Anda di halaman 1dari 11

KONSEP STRESS DAN ADAPTASI

A. Konsep Stress
1. Pengertian Stress dan Stressor
Stress sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, stress merupakan salah satu
gejala psikologi yang dapat menyerang siapa saja. Stress timbul dikarenakan adanya
penyebab yang berupa konflik dan frustasi. Sebagian orang menganggap bahwa stress
merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan, perasaan bingung dan mudah marah yeng
membuat detak jantung lebih cepat, gangguan pencernaan dan gangguan lainnya. Tapi
melihat hal-hal tersebut tampaknya tidak banyak orang yang mengetahui tentang stress,
bagaiman mencegahnya, mengatasi. Pemahaman yang baik terhadap stress akan
membantu kita dalam menghadapi stress ketika stress tersebut menyerang kita, melalui
penanganan yang dapat adanya pemahaman yang baik mengenai stress, maka individu
tidak akan terkena dampak negatif dari stress tersebut.
Stress adalah sebagai respon adaptif yaitu akibat tindakan,situasi,kejadian eksternal
yg menyebabkan tuntutan fisik dan atau spikologis terhadap seseorang (Invancevich dan
Matteson 1980). Stress dapat menyebabkan perasaan negatif/berlawanan dgn apa yg
diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional, dapat mengganggu cara orang
dalam menyerap realitas, menyelesaikan masalah, berpikir, mengganggu pandangan
hidup, sikap pada orang yang disayangi, dan status kesehatan. Persepsi atau pengalaman
individu terhadap perubahan. besar menimbulkans stres, stimulus yg mengawali/mencetus
perubahan disebut stresor. Pada sebagian orang stresor menunjukkan suatu kebutuhan yg
tidak terpenuhi.
Stress adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap
bahaya ancaman. Stress memiliki dua komponen: fisik yakni perubahan fisiologis dan
psikogis yakni bagaimana seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan
keadaan fisik dan psikologis ini disebut sebagai stresor (pengalaman yang menginduksi
respon stres) (Pinel, 2009). Stressor adalah stimulus yg mewakili atau memicuh perubahan
yg menimbulkan stress, peristiwa yang tidak mengenakkan bagi seseorang, oleh karena
mengharuskan seseorang untuk beradaptasi.

2. Jenis-jenis Stress
Penggolongan Stres Menurut Selye (2005) menjadi dua golongan yang didasarkan
atas persepsi individu terhadap stress yang dialaminya yaitu :
a. Distresa (stres negatif)
Merupakan stresa yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan
sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir
atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif,
menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya.
b. Eustress (stress positif) Eustres bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman
yang memuaskan, frase joy of stres untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif
yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental,
kewaspadaan, kognisi dan performansi kehidupan. Eustress juga dapat meningkatkan
motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.

3. Sumber stressor
Stresor merupakan faktor yang dapat menimbulkan stress, berikut ini suber terjadinya
stressor
a. Internal
stres bersumber dari diri sendiri, tuntutan pekerjaan atau beban terlalu berat,
kondisi keuangan, ketidakpuasan dengn fisik, penyakit yang dialami, masa pubertas,
karakteristik atau sifat yg dimiliki.
b. Eksterna
Stress bersumber luar seperti dari keluarga, masarakat dan lingkungan, stres yg berasal
dari keluarga disebab oleh perselisihan dalam keluarga,berpisahan orang tua,adanya
anggota keluarga yg mengalami kecanduan narkoba dll. sumber stresor masarakat dan
lingkungan: pekerjaan, lingkungan social, lingkungan fisik. contoh adanya atasan yg
tidak pernah puas di tempat kerja, iri terhadap teman yang status sosialnya lebih tinggi,
polusi udara dan sampah di lingkungan tempat tinggal

4. Penyebab Stress
Ditinjau dari penyebabnya stres dapat dibedakan kedalam beberapa jenis yaitu :
a. Stress fisik : merupakan stress yang disebabkan oleh keadan fisik,seperti suhu yg
terlalu tinggi,atau terlalu rendah,suara bising,siinar matahari yg terlalu menyengat.
b. Stress kimiawi : merupakan stress yang disebabkan oleh pengaruh senyawa kimia yg
terdapat dalam obat,zat beracun asam,basa,faktor hormon atau gas dll.
c. Stress mikrobiologi : merupakan stress yang disebabkan oleh kuman,seperti virus,
bakteri dan parasit.
d. Stress fisiologis : stress yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ tubuh antara lain
gangguan srtuktur tubuh dan fungsi jaringan organ lain.
e. Stres proses tumbuh kembang : stress yang disebabkan proses tumbuh kembang seperti
masa pubertas, pernikahan, dan pertambahan usia.
f. Stress psikologis atau emosi : stress yang disebabkan gangguan situasi psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam
hubungan interpersonal, sosial budaya dan keagamaan.

5. Tingkat Perkembangan
Tingkat perkembangan individu dpt mempengaruhi respon tubuh yaitu semakin matang
dlm perkembangannnya semakin baik pula kemampuan mengatasinya.Kemampuan
individu dlm mengatasi stressor dan respons terhadap stresor tsb berbeda-beda, dan stresor
yang dihadapi juga berbeda-beda.
Tahap perkembangan Jenis stressor
Anak Konflik mandiri dan ketergantungan dengan orang
tua
Remaja Mulai sekolah
Dewasa muda Hubungan dengan teman sebaya
Dewasa tengah Kompetensi dengan teman
Dewasa tua Perubahan tubuh, hubungan dengan teman,
seksualitas, mandiri, menikah, meninggalkan
rumah, mulai bekerja, melanjutkan pendidikan,
membesarkan anak, menerima proses penuaan,
status sosial, usia lanjut, perubahan tempat tinggal,
penyesuaian diri pada masa pensiun, proses
kematian
6. Mekanisme Stress
Gejala-gejala stress pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan
awal tahapan stress timbul secara lambat dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala
sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat
kerja ataupun di pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Van amberg (1979) dalam
penelitiannya membagi tahapan-tahapan stress sebagaimana berikut :
a. Tahap pertama
Tahap ini merupakan tahap yang paling ringan dan biasanya ditandai dengan
munculnya semangat yang berkelebihan, pengelihatan lebih tajam dari biasanya,
mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya .(namun tanpa disadari cadangan
energi dihabiskan) dan timbulnya rasa gugup yang berkelebihan
b. Tahap dua
Tahap ini dampak stress yang semula menyenangkan mulai menghilang dan timbul
keluhan-keluhan karena habisnya cadangan energi, keluhan yang sering timbul,
merasa letih sewaktu bangun pagi dalam kondisi normal, mudah lelah setelah makan
siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman,
jantung berdebar-debar, otot perut dan tengkuk terasa tegang serta tidak bisa santai.
c. Tahap tiga
Jika tahap stress sebelumnya tidak ditanggapi dengan memadai maka keluhan akan
semakin nyata. Seperti gangguan lambung dan usus (gastritis dan diare), ketegangan
otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur (sulit untuk mulai
tidur, terbangun tengah malam,dan sukar kembali tidur atau bangun terlalu pagi,dan
tidak dapat tidur kembali), tubuh terasa lemah seperti tidak bertenaga.
d. Tahap keempat
Setelah memeriksakan diri ke dokter sering kali dinyatakan tidak sakit,karena tidak
ditemukan kelainan-kelainan fisik terhadap organ tubuhnya, namun pada kondisi
berkelanjutan akan muncul gejala seperti gejala ketidakmampuan untuk melakukan
aktifitas rutin karena perasan bosan, kehilangan semangat, terlalu lelah karena
gangguan polah tidur, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun serta muncul
rasa takut dan cemas yang tidak jelas penyebabnya.
e. Tahap kelima
Tahap ini ditandai dengan kelelahan fisik yang sangat tidak mampu menyelesaikan
pekerjaan ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat,
semakin meningkatnya rasa takut dan cemas.
f. Tahap enam
Tahap ini merupahkan tahap puncak, biasanya ditandai dengan timbul rasa panik dan
takut mati yang menyebabkan jantung berdetak semakin cepat, kesulitan untuk
bernapas tubuh gemetar dan berkeringat serta adanya kemungkinan terjadi kolaps atau
pingsan. Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan
panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami
stress tahap VI ini berulangkali dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU,
meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ
tubuh.
g. Pingsan atau kolaps (collapse)
Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih
didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal
(fungsional) organ tubuh sebagai akibat stressor psikososial yang melebihi
kemampuan seseorang untuk mengatasinya

7. Faktor yang Mempengaruhi Respon Terhadap Stress dan Stressor


Respon terhadap segala bentuk stressor bergantung pada fungsi fisiologis, sikap, dan
karakteristik perilaku, seperti juga halnya sifat dari stresor stresor tersebut. Sifat stresor
mencakup faktor- faktor berikut ini :
a. Sifat stressor : dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur dan dapat
mempengaruhi terhadap respons seseorang dalam menghadapi stres tergantung
mekanisme yang dimilikinya.
b. Durasi stress ; lamanya stresor yang dialami seseorang dapat mempengaruhi respon
tubuh, apabila stressor yang dialami lebih lama maka respon juga akan lebih lama,dan
tentunya akan mempengaruhi fungsi tubuh.
c. Jumlah stressor : semakin banyak stressor yang dialami seseorang semakin besar
dampaknya bagi fungsi tubuh.
d. Pengelaman masa lalu : pengalaman masa lalu seseorang dalam menghadapi stress
dapat menjadi bekal dalam menghadapi stress berikutnya, karna individu memiliki
kemampuan beradaptasi/mekanisme koping yang lebih baik.
e. Tipe kepribadian : tipe kepribadian seseorang diyakini juga dapat mempengaruhi
respon terhadap stressor.
f. Tahap perkembangan : tahap perkembangan individu dapat membentuk kemampuan
adaptasi yang semakin baik terhadap stressor. Stresor yang dialami setiap individu
berbeda setiap tahap perkembagam usia

8. Tipe Kepribadian
Menurut Friedman dan Roseman (1974),terdapat dua tipe kepribadian,yaitu A dan tipe B.
Orang dengan tipe kepribadian A lebih rentan terkenah stres apabila dibandingkan dengan
orang yang memiliki tipe kepribadian B.
a. Tipe A memiliki ciri-ciri ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang,
mudah tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadan yang berlebihan, berbicara
dengan cepat bekerja tidak kenal waktu,tidak mudah dipengaruhi,pandai
berorganisasi,dan memimpin atau memerintah,lebih suka bekerja sendirianbila ada
tantangan,kaku terhadap waktu,dan sulit untuk santai.
b. Tipe B memiliki sifat kebalikan dari tipe antara lain lebih santai,penyabar,t untuk
menang,tidak mudah marah,/tersinggung,jarang kekurangan waktu untuk melakukan
hal-hal yang disukai ,fleksibel,mudah bergaul dll.

9. Reaksi Tubuh Terhadap Stress


a. Perubahan warna rambut yg semula hitam menjadi kecoklatan dan kusam.
b. Perubahan ketajaman mata karena kekenduran otot-otot mata.
c. Gangguan pada telinga : suara berdenging
d. Penurunan konsentrasi
e. Sering sakit kepala dan pusing
f. Ekspresi wajah tampak tegang, mulut dan bibir terasa kering, berkeringat dan kadang
panas.
g. Sistem pernafasan : sesak karena penyempitan saluran nafas.
h. Sistem kardiovaskuler : berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit
kadang terjadi kepucatan atau kemerahan pada muka , terasa kedinginan dan
kesemutan pada jari tangan atau kaki.
i. Sistem pencernaan : gangguan sepertt lambung, terasa kembung, mual dan pedih.
j. Sistem perkemihan : gangguan seperti BAK yg sering.
k. Sistem endokrin/hormonal : peningkatan kadar gula dan terjadi penurunan libido dan
penurunan kegairahan pada seksual.

10. Teknik Manajemen Stress


Manajemen stres adalah teknik mengelola stres dgn lbh baik, berusaha mencegah dan
mengatasi stres agar tdk sampai ke tahap yg paling berat sehinga dapat dilakukan
dengan cara :
a. Mengatur diet dan nutrisi : cara efektif untuk mengatasi stres dilakukan dengan
mengkonsumsi makanan yg halal dan tidak berlebihan, mengatur jadwal makan secara
teratur, menu bergizi dan bervariasi, hindari makanan dingin dan monoton.
b. Istirahat dan tidur : obat yang baik untuk mengatasi stres seperti istirahat dan tidur
yang cukup dapat memulihkan keletihan fisik dan keadaan tubuh,memberikan
kegairahan dalam hidup memperbaiki sel-sel yang rusak.
c. Olahraga atau latihan teratur : salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan
kekebalan fisik serta mental, dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal
2 minggu sekali.
d. Berhenti merokok : dapat menanggulangistres, karena dapat meningkatkan status
kesehatan, mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh
e. Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol : minuman beralkohol merupakan pencetus
stres, dengan menghindarinya kekebalan dan ketahanan tubuh semakin baik, segala
penyakit dapat dihindari karena minuman tersebut banyak mengandung alkohol.
f. Mengatur berat badan : peningkatan BB merupakan faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya stress, keadaan tubuh yg seimbang dapat menurunkan ketahanan dan
kekebalan tubuh terhadap stress.
g. Mengatur waktu : mengatur waktu merupakan cara tepat dalam mengurangi dan
menanggulangi stress, segera lakukan pekerjaan yang dapat dikerjakan dan jangan
menunda pekerjaan yang ada.
h. Terapi psikofarmako : menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres, obat yang
digunakan anticemas dan antidepresi.
i. Terapi somatik : terapi dilakukan pada gejala yang terjadi akibat stres yang dialaminya
sehingga tidak menganggu sistem tubuh yg lain, contoh diare karena stress, maka yang
diobati diarenya.
j. Psikoterapi. Terbagi menjadi:
1) Psikoterapi suportif, yaitu memberikan motivasi dan dukungan agar pasien percaya
diri
2) Psikoterapi reedukatif, yaitu memberikan pendidikan secara berulang.
3) Psikoterapi rekonstruktif, yaitu memperbaiki kepribadian yang tergoncang
4) Psikoterapi kogitif, yaitu memulihkan kognitif pasien
k. Terapi psikoreligius : menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi stress,
mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis,
sosial dan sehat spiritual

B. Adaptasi terhadap Stressor


Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam merespon
terhadap stress, upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan
refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping, dan idealnya
mengarah pada penyesuaian dan penguasaan situasi, agar adaptasi berfungsi optimal,
seseorang harus mampu berespon terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau
perubahan yg dibutuhkan. Respon stress dibagi menjadi 4 :
1. Adaptasi Fisiologi
Selye (1976), membagi adaptasi fisiologis menjadi 2 :
a. Sindrom adaptasi lokal (local adaptation syndrome/LAS)
Merupakan proses adaptasi yg bersifat lokal, misal ketika kulit terkena infeksi, maka
daerah sekitar kulit akan menjadi kemerahan, bengkak, terasa nyeri, panas, kram.
Ciri-ciri LAS :
1) Bersifat lokal, yaitu tidak melibatkan keseluruhan sistem tubuh
2) Bersifat adaptif, yaitu diperlukan stressor untuk menstimulinya
3) Bersifat jangka pendek, yaitu tidak berlangsung selamanya
4) Bersifat restoritif, yaitu membantu memperbaiki homeostasis daerah atau bagian
tubuh
b. Sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome/GAS)
Proses adaptasi yang bersifat umum atau sistematik. GAS terjadi ketika LAS tidak
teratasi dengan baik, dapat berupa peningkatan suhu tubuh, keringat dingin dll. GAS
terbagi menjadi 3 tahap
1) Tahap reaksi alarm
a) Tahap awal dari proses adaptasi
b) Individu siap menghadapi stresor yg akan masuk ke dalam tubuh.
c) Diawali dg kesiagaan dimana tjd perubahan fisiologis yaitu ditandai dgn
ekskresi hormon adrenalin yg dpt meningkatkan denyut jantung dan
pernafasan cepat dan dangkal
d) Pengeluaran hormon adrenokortikotropik yg dpt merangsang pengeluaran
kortikoid yg dpt mempengaruhi tekanan darah
e) Aktifitas hormon mempersiapkan individu untuk “fight or flight”
2) Tahap resistensi
Tubuh akan melakukan proses penyesuaian.Terjadi berbagai perubahan dalam
tubuh untuk mengatasi stressor yang ada seperti jantung bekerja lebih keras
untuk mendorong darah yang pekat melewati arteri dan vena yang menyempit.
3) Tahap terakhir (kelelahan)
Tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan, apabila selama proses adaptasi
tidak mampu mengatasi stressor yg ada, maka dapat menyebar ke seluruh tubuh
dan dapat berakibat pada kematian
2. Adaptasi Psikologis
Proses penyesuian secara psikologis akibat stressor yang ada, bersifat konstruktif dan
destruktif, konstruktif dapat membantu individu untuk menyelesaikan masalah
sedangkan destruktif berkebalikan dengan konstruktif, seperti memilih narkoba
sebagai pelarian. Dalam proses adapatsi secara psikologis untuk mempertahankan
diri dari berbagai stressor dengan cara melakukan koping
Mekanisme koping, terbagi menjadi 2 :
a. Reaksi yg berorientasi pada tugas
Melibatkan penggunaan kognitif dalam memecahkan masalah dan mengurangi
stres. Tiga jenis perilaku yg umum :
1) Menyerang, bertindak menghilangkan, mengatasi stressor, contoh dengan
berkonsultasi pada ahli
2) Menarik diri dari stresor baik secara fisik atau emosi
3) Berkompromi, mengubah metode yang digunakan, mengganti tujuan dll
b. Reaksi yg berorientasi pada ego.
Mekanisme ini adalah:
1) Rasionalisasi : berusaha memberikan alasan yang rasional sehingga masalah
yang dihadapi dapat teratasi.
2) Displacement (pengalihan) : mengatasi stress dengan mengalihkan pada
tingkah laku pada objek lain, contoh seseorang yang tidak dapat
berkonsentrasi karena keributan temannya, maka dia akan menyalahkan
temannya tersebut.
3) Kompensasi : mengatasi masalah dengan mencari kepuasan pada kondisi
lain, putus asa karena sulit mengingat dan berhitung, maka mencari bakat lain
yg lebih menonjol seperti melukis
4) Proyeksi : menempatkan sifat batin sendiri ke dalam sifat batin orang lain.
5) Represi : melupakan masa lalu yang buruk dan menguburnya dalam alam
bawah sadar
6) Supresi : berusaha menekan masalah yang secara sadar tidak diterima dan
tidak memikirkan hal-hal yang tidak menyenangkan
7) Denial (penyangkalan) : menyangkal masalah yang dialami atau tidak mau
menerima kenyataan yang terjadi, contoh menolak kenyataan telah di PHK
dengan tetap melakukan kegiatan rutinitas seolah-olah masih bekerja
3. Adaptasi sosial budaya
Proses adaptasi dengan melakukan penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma
di masyarakat (berkumpul dengan masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan),
contoh : orang yangg tinggal di desa akan berusaha mengikuti budaya yang ada di
masyarakatnya, seperti gotong royong.
4. Adaptasi spiritual
Proses adaptasi dengan perubahan perilaku sesuai dengan agama yang dianut, contoh
: apabila mengalami stress seseorang akan giat beribadah, seperti sholat, puasa.

Anda mungkin juga menyukai