melalui
28
kegiatan penelitian dan hasilnya akan diaplikasikan dalam praktek
keperawatan.
i) Modifikasi lingkungan, yaituperawat harus mampu menciptakan
lingkungankeluarga dan masyarakat yang menunjang terciptanya
lingkunganyang sehat.
29
3) Fungsi Interdependent
Fungsi ini berupa karya tim sifatnya saling ketergantungan baik dalam
keperawatan maupun kesehatan.Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim
yang bersifat saling ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya.
Kerjasama melibatkan beberapa tim kesehatan yang lain, misalnya disamping
perawat, juga membutuhkan dokter, gizi, farmasi, analis, dll. Dikarenakan
kondisi masalah keluarga kompleks yang tidak akan teratasi yang dengan
upaya perawat.
30
BAB III
KONSEP KELUARGA
3.1. Pendahuluan
Kecenderungan perubahan karakteristik keluarga sekarang ini
adalahpopulasi lansia meningkat yaitu merningkatnya populasi keluarga
dengan lansia. Lansia secara umum tinggal bersama keluarga besarnya.
Sebagian lansia tinggal dirumahnya sendiri baik hidup dengan pasangannya
atau sendiri karena ditinggal mati pasangannya dan jauh dari keluarga
besarnya. Ukuran atau jumlah keluargamenurun, sedangkan aktifitas diluar
rumahnya tinggi. Banyak keluarga yang menjalani model hidup terpisah beda
kota karena alasan tugas atau pekerjaan. Kaum wanita sudah mulai banyak
menempati pekerjaan – pekerjaan professional, sehingga para wanita juga
mempunyai penghasilan yang besarnya seperti lelaki dan banyak waktunya
juga dihabiskan untuk urusan pekerjaan. Anak – anak sibuk dengan kegiatan
sekolah dan aktifitas diluar rumah. Perkawinan dan perceraian yang cukup
mudah terjadi, kelahiran diluar pernikahan yang semakin banyak kejadiannya
dan sudah mulai dianggap hal yang biasa. Kelahiran anak pertama pada ibu
usia lebih tua meningkat, karena wanita cenderung memilih karier pekerjaan
dan menikah dengan usia yang sudah lewat. Banyak keluarga yang kurang
mampu secara ekonomi memilih untuk menjadi tenaga kerja Indonesia dan
yang paling banyak adalah kelompok perempuan. Kecenderungan perubahan
tipe keluarga dari keluarga besar menjadi keluarga kecil, keluarga inti yang
tinggal satu rumah hidup dan membesarkan anak secara bersama berubah
keluarga inti hidup terpisah kota yang lengkap pada akhir pekan atau akhir
bulan dan bahkan akhir tahun. Berkembangnya model tipe keluarga
nontradisional yaitu keluarga single parent mengasuh anak sendirian tanpa
pernikahan, keluarga sesama jenis, keluarga tinggal bersama tanpa suatu
31
ikatan pernikahan. Perubahan tipe – tipe keluarga tersebut tentunya
membawa dampak pada keluarga dan kebutuhan akan kesehatan.
32
Family Service Amerika, 1984., dua orang atau lebih yang disatukan
oleh ikatan kebersamaan dan keintiman.
Dalam menyatukan beberapa definisi tersebut diatas maka dapat
dibuat definisi yang bermakna lebih luas, adalahkeluarga adalah dua orang
atau lebih yang disatukan oleh ikatan–ikatan kebersamaan dan ikatan
emosional dan yang mengidentifikasian diri mereka sebagai bagian dari
keluarga. Definisi tersebut bisa mengadopsi kondisi keluarga kumpul kebo,
Lesbian, Homo seks, single parent, atau keluarga dengan hanya satu orang
dewasa.Definisi apapun tentang keluargaharus mampu menggambarkan
tentang bentuk keluarga yang ada sekarang ini.
33
b. Berdasarkan jenis perkawinan
1) Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dan istri,
(Friedman, Bowden, dan Jones (2010).
2) Poligami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dan lebih
dari orang istri, (Friedman, Bowden, dan Jones (2010).
c. Berdasarkan pemukiman, menurut (Friedman, Bowden, dan Jones (2010).
1) Patrilokal adalah pasangan suami istri,tinggal bersama atau dekat
keluarga sedarah suami.
2) Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat
dengan sedarah istri.
3) Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga
suami maupun istri.
d. Berdasarkan kekuasaan, Berdasarkan pemukiman, menurut (Friedman,
Bowden, dan Jones (2010).
1) Keluarga Bapak, dalam keluarga suami memegang peranan paling
penting.
2) Keluarga Ibu,dalam hubungan keluarga istri memegang peranan
paling penting.
3) Kaluarga Setara, peranan suami istri kurang lebih seimbang.
34
Tipe Keluarga tradisional:
a. Keluarga inti (the nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak yang tinggal bersama
dalam satu rumah.Sebagai variasinya:Keluarga yang terdiri dari suami
dan istri tanpa anak (the dyad family) yang hidup bersama dalam satu
rumah. Keluarga suami istri bekerja salah satu tinggal pada kota yang
berbeda (commuter family), salah satu kota sebagai tempat tinggal dan
bisa berkumpul dengan keluarga pada saat akhir minggu, bulan.
b. Keluarga besar (the extended family)
Keluarga dari tiga generasi (multigenerational family) yang hidup
bersama dalam satu rumah, anggota keluarga terdiri dari nuclear family
disertai paman/tante/kakek/nenek/keperawatan.
c. Keluarga tanpa anak (the childless family) adalah karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang
disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
d. Bujangan dewasa yang hidup sendiri (the single adult living alone/single
adult family)
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atauperpisahan (perceraian atau ditinggal mati).
e. Keluarga dengan orang tua tiri/keluarga binuklir (blended family), adalah
duda atau janda (karena perceraian pasangan) yang menikah kembali dan
membesarkan anak secara bersama dari perkawinan sebelumnya.
f. Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak (the
single parent family), hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian,
kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan) .
g. Keluarga usila,keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak yang sudah memisahkan diri.
h. Kin-network familyatau Commune family
35
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah/satu atap atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang – barangdan pelayanan yang
sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dan lain – lain).
36
d. Kalangan profesional keperawatan harus bersifat toleran dan sensitif
terhadap perbedaan pola hidup keluarga, dan menjauhkan model
tradisional sebagai bentuk keluarga Ideal.
37
kebutuhan perkembangan yaitu: kebutuhan menabung dan memperoleh
informasi.
Indikator:Melaksanakan ibadah menurut agama masing – masing, makan
dua kali sehari, pakaian yang berbeda untuk berbagai keperawatan, lantai
rumah bukan dari tanah, kesehatan (anak sakit, KB dibawa keperawatan
pelayanan kesehatan. Melaksanankan agama secara teratur, makan
daging/ikan/telur sebagai lauk pauk minimal sekali seminggu.
Memperoleh satu pakaian baru dalam satu tahun terakhir, luas lantai
rumah perorang 8 m persegi, anggota keluarga sehat dalam 3 bulan
terakhir, keluarga usia 15 th keatas mempunyai penghasilan tetap, bagi
anggota keluarga usia 15 – 60 tahunbisa baca tulis semua, anak usia 7 –
15 th bersekolah semua dan dua anak atau lebih PUS menggunakan
Alkon.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III
Keluarga yang telah dapat memenuhi KD minimal, serta telah memenuhi
keseluruhan kebutuhan psikososial, dan memenuhi kebutuhan
perkembangan, tetapi belum bisa memberikan sumbangan secara
maksimal pada masyarakatsecara teratur (dalam waktu tertentu) dalam
bentuk material dan keuangan untuk sosial masyarakat dan belum
berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga
kemasyarakatan (yayasasn sosial, kesenian, olah raga, pendidikan), dan
lain - lain.
5. Keluarga Sejahrtera Tahap III Plus
Sebagaimana Indikator pada keluarga tahap sebelumnya ditambahkan:
Upaya keluarga menambahkan pengetahuan tentang agama, makan
bersama setidaknya sekali sehari, ikut serta dalam kegiatan masyarakat,
rekreasi sekurangnya dalam enam bulan. Memperoleh berita dari surat
kabar, radio, televisi dan lain-lain, Anggota keluarga mampu
menggunakan sarana transportasi.
38
BAB IV
KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN KELUARGA
4.1. Pendahuluan
Menggunakan teori suatu permasalahan dapat digambarkan/dipahami
dengan baik, dengan teori dapat memberikan arah yang jelas bagaimana
suatu tindakan harus diberikan, dengan teori masalah dapat diselesaikan
dengan lebih mudah, dengan teori ilmu pengetahuan akan terus berkembang,
dan seterusnya.Pembahasan tentang teori keperawatan yang bekerja pada
keluarga, sejauh ini masih tahap awal dari perkembangan suatu teori. Belum
ada pembahasan teori yang mampu menjelaskan tetang fenomena keluarga
secara memadai. Pembahasan berikut ini setidaknya bisa dijadikan pedoman
bagi perawat yang bekerja pada keluarga.
4.2. Pengertian
Teori adalah hubungan antar konsep yang bertujuan untuk
menjelaskan dan prediksi fenomena (Kerlinger, 1979, hal 9).Teori adalah
suatu set interaksi kontruksi (konsep), definisi dan proposisi yang
menghasilkan suatu pandangan sistemik dan fenomena dan pengkhususan
hubungan antara variabel dengan tujuan yang menjelaskan dan
memprediksikan fenomena.
Teori adalah hasil dari proses berfikir yang rasional dalam upaya
menyingkap fenomena–fenomena kedalam kebenaran.Teori keperawatan
tersusun dari konsep–konsep dan pernyataan yang berfokus pada suatu
kejadian disekitar keperawatan. Teori berkontribusi pada pembentukan dasar
praktik keperawatan, (Chinn dan Jacobs, 1995).
Karakteristik Teori Keperawatan:
39
– Merupakanhubungan konsep-konsep keperawatanyang spesifik
sepertihubungan antara: manusia, masyarakat, kesehatan dan keperawatan
– Keperawatan bersifat ilmiah:dapat digunakan secara rasional yang jelas
dan dikembangkan cara berpikir logis
– Keperawatan bersifat sederhana dan umum:dapat digunakan pada
masalah yang sederhana maupun masalah kesehatanyang kompleks
sesuai dengan situasi praktek
– Keperawatan berperan dalam memperkaya/mengembangkan Body of
Knowledge: dilakukan melalui penelitian
– Keperawatanmenjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas
praktek keperawatan.
Konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang
dipahami. Konsep adalah menyatakan suatu abstraksi yang dibentuk/ditarik
melalui generalisasi dari sesuatu yang spesifik, (Kerlinger, 1979, hal 9).
Model adalah:
– Merupakan diagram pola yang digunakan untuk memperlihatkan
hubungan antara berbagai konsep dalam teori
– Merupakan suatu bentuk atau pola yang dapat dikenali
– Rancangan terstruktur yang berisi tentang konsep-konsep yang berkaitan
dan terorganisir.
Model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari
suatu obyek atau situasi aktual. Model melukiskan hubungan-hubungan
langsung dan tidak langsung serta kaitan timbal-balik dalam terminologi
sebab-akibat. Model adalah abstraksi dari realita, maka pada wujudnya lebih
sederhana dibandingkan dengan realita yang diwakilinya. Model dapat
disebut lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realita yang
sedang dikaji.Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual,
sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang
40
keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian, terhadap suatu ilmu
dan pengembangannya.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan asuhan keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat
maupun sakit, (UU Keperwaatan No. 38 Tahun 2014).
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang
profesional, yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat baik sehat maupun sakit dalam siklus
kehidupan manusia (UU Keperawatan, No. 38 Tahun 2014 dan Lokakarya
Keperawatan Nasional, 1983).
Model keperawatan adalah jenis model konseptual yang menerapkan
kerangka kerja konseptual terhadap pemahaman keperawatan dan bimbingan
praktik keperawatan. Model konseptual keperawatan mencerminkan upaya
menolong orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui
pengembangan mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stressor
ini.Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area
fenomena ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia
sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang
bukan hanya merupakan sumber awal masalah tetapi juga perupakan sumber
pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga dimana
konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus
ketika seseorang meninggal.Konsep keempat adalah keperawatan sebagai
komponen penting dalamperannya sebagai faktor penentu pulihnya atau
meningkatnyakeseimbangan kehidupan seseorang (klien). Konseptualisasi
keperawatan umumnya memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial
yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain termasuk
lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada skema
konseptual dari setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti
41
penenkanan pada sistem adaptif manusia, subsistem perilaku atau aspek
komplementer.
Manusia
Masyarakat/
Keperawatan Lingkungan
Kesehatan
43
1. Model Sistem Perawatan Kesehatan dari Betty Neuman
Pada publikasi Neuman tahun 1970-an tentang model sistemnya, ia
tidak membahas keluarga. Dalam komplikasi akhir dari bab tentang
model ini Neuman, disunting oleh Neuman (1982) model tersebut
diperluas yang berhubungan dengan keluarga sehingga penerima asuhan
keperawatantermasuk keluarga. Dua bab dari naskah yang terakhir ini
menerapkan model dari Neuman untuk sistem keluarga (Reed, 1982) dan
terapi keluarga (Goldblum-Graff dan Greff, 1982). Dalam bab ini
keluarga diuraikan sebagai target yang tepat baik untuk pengkajian dan
intervensi perimer, sekunder dan tersier.
Proses keperawatan digunakan sebagai penghubung antara teori
keluarga dan praktik. Keperawatan (Faw Cett, 1984). Belakangan ini
Mischke-Berkey dkk (1989) dengan tekun mengadaptasi model dari
Neuman untuk digunakan dalam pengkajian dan intervensi keluarga.
Model dari Neuman karena konsep keluarga telah diidentifikasi dan
diterapkan, tampak agak bermanfaat untuk membimbing praktik
keperawatan keluarga.
44
Gambar 4.2 The Neuman Systems Model
Philosopy Teory System Neuman:
a. Dasar filosofi, pendekatan TOTALITAS MANUSIA.
b. Menggunakan sistem terbuka sehingga menghasilkan interaksi yang
dinamis.
c. Variabel interaksi mencakup semua aspek yaitu fisiologis, psikologis,
sosio kultural, perkembangan dan spiritual.
d. Terbentuk dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas
berinteraksi secara konstan dengan stressor di lingkungan secara
dimensional. Model fokus pada klien terhadap stress serta faktor
pemulihan (adaptasi).
45
a. Manusia
Merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan
dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari fisiologis, psikologis,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
b. Lingkungan
Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh dari
sekitar klien atau sistem klien.
c. Sehat
Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan sehat
merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stressor.
46
– DihapusnyaASKESKIN bagi keluarga yang tidak mampu.
Contoh stressor di dalam komunitas:
– Hubungan antar kelompok di masyarakat yang kurang harmonis.
– Kemiskinan.
– Rendahnya tingkat pendidikan.
– Rendahnya peran serta masyarakat.
b. Struktur pokok sumber energi
Merupakan penggerak untuk melakukan aktifitas/aksi berhadapan
dengan stressor.
c. Tingkat ketahanan
Merupakan faktor internal untuk menghadapi stressor.
Tingkat reaksi
Hal ini dapat tercermin dari kondisi-kondisi di bawah ini:tingkat
mortalitas, tingkat morbiditas, angka pengangguran, dan statistik
kejahatan.
47
Stressor dan Tingkat reaksi
Contoh stresor dan tingkat reaksi :
– Kasus penyakit saluran pernafasan yang meningkat (derajat reaksi)
terkait dengan polusi udara (stressor).
– Kematian anak akibat DHF meningkat (derajat reaksi) terkait dengan
banyaknya air tergenang akibat banjir (stressor).
– Jumlah pengangguran pada usia produktif yang tinggi (derajat reaksi)
terkait dengan banyaknya kasus PHK (stressor).
– Angka kriminalitas yang tinggi (derajat reaksi) terkait dengan
banyaknya pengangguran (stressor).
Garis Pertahanan
– Garis fleksibel pertahanan, digambarkan sebagai garis putus-putus
sekitar komunitas.
– Garis pertahanan fleksibel adalah pertahanan terluar atau bantal ke
garis pertahanan normal, garis perlawanan resisten, dan struktur inti.
– Adalah sebuah “zona penyangga” merepresentasikan level dinamis
kesehatan yang dihasilkan dari respon sementara pada stressor.
– Jika pertahanan fleksibel gagal memberikan perlindungan terhadap
garis pertahanan normal, garis perlawanan menjadi aktif.
– Garis pertahanan fleksibel digambarkan sebagai akordeon seperti
sejalan dengan berkembangnya menjauh atau mendekat garis
pertahanan normal.
– Respon sementara dapat berupa: mobilisasi lingkungan melawan
stressor, seperti banjir atau stresor sosial seperti kehilangan rumah,
pekerjaan akibat adanya bencana.
– Normal Lines of Defense adalah Merupakan lingkunganutuh yang
mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu, sistem atau
kondisi.
48
– Garis pertahanan normal digunakan sebagai dasar untuk menentukan
adanya gangguan/ketidakseimbangan.
– Jika flexible lines of defense tidak dapat melindungi secara adekuat,
maka sistem klien akan bereaksi yang akan tampak adanya gejala
ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi kemampuan sistem
untuk mengatasi stressor tambahan.
– Normal lines of defense terbentuk dari beberapa variabel dan perilaku
seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan.
– Garis normal pertahanan meliputi karakteristik seperti level imunitas
tinggi, mortalitas bayi rendah, atau level penghasilan kelas-menengah.
– Garis normal pertahanan menggambarkan kapabilitas pemecahan
masalah; hal ini merepresentasikan kesehatan komunitas.
– Lines of Resistance-Garis Pertahanan adalah Garis-garis perlawanan
melindungi struktur dasar dan menjadi aktif ketika tekanan
lingkungan yang menyerang garis pertahanan normal.
– Jika garis resistensi yang efektif, sistem ini dapat menyusun kembali
dan jika garis resistensi yang tidak efektif, kehilangan energi yang
dihasilkan dapat mengakibatkan kematian.
– Garis perlawanan (resistensi); mekanisme internal yang bertindak
untuk bertahan melawan stressor yang memiliki kemungkinan
menyebabkan ketidakseimbangan dalam sistem.
– Contoh stressor:Layanan yang tidak memadai, tidak dapat diakses,
atau tidak bisa diusahakan adalah contoh stresor-stresor pada
kesehatan komunitas.
– Contoh mekanisme internal: program Klinik kesehatan secara gratis
yang didirikan di masyarakat untuk mendiagnosis dan merawat
penyakit-penyakit yang ditularkan secara seksual.
49
Tingkat Pencegahan
Pencegahan Primer
– Pencegahan primer adalah intervensi keperawatan yang dimaksudkan
untuk memperkuat garis pertahanan sehingga stresor tidak dapat
menekan komunitas, agar tidak menyebabkan sebuah reaksi.
– Intervensi yang dilakukan adalah dengan mengambil tindakan
melawan stresor yang akan mengancam atau beresiko terhadap
komunitas.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder diaplikasikan setelah stresor menekan atau
mempengaruhi komunitas. Intervensi yang dilakukan bertujuan
mendukung garis pertahanan dan garis perlawanan untuk meminimalkan
tingkat reaksi terhadap stresor.
Pencegahan tersier
– Pencegahan tersier diaplikasikan setelah stresor menekan komunitas
dan setelah tingkat reaksi terjadi, yang menimbulkan
ketidakseimbangan sistem dalam komunitas.
– Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah ketidakseimbangan
tambahan dan memajukan keseimbangan komunitas setelah terjadinya
masalah.
– Tim perawat komunitas bekerja untuk memberikan tindakan yang
tepat dan merencanakan tindak lanjut jangka panjang, dengan
membangun kembali keseimbangan dalam komunitas dan mencegah
timbulnya masalah-masalah tambahan.
50
Penyesuaian kembali
Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik secara inter
personal, intra personal dan ekstra personal. Faktor yang perlu
diperhatikan adalah:
– Fisiologi individu, fisika merujuk dari struktur dan fungsi tubuh;
– Psikologi individu, mengacu pada proses mental dan emosi;
– Sosial kultural, mengacu pada hubungan sosial/budaya;
– Perkembangan individu, merujuk kepada mereka yang terkait dengan
proses pembangunan selama usia;
– Spiritual, mengacu pada pengaruh keyakinan spiritual.
51
Keyakinan dan Nilai – Nilai:
Keyakinan Orem's tentang empat konsep utama keperawatan adalah:
1) Klien: individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus
menerus mempertahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan
dari sakit atau trauma atau koping dan efeknya.
2) Sehat: kemampuan individu atau kelompok memenuhi tuntutan self
care yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan
integritas struktural fungsi dan perkembangan.
3) Lingkungan: tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi
kebutuhankeperawatanself care dan perawat termasuk didalamnya
tetapi tidak spesifik.
4) Keperawatan: pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan
yang dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok
masyarakat dalam mempertahankan self care yang mencakup
integritas struktural, fungsi dan perkembangan.
52
3) Aspek prosedural: melatih keterampilan dasar keluarga sehingga
mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi.
4) Aspek teknis: mengajarkan keperawatan keluarga tentang teknik dasar
yang dilakukan di rumah, misalnya melakukan tindakan kompres
secara benar.
Teori Orem tentang perawatan diri, kurangnya perawatan dari,
sistem perawatan berorientasi pada individu-individu (klien) dianggap
sebagai penerimaan asuhan keperawatan yang utama. Keluarga
dipandang sebagai faktor syarat dasar bagi anggota keluarga (klien) atau
sebagai konteks utama dimana individu berfungsi. Perawat juga
membantu memberi perawatan yang tidak mandiri (anggota keluarga
dewasa yang merawat individu yang tidak mandiri) dan dalam
melaksanakan tugas ini mereka diaggap sebagai individu dari pada
keluarga atau subsistem keluarga (Orem, 1983).
Orem tidak mengungkapkan bagaimana konsep teori keluarga
dapat digabungkan ke dalam model praktik perawatan tersebut. Tadyah
1985, melaksanakan tugas untuk menguraikan bagaimana struktur, fungsi
dan perkembangan keluarga dapat diartikulasikan dengan model dari
Orem. Karena unit analisis membedakan antara dua teori tersebut,
artikulasi yang diuraikan Tadych tersebut bersifat pelengkap meskipun
filosofi perawatan diri cukup relevan dengan keperawatan keluarga,
konsep saat ini dari Orem tidak memberikan konsep mendasar untuk
bekerja dengan keluarga sebagai klien. Chin,1985 mengatakan bahwa
satu alasan mengapa terdapat kekurangan dari kemampuan penerapan
model dari orem pada keluarga sebagai sebuah unit adalah bahwa syarat-
syarat perawatan diri bagi keluarga berbeda dengan untuk individu. Hal
ini tentunya merupakan suatu kemajuan dalam upaya untuk menggunakan
syarat-syarat perawatan diri yang berorientasi pada individu dari Orem
untuk mengkaji keluarga. Upaya-upaya selanjutnya seperti ini sangat
53
diperlukan, seingga teori Orem akan lebih bermanfaat untuk beerja
dengan keluarga sebagai klien.
54
5) Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaandan
kesehatanejahteraan manusia.
6) Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses-proses
eliminasi.
7) Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan ke
dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi seseorang,
keterbatasan seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi
normal.
b. Developmental Self-Care Requisites
Terjadi berhubungan dengan tingkat perkembangan individu
dan lingkungan dimana tempat mereka tinggal yang berkaitan dengan
perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus kehidupan.Kebutuhan
self-care sesuaidengan proses perkembangan & kematangan menuju
fungsi optimal untuk mencegah terjadinya kondisi yangdapat
menghambat perkembangan & kematangan serta penyesuaian diri
dengan perkembangan tersebut.
Contoh: penyesuaian diri terhadap pertambahan usia &perubahan
bentuk tubuh.
c. Health Deviation
Kebutuhan timbul karena keadaan yang tidak sehat dan
merupakan kebutuhan-kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit
atau ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam perilaku
self care.Sakit, luka atau kecelakaan akan menurunkan kemampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan self-carenya
permanen/temporer).
– Mencari pengobatan yang tepat dan aman.
– Menyadari dampak dari patologi penyakit.
– Memilih prosedur diagnostik, terapi & rehabilitatif yang tepat
dan efektif.
55
– Memahami dan menyadari dampak tidak nyaman dari program
pengobatan.
– Memodifikasi konsep diri untuk dapat menerima status
kesehatannya.
– Belajar hidup dengan keterbatasan.
Kemampuan individu atau kekuatan untuk melakukan self-
care.Kemampuan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor: umur, jenis
kelamin, status perkembangan, status kesehatan, budaya, sistem
pelayanan kesehatan, sistem keluarga, lingkungan dan kebiasaan
hidup.
Keseluruhan aktifitas self care dilakukan untuk jangka waktu
tertentu dalam memenuhi self care yang diperlukan dengan
menggunakan metode yang valid dan tergantung setting dari kegiatan.
R Self R
Care
N
U R R
Nursing
R capabilitie
S s
E
57
pemberian pelayanan sosial dan pendidikan yang dibutuhkan atau
yang sedang diterima.
C. Nursing system (Sistem Keperawatan)
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan "Self Care" pasien
dapat dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system
ditentukan/direncanakan berdasarkan kebutuhan "Self Care" dan
kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas "Self Care".
Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System:
1) The Wholly compensatory system
Merupakan bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien
yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungannya dan
berespon terhadap rangsangan.
2) The Partly compensantory system
Merupakan bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang
mengalami keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan.
3) The supportive - Educative system
Merupakan dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang
memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan
perawatan mandiri.
4) Metode bantuan
Perawat membantu klien dengan menggunakan sistem dan melalui
metode bantuan yang meliputiacting atau melakukan sesuatu
untuk klien, mengajarkan klien, mengarahkan klien, mensupport
klien.
58
perawat bila terpanggil untuk membantu keluarga dalam memelihara
kesehatan mereka atau mengatasi masalah atau keadaan sakit (King, 1983
hal. 1982). King terus menguraikan modelnya sebagai perawat untuk
membantu anggota keluarga menyusun tujuan untuk mengatasi masalah
dan mengambil keputusan, karena model tersebut berorientasi pada
sistem dan intervensi dengan perluasan isi keluarga yang lebih jauh,
model tersebut cukup bermanfaat dalam keperawatan keluarga.
59
Konsep yang ditempatkan dalam sistem sosial karena mereka
menyediakan pengetahuan untuk perawat agar berfungsi di dalam
sistem yang lebih besar (King, 1995a, p.18 – 19 dalam Tomey
danAlligood,2006). Dalam interpersonal sistem perawat-klien
berinteraksi dalam suatu area (space). Menurut King, intensitas dari
interpersonal sistem sangat menentukan dalam menetapkan
pencapaian tujuan keperawatan.Adapun beberapa karakteristik teori
Imogene King, (Christensen danKenney,1995):
1) Sistem personal adalah individu atau klien yang dilihat sebagai
sistem terbuka, mampu berinteraksi, mengubah energi, dan
informasi dengan lingkungannya. Individu merupakan anggota
masyarakat, mempunyai perasaan, rasional, dan kemampuan
dalam bereaksi, menerimamengontrol, mempunyai maksud-
maksud tertentu sesuai dengan hak danrespon yang dimilikinya
serta berorientasi pada tindakan dan waktu.Sistem personal dapat
dipahami dengan memperhatikan konsep yang berinteraksi yaitu
persepsi, diri, gambaran diri, pertumbuhan dan perkembangan,
waktu dan jarak.
2) Sistem interpersonal adalah dua atau lebih individu atau grup
yang berinteraksi. Interaksi ini dapat dipahami dengan melihat
lebih jauh konsep tentang peran, interaksi, komunikasi, transaksi,
stress, koping.
3) Sistem sosial merupakan sistem dinamisyang akan menjaga
kesehatan keselamatanlingkungan. Adabeberapa hal yang
dapatmempengaruhi perilakumasyarakat, interaksi, persepsi, dan
kesehatan. Sistem sosial dapatmengantarkan organisasi kesehatan
dengan memahami konsep organisasi,kekuatan, wewenang, dan
pengambilan keputusan.
b. Konsep Interaksi Imogene M. King
60
King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangkakerja
konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being) sebagai
sistem terbuka yang secarakonsisten berinteraksi dengan
lingkungannya. Asumsi dasar King tentangmanusia seutuhnya
(Human Being) meliputi sosial, perasaan, rasional, reaksi,kontrol,
tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada waktu. Dari
keyakinannya tentang human being ini, King telah menderitatersebut
lebih spesifik terhadap interaksi perawat–klien:
1) Persepsi dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.
2) Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan
klienmempengaruhi interaksi
3) Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya
sendiri.
4) Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan.
5) Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap
pertukaran informasi.
6) Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak
pelayanan kesehatan.
7) Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima
pelayanan kesehatan dapat berbeda.
Dalam interaksi tersebut terjadi aktivitas-aktivitas yang dijelaskan
sebagai sembilan konsep utama, dimana konsep-konsep tersebut saling
berhubungan dalam setiap situasi praktek keperawatan (Christensen
J.P,2009), meliputi:
1) Interaksi, King mendefinisikan interaksi sebagai suatu proses dari
persepsidan komunikasi antara individu dengan individu, individu
dengankelompok, individu dengan lingkungan yang dimanifestasikan
sebagai perilaku verbal dan nonverbal dalam mencapai tujuan.
61
2) Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita,
persepsi berhubungan dengan pengalaman yang lalu, konsep diri,
sosial ekonomigenetika dan latarbelakang pendidikan.
3) Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi
dari seseorang keperawatan orang lain secara langsung maupun tidak
langsung.
4) Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud
tertentudalam pencapaian tujuan. Yang termasuk dalam transaksi
adalah pengamatan perilaku dari interaksi manusia dengan
lingkungannya.
5) Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi
pekerjaannya dalam sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak
dankewajiban sesuai dengan posisinya.
6) Stress diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi
akibatinteraksi manusia dengan lingkungannya.Stress melibatkan
pertukaranenergi dan informasi antara manusia dengan lingkungannya
untuk keseimbangan dan mengontrol stressor.
7) Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinue dalam diri
individu.Tumbuh kembang mencakup sel, molekul dan tingkat
aktivitas perilakuyang kondusif untuk membantu individu mencapai
kematangan.
8) Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/peristiwa kemasa yang
akandatang. Waktu adalah perputaran antara satu peristiwa dengan
peristiwayang lain sebagai pengalaman yang unik dari setiap manusia.
9) Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada dimanapun sama.
Ruang adalah area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan klien.
Konsep hubungan manusia menurut King terdiri dari komponen:
1) Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam
berperilaku,dalam memahami atau mengenali kondisi yang ada dalam
62
keperawatan yang digambarkan melalui hubunganperawat dan klien
untuk melakukankontrak untuk pencapaian tujuan.
2) Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat adanya aksi
danmerupakan respon individu.
3) Interaksi merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling
mempengaruhiantara perawat dan klien, yang diwujudkan dalam
bentuk komunikasi.
4) Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien
terjadisuatu persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang
akandilakukan, (Murwani A, 2009).
63
Asumsi-Asumsi Teori Imogene King (Meleis, 1997) secara implisit:
klien ingin berpartisipasi aktif dalam proses perawatan dan klien secara
sadar, aktif dan mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Secara eksplisit:
1) Fokus dalam keperawatan adalah interaksi manusia dan lingkungan
dengan tujuan kesehatan untuk manusia.
2) Individu merupakan anggota masyarakat, mempunyai perasaan,
rasional,dan kemampuan dalam bereaksi, menerima, mengontrol,
mempunyaimaksud-maksud tertentu sesuai dengan hak dan respon
yang dimilikinyaserta berorientasi pada tindakan dan waktu.
3) Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi-persepsi, tujuan-
tujuankebutuhan, dan nilai-nilai antara perawat - klien.
4) Klien memiliki hak asasi dalam menerima informasi, berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh kehidupan,
kesehatan, dan pelayanan kesehatan namun klien juga berhak untuk
menolaknya.
5) Pertanggungjawaban dalam pelayanan keperawatan pada
individumencakup semua aspek termasuk dalam keputusan memberi
informasi.
6) Tidak jarang terjadi perbedaan tujuan antara pemberi dan penerima
pelayanan kesehatan.
64
b) Selama pengkajian perawat mengumpulkan data tentang
klien,diantaranya adalahtingkat tumbuh kembang, pandangan
tentang diri sendiri, persepsi yang merupakan dasar pengumpulan
dan interpretasi data terhadap status kesehatan, pola komunikasi
diperlukan untuk memferivikasi keakuratan persepsi, untuk
interaksi dan transaksi. dan Sosialisasi
2) Diagnosa Keperawatan
a) Dibuat setelah melakukan pengkajian.
b) Dibuat sebagai hasil interaksi antara perawat dengan
pasien/klien.
c) Stress merupakan konsep yang penting dalam hubungannya
dengan diagnosa keperawatan.
3) Perencanaan
a) Dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan.
b) Setelah diagnosis, perencanaan intervensi untuk memecahkan
masalah tersebut dilakukan.
c) Dalam perencanaan pencapaian tujuan diawali dengan
menetapkantujuan dan membuat keputusan.
d) Merupakan bagian dari transaksi dan partisipasi pasien/klien
yang dianjurkan ikut serta dalam pengambilan keputusan tapi
tidak harus bertanggung jawab.
4) Implementasi
1) Dalam keperawatan melibatkan proses implementasi kegiatan
aktualuntuk mencapai tujuan.
2) Dalam pencapaian tujuan itu adalah kelanjutan dari transaksi.
5) Evaluasi
Merupakan gambaran bagaimana mengenal hasil tujuan yang
dicapai danmembahas tentang pencapaian tujuan dan keefektifan
proses keperawatan, (Perry dan Potter, 2005).
65
4. Model Adaptasi dari (Roy)
Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam
keperawatan pada tahun 1964, memandang klien sebagai suatu sistem
adaptasi. Model ini banyak digunakan sebagai falsafah dasar dan model
konsep dalam pendidikan keperawatan. Model adaptasi Roy adalah
sistem model yang esensial dalam keperawatan. Roy menjelaskan bahwa
manusia adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi
terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
hubungan interdependensi selama sehat dan sakit, (Mariner – Tomery,
1994).
67
1) Oksigenasi menjelaskan pola penggunaan O2 sehubungan
dengan respirasi dan sirkulasi
2) Nutrisi menjelaskan pola-pola nutrient (zat gizi) yang
digunakan untuk memperbaiki sel tubuh dan perkembangan
3) Eliminasi menjelaskan pola-pola eliminasi BAB dan BAK
4) Integritas kulit menjelaskan pola-pola fungsi fisiologis kulit
5) Indra sensori menjelaskan fungsi sensori perceptual
sehubungan dengan informasi pengelihatan, pendengaran,
pengecapan, perabaan dan penciuman
6) Cairan dan elektrolit menjelaskan pola-pola fisiologis cairan
dan elektrolit
7) Fungsi neurologis menjelaskan pola-pola neural kontrol,
pengaturan dan intelektual
8) Fungsi endokrin menjelaskan pola-pola kontrol dan
pengaturan termasuk respon stres dan sistim endokrin.
68
2. Tujuan Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa
pemenuhan kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat
maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan sosial agar
dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Tujuan keperawatan menurut Roy adalah untuk meningkatkan
respon adaptasi dalam hubunganya dengan empat mode adaptif.
Respon adaptif mempunyai pengaruh positif tehadap kesehatan.
Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari
kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan
koping seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat
adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual,
dan residual.
Fokal stimuli adalah stimulus yang langsung berhadapan
dengan seseorang yang mempunyai pengaruh kuat pada seseorang.
Penggunaan fokal pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang
berdampak terhadap seseorang. Contextual stimuli adalah semua
stimulus yang dialami seseorang baik internal maupun eksternal yang
mempengaruhi situasi yang dapat diukur, diobservasi dan secara
subyektif dilaporkan. Residual stimuli adalah ciri tambahan yang ada
dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi.
3. Konsep Sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari
meninggal sampai tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa
sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya dan
menjadikan dirinya secara terintegrasisecara keseluruhan, fisik,
mental dan sosial. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh
69
kemampuan individu untuk memenuhi tujuan mempertahankan
pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk
beradapatasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar
individu. Kondisi sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan
oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping)
tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan
dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan,
pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.
4. Konsep Lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang
berasal dari internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat
terhadap perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok.
Lingkunganeksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis
yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman.
Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam
tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosional,
kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang
berasal dari dalam tubuh individu.Manifestasi yang tampak akan
tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan
pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat
dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko
akibat dari lingkungan sekitar.
5. Kegiatan Keperawatan
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat
dalam mengembangkan proses keperawatan dalam keluarga. Elemen
dalam proses keperawatan yang diterapkan dalam keluarga menurut
70
Roy meliputi data demografi, pengkajian tahap pertama dan kedua,
diagnosa, tujuan, intervensi, observasi, ukuran indikasi dan
implementasi (objek, proseskeperawatan, rasional, evaluasi).
71
INPUT PROSES OUTPUT
UMPAN BALIK
72
73
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan
kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang
dapat menimbulkan respon. Stimulus dibagi dalam tiga tingkatan
yaitu fokal, kontekstual dan stimulus residual.
a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan
seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi.
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi
situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif
dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana
dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti
anemia, isolasi sosial.
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan
dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi
kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman
yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi.
Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi
tetapi ada yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk
mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi
atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator.
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen:
input-proses dan output. Input stimulus berupa internal atau
eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau
endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain system
74
dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari
regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai
sebagai perilaku regulator subsistem.
b) Subsistem kognator.
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun
internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi
stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol
proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses
informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi
berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi,
mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses
imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang
mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau
analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari
keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati,
diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam
maupun dari luar. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem.
Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau
respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat
meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat
terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang
berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi
dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang
tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk
menjelaskan proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem.
75
Beberapa mekanisme koping diwariskan atau diturunkan secara
genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap
bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat
dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka.
Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu
mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan
mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.
76
Gambar 4.7 Pengkajian Keluarga menurut Rogers
Konsep utama
1) Manusia manusia-kesatuan
Seseorang didefinisikan sebagai terpisahkan, pan-dimensi
medan energi diidentifikasi oleh pola, dan mewujudkan karakteristik
khusus untuk keseluruhan, dan yang tidak dapat diprediksi dari
pengetahuan tentang bagian-bagian. Seseorang juga merupakan
kesatuan yang utuh, memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda
yang tidak dapat dilihat dengan melihat, menjelaskan, atau meringkas
bagian. Rogers juga menjelaskan bahwa orang-orang memiliki
kapasitas untuk berpartisipasi dalam proses perubahan.
2) Kesehatan
Rogers mendefinisikan kesehatan sebagai ekspresi dari proses
kehidupan. Ini adalah karakteristik dan perilaku yang berasal dari
reksa, interaksi simultan manusia dan bidang lingkungan, dan
kesehatan dan penyakit adalah bagian dari kontinum yang sama.
Beberapa peristiwa yang terjadi selama proses kehidupan
menunjukkan sejauh mana seseorang mencapai potensi kesehatan
maksimalnya. Peristiwa bervariasi dalam ekspresi mereka dari
kesehatan terbesar untuk kondisi-kondisi yang tidak sesuai dengan
proses kehidupan mempertahankan.
78
3) Perawatan
Ini adalah studi tentang kesatuan, tereduksi, terbagi manusia dan
lingkungan bidang: orang dan dunia mereka. Rogers menyatakan
bahwa keperawatan ada untuk melayani orang-orang, dan praktek
yang aman keperawatan tergantung pada sifat dan jumlah
pengetahuan keperawatan ilmiah perawat membawa ke praktiknya.
4) Lingkup Keperawatan
Keperawatan bertujuan untuk membantu orang dalam mencapai
potensi kesehatan maksimal mereka. Pemeliharaan dan promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosis keperawatan, intervensi,
dan rehabilitasi mencakup lingkup tujuan keperawatan.Keperawatan
berkaitan dengan orang-semua orang-baik dan sakit, kaya dan
miskin, tua dan muda. Arena layanan keperawatan meluas ke semua
daerah di mana ada orang-orang: di rumah, di sekolah, di tempat
kerja, di bermain; di rumah sakit, panti jompo, dan klinik; di planet
ini dan sekarang pindah ke luar angkasa.
5) Bidang lingkungan
Lingkungan adalah "tereduksi, medan energi pan-dimensi
diidentifikasi oleh pola dan integral dengan bidang manusia." Dua
bidang hidup berdampingan dan merupakan bagian integral satu
sama lain. "Sebuah tereduksi, terpisahkan, medan energi
pandimensional diidentifikasi oleh pola dan integral dengan bidang
manusia."
6) Bidang energi
Bidang energi adalah unit dasar baik yang hidup dan non-hidup.
Ini menyediakan cara untuk melihat orang-orang dan lingkungan
sebagai keutuhan tereduksi. Bidang energi terus bervariasi dalam
intensitas, kepadatan, dan luasnya. Tidak ada batas yang
79
menghentikan aliran energi antara bidang manusia dan lingkungan,
yang merupakan keterbukaan dalam teori Rogers '.
Bidang lingkungan, dan kesehatan dan penyakit adalah bagian
dari kontinum yang sama. Pada beberapa peristiwa yang terjadi
selama proses kehidupan menunjukkan sejauh mana seseorang
mencapai potensi kesehatan maksimalnya. Peristiwa bervariasi dalam
ekspresi mereka dari kesehatan terbesar untuk kondisi-kondisi yang
tidak sesuai dengan proses kehidupan mempertahankan.
Proses Keperawatan
Proses keperawatan memiliki tiga langkah di Teori Rogers 'dari
Kesatuan Manusia: penilaian, saling pola sukarela, dan evaluasi.Bidang
penilaian adalah: pola total kejadian pada suatu titik tertentu dalam
ruang-waktu, negara simultan pasien dan lingkungannya, irama dari
proses kehidupan, Data tambahan, entitas penyakit kategoris, subsistem
patologi, dan penilaian pola. penilaian harus penilaian yang
komprehensif dari bidang manusia dan lingkungan.
Reksa pola bidang manusia dan lingkungan meliputi:
1) Berbagi ilmu
2) Korban pilihan
3) Memberdayakan pasien
4) Membina pola
5) Evaluasi
6) Appraisal pola berulang, yang meliputi kegiatan gizi, kerja/ rekreasi,
siklus bangun/tidur, hubungan, rasa sakit, dan ketakutan/harapan
7) Mengidentifikasi disonansi dan harmoni
8) Memvalidasi penilaian dengan pasien
9) Refleksi diri bagi pasien
80
81
6. ModelLingkungan dari Florence Nightingale
Sebagai pendiri keperawatan modern, Teori Lingkungan Florence
Nightingale mengubah wajah praktik keperawatan. Dia menjabat sebagai
perawat selama Perang Crimean, pada saat dia mengamati hubungan
antara pasien yang meninggal dan kondisi lingkungan mereka. Sebagai
hasil dari pengamatannya, Teori LingkunganKeperawatan lahir. Model
keperawatan yang dikembangkan dari Nightingale, yang dianggap
sebagai teori keperawatan pertama, mengandung unsur-unsur yang tidak
berubah sejak berdirinya profesi keperawatan modern. Meskipun teori ini
merintis pada saat itu dibuat, prinsip-prinsip itu berlaku abadi.
Keperawatan menurut Nightingale merupakan suatu ilmu dan
kiat/seni dalam merawat orang sakit. Dalam memberikan pelayanan
kesehatan seorang perawat bertujuan mengidentifikasi permasalahan
pasien dan mencari faktor–faktor alam atau lingkungan yang
berhubungan langsung dengan masalah pasien. Menggunakan hukum –
hukum alam dalam membangun kesehatan dan pelayanan kesehatannya.
Tujuan tindakan keperawatan adalah untuk menempatkan pasien
dalam kondisi terbaik untuk alam untuk bertindak kepadanya
"(Nightingale, 1859/1992), Nightingale menyatakan bahwa keperawatan
"seharusnya menandai penggunaan yang tepat dari udara segar, cahaya,
kehangatan, kebersihan, tenang, dan pilihan yang tepat dan administrasi
diet -. Semua dengan mengorbankan setidaknya kekuasaan penting untuk
pasien".
Alasan tindakan keperawatan yaitu menempatkan manusia pada
kondisi yang terbaik secara alami untuk menyembuhkan atau
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan luka.
82
Gambar 4.8Enviroment and Klien Balance
Konsep Utama:
1) Manusia
Manusia tidak ditentukan oleh Nightingale khusus. Mereka
didefinisikan dalam hubungan dengan lingkungan mereka dan dampak
lingkungan atas mereka.
2) Lingkungan Hidup
Lingkungan fisik ditekankan oleh Nightingale dalam tulisannya.
Tulisan Nightingale mencerminkan model kesehatan masyarakat di mana
semua yang mengelilingi manusia dianggap dalam kaitannya dengan
keadaan kesehatan mereka.
83
3) Kesehatan
Nightingale (1859/1992) tidak mendefinisikan kesehatan khusus.
Dia menyatakan, "Kami tahu apa-apa tentang kesehatan, positif yang
patologi adalah negatif, kecuali dari pengamatan dan pengalaman.
Mengingat definisi bahwa seni keperawatan adalah untuk "unmake apa
yang Tuhan telah membuat penyakit," maka tujuan dari semua kegiatan
keperawatan harus kesehatan klien.
4) Keperawatan
Dia percaya bahwa perawat harus memberikan perawatan kepada
sehat serta sakit dan dibahas promosi kesehatan sebagai suatu kegiatan di
mana perawat harus terlibat.
SUBKONSEP
1) Kesehatan Rumah
Rumah seharusnya dibangun dengan kondisi yang sehat, akan
tetapi bila kondisi lingkungan rumah buruk maka akan mengakibatkan
sakit. Sebagai contoh bilamana kondisi sirkulasi utara terhenti maka akan
menimbulkan sakit bagi penghuninya. "
2) Ventilasi dan Pemanasan
"Jaga udara ia bernapas semurni udara eksternal, tanpa dingin dia".
Nightingale percaya bahwa orang yang berulang kali menghirup udaranya
sendiri akan menjadi sakit atau tetap sakit.Nightingale sangat prihatin
"udara berbahaya" atau "effluvia" atau bau busuk yang berasal dari
kotoran. Dia juga mengkritik "fumigations," karena ia percaya bahwa
sumber ofensif, tidak bau, harus dihilangkan.Pentingnya suhu kamar
ditekankan oleh Nightingale. Pasien tidak boleh terlalu panas atau terlalu
dingin. Suhu dapat dikendalikan oleh keseimbangan yang tepat antara
kebakaran pembakaran dan ventilasi dari jendela.
84
3) Cahaya
Nightingale percaya bahwa kedua udara segar cahaya dibutuhkan
sakit. Dia mencatat bahwa sinar matahari langsung adalah apa yang
pasien inginkan.
4) Kebisingan
Dia menyatakan bahwa pasien tidak boleh terbangun sengaja atau
tidak sengaja selama bagian pertama dari tidur. Dia menegaskan bahwa
berbisik atau panjang percakapan tentang pasien yang dipikirkan dan
kejam. Dia melihat kebisingan yang tidak perlu, termasuk suara dari
pakaian wanita, sebagai kejam dan menjengkelkan untuk pasien.
5) Variasi
Dia membahas perlunya perubahan warna dan bentuk, termasuk
membawa pasien bunga atau tanaman berwarna cerah. Dia juga
menganjurkan berputar 10 atau 12 lukisan dan ukiran setiap hari, minggu,
atau bulan untuk menyediakan berbagai bagi pasien. Nightingale juga
menganjurkan membaca, menjahit, menulis, dan membersihkan sebagai
kegiatan untuk meringankan sakit kebosanan.
6) Udara
Dia mencatat bahwa orang dewasa dalam kesehatan hembuskan
sekitar tiga liter air melalui paru-paru dan kulit dalam waktu 24 jam.
Bahan organik ini memasuki lembar dan tinggal di sana kecuali tempat
tidur berubah dan ditayangkan sering.Dia percaya bahwa tempat tidur
harus ditempatkan di bagian paling ringan dari ruangan dan ditempatkan
sehingga pasien bisa melihat keluar dari jendela. Dia mengingatkan
pengasuh tidak pernah bersandar, duduk di atas, atau tidak perlu
mengguncang tidur pasien.
7) Kebersihan pribadi
"Sama seperti yang diperlukan untuk memperbarui udara putaran
orang sakit sering membawa off effluvia morbid dari paru-paru dan kulit,
85
dengan mempertahankan ventilasi bebas, sehingga perlu untuk menjaga
pori-pori kulit bebas dari semua kotoran yang menghalangi."Setiap
perawat harus mencuci tangan sangat sering siang hari."
8) Nutrisi dan Mengambil Makanan
Dia mencatat bahwa individu menginginkan makanan yang
berbeda pada waktu yang berbeda dari hari dan yang porsi kecil sering
mungkin lebih bermanfaat bagi pasien dari sarapan besar atau makan
malam.Dia mendesak agar tidak ada dilakukan dengan pasien saat mereka
makan karena ini adalah gangguan.
9) Memberikan Harapan dan nasihat
Dia menulis bahwa untuk palsu menghibur orang sakit dengan
membuat cahaya dari penyakit mereka dan bahayanya tidak
membantu.Nightingale mendorong perawat untuk memperhatikan apa
yang dikatakan oleh pengunjung, percaya bahwa orang-orang yang sakit
harus mendengar kabar baik yang akan membantu mereka untuk menjadi
sehat.
10) Pertimbangan sosial
Nightingale didukung pentingnya mencari di luar individu dengan
lingkungan sosial di mana ia tinggal.
86
data meliputi identifikasi, sosiokultural, perkembangan, struktural, fungsional
dan bidang kajian stress serta kopingnya.
Teori – Teori Ilmu Sosial Keluarga
Teori ini yang mengalami perkembangan cukup baik dan sangat
informatif, teori ini menjelaskan bagaimana keluarga berfungsi, saling tukar
antara lingkungan dengan keluarga, interaksi dalam keluarga, bagaimana
keluarga berubah dari waktu–kewaktu dan reaksi keluarga terhadap stress.
Dasar pengembangan dari teori sosial dan psikologis keluarga sehingga
kurang aplikasi klinis. Masalah yang diidentifikasi cenderung masalah mental
(psikologis), bukan masalah fisik. Orientasi perkembangan: pendekatan
sosiologi (Duvall), psikologi (Mc. Goldrick dan Carter), Orientasi sistem:
pendekatan mainstream dan ekologi, Struktural–fungsional: Interaksi: Teori
peran dan stress dan koping keluarga, Institusional–historis:,Lain–lain: Teori
konflik, pertukaran sosial, teori pembelajaran sosial.
Kerangka Teori ilmu Sosial yang Mempunyai Relevansi dengan
keluarga:
1. Teori sistem
Keluarga sebagai sistem sosial yang hidup, Keluarga sebagai suatu
sistem adalah keluarga sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu
yang mempunyai hubunganyang erat satu dengan yang lain saling
ketergantungan dan diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka
mencapai tujuan keluarga yang sejatera.
87
– Apa saja yang mempengaruhi sistem tersebutsebagai suatu kesatuan
akan mempengaruhi setiap bagian dari sistem tersebut
– Sebab - akibat dapat saling bertukar
Efek Riak
Efek Riak adalah perubahan dari satu bagaian akan berpengaruh
pada bagaian – bagian seluruh sistem, contoh: Kepala keluarga sakit. Bila
mana perhatian terfokus pada salah satu anggota keluarga, maka ada
reaksi dari anggota keluargayang merasa diabaikan. Respon
anggotakeluargayang merasa diabaikan, misal: Kakak berperilaku cari
perhatian, atau menjaga jarak/meninggalkan rumah, suami/istri perilaku
merusak diri atau lingkungan.
KesatuanKeluarga (Nonsumatifitas)
Kesatuan adalah keluarga tidak bisa dianggap sebagai penjumlahan
dari bagian–bagiannya. Keluarga merupakan keterkaitan komponen–
komponen satu denganyang lain dalam sistem keluarga menjadi penyebab
adanya sifat–sifat dan karakteristik baru yang merupakan fungsi dari
keterkaitannya tersebut.Keluarga Sebagai Sistem Fokal (Hirarki System).
Keluarga sebagai sistem fokal menggambarkan keluargasebagai sub
sistem yang berinteraksi dengan supra sistem. Semakin dekat
lingkungandengan keluarga semakin besar pengaruhnya terhadap sistem
dan semakin besar pengaruhnya pada keluarga, demikian sebaliknya.
88
dan sumber–sumber keluarga. Keluarga terbuka akan menerima sumber–
sumber baru untuk menyelesaikan masalah. Solusi kreatif dan fleksibel
sesuai kebutuhan yang unik. Memandang perubahan sebagai suatu
normal dan merangkul masyarakat lebih luas sebagai dukungan sosial
Keluarga Tertutup
Keluarga tertutup memandang perubahan sebagai suatu yang
mengancam/membahayakan. Orang asing dianggap membahayakan.
Keluarga bersifat kaku sebagai akibat kejadian dalamkeluargakonstan dan
dapat diprediksikan. Lalu lintas dalam dan luar keluarga diatur secara
ketat. Inti tujuan keluarga tertutup untuk mempertahankan stabilitas dan
tradisi (control social).
Keluarga Acak
Tipe keluarga acak berlawanan dengan keluarga tertutup, lalu lintas
keluarga diatur tidak ketat, keluarga tipe energik, spontanitas, menghargai
pilihan, normal yang longgar dan tantangan, dan tujuan hubungan adalah
eksplorasi lewat indra intuisi.
89
Adaptasi Keluarga
Adaptasi keluarga merupakan kemampuan keluarga dan anggotanya
memodifikasi perilaku mereka satu sama lain untuk memenuhi tuntutan
(eksternal dan internal). Sebagai jawaban adanya asupan keluarga
menerima/menolak informasi, energi, pelayanan atau dengan
memodifikasi untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan adaptasi sebagai
upaya mencapai kondisi yang seimbang (homeostasis/keadaan
mantap/ekuilibrium). Keluargayang sehat bersifat fleksibel, lebih spotan,
terbuka terhadap pertumbuhan dan perubahan, bersifat responsif terhadap
rangsangan baru, tidak status Quo.
Kegagalan Adaptasi
Ketidak mampuan keluarga untuk menyesuaikan diri dengan
tuntutan (internal – eksternal) disebut sebagai stressor. Sumber – sumber
keluarga tidak memadai untuk mengatasi stressor, sehingga menimbulkan
krisis. Awalnya mungkin stressor mempengaruhi individu, kemudian
subsistem, kemudian seluruh subsistem dalam keluarga akan terpengaruh.
Dalam batas keluarga tidak ada solusi menghadapi stressor maka
keluarga akan berespon secara tidak adaptif.
Subsistem Keluarga
Keluarga merupakan sebuah subsistem personal (kepribadian –
kepribadian) saling berinteraksi dan diatur secara rumit dalam posisi,
peran dan norma yang selanjutnya diorganisir dalam subsistem–
subsistem dalamkeluargatersebut. Keterkaitan subsistem sebagai dasar
pembentukan struktur dan organisasi yang menggambarkan peran dan
90
fungsi masing-masing anggota keluarga.Keluarga menjalankan subsistem
personal dan interpersonal.
Subsistem Keluarga didasarkan pada Beberapa Rangkaian
HubunganDalamKeluarga
– Subsistem pasangan suami – istri
– Subsistem orang tua – anak
– Subsistem Sibling
– Subsistem lain (kakek/nenek–cucu,paman/bibi–keperawatan dalam
keluarga besar.
91
Interaksi Dimensi Struktur Keluarga
Struktur Peran
Struktur
Sistem Nilai
komunikasi
Struktur Kekuasaan
Elemen – elemen ini saling terkait dan ketergantungan yang tinggi satu sama lain
Salah satu elemen terpengaruh maka akan mempengaruhi elemen yang lain
Nilai Keluarga
Nilai keluarga adalah sesuatu yang keberadaanya sangat
bernilai/dihargai dan dijunjung tinggi oleh anggota keluarga. Nilai
sebagai sustu sistem kepercayaan, sikap dan perilaku yang secara sadar
maupun tidak akan mempersatukan seluruh anggota keluarganya. Nilai
dalam suatu keluarga akan membentuk suatu norma dan peraturan
sehingga dengan nilai bagaimana perilaku keluarga diatur atau dengan
kata lain nilai keluarga adalah pedoman perilaku bagi anggota keluarga
tersebut.
92
Budaya Masyarakat PERAWAT
93
– Agama
– Tahap perkembangan
– Akulturasi dengan budaya yang dominan
Konflik Nilai
– Bermacam – macam nilai sosial
– Perseteruan dominan antara kultur dominan dengan subkultur
– Perseteruan nilai – nilai antar generasi
Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan.Posisi mengindikasikan status atau posisi
individu dalam keluarga/masyarakat. Sebuah keluarga akan membagi
peran secara merata pada anggotanya. Peran yang harus ditampilkan
menyesuaikan dengan budaya.
94
Variabel – variabel yang mempengaruhi struktur peran
– Perbedaan kelas sosial
– Bentuk/tipe keluarga
– Variasi kultur
– Tahap perkembangan
– Model – model peran
– Kejadian – kejadian situasional
Stress Peran
Stress peran adalah bilamana individu mengalami tuntutan perilaku
yang berlebihan sehingga menimbulkan ketegangan.Contoh :Individu
menjalankan perilaku secara bersamaan sebagai ibu RT, Kerja,
Mahasiswa.Konflik peran terjadi bila individu menjalankan perilaku –
perilaku yang tidak sesuai dengan harapan.
95
Komunikasi yang Fungsional
Komunikasi keluarga yang fungsional dipandang sebagai kunci
sebagaikeluargayang berhasil dan sehat.Komunikasi fungsional
didefinisikan sedemikian terang, transmisi langsung dan pemberian
respon dengan baik.Dengan kata lain komunikasi fungsional bila mana
tercapai suatu pemahaman yang sama antara pengirim dan penerima
pesan.
Karakteristik Pengirim yang fungsional
1. Secara tegas, langsung dan terbuka menyampaikan masalah/kasus
2. Pada saat yang sama ia menjelaskan dan mengubah apa yang ia
katakan
3. Dan meminta umpan balik
4. Bersikap menerima umpan balik ketika ia mendapatkannya
96
Karakteristik Penerima yang Disfungsional
1. Gagal mendengar
2. Diskualifikasi
3. Kurang eksplorasi
Hasil Kekuasaan
Hasil kekuasaan menunjukan siapa yang menetukan keputusan terakhir
atau yang memegang kendali.
97
98
Proses Pembuatan Keputusan
Pembuatan keputusan merujuk pada teknik interaksi dimana anggota
keluarga menggunakan upaya – upaya mereka untuk meningkatkan
kontrol dalam negosiasi atau proses pengambilan keputusan. Fokus utama
yaitu bagaimana keputusan tersebut dibuat.
Tiga Tipe Proses Pembuatan Keputusan
1. Metode konsensus
2. Metode akomodasi
3. Metode defakto
Fungsi Keluarga
Keluarga berfungsi sebagai mediator yang penting antara individu
dengan lingkunganmasyarakat. Friedman, mengidentifikasi 5 fungsi dasar
keluarga:
1. Fungsi afektif
2. Fungsi sosialisasi
3. Fungsi reproduksi
4. Fungsi Ekonomi
5. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan pemenuhan kebutuhan psikososial
keluarga. Merupakan basis sentral pembentukan dan kelanjutan unit
keluarga. Melalui pemenuhan kebutuhan ini keluarga menjalankan
pemenuhan tujuan – tujuan utama: membentuk sifat kemanusiaan,
stabilitas keperawatan kepribadian-tingkah laku dan menjalin hubungan
akrap dan meningkatkan konsep diri lebih positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga melaksanakan fungsi
afektif:
99
– Saling mengasuh (cinta kasih, kehngatan, saling menerima, saling
mendukung).
– Saling menghormati (saling menghargai dan mengakui keberaan dan
hak – hak).
– Ikatan dan identifikasi (pertalian dengan saling kasih sayang, simpati
dan empati).
– Keterpisahan dan keterpaduan (keinginan untuk menjadikan sosok
mandiri terpisah dan rasa saling memiliki).
Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial. Keluarga mempunyai tanggung jawab
mentransformasi bayi menjadi sosok dewasa yang mempunyai
kemampuan sosialisasi untuk berpartisipasi dalam masyarakatsecara
penuh.
Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia sebagai pemimpin dibumi.Tentunya
semua melalui suatu mekanisme perencanaan yang baik. Dengan adanya
keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.
Fungsi Ekonomi
Bagaimana keluarga menggali sumber–sumber finansial dan
mengalokasikannya. Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan.Sebagai fungsi yang mendasar
untuk menciptakan keluarga yang sehat dan sejahtera.
100
101
Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi melaksanakan asuhan keperawatan.
Melaksanakan peningkatan dan pencegahan terjadinya gangguan
kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan
keluarga melakukan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari
pelaksanaan tugas kesehatan keluarga.
102
Siklus Kehidupan Keluarga
Paradigma dari Duvall, ia menggunakan tingkat Usia, Tingkat sekolah
dan anak paling tua sebagai tonggak untuk interval siklus
kehidupan.Tahap – tahap siklus keluarga mengikuti pola yang tidak kaku.
Sehinggadapat mengadopsi variasi siklus kehidupan tipe keluarga
nontradisional.
Tabel 4.1 Delapan Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
(Duval dan Miller, 1985)
Tahap I Keluarga pemula (keluarga baru menikah - hamil)
Tahap II Keluarga mengasuh anak (anak tertua bayi - umur 30
bln)
Tahap III Keluargadengan anak usia pra sekolah (anak tertua
berusia 2–6 th)
Tahap IV Keluargadengan anak usia sekolah (anak tertua berusia 6
– 13 th)
Tahap V Keluargadengan anak usia remaja (anak tertua berusia 13
– 20 th)
Tahap VI Keluargamelepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama s/d anak terakhir meninggalkan rumah)
Tahap VII Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Tahap Keluargadalam masa pensiun dan lansia (hingga
VIII pasangan meninggal duniaI
105
106
Tabel 4.7 Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak usia Dewasa Muda
TUGAS MASALAH TUGAS
PERKEMBANGAN KESEHATAN PERKEMBANGAN
– Memperluas siklus – Masalah peran – Pendidikan
keluarga, suami - istri keluarga baru
memasukan agt. (baru menikah) – Adaptasi dengan
Keluargabaru dari – KB keluarga baru anggota keluarga
perkawinan menikah baru
anaknya – Masalah – Kontrasepsi
– Melanjutkan kesehatandampak – Menopouse
menyesuaikan bertambahnya – Penyakit
kembali hubungan usia degeneratif
perkawinan – Menopause – Pola hidup sehat
– Membantu orang bagi calon lansia
tua lanjut usia dan
sakit – sakitan dari
suami maupun istri
107
Tabel 4.9 Tahap VIII : Keluarga dengan Masa Pensiun dan Lansia
TUGAS MSLH PROMOSI
PERKEMBANGAN KESEHATAN KESEHATAN
– Mempertahankan – Menurunnya – Penyakit kronis
pengaturan hidup kemampuan fisik, – Perawatan paliatif
yang memuaskan finansial, masalah – Persiapan kematian
– Menyesuaikan kejiwaan.
dengan pendapatan – Mengalami
menurun penyakit kronis
– Mempertahankan dan rehabilitasi
hubungan – Perawatan
perkawinan
– Menyesuaikan diri
dengan kematian
pasangan
– Mempertahankan
ikatan keluarga
antar generasi
– Penelaahan dan
integrasi hidup
108
Tahap –Tahap Siklus KehidupanKeluarga pada Keluarga Orang tua
Tiri. Perceraian masa transisi yang diikuti dengan perkawinan kembali.
Proses emosi pada masa transisi hingga perkawinan kembali merupakan
perjuangan dengan rasa: kecemasan dengan keluarga baru, perselisihan
dengan anak-keluarga besar dan mantan pasangan (Mendua), perasaan
bersalah, prihatin dengankesehatan kesejahteraan anak dan memperbaharui
kasih sayang negatif terhadap mantan. Penyesuaian dan integrasi orang tua
tiri membutuhkan 2 – 3 tahunyang dibutuhkan keluargauntuk berkembang.
Pengaruh Sakit dan Kecacatan terhadap Perkembangan Keluarga
– Sakit dan kecacatan yang serius dan lama mempengaruhi keluarga dan
fungsinya
– Sakit dan kecacatan menghabat tahap perkembangan keluarga
– Hambatan tersebut berbeda kondisinya pada masing tahap perkembangan,
dukungan sosial keluarga.
109
stressor atau oleh tuntutan nyata yang belum ditangani. Adaptasi adalah
suatu proses penyesuaian terhadap perubahan, proses adaptasi bisa positif
dan bisa negatif dan hasil dari adaptasi adalah homeostasis.
Respon Adaptasi
Respon adaptasi merupakan suatu reaksi yang timbul sebagai
upaya untuk menciptakan kondisi yang mampu menyesuaikan dengan
adanya stressor. Hasil akhir dari proses adaptasi adalah kondisi keluarga
110
yang seimbang/homeodinamik. Proses adaptasi biasanya terjadi secara
bertahap dan sering kali menimbulkan situasi krisis pada permulaannya.
111
A X
B
SUMBER
KOPING
KRISIS OR
STRESSOR
NONKRISIS
KELUARGA
PERSEPSI PD
STRESSOR
C
(Hill, 1949. Dikutib Mc. Cubbin dan Patterson, dalam Friedman, 1992)
112
Stressor dan Stress
Stressor merupakan kejadian dalam hidup yang membutuhkan respon –
respon koping.
Sumber Dasar Stress Keluarga, (Minuchin, 1974).
– Kontak penuh stress dari anggota keluarga dengan kekuatan dari luar
keluarga
– Kontak penuh stress dari seluruh anggota keluarga dengan kekuatan
dari luar keluarga
– Stressor tradisional (kelahiran bayi, anak tumbuh remaja, Penrnikahan
orang tua tunggal, bergabungnya lansia alasan kelemahan dan
finansial, keluarnya dewasa muda dari rumah, kehilangan pasangan)
– Stressor situasional
Dampak Stressor
Stressor dan mekanisme koping keluarga sangat individual,
Sehingga pada stressor yang sama bisa berespon berbeda – beda, mulai
ringan, sedang dan berat.Holmes dan Rahe, 1967 dan Mc. Cubbin,
Wilson dan Patterson, 1981. Tiga kejadian hidup yang paling
113
menimbulkan stress kematian pasangan, perceraian, Perpindahan
perkawinan. Kemudian disusul oleh 5 kejadian: Lamanya dipenjara,
kematian anggota keluarga dekat, sakit/cidera pribadi, perkawinan dan
hilangnya pekerjaan
Strategi Koping
Sebagaimana telah disebutkan bahwa keluarga yang sehat dan
fungsional bila mengalami stress cenderung bertindak dalam suatu arah
yang dapat mengurangi stress.Suatu Strategi keluarga untuk menurunkan
ketegangan (stress) disebut adalah strategi koping
Pearlin dan Schooler, 1978. Mengidentifikasi ada Tiga strategi
Koping yang digunakan:
1. Mengubah situasi yang penuh stress.
2. Mengontrol makna dari masalah.
3. Membantu dan mengakomodasi dan mengatur stress – stress yang
ada, bukan untuk menghadapi masalah stressor itu sendiri.
Tabel 4.12 Tipe Sumber Koping
Internal Eksternal
– Kemampuan keluarga menyatu – Kemampuan penggunaan sistem
sehingga kohesif dan integrasi pendukung sosial
– Integrasi keluarga melalui
pengontrolan subsistem lewat
ikatan kesatuan
Internal Eksternal
– Mengandalkan kelompok – Mencari informasi
keluarga – Memelihara hubungan aktif
– Penggunaan humor dengan komunitas
– Pengungkapan bersama – Mencari dan mengguna kan
– Mengontrol arti or makna dukungan sosial
– Penyelesaian masalah secara – Mencari dukungan spiritual
bersama – sama
– Fleksibilitas peran
114
– Normalisasi
Strategi Koping Disfungsional:
– Penyakalan terhadap masalah
– Eksploitasi terhadap satu anggotakeluarga (fisik – Nonfisik)
– Pisah dan hilangnya anggota keluarga
– Otoritarianisme (menyerah terhadap dominasi yang jelas)
5. Teori konflik
Fokus dari teori ini adalah bagaimana stabilitas dan instabilitas
dalam keluarga terjadi dan dalam kondisi yang bagaimana inkatan
interpersonal harmonis terjadi.
Dua asumsi dasar:
1. Perubahan dan konflik dalam keluarga tidak dapat dihindari.
2. Konflik sebagai bentuk interaksi, memiliki efek–efek positif dan
penyatu.
Keluarga sebagai sebuah arena dimana banyak keperawatan–
keperawatan yang saling bertentangan. Fokus dari teori konflik: bukan
pada perbedaan–perbedaan antara anggota keluarga tetapi pada proses
bagaimana perbedaan–perbedaan dapat diselesaikan. Teori konflik
sangat bermanfaat berhadapan dengan keluarga yang mengalami: konflik
kekuatan, usaha pengambilan keputusan dan kekerasan dalam rumah
tangga.
115
perasaan yang pada akhirnya memaksimalkan keuntungan pribadi. Tapi
ada pendapat lain: rasionalitas dan hedonisme senantiasa dihiasi dengan
emosionalitas dan altruisme (mementingkan orang lain). Oleh karena itu
tidak cocok dengan perilaku keluarga.
116
yang pendekatannya pada perilaku, dan mengkonseptualisasikan
keluarga sebagai suatu sistem.
117
– HE dengan mengorientasikan lagi seluruh anggota keluarga.
– Memberikan dukungan pada klien untuk mencapai tujuan dan usaha
untuk berubah.
– Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan sumber pelayanan
kesehatan.
– Memberikan pelayanan primer, sekunder dan tersier.
118
– Komunikasi yang terhambat dalam keluarga, konfik keluarga dan
kurangya pengalaman dalam merawat.
Empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat dirumah sakit,
(Sullinger, 1988.)
1. Gagal meminum obat.
2. Dokter (pemberi resep), diharapkan dosis terapi tetap waspada
terhadap gejala efek samping.
3. Koordinasi penanggung jawab klien: Perawat puskesmas.
4. Lingkungan keluarga dan masyarakattidak kondusif.
119
Perawat membantu klien dan keluarga menyesuaikan diri
dilingkungan keluarga dalam hal: sosialisasi, perawatan mandiri,
memecahkan masalah, memantau gejala kambuh dan segera mengambil
tindakan, sehinggadapat dicegah perawat kembali keRS
120
BAB V
KONSEP PROSES KEPERAWATAN
5.1. Pengertian
Proses keperawatan adalah metode pemberian asuhan keperawatan
yang logis, teroganisir, sistematis, teratur dan dinamis yang berfokus pada
respon unik dari individu atau kelompok individu dengan tujuan membantu
klien mengatasi masalah keperawatan yang dihadapinya (aktual, resiko,
kemungkinan, wellness dan sindrom) melalui serangkaian intervensi
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, (UU Keperawatan, No. 38 Tahun
2014).Pada keperawatan keluarga, perawat mengonseptualisasikan keluarga
sebagai unit pelayanan dan keluarga sebagai unit atau sistem, maka fokusnya
adalah keluarga.
Potensi keluarga sebagai kunci pemecahan masalah kesehatan
keluarga, (Allen dan Warner, 2002).Motivasi: Konsultasi aktif, berinisiatif
dan bekerjasama sadar dan mengikuti petunjuk secara aktif. Sumber daya
keluarga: akses terhdp informasi kesehatan, kemampuan ekonomi yang
mencukupi, dukungan keluarga, tentangga dan teman, akses terhadap fasilitas
umum/masyarakat, Keperawatanterhadap keberhasilan keluarga, misal
(sekolah, pekerjaan, sosial, dan lain - lain). Tipe Fungsional Keluarga:
Memahami sebuah kejadian sebagai situasi yang berhubungan dengan
perjalanan hidup keluarga, Mengantisipasi situasional secara proposional
sesuai kondisi dan orang yang berperan, menggunakan pendekatan yang
berbeda sesuai dengan kompleksitas masalah, anggota keluarga berpartisipasi
dalam menjelaskan situasi yang dihadapi, menentukan tujuan dan harapan
keluarga, Individu menjadi perhatian keluarga atau anggota keluarga lainnya
Dalam definisi tetang keperawatan keluarga terdapat tiga tingkat
praktik keperawatan keluarga, yaitu:
1. Memandang keluarga sebagai konteks
121
2. Keluarga sebagai kumpulan dari anggota Keluarga
3. Keluarga sebagai klien
122
3. Keluarga sebagai Sub Sistem
Pada tingkatan yang ketiga ini asuhan keperawatan keluarga memiliki
pemahaman dan keyakinan bahwa:
– Fokus pengkajian dan intervensi
keperawatan adalah sub sistem dalam
A B keluarga.
– Setiap anggota–anggota keluarga
C D sebagai unit yang berinteraksi.
– Fokus intervensi: Hubungan ibu
dengan anak, hubungan suami istri,
hubungan dengan anak – anak.
4. Keluarga sebagai klien
Pada tingkatan yang keempat ini asuhan keperawatan keluarga memiliki
pemahaman dan keyakinan bahwa:
– Keluarga menjadi fokus utama
pengkajian dan intervensi.
A B – Dan anggota keluarga sebagai latar
belakang/Konteks.
– Fokusnya pada dinamika dan hubungan.
C D internal keluarga, struktur dan fungsi
keluarga, tahap perkembangan keluarga,
sistem keluarga.
– Hubunganantara penyakit–individu
dalamkeluarga dan keluarga dianalisis
dan dimasukkan dalam rencana
5. Keluarga sebagai klien keperawatan.
Pada tingkatan yang kelima ini asuhan keperawatan keluarga memiliki
pemahaman dan keyakinan bahwa:
123
– Seluruh keluarga dipandang sebagai
klien dan jadi fokus utama dari
Family Welfare
pengkajian dan keperawatan.
– Fokus keluarga dengan individu
Educational Governmental
sebagai background.
– Keluarga dipandang sebgai
Etc interaksional sistem.
– Fokus intervensi: dinamika internal
keluarga, hubungan dalam keluarga,
Family as Component of Society
hubungansubsistem keluarga dengan
lingkungan.
Rencana Keperawatan:
Menyusun prioritas
Perumusan Tujuan dan Kriteria Hasil
Mengidentifikasi sumber-sumber
Mengidentifikasi pendekatan alternatif
Memilih intervensi perawatan
Evaluasi Keperawatan
124
Gambar 5.1 Bagan Langkah-Langkah Proses Keperawatan Keluarga
5.2. Pengkajian KeperawatanKeluarga
Tindakan pemantauan secara langsung untuk memperoleh data
tentang klien dengan maksud menegaskan kondisi penyakit dan masalah
kesehatan, (Yura dan Walsh, 1998).
Pengkajian keluarga adalah serangkaian kegiatan seorang perawat
untuk mendapatkan data status kesehatan keluarga, penyebab atau faktor–
faktor yang mempengaruhi, dan potensi/sumber daya keluarga yang bisa
digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi keluarga. Metode
pengkajian keperawatan keluarga meliputi wawancara, observasi lingkungan
keluarga, pemeriksaan fisik anggota keluarga, dan pemeriksaan penunjang
bila diperlukan.
Konsep Proses Pengkajian
– Bersifat dinamis, interaktif dan fleksibel.
– Merupakan syarat utama untuk pengidentifikasian masalah.
– Proses pengumpulan informasi secara terus menerus.
– Data dikumpulkan secara sitematis dengan menggunakan alat pengkajian
keluarga.
– Jika menemukan data yang bermakna atau berpotensi masalah maka
digali lebih dalam.
125
Metode dan Sumber Data
Metode atau cara dalam pengkajian keluarga yaituwawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi.Wawancara dengan anggota
keluarga yang berkaitan dengan riwayat kesehatan dan gaya hidup, yaitu
wawancara harus terfokus, disusun berdasarkan struktur dan
bertujuan.Memberikan kesempatan keperawatan setiap individu untuk
mengungkapkan persepsinya.Memberikan kesempatankeperawatanperawat
untuk melihat interaksi anggota keluarga.Observasi secara obyektif, dengan
melakukan pengamatan terhadap lingkunganperumahan dan fasilitas-
fasilitasnya.Dapat menggunakan check list dan inventaris. Dokumentasi
adalah informasi tertulis maupun lisan dari berbagai lembaga yang
menangani kesehatan keluarga maupun dari anggota tim kesehatan lainnya.
Sumber datadalam pengkajian keluarga yaitukeluarga dan orang
terdekat, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan.
Membangun hubungansaling percaya:
1. Salah satu fungsi perawat keluarga adalah menciptakan hubungan saling
percaya.
2. Menciptakan hubungan saling percaya adalah dimana adanya saling
terbuka, saling menghormati dan komunikasi berjalan dengan efektif.
3. Hubungan saling percaya dapat dikembangkan dengan menyampaikan
tujuan kunjungan, menerima dan mengakui hak-hak keluarga pada
perasaan dan keyakinan mereka sendiri tanpa keluar dari tujuan, nilai-
nilai dan harapan perawat.
4. Diawali dengan memberi kesempatan keluarga mengungkapkan
persoalan dan masalahnya sendiri.
126
Setelah melakukan penetapan keluarga resiko tinggi yang menjadi
binaan, beberapa kegiatan yang bisa kita lakukan adalahmendiskusikan
dengan tim keperawatan yang mengenal keluarga yang dimaksuddan
mempelajari medical record bila ada.Mengantisipasi kebutuhan-
kebutuhan yang mungkin muncul pada keluarga.Buat kontrak perjanjian
dengan keluarga yang akan dikunjungi (melalui telepon, lisan atau
surat).Menyiapkan instrumen pengkajian.
Pengkajian Keperawatan
1. Keluarga Data demografi keluarga.
– Identitas Keluarga: Nama/inisial, Jenis kelamin, Tanggal
lahir/umur, Hubungan dengan keperawatanala keluarga,
Pendidikan, Pekerjaan.
– Tipe keluarga: tentukan tipe keluarga, karateristik tipe keluarga
hubungannya dengan kesehatanejahteraan keluarga.
– Genogram.
Silsilah Keluarga (Pedigree),Grafik yang menggambarkan riwayat
biologis dan kesehatan seseorang, (Bennett, 1999; Spahis 2002).
Manfaat:
127
– Menegakan diagnosis medis.
– Menentukan strategi penanganan.
– Menjelaskan pola riwayat/keturunan.
– Mengidentifikasi anggota keluarga yang beresiko.
– Memperkirakan besar resiko masalah kesehatan.
– Memperkirakan pilihan reproduksi.
– Membedakan faktor genetik atau faktor resiko lainnya.
– Mengambil keputusan pengelolaan dan pemantauan penyakit.
– Meningkatkan hubungan klien.
– Memberikan pendidikan kesehatan pada klien.
– Menggali pengertian klien.
– Menggambarkan proses emosional dan perilaku pada suatu
keluarga dalam beberapa generasi:
Manfaat:
1. Melihat pola dan hambatan komunikasi.
2. Menggali pola emosional dan perilaku dalam konteks antar
generasi.
3. Membantu keluarga untuk saling berhubungan yang bermakna
satu sama lain.
4. Membantu keluarga mengidentifikasi tahap
perkembangannya.
– Menggambarkan hubungan keluarga dengan sistem/lingkungan
diluar keluarga, yaitu sekolah, kesehatan, lingkungan kerja,
komunitas agama.
Manfaat:
1. Menggambarkan hubungan keluarga dengan dunia luar.
2. Memperlihatkan kekuatan dan kelemahan sumber daya
keluarga.
128
– Suku bangsa, budaya dan etnis: Mengkaji asal suku bangsa
keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut terkait dengan kesehatan.
– Agama yag dianut: Mengkaji agama yang dianut keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
– Status ekonomi: Status ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari keperawatanala keluarga maupun anggota
keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
– Aktifitas rekreasi keluarga: Aktivitas rekreasi keluarga tidak
hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungitempat rekreasi tertentu namun juga penggunaan
waktu luang/senggang keluarga.
129
6. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah: tipe rumah, keperawatan, jenis, gambarkan kondisi
rumah (baik interior maupun eksterior rumah). Kondisi (penerangan,
ventilasi)dan jumlahnya apakah memadahi bagi anggota kelauraga
meliputi ruangan: tamu, kamar tidur, ruang makan, dapur, kamar mandi,
fasilitas kamar mandi dan kebersihan, pengaturan perabot, lantai rumah,
luas lantai, dan kondisi lantai. Adakah struktur bangunan yang beresiko
terhadap kesehatan anggota keluarga. Adakah fasilitas dapur yang
beresiko terhadap kecelakaan, adakah fasilitas sampah, bagaimana
kebersihan lingkungan rumah, dan apakah keluarga mempunyai hewan
piaraan.
b. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal yang lebih luas,
yaitu tipe lingkungan/komunitas, tipe tempat tinggal, adakah pencemaran
lingkungan, dan keadaan jalan raya.
c. Bagaimana karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas?
Kelas sosial, perubahan-perubahan secara demografis yang berlangsung
diatas normal.Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan-pelayanan
sosial apa yang ada dalam lingkungan komunitas? Fasilitas-fasilitas
ekonomi, lembaga-lembaga kesehatan, dan adakah fasilitas transportasi
umum.
d. Mobilitas Geografis Keluarga
Sudah berapa lama keluarga tinggal di daerah ini.: .................... Tahun,
Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal? Jelaskan.
e. Hubungankeluarga dengan fasilitas-fasilitas kesehatan dalam Komunitas
Sebutkan siapa anggota keluarga yang sering menggunakan fasilitas
komunitas: nama, frekwensi dan tempatnya. Apakah keluarga
memanfaatkan lembaga-lembaga yang ada di Komunitas untuk kesehatan
: JPS Dana sehat LSM JPKM
130
f. Sistem pendukung keluarga, apakah keluarga mempunyai sistem berasal
dari lingkungan yang digunakan keluarga untuk mengatasi masalahnya.
7. Struktur Keluarga
a. Pola-pola Komunikasi
Menjelaskan Bagaimana komunikasi yang berlangsung dalam keluarga:
Fungsional atau Disfungsional. Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa
yang nampak dalam pola-pola komunikasi keluarga? Asumsi–asumsi,
ekspresi tidak jelas, menghakimi, ketidakmampuan mengungkapkan
kebutuhan, komunikasi kongruen/bertentangan. Adakah hal-hal/masalah
dalam keluarga yang tertutup untuk didiskusikan?
b. Struktur Kekuasaan
Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga?ayah,ibu,anak,lain.
Bagaimana carakeluarga dalam mengambil keputusan:musyawarah,
ototiter,diserahkan masing–masing individu,kesehatanmodel kekuasaan
yang digunakan: penghargaan, keahlian, paksaan, kekuasaan, tidak
berdaya. Kepuasan keluarga dengan pola tersebut.
c. Struktur Peran
Bagaimana setiap anggota keluarga melakukan peran-peran formal
mereka.Adakah konflik peran dalam keluarga?Adakah peran-peran
informal dalam keluarga?Siapa yang memainkan peran-peran tersebut
dan berapa kali peran-peran tersebut sering dilakukan atau bagaimana
peran-peran tersebut dilaksanakan secara konsisten?Apakah peran yang
dijalankan oleh anggota keluarga sesuai dengan tahapPerkembangannya?
Apakah masalah-masalah kesehatan mempengaruhi peran-peran
keluarga?Apakah peran yang dijalankan oleh anggota menimbulkan
masalah kesehatannya.
131
d. Struktur Nilai-Nilai Keluarga
Kesehatan nilai keluargadengan nilai di masyarakatnya, pentingnya nilai
yang dianut terhadap keluarga, adakah konflik nilai dalam keluarga,
apakah nilai-nilai dalamkeluarga berpengaruh terhadap status
kesehatankeluarga.
8. Fungsi Keluarga :
a. Fungsi afektif (psikologis, aman, interaksi, mendewasakan,identitas diri)
Pola Kebutuhan Keluarga–Respons : Apakah orang tua (suami/istri)
mampu menggambarkan kebutuhan-kebutuhan psikologis anggota
keluarganya?Apakah kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan,
perbedaan dihormati oleh anggota keluarga yang lain?Apakah dalam
keluarga ada saling menghormati satu sama lain?Apakah keluarga sensitif
terhadap persoalan-persoalan setiap individu?
Saling memperhatikan (Mutual Naturance), keakraban, dan Identifikasi:
Apakah mereka saling mendukung dan membutuhkan satu sama lain?
Apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara lingkunganhubungan
keluarga?
b. Fungsi sosial (fungsi dan peran di masyarakat, sarana dan kontak sosial di
dalam dan luar rumah).
Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak
atau fungsi sosialisasi? Apakah keluarga saat ini mempunyai
masalah/resiko dalam mengasuh anak? SebutkanApakah lingkungan
rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk bermain (cocok dengan
tahap perkembangan anak)? Apakah ada peralatan/permainan anak-anak
yang cocok dengan usia?
132
c. Fungsi reproduktif(Menjamin kelangsungan generasi, kelangsungan
hidup masyarakat)
Apakah keluarga memiliki anak? Apakah melalui perencanaan yang
baik? Bila belum memiliki anak apakah sudah melakukan pemeriksaan
dan upaya untuk mendapatkan anak?
133
Praktek diet keluarga
– Apakah keluarga mengetahui tentang makanan yang bergizi?Jelaskan.
– Apakah diet keluarga memadai? (catatan riwayat pola-pola makan
keluarga untuk tiga hari).
– Siapa yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, belanja, dan
penyiapan makanan?
– Jenis makanan yang dikonsumsi keluarga setiap hari?.
– Lauk Jenis:
– Sayuran Jenis:
– Buah Jenis:
– Susu Jenis:
– Apakah ada pembatasan-pembatasan anggaran?
– Apakah makanan disimpan pada tempat yang benar?
– Jadwal makan keluarga (utama dan selingan).
134
– Apakah anggota keluarga secara reguler menggunakan obat-obatan
tanpa resep atau dengan resep? (dengan resep/tidak)
– Apakah keluarga menyimpan obat-obatan dalam jangka waktu lama
dan menggunakannya kembali? (Ya/tidak)
– Apakah obat-obatan diberi label secara tepat dan berada di tempat
yang aman, jauh dari jangkauan anak-anak? (Ya/tidak)
Praktik lingkungan
– Apakah saat ini keluarga terpapar polusi udara, air, suara dari
lingkungan? Jelaskan.
– Apakah anggota keluarga menggunakan pestisida, cairan pembersih,
lem, pelarut, logam berat, dan racun dalam rumah?Sebutkan
– Jelaskan bagaimana pola keluarga dalam mandi, cuci, penggunaan
jamban.
135
Praktik kesehatan gigi
1. Apakah keluarga teratur dalam pemeriksaan gigi?Jelaskan
2. Jelaskan bagaimana keluarga melakukan perawatan gigi?
3. Apakah ada kebiasaan makan manis (permen, coklat)?
137
a. Jenis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dibagi dalam dua jenis yaitu diagnosis negatif
dan diagnosis positif. Diagnosis negatif menunjukkan bahwa klien/keluarga
dalam keadaan sakit atau resiko terjadi sakit. Sehingga penegakan diagnosis
ini akan mengarahkan pada tindakan keperawatan yang bertujuan untuk
penyembuhan, pemulihan dan pencegahan. Jenis diagnosa negatif meliputi
diagnosis aktual dan resiko. Diagnosis positif menggambarkan keadaan klien
sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat/optimal. Jenis diagnosis
positif ini juga disebut dengan diagnosis promosi kesehatan, (SKDI PPNI,
2017).
Jenis diagnosis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut, (Carpenito, 2013;
Potter dan Perry, 2013; PPNI, 2017).
1. Diagnosa Aktual
Menggambarkan respon klien/keluarga terhadap kondisi kesehatan yang
menyebabkan klien mengalami sakit/gangguan kesehatan. Dibuktikan
dengan tanda dan gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan
divalidasi oleh pasien.
2. Diagnosa Resiko
Menggambarkan respon klien/keluarga terhadap kondisi kesehatan yang
menyebabkan klien beresiko mengalami sakit/gangguan
kesehatan.Tidak ditemukan tanda dan gejala mayor dan minor pada
pasien akan tetapi klien memiliki faktor resiko terjadi masalah
kesehatan.
3. Diagnosis Promosi Kesehatan
Menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien/keluarga untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ketingkat yang lebih baik atau
optimal.
138
b. Komponen Diagnosis Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan keluarga memiliki dua komponen utama
yaitu: Masalah (problem) atau label diagnosis dan Indikator Diagnosis.
Masing–masing komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut,(SDKI
PPNI,2017):
1. Masalah (Problem)
Masalah merupakan label diagnosis keperawatanyang menggambarkan
inti dari respon keluarga terhadapkondisi kesehatan atau proses
kehidupan keluarga. Label Diagnosisterdiri dari deskriptor atau penjelas
dan fokus diagnostik (lihat tabel)
139
Tabel 5.1 Contoh Deskriptor dan Fokus Diagnostik pada Diagnostik
Keperawatan
No Desriptor Fokus Diagnostik
1 Tidak efektif Bersihan jalan napas
2 Gangguan Pertukaran gas
3 Penurunan Curah jantung
4 Intoleransi Aktifitas
5 Defisit Pengetahuan
2. Indikator Diagnostik
Indikator diagnosis keperawatan keluarga terdiri daripenyebab, tanda dan
atau gejala, dan faktor resiko yang akan diuraikan sebagai berikut.
a. Penyebab (etiology), faktor–faktor yang menyebabkan atau
mempengaruhi perubahan status kesehatan. Etiologi dapat mencakup
empat kategori: fisiologis/biologis/psikologis, efek terapi/tindakan,
situasional (lingkungan atau personal), dan maturasional.
b. Tanda (Sign) dan atau Gejala (Symptom), tanda adalah data objektif
yang diperoleh dari hasil observasi atau pengukuran dan prosedur
diagnostik, sedangkan gejala adalah data subjektif yang merupakan
140
hasil dari wawancara atau anamnesis. Tanda dan gejala
dikelompokkan menjadi dua kategori:
– Karakteristik mayor: Dibutuhkan sekitar 80-100 % keberadaan
data untuk menegakan diagnosis keperawatan
– Karakteristik minor: keberadaan datan tidak harus ditemukan,
tetapi bila ditemukan dapat digunakan untuk mendukung
menegakan diagnosis maksimal 20 %.
c. Faktor Resiko merupakan kondisi atau situasi yang dapat
meningkatkan kerentanan keluarga mengalami masalah kesehatan.
Pada diagnosis keperawatan Aktual: indikator diagnostiknya terdiri atas
penyebab dan tanda danatau gejala. Diagnosis Resiko tidak meiliki
penyebab dan tanda danatau gejala. Sedangkan diagnosis promosi
kesehatan hanya memiliki tanda danatau gejala yang menunjukan
kesiapan keluarga untuk mencapai kondisi yang lebih optimal.
141
sehingga membentuk suatu pola. Cara dedukti dengan menggunakan
indicator kategori pola kemudian mengelompokan data sesuai kategori
kelompoknya.
Tabel 5.3 Contoh Analisa Data
Kelompok Data Etiologi Masalah
Data Subjektif : Resistensi keluarga Ketidak Mampuan
Anggota keluarga yang terhadap Koping Keluarga
sakitmengatakan bahwa, “Ia perawatan/
merasa diabaikan dan pengobatan yang
tertekan/depresi”. komplek
Data Objektif :
– Permusuhan/Agresif
– Mengabaian perawatan
anggota keluarga
– Tidak toleransi
– Tidak memenuhi
kebutuhan anggota yang
sakit
– Gejala psikosomatis
– Penolakan
142
3. Perumusan diagnosa keperawatan
Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis diagnosis
keperawatan. Terdapat dua metode perumusan diagnosis keperawatan
keluarga yaitu:
a. Penulisan penyataan tiga bagian (Three part)
Metode penulisan ini terdiri dari: Pernyataan Masalah + Penyebab +
Tanda danatau Gejala. Metode penulisan seperti hanya untuk jenis
diagnosis keperawatan Aktual.
143
Contoh Rumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga:
a. Resiko Gangguan hubungan Ibu dan Janin dibuktikan
dengan kehamilan kembar, ketuban pecah dini, persalinan
premature, haemoragic.
b. Resiko syok pada Ny.”Y” keluarga Tn.”X” dibuktikan
dengan hipotensi, kekurangan volume cairan, perdarahan.
144
Tabel 5.4 Komponen pada diagnosis keperawatan keluarga dan metode
penulisannya
145
Daftar Diagnosa Keperawatan Keluarga Berdasarkan NANDA,2015-
2017.
2. Domain 4: activity/rest
Kelas 5, Kebersihan diri :
7. (00098) : Hambatan pemeliharaanrumah
146
17. (00229) : Resiko Ketidakefektifan Hubungan
18. (00064) : Konflik Peran Orangtua
19. (00055) : Ketidakefektifan Performa Peran
20. (00052) : Hambatan InteraksiSosial
4. Domain 8, Seksualitas
Kelas 3,Reproduksi:
21. (00221) : Ketidakefektifan proses perawatan bayi
22. (00208) : Kesiapan meningkatkan proses perawatan bayi
23. (00227) : Resiko Ketidakefektifan proses perawatan bayi
24. (00209) : Gangguan hubungan Ibu-Janin
147
33. (00053) : Resiko kesepian
34. (00054) : Isolasisosial
148
Lanjutan
N
Kriteria Skor Bobot
o
3. Potensi masalah untuk dicegah 1
Skala: 3
1. Tinggi 2
2. Cukup 1
3. Rendah
4. Menonjolnya masalah 1
Skala: 2
1. Masalah dirasakan dan harus segera ditangani
2. Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1
3. Masalah tidak dirasakan
0
Skoring:
1. Tentukan skore untuk setiap kriteria
2. Skore dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot.
Skore
bobot X
Angka tertinggi
3. Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria.
Contoh SKORING
Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan Resistensi keluarga
terhadap perawatan/pengobatan yang komplek dibuktikan dengan anggota
keluarga yang sakit merasa diabaikan dan depresi, tidak memenuhi
kebutuhan anggota yang sakit, diabaikan/tidak toleran, perilaku bermusuhan.
150
Tabel 5.6 Contoh Skoring Koping Keluarga berhubungan dengan Resistensi
Keluarga terhadap Perawatan/Pengobatan
151
Lanjutan
2. Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 Pengetahuan tentang
masalahdapat diubah: masalah baik, Tingkat
Mudah pendidikan S1,
penhasilan 10 Jt, anggota
2 merawat, fasilitas
kendaraan, waktu ada,
SDP Perawat fungsi
kolaborasi dengan
dokter, SDM fasilitas
pelayanan ada, dekat dan
harga terjangkau.
152
2. Menetapkan Tujuan Keperawatan
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menetapkan tujuan
keperawatan, yaitu:
a. Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga diarahkan
untuk mencapai suatu hasil.
b. Tujuan menggambarkan alternatif- alternatif pemecahan masalah yang
dapat dipilih oleh keluarga.
c. Tujuan harus bersifat spesifik/sesuai dengan konteks diagnosa
keperawatan keluarga dan faktor-faktor yang berhubungan.
d. Tujuan harus menggambarkan kemampuan dan tanggung jawab keluarga
dalam pemecahan masalah.
e. Penyusunan tujuan harus bersama-sama dengan keluarga.
f. Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus benar-benar bisa
diukur dan dapat dicapai oleh keluargaberdasarkan kemampuan dan
kewenangan perawat.
153
sedang dalam proses dan membimbing keluarga ke arah tujuan yang jangka
panjang atau umum.
Komponen kriteria hasil
Karakteristik esensi dari kriteria hasil bahwa, kriteria hasil harus:
1. Dalam jangka panjang atau jangka pendek (Time bound)
2. Mempunyai perilaku yang dapat diukur (Measureable)
3. Spesifik dalam isi dan waktu (Specific)
4. Harus dapat dicapai (Achieveable)
Kriteria hasil yang tidak dapat diukur dengan penglihatan atau pendengaran:
– Menerima
– Mengetahui
– Menghargai
– Mengerti
154
155
Tujuan jangka pendek:
Keluarga menerima dan melakukan perawatan atau pengobatan pada anggota
keluarga
Kreteria Hasil:
– Anggota keluarga yang sakit mengatakan bahwa, “Ia merasa diperhatikan
dan puas/nyaman”.
– Perilaku tenang akrab dan bersahabat
– Merawat anggota keluarga yang sakit
– Toleransi terhadap anggota keluarga
– Memenuhi kebutuhan anggota yang sakit
– Tidak terdapat gejala psikosomatis
156
Tipologi Rencana TindakanKeperawatan Keluarga berdasarkan
Klasifikasi Freedman.
1. Suplemental
Perawat sebagai pemberi pelayanan langsung dengan mengintervensi hal-
hal yang tidak bisa dilakukan oleh keluarga.
2. Fasiliatif
Perawat menyingkirkan pelayanan-pelayanan yang tidak diperlukan,
seperti: pelayanan medis, kesejahteraan sosial.
3. Perkembangan
Perawat membantu keluarga dalam memanfaatkan sumber-sumber
keluarga dan dukungan sosial sehingga tindakan keperawatan bersifat
mandiri atau bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri.
157
Rintangan terhadap Pelaksanaan Intervensi Keperawatan di Keluarga
1. Keluarga bersikap apatis dan adanya perbedaan nilai
2. Apatis, Keperawatanutusasaan dan Kegagalan
3. Ketidak Tegasan
158
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan perawat perlu melakukan
kontrak dengan keluarga agar kondisi masing-masing lebih saat untuk
menhadapi implementasi. Dalam implementasi keperawatan perlu
disampaikan: topik atau jenis tindakan, tujuan yang akan dicapai, kapan
dilakukan, dimana tempatnya, butuh waktu berapa lama, siapa yang akan
melaksanakan tidakan, siapa yang akan menjadi subyek/obyek tindakan,
bagaimana peran keluarga, sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
159
I : adalah implementasi dari perencanaan dengan mencatat waktu
tindakan dan kegiatan tindakan keperawatan.
E : adalah evaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan
dengan mencatat waktu dan hasil kemajuan yang telah dicapai keluarga
R : Revision adalah revisi apabila ada perubahan dalam rencana
keperawatan
160
DAFTAR PUSTAKA
161
Meleis, A.I. (1997). Theoritical nursing: development and progress.
Philadelphia: Lippincott
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga
Menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2010), Family Nursing: Research,
Theory, & Practice. 4th Ed. Printice hall.
Minuchin, 1974). Minuchin, S (6 Oktober 1974). Families and Family
Therapy. Cambridge, MA:.
Murwani A, 2009). Arita, Murwani.2007. Asuhan Keperawatan Keluarga
Konsep dan Aplikasi Kasus. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press
NANDA 2015-2017. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions
and Classification 2018-2020, Eleventh Edition
Nursing Diagnosis Defenition and Classification 2015-2017 10th Edition.
Wiley Blackwell
Pearlin dan Schooler, 1978Journal of Health and Social Behavior , Vol. 19,
No. 1, Mar., 1978
Potter dan Perry.(2013). Fundamentals of Nursing, 8th Ed. St. Louis,
Missouri: Mosby Elsevier
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
Suprajitno.(2004)Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam praktik,
Susenas.(2014). STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2014 Hasil
Survei Sosial Ekonomi Nasional ISSN : 2086-1036 Nomor Publikasi :
04220.1502 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 29,7 x 21 cm Jumlah
Halaman : xxii + 264 halaman Naskah: Subdirektorat Statistik
Pendidikan dan Kesehatanejahteraan Sosial),
www.bappenas.go.id/.../Statistik%20Penduduk%20Lanjut%20 Usia
%20Indonesia%2020...
162
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2017) Tandar Diagnosis Keperawatan
Indonesia, Definisi dan indicator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan 2, Dewan
Pengurus Pusat PPNI, Jakarta.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014
TENTANG KEPERAWATAN
Wiyono, J. Presiden RI yang dikutip oleh Tempo,14 Januari 2016)
http://m.tempo.co/read/news/2016/01/14/173736151/tiap-tahun-
penduduk-indonesia-bertambah-3-juta-orang
Yura dan Walsh. (1998). Yura, H., & Walsh, M. B. 1988. The nursing
process: assessing, planning,implementing, evaluating. (5th edition).
Norwalk, CT: Appleton & Lange
163
GLOSARIUM
165
INDEKS
Teori Keperawatan, 47
Biaya Kesehatan, 28 Trend, 1
Defisit Perawatan Diri, 65 Tujuan keperawatan, 170
Diagnosa Keperawatan, 75 Tujuan Keperawatan, 80
Fungsi Keluarga, 111 Undang-undang Keperawatan, 6
Fungsi Perawatan Kesehatan, 113 Upaya Promotif, 19
Intervensi Keperawatan, 23
Issue, 1
Kegiatan Keperawatan, 82
Kekuasaan Keluarga, 110
Keluarga Sejahtera, 43
Keperawatan, 4
Konsep asuhan, 15
Konsep Lingkungan, 82
Konsep Sehat, 81
Lingkup Keperawatan, 90
Model Adaptasi, 77
Model Keperawatan, 48
Model Perawatan Diri, 59
Pelayanan keperawatan, 4, 12
Peran Perawat keluarga, 33
Perawatan Diri, 63
Promosi Kesehatan, 22
Proses Keperawatan, 134
Puskesmas, 12
Sistem Keperawatan, 67
Stressor, 54
Struktur Keluarga, 39
166
TENTANG PENULIS
167
168
Pekerjaan sebagai dosen dan bidang ilmu yang diampu selama
169