Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok


Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:
Fatimah Nuralami 220110166071
Lena Murni Mutiara 220110166072
Desi Dwi R 220110166073

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jl. Proklamasi No.5 Telp. (0262) 232212 Garut
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya Kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Hipertensi” atas dukungan moral dan materi yang
diberikan dalam proses penyusunan makalah ini maka kami selaku penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada anggota kelompok yang sudah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ii kami berharap makalah ini dapat berpanfaat
bagi kami selaku penulis juga teman teman yang membutuhkan referensi
mengenai asuhan keperawatan pada pasien hipertensi. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari Ibu dan Bapak sangat kami harapkan untuk penyempurnakan
makalah ini.

Garut, April 2018

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Tujuan Penulisan ..............................................................................2
C. Metode Penulisan ...............................................................................2
D. Sistematika Penulisan ........................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian ..........................................................................................3
B. Etiologi ..............................................................................................4
C. Tanda dan Gejala ...............................................................................5
D. Patofisiologi .......................................................................................6
E. Pemerikasaan Penunjang ...................................................................6
F. Penatalaksann ....................................................................................7

BAB III TINJAUAN KASUS


Kasus ..............................................................................................................9
Learning Objective ........................................................................................9
Evidance Based Practice (EBP)....................................................................13
A. Pengkajian ........................................................................................17
B. Analiisi Data ....................................................................................20
C. Diagnosa Keperawatan ....................................................................21
D. Intervensi Keperawatan ...................................................................21

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................23
B. Saran ................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kegiatan-kegiatan perawatan kesehatan masyarakat yang dilaksanakan
sebagai salah satu kegiatan pokok puskesmas diantaranya aktif mencari kasus
baik melalui puskesmas pembantu, posyandu, ataupun rumah penduduk untuk
selanjutnya memberikan asuhan keperawatan di rumah sakit atau merujuk ke
rumah sakit sesuai dengan kebutuhan.

Salah satu tujuan perawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan


kemampuan keluarga atau masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan
mereka sendiri yang muncul karena ketidaktahuan, ketidakmauan dan
ketidakmampuan.
Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta
orang di seluruh dunia atau sekitar 13 % dari total kematian. Di Indonesia
terdapat beban ganda dari prevalensi penyakit hipertensi dan penyakit
kardiovaskuler lainnya dengan penyakit infeksi dan malnutrisi. Prevalensi
hipertensi yang tertinggi adalah pada wanita (25%) dan pria (24%). Rata-rata
tekanan darah sistole 127,33 mmHg pada pria indonesia dan 124,13 mmHg
pada wanita indonesia. Tekanan diastole 78,10 mmHg pada pria dan 78,56
mmHg pada wanita. Penelitian lain menyebutkan bahwa penyakit hipertensi
terus mengalami kenaikan insiden dan prevalensi, berkaitan erat dengan
perubahan pola makan, penurunan aktivitas fisik, kenaikan kejadian stres dan
lain-lain.
Berdasarkan data yang diperoleh, penyakit hipertensi masih menjadi
masalah kesehatan, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dewasa ini
menderita hipertensi. Sekitar seperempat jumlah penduduk dewasa ini
menderita hipertensi. Penderita hipertensi mempunyai komplikasi terhadap
penyakit jantung tetapi lain seperti saraf, ginjal, makin tinggi tekanan darah,
makin besar resikonya (Daftar Pustaka : 5 buah, 1989-2000).

iii
Melihat kenyataan komplikasi dari hipertensi yang begitu besar maka
perlu ditindaklanjuti, karena apabila tidak mendapatkan penanganan yang
cepat dan tepat, kemungkinan besar akan terjadi peningkatan kasus yang lebih
tinggi. Penemuan dini penyakit hipertensi dan perawatan yang efektif dapat
mengurangi kemungkinan morbiditas dan mortalitas.

B. Tujuan Penulisan
1. Umum
Agar penulis mampu memahami dan mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada klien hipertensi di rumah sakit pada khususnya dan di
masyarakat pada umumnya

2. Khusus
Penulis mampu untuk :
a. Melakukan pengkajian yang terdiri dari proses pengumpulan data
sampai analisa dan menetapkan diagnosa keperawatan hipertensi.
b. Membuat perencanaan, menerapkan tujuan yang ingin dicapai dari
menyusun rencana tindakan untuk memecahkan masalah hipertensi
c. Melaksanakan implementasi berdasarkan rencana yang telah
disusun
d. Menilai hasil yang dicapai meliputi reaksi klien terhadap tindakan
yang dilakukan

C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan kasus ini adalah
metode deskriptik analitik yang dilaksanakan dengan pendekatan proses
keperawatan, sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah teknik seperti observasi dan tinjauan pustaka, serta literature.

D. Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan kasus ini terdiri dari empat bab, yaitu bab I yang
berisi pendahuluan yang mencakup di dalamnya latar belakang masalah,
tujuan penulisan, metode dan sistematika penulisan, bab II berisi tinjauan

iv
teoritis, bab III tinjauan kasus hipertensi yang berisi pengkajian, perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi serta bab IV berisi kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan darah sistolik
dan diastolik yang tidak normal batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti.
Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
Namun umumnya sistolik yang berkisar dari 140-160 mmHg dianggap
merupakan batas hipertensi (Sylvia A. prince dan Lorraine M. Wilson,
1995 : 533)
Batas-batas hipertensi dengan memperhatikan perbedaan usia dan jenis
kelamin, dianjurkan oleh kaplan, yaitu :
1. Pria, usia kurang 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan
darah pada waktu berbaring di atas / sama dengan 130 / 90 mmHg
2. Pria, usia lebih 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan
darah di atas 145/95 mmHg.
3. Wanita tekanan darah di atas/ sama dengan 160/95 mmHg
dikatakan Hipertensi.

Tabel 2.1.
Klasifikasi Tekanan Darah
KATEGORI DIASTOLIK
SISTOLIK
Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg
Normal <130 mmHg < 85 mm Hg
High normal 130 – 139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi
- Derajat 1 140 – 159 mm Hg 90-99 mmHg
- Derajat 2 160 – 179 mm Hg 100-109 mmHg
- Derajat 3 > 180 mmHg > 110 mmHg

v
B. Etiologi
1. Hipertensi Primer
Sembilan puluh lima persen kasus hipertensi yang terdapat dalam
masyarakat tidak diketahui sebabnya dengan pasti dan kebanyakan
penderita hipertensi ini tidak menunjukkan gejala / keluhan
Banyak faktor resiko yang dapat diubah berhubungan dengan gaya hidup
dan kebiasaan kita yang terbentuk sejak kecil. Karena itu sangat baik jika
kita dapat memulai pola hidup sehat sebelum terlambat
Faktor resiko yang dapat diubah, diantaranya :
a. Obesitas
Obesitas / kelebihan berat badan didefinisikan sebagai indeks massa
tubuh (berat badan (kg) / tinggi (meter). (Kaplan – 1992 : 80). Ada
sejumlah cara yang dapat digunakan untuk pengobatan individu
kelebihan berat badan, diantaranya dengan merubah kebiasaan makan
dan olahraga.
b. Diet
Tingkat konsumsi garam yang berperan terhadap terjadinya hipertensi
konsumsi garam (natrium) yang besar, akan diikuti penaikan cairan
keintravaskuler sehingga volume sirkulasi meningkat, pengisian
jantung (preload) meningkat penyakitnya.
c. Rokok
Adalah salah satu faktor resiko umum utama penyakit jantung. Resiko
merokok tergantung pada jumlah asap rokok yang diisap perhari
bukan pada lamanya merokok. Yang diduga menjadi penyebab adalah
unsur kimia yang tergantung dalam rokok yang sebagian besar racun
d. Stress
Adalah suatu keadaan yang terjadi pada diri sendiri yang
mengakibatkan individu/seseorang mengalami gangguan perasaan

vi
dalam dirinya yang berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan
stress juga dipercaya dapat meningkatkan tekanan darah.

Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah :


a. Usia
b. Faktor genetic
c. Jenis kelamin
Kemungkinan seseorang terkena hipertensi berbanding lurus
dengan bertambahnya usia dan umumnya terjadi setelah usia 40 tahun.
2. Hipertensi sekunder
Lima persen kasus hipertensi lainnya timbul sekunder dari proses penyakit
lain. Hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya. Jika penyebabnya itu
segera diketahui dan dapat di atasi. Tekanan darah dapat normal kembali,
Biasanya hipertensi ini dapat dsertai dengan keluhan atau gejala dari
penyakit yang menyebabkan hipertensi tersebut.
Penyakit yang dapat menyebabkan hipertensi diantaranya kegagalan ginjal
dan diabetes melitus.

C. Tanda dan Gejala


Tidak jarang hipertensi berjalan tanpa keluhan gejal, tapi gejala-gejala
sering terjadi pada penderita hipertensi, yaitu :
1. Sakit kepala
2. Lemas, kelelahan
3. Sesak nafas
4. Penglihatan biasanya kabur
5. Kesadaran menurun
6. Kelainan kardiovaskuler, seperti sesak napas dan jantung berdebar-debar
waktu mengelurakan tenaga dan bekerja keras
7. Susunan urat saraf dapat normal, tapi sering pula didapatkan kelainan
neurologis berupa hemiplegia, aphasia dan hemiopia
8. Nokturia terjadi 25 – 40 % penderita hipertensi

vii
9. Mual-mual, muntah, dan nafsu makan kurang
10. Kadar kalium serum normal atau sedikit normal

D. Patofisiologi
Hipertensi dapat terjadi kerena terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Kemudian oleh hormon, renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat dalam paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II itulah yang mempunyai peranan penting dalam menaikkan
tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi yang pertama ini adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, jadi sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler, dan akibatnya, volume darah
meningkat, yang akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi yang kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron adalah hormon steroid yang memiliki peranan penting
pada ginjal kita. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada akhirnya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
- Hb da Ht
- BUN/ kreatinin
- Glukosa

viii
- Urinalisa
b. CT-Scan : mengkaji adanya tumor cerebral
c. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tenda dini penyakit hipertensi
d. IUP : menidentifikasi penyebab hipertens seperti batu ginjal dan
perbaikan ginjal
e. Photo dada : menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup
pembesaran jantung.

F. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
- Penurunan berat badan
- Penurunan asupan etanol
- Menghentikan merokok

b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu :
- Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain

ix
- Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
- Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan
- Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
- Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
- Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan
oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE
ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai

x
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita.

xi
BAB III

TINJAUAN KASUS

Seorang pasien dirawat di rumah sakit dengan keluhan pusing dan nyeri
kepala. Nyeri tumpul dirasakan pasien disertai perasaan tidak nyaman di leher
bagian belakang skala nyeri 3 (0-10). Memburuk pada saat duduk dan membaik
saat berbaring. Hasil pemeriksaan menunjukan natrium serum 6,2 mEq/L. Pasien
memiliki hobi makan makanan kaleng dan ikan asin. Selain itu pasien merasa
takut mengalami stroke akibat hipertensi yang dideritanya. Pasien nampak cemas
dan selalu menanyakan terkait pennyakitnya. Tekanan darah pasien 180/150
mmHg (berbaring), Nadi 110x/menit.

Learning Objective
1. Faktor resiko hipertensi pada kasus?
Jawaban:
aktor resiko penyebab hipertensi
a. Jenis kelamin. Lebih banyak terjadi pada laki laki diusia muda dan di
waktu tua terjadi pada wanita setelah usia 55 tahun
b. Umur. Semakin tua umur maka semakin tinggi tekanan darah
c. Keturunan.
d. Obesitas
e. Kurang olahraga
f. Kebiasaan merokok
g. Mengonsumsi garam berlebih
h. Kolesterol
i. Minum alkohol
j. Konsumsi kafein
k. Stress

xii
Hipertensi mempengaruhi lapisan otot dinding pembuluh darah, sementara
kolesterol cenderung menumpuk didalam pelapis pembuluh darah. Bila nilai
tekanan darah dan kolesterol dalam darah meningkat melebihi batas normal,
maka kolesterol yang berlebih tersebut akan menempel dan menumpuk di
pembuluh darah. Semakin banyak kolesterol berlebih, otomatis dapat
menyebabkan diameter pembuluh darah semakin menyempit. Aliran darah
yang melewati bagian yang menyempit tersebut akan menjadi lebih deras.

2. Kategori hipertensi yang dialami pasien ?


Jawaban:
Kategori hipertensi yang dialami pasien adalah hipertensi primer karena gaya
hidup yang sering mengonsumsi makanan kaleng dan ikan asin sehingga
menyebabkan peningkatan Na. Secara klinis termasuk derajat Grade 3 yaitu
180/150 mmHg

3. Mekanisme terjadinya hipertensi pada kasus tersbut


Jawaban:
Terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting
enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur
tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Kemudian oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat dalam paru-paru, angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin II itulah yang mempunyai peranan
penting dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi yang pertama ini adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik


(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, jadi sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler, dan akibatnya, volume darah

xiii
meningkat, yang akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi yang kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron adalah hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal
kita. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada akhirnya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.

4. Pemeriksaan diagnostik yang harus dilakukan?


Jawaban:
- Pemeriksaan laboratorium
- CT-Scan mengkaji adanya tumor cerebral
- IUP

5. Rumusan diagnosa keperawatan selain nyeri akut dan ansietas sesuai


kasus tersebut(gunakan NANDA) ?
Jawaban:
- Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
- Ketidakefektifan koping
- Defisiensi pengetahuan
- Penurunan curah jantung b.d vasokontriksi
- Kelebihan volume cairan
- Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
- Resiko cedera

6. Rumusan Perencanaan yang terdiri dari Intervensi (NIC) dan Tujuan


(NOC) !
Jawaban:
Diagnosa Tujuan Intervensi
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan  Monitor TTV
peningkatan tekanan keperawatan selama 3x24 jam
 Berikan analgetik
vaskuler dan iskemia klien dapat mengontrol nyeri,

xiv
dengan kriteria hasil  Berikan dukungan pada
a.TTV dalam rentang normal pasien dan keluarga
b.Menggunakan analgetik
 Tingkatkan istirahat
yang tepat
c.Tindakan pertolongan yang cukup
dengan non analgetik  Intruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi seperti Tarik
nafas dalam dan juga
mendengarkan music.
Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan asuhan  Bantu klien
kelemahan keperawatan selama 3x24 jam mengidentifikasi
klien dapat menunjukan
toleransi terhadap aktivitas, aktivitas yang mampu
dengan kriteria dilakukan
a. Klien dapat menentukan  bantu pasien dalam
aktivitas yang sesuai
melakukan aktifitas
dengan kondisinya
b. Pusing dan nyeri berkurang sehari-hari yang tidak
c. TTV dalam rentang normal dapat dilakukan sendiri.
 Batasi stimulus
lingkungan
 Dorong untuk
melakukan periode
istirahat dan aktivitas
Ansietas Setelah dilakukan asuhan  Identifikasi kecemasan
keperawatan selama 3x24 jam
 Gunakan pendekatan
klien dapat mengendalikan
kecemasan, dengan kriteria teurapeutik yang
a.Kecemasan berkurang menenangkan
 Berikan motivasi pada
pasien mengenai
penyakitnya.

7. Pendidikan Kesehatan bagi pasien sesuai kasus


Jawaban:

xv
- Diet rendah garam
- Gaya hidup sehat
- Komplikasi hipertensi
- Pencegahan hipertensi
- Pentingnya Olahraga
8. EBP bagi kasus tersebut
Jawaban:
Judul : Terapi relaksasi untuk menurunkan tekanan
darah dan meningkatkan kualitas hidup penderita
hipertensi
Peneliti : Indahria Sulistyarini
Jumlah sample : 15 orang pada kelompok kontrol dan 15 orang
pada kelompok eksperimen
Jenis penelitian : Pretest post test with control group design
Maksud : Untuk menurunkan tekanan darah dengan teknik
penelitian relaksasi diluar pegobatan medis
Tahun : 2013
penelitian
Hasil penelitian : pelatihan relaksasi dengan pendekatan behavior
yang berupa guide imagery dan hypnosis dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi Tekanan darah yang turun setelah
mendapatkan pelatihan relaksasi dapat dijelaskan
bahwa di dalam sistem saraf manusia terdapat
sistem saraf pusat dansistem saraf otonom. Fungsi
sistem saraf pusat adalah mengendalikan gerakan-
gerakan yg dikehendaki, misalnya gerakan tangan,
kaki, leher, dan jari-jari. Sistem saraf otonom
berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan yang
bersifat otomatis,misalnya fungsi digestif, proses
kardiovaskuler

xvi
Judul : Terapi Tawa untuk Menurunkan Stres pada
Penderita Hipertensi
Peneliti : sheni desinta & neila ramadhani
Jumlah sample : 12 pasien hipertensi
Jenis penelitian : Untreated controlgroup design with pre test
and post-test

Maksud : Untuk mengetahui efektivitas terapi tawa untuk


penelitian menurunkan tekanan dan tekanan darah
penderita hipertensi
Tahun : 2013
penelitian
Hasil penelitian : Hasil analisis menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol subjek
dalam hal tingkat stres (Z = 2,287; p <0,05) dan
tekanan darah sistolik (Z = 2,913; p <0,05) .
Perbedaannya bisa dipertahankan hingga masa
tindak lanjut. Mekanisme terapi tawa dalam
menjaga efek intervensi medis pada pasien
hipertensi. terapi tawa dapat menurunkan
tingkat stres dan tekanan darah sistolik pada
penderita hipertensi. Hal ini sesuai dengan
beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa
terapi tawa dapat mengatasi masalah-masalah
yang terkait dengan stres, dan tekanan darah

Judul : Minuman cincau hijau (premna oblongifolia


merr.) Dapat menurunkan tekanan darah pada
wanita dewasa penderita hipertensi ringan dan
sedang

xvii
Peneliti : Fitriana Sundari, Leily Amalia, Karina
Rahmadia Ekawidyani
Jumlah sample : 25 wanita berusia 45 tahun
Jenis penelitian : Desain eksperimental

Maksud : Menganalisis pengaruh minuman cincau hijau


penelitian (Premna oblongifolia Merr) terhadap
penurunan tekanan darah pada wanita dewasa
penderita hipertensi ringan dan sedang
Tahun : 2014
penelitian
Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa P1
secara nyata mengalami penurunan tekanan
darah sistolik dengan rata-rata penurunan
sebesar 20-25 mmHg (p<0,05). Kelompok P 1
dan P3 juga terbukti secara nyata mengalami
penurunan tekanan darah diastolik dengan
rata-rata penurunan sebesar 14-15 mmHg
setelah dua minggu perlakuan (p<0,05).
Penurunan tekanan darah pada kelompok P1
dan P3 diduga disebabkan oleh adanya sinergi
dari kandungan kalium, serat, dan senyawa
aktif flavonoid dari minuman cincau hijau
yang dikonsumsi secara rutin yaitu setiap hari.
Penggunaan gula merah biasa tidak
menganggu komponen zat aktif yang terdapat
pada cincau hijau, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberian tambahan
komponen lain pada konsumsi minuman
cincau hijau tidak menurunkan efektivitas dari
zat aktifnya

xviii
ASUHAN KEPERAWATAN Ny. X
DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI
DI RSU ......

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA


Nama : Ny. X
Usia : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Rekam Medik : 20180320
Alamat : Jl. Garuda No. 99 Garut
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan terakhir : Sarjana
Diagnosa Medis : Hipertensi

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh pusing dan nyeri kepala.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke rumah sakit dengan mengeluh pusing dan nyeri kepala.
Nyeri tumpul disertai perasaan tidak nyaman di leher bagian belakang
dengan skala nyeri 3 (0-10). Nyeri dirasakan ketika duduk dan
membaik ketika berbaring.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering mengonsumsi makanan kaleng dan ikan asin
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat keluarga sebelumnya

xix
e. Riwayat Psikososial Spiritual
1. Pengkajian Psikologi
- Kesadaran : compos mentis
- Cara berbicara : jelas, lancar dan nyambung
- Gambaran Diri : pasien merasa takut
mengalami stroke dan
selalu menanyakan tentang
penyakitnya
- Mekanisme koping : pasien nampak cemas dan
selalu menanyakan tentang penyakitnya
2. Pengkajian Sosial
- Sistem Keluarga : pasien telah menikah dan
tinggal bersama dengan suami dan anaknya. Namun, semenjak
masuk RS pasien hanya di temani oleh suami dan kakaknya.
- Status Sosial ekonomi : pasien merupakan seorang PNS
sehingga biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.
3. Pengkajian Spiritual
- Perilaku : pasien cemas dan takut mengalami
strokeakibat hipertensi
- Harapan : pasien menyatakan ingin segera sembuh
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : composmentis
b. GCS : E4V5M6
c. TTV
 TD : 180/150 mmHg
 MAP : 160 mmHg
 HR : 110x/menit
d. Pemeriksaan Head to toe dan Sistem
 Head to toe
Kepala : Rambut berwarna hitam, rontok (+), benjolan (-), nyeri tekan
(-)
Muka : Bentuk wajah oval, atau benjolan (-),

xx
Hidung : bentuk simetris, fungsi penciuman baik
Telinga : Bentuk simetris, bersih, fungsi pendengaran
Leher: fungsi menelan baik, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
 Sistem
Respirasi dan Oksigenasi
Tidak ada kelainan, irama nafas teratur dan tidak ada suara nafas
tambahan
Kardiovaskular
Tekanan darah ketika berbaring 180/150 mmHG, nadi 110x/menit,
MAP 160 mmHg
Gastrointestinal
Bising usus normal, nyeri tekan (-)
Muskuloskeletal
Nyeri tumpul di bagian leher belakang
Integumen
Turgor normal
Hygiene
Aktivitas sehari-hari dibantu salah satunya mandi, Mandi 1 kali/hari
dan hanya diseka, kebersihan rambut dan kuku kurang baik, kondisi
tubuh secara umum bersih.

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Urinalisasi
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Keterangan

Natrium 6,2 mEq/L Low

xxi
B. ANALISA DATA

No Diagnosa Keperawatan Etiologi Masalah


Keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan Konsentrasi garam Nyeri akut
tekanan vaskular ↓
cerebral dan iskemia Hipertensi
DO : ↓
- skala nyeri 3 (0-10) Kerusakan vaskuler
- TTV pembuluh darah
- TD 180/150 mmHg ↓
- MAP 160 mmHg Penyumbatan
- HR 110x/menit pembuluh darah
- Na serum 6,2 mEq/L ↓
DS : - nyeri kepala Vasokontriksi
Dx : - Hipertensi ↓
Resistensi pembuluh
darah otak ↑

Nyeri kepala

xxii
2. Intoleransi aktivitas b.d Konsentrasi garam Intoleransi
kelemahan ↓ aktivitas
DS Hipertensi
– pasien mengeluh pusing ↓
DO Kerusakan vaskuler
skala nyeri 3 (0-10) pembuluh darah
- TTV ↓
- TD 180/150 mmHg Penyumbatan
- MAP 160 mmHg pembuluh darah
- HR 110x/menit ↓
- Na serum 6,2 mEq/L Vasokontriksi
Dx : Hipertensi ↓
Gangguan sirkulasi

Pembuluh darah

Sistemik

Afterload ↑

Fatigue

Intoleransi aktivitas

xxiii
3. Ansietas Konsentrasi garam Ansietas
DS: klien merasa takut ↓
mengalami stroke Hipertensi
DO ↓
- skala nyeri 3 (0-10) Ansietas
- TTV
- TD 180/150 mmHg
- MAP 160 mmHg
- HR 110x/menit
- Na serum 6,2 mEq/L
Dx : hipertensi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskular cerebral dan iskemia
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. ansietas
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
1. Nyeri akut b.d Selama 3x24 - Monitor - Untuk
peningkatan jam nyeri akut TTV mengetah
ui
tekanan vaskular b.d - Berikan
perubahan
cerebral dan peningkatan analgetik TTV dan
iskemia tekanan - Berikan untuk
evaluasi
DO : vaskular dukungan
intervensi
- skala nyeri 3 (0- cerebral dan pada pasien - Pemberian
10) iskemik dan keluarga analgetik
diharapka
- TTV Dengan - Tingkatkan
n mampu
- TD 180/150 kriteria hasil istirahat yang menguran
mmHg Nyeri cukup gi nyeri
- MAP 160 berkurang - Intruksikan - Istirahat

xxiv
mmHg TTV dalam pasien yang
- HR 110x/menit rentang normal menggunaka cukup
membantu
- Na serum 6,2 n teknik
proses
mEq/L relaksasi penyembu
DS : seperti Tarik han
Teknik non
- nyeri kepala nafas dalam
farmakologi
Dx : Hipertensi dan juga
seperti nafas
mendengarka
dalam dan
n music.
juga
mendengarka
n musik
2. Intoleransi Selama 3x24 - Bantu klien - Untuk
aktivitas b.d jam intoleransi mengidentifika melatih
kelemahan aktivitas b.d si aktivitas kemandirian
DS : kelemahan yang mampu - Membantu
- pasien dapat teratasi dilakukan pasien dalam
mengeluh dengan kriteria - bantu pasien melakukan
pusing hasil dalam aktivitas nya
DO - Pusing melakukan dilakukan
- skala nyeri 3 berkurang aktifitas sehari- agar pasien
(0-10) - Skala nyeri hari yang tidak terhindar dari
- TTV berkurang dapat dilakukan cidera akibat
- TD 180/150 - TTV dalam sendiri. kelmahan
mmHg rentang - Batasi stimulus yang
- MAP 160 normal lingkungan dirasakannya.
mmHg - Dorong untuk - Stimulus
- HR melakukan negatif bisa
memengaruhi
110x/menit periode
kesehatan
- Na serum 6,2 istirahat dan pasien
mEq/L aktivitas - Istirahat dan

Dx : Hipertensi aktivitas
harus

xxv
seimbang.
Istirahat yang
cukup bisa
membantu
proses
penyembuhan
3. Ansietas Selama 3x24 - Identifikasi - Untuk
DS: jam intoleransi kecemasan mengetahui
- klien merasa aktivitas b.d -Gunakan apa yang
takut kelemahan pendekatan menjadi
mengalami dapat teratasi teurapeutik kecemasan
stroke dengan kriteria yang nya
DO: hasil menenangkan - Agar pasien
- skala nyeri 3 Kekhawatiran - Berikan percaya
(0-10) pasien motivasi pada adan mau
- TTV berkurang pasien terbuka
- TD 180/150 mengenai terhadap
mmHg penyakitnya. kita
- MAP 160 - Agar pasien
mmHg tidak takut
- HR terhadap
110x/menit penyakit
- Na serum 6,2 yang
mEq/L dialaminya
Dx : Hipertensi

xxvi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada kasus ini mengalami penyakit hipertensi karena pasien sering


mengonsumsi makanan kaleng dan ikan asin. Makanan kaleng mengandung
kadar garam yang cukup tinggi. Garam merupakan senyawa yang terdiri dari
natrium dan klorida. Meningkatnya tekanan darah ketika mengkonsumsi
makanan yang asin sebenarnya dipengaruhi oleh natrium yang terkandung
dalam makanan tersebut.
Hipertensi yang dialami pasien adalah hipertensi primer karena gaya
hidup yang sering mengonsumsi makanan kaleng dan ikan asin sehingga
menyebabkan peningkatan Na. Pasien juga merasa takut dan cemas karena
dia takut penyakit hipertensinya akan menyebabkan stroke.

B. Saran

Dari kasus di atas kita dapat mengetahui salah satunya dari penyebab
hipertensi yaitu pola hidup yang tidak sehat sering mengkonsumsi makanan
kaleng yang mengandung garam cukup tinggi. Oleh karena itu, kita harus
selalu berusaha menjaga kesehatan tubuh kita terutama pola hidup kita agar
tidak terjadi penyakit seperti hipertensi.

xxvii
DAFTAR PUSTAKA

Amir Huda Nuraruf d&Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnose Medis & NANDA. Jogjakarta.: Penerbit Mediaction Jogja.
Sundari, Fitriana. 2014. Minuman Cincau Hijau (Premna Oblongifolia Merr).
Bogor. Jurnal Gizi Pangan. Vol. 9, No. 3
Desinta, Sheni & Neila Ramadhani. 2013. Terapi Tawa untuk Menurunkan Sterss
pada Penderita Hipertensi. Yogyakarta. Jurnal Psikologi. Volume 40, Nomor 1
Sulistyarini, Indahria. 2013. Terapi Relaksasi Untuk Menurunkan Tekanan Darah
dan Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Hipertensi. Yogyakarta. Jurnal
Psikologi. Volume 40, Nomor 1

xxviii

Anda mungkin juga menyukai