Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

TRAUMA MEDULLA SPINALIS

NAMA KELOMPOK 2
ARYANTI PUTRI DANGGA MESA
PO.530320119107
ASISKA SINSIANA DIN
PO.530320119108
CHERLY A.MANAPA
PO.530320119110
Pengertian Trauma Medulla Spinalis

Trauma medula spinalis adalah trauma langsung atau


tidak langsung pada tulang belakang yang
menyebabkan lesi medula spinalis sehingga
menimbulkan gangguan neurologik, yang dapat
berakibat kecacatan menetap atau
kematian.Tergantung letak kerusakan saraf spinalis
dan jaringan saraf yang rusak, gejala-gejala dapat
bervariasi mulai dari nyeri, paralisis, sampai terjadinya
inkontinensia.
Etiologi

Lesi medula spinalis dapat disebabkan karena trauma


maupun non trauma. Penyebab utama trauma medula
spinalis adalah kecelakaan kendaraan bermotor (40%),
jatuh (20%), luka tembak (14%) dan kecelakaan kerja
(13%) (Mahadewa, 2009). Kecelakaan kendaraan
bermotor mendominasi penyebab lesi medula spinalis
pada anak-anak (39-52%), sedangkan pada usia tua
(lebih dari 65 tahun), jatuh merupakan penyebab utama
lesi (53%). Lesi medula spinalis lebih sering terjadi pada
laki-laki dan berumur kurang dari 30-40 tahun
(Mahadewa, 2009).
Tanda dan Gejala
Kehilangan kemampuan
mengendalikan gerak. Mengalami impotensi
Sakit kepala

Mengalami gangguan
Kehilangan kendali pada proses pernapasan.
Batuk
buang air kecil atau besar.

Pingsan
Terdapat bagian tubuh yang terasa
sakit atau nyeri
Posisi kepala yang tidak
normal. Kehilangan indera peraba atau
sensorik, seperti tidak bisa
merasakan panas, dingin, atau
sentuhan.
 
Pathofisiologi
Trauma dapat mengakibatkan cedera pada medula spin
alis lumbal secara langsung. Sedangkan penyebab
tidak langsung yaitu trauma menimbulkan fraktur dan
instabilitas vertebra sehingga mengakibatkan cedera
pada medulaspinalis lumbal. Kondisi kerusakan saraf
lumbal dapat berakibat pada masalah-masalah
biopsikososiospiritual.Masalah biologis yang
muncul yaitu nyeri akut kerusakan mobilitas fisik
bantuan eliminasi urin dan fekal dan disfungsi seksual
Pathway
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan neurologist lengkap secara teliti segera setelah

pasien tiba di rumah sakit.

2. Peneriksaan tulang belakang: deformitas, pembengkakan, nyeri

tekan, gangguan gerakan (terutama leher). Jangan banyak

manipulasi tulang belakang.

3. Pemeriksaan radiologis: foto polos vertebra AP dan lateral.

Pada servikal diperlukan proyeksi khusus mulut terbuka

(odontoid). bila hasil meragukan, lakukan CT Scan. Bila

terdapat defisit neurologis, harus dilakukan MRI atau CT

Mielogafi.
Penatalaksanaan Medis

2.Letakkan pasien pada


1. Lakukan tindakan segera
alas yang keras dan
pada cedera medulla 3.Beri bantal, gulung, atau
datar untuk
. spinalis. Tujuannya adalah bantal pasir pada sisi pasien
pemindahan.
mencegah kerusakan lebih untuk mencegah pergeseran
lanjut pada medulla spinalis

4.Tutupi dengan selimut


untuk menghindari 5.Pindahkan pasien ke
kehilangan hawa panas rumah sakit yang
badan. memiliki fasilitas
penanganan kasus
cedera medula spinalis.
Pendidikan Kesehatan
Edukasi dan promosi kesehatan pada cedera spinal
mencakup pengetahuan pasien atau keluarga pasien
mengenai mengenai cedera spinal, rencana rawat,
biaya, pengobatan, prosedur, masa dan tindakan
pemulihan dan latihan, manajemen nyeri, serta risiko
dan komplikasi selama perawatan.
Pasca perawatan, modifikasi rumah penting
dilakukan agar pasien mampu mandiri dalam aktivitas
harian, mencakup ketebalan pintu, gagang pintu,
ketinggian sumber listrik, modifikasi bak mandi,
peralatan dapur yang mudah dijangkau, dan akses
jalan yang memadai.
ASUHAN KEPERAWATAN
TRAUMA MEDULLA SPINALIS

1. Pengkajian
• Identitas Klien
• Nama
• Umur
• Jenis kelamin
• Pekerjaan
• Hubungan klien dengan Keluarga
• Agama
• Suku bangsa
• Status perkawinan
• Alamat
• Golongan darah
• Keluhan utama
• Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolong­an kesehatan adalah nyeri,
kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas, inkontinensia urine dan inkontinensia alvi, nyeri tekan
otot,hiperestesia tepat di atas daerah trauma, dan deformitas pada daerah trauma.
next.,,,
• Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma yang mengenai tulang belakang akibat dari
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olah raga, kecelakaan industri,
kecelakaan lain seperti jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk,
luka tembak, trauma karena tali pengaman dan kejatuhan benda keras.
• Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit
degeneratif pada tulang belakang seperti osteoporosis, osteoartritis,
spondilitis, spondilolistesis, spinal stenosis yang memungkinkan
terjadinya kelainan pada tulang belakang.
• Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah dalam keluarga pasien ada yang menderita hipertensi, DM,
penyakit jantung untuk menambah komprehensifnya pengkajian (Untuk
mengetahui ada penyebab herediter atau tidak)
Diagnose keperawatan
• Pola napas tidak efektif berhubungan dengan cedera
pada medulla spinalis
• Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan neuromuscular

Implementasi
• Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan
merupakan tahapan melakukan rencana tindakan sesuai
kondisi pasien. Implementasi sepenuhnya mengacu pada
rencana tindakan yang disusun. Tindakan keperawatan
berupa perawatan langsung maupun tindakan kolaboratif
lainnya, penyuluhan kesehatan dan juga rujukan jika
pasien membutuhkan perawatan lanjutan (Teli, 2018).
No. Diagnose keperawatan Kriteriahasil Intervensi

1. Polanapastidakefektifberhubun Luaranutama : polanapas Intervensiutama : pemantauanrespirasi


gandengancederapada medulla - Ventilasisemenitmeningkat Observasi:
spinalis - Kapasitas vital meningkat - Monitor frekuensi,
- Kapasitas vital meningkat iramakedalamandanupayanapas
- Diameter thoraks anterior- - Monitor polanapas
posteiormeningkat - Monitor kemampuanbatukefektif
- Tekananekspirasimeningkat - Monitor adanyaproduksi sputum
- Tekananinspirasimeningkat - Monitor adanyasumbatanjalannapas
- Dyspnea menurun - Palpasikesimetrisanekspansiparu
- Frekuensinapasmembaik - Aukultasibunyinapas
- Kedalamannapasmembaik - Monitor saturasioksigen
- Eksursi dada membaik Terapeutik
- Atur interval pemantauan respira sisesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskantujuandanprosedurpemantauan
- Informasikanhasilpemantauan, jikaperlu
2 Gangguanmobilitasfisikberhubun Luaranutama : Mobilitasfisik Intervensiutama: dukunganambulasi
gandengangangguan - Pergerakanekstremitasmeningkat Observasi:
neuromuscular - Kekuatanototmeningkat - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
- Rentanggerak (ROM) meningkat lainnya
- Nyerimenurun - Indentifikasi toleransi fisik melakukan
- Kecemasanmenurun ambulasi
- Kaku sendimenurun - Monitor kondisi umum selama melakukan
- Gerakkan tidak terkoordinasi ambulasi
menurun Terapeutik:
- Gerakan terbatas menurun - Fasilitas aktivitas ambulasi dengan alat bantu
- Kelemahan fisik menurun - Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Anjurkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur
kekursiroda)
Evaluasi
Hasil yang diharapkan.
– Bernapas dengan mudah tanpa napas pendek.
– Melatih napas dalam setiap jam, batuk efektif dan paru-paru bersih
dari secret.
– Memperlihatkan turgor kulit normal dan kulit bebas dari kemerahan
atau kerusakan
– Melaporkan tidak ada nyeri dan ketidaknyamanan

Anda mungkin juga menyukai