Anda di halaman 1dari 24

UPAYA MENCEGAH RESIKO DAN

HAZARD PADA TAHAP ASUHAN


KEPERAWATAN
ARMAN RIFAT LETTE
PENGANTAR…..

• Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya
mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan
kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi.
• Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan
praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin
terjadi.( Rijanto, 2010 ).
• Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan
tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga
akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan
• Dengan demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas
perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia. Dengan demikian untuk
mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat,
dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik
sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya
risiko yang diperoleh.
• Risiko merupakan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang
berhubungan dengan cedera parah atau sakit akibat kerja dan terpaparnya seseorang atau
alat pada suatu bahaya.
• Sedangkan hazard merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi
menimbulkan cedera atau kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.
UPAYA MENCEGAH DAN MEMINIMALKAN RISIKO DAN HAZARD PADA TAHAP
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

• Tahap Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien,agar dapat mengindentifikasi, mengenali
masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental,social,
dan lingkungan (effendi,1996).
• Risiko dan Hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan Risiko melekat dari tindakan
pelayanan kesehatan dalam hal ini pada saat melakukan pengkajian asuhan keperawatan adalah
bahwa dalam kegiatan ini yang diukur adalah upaya yang dilakukan. Pada proses pengkajian data,
hal-hal yang dapat saja bisa terjadi adalah:
• a) Kurangnya informasi atau data yang diberikan oleh keluarga pasien atau Pasien itu sendiri
atau dalam kata lain menyembunyikan suatu hal, sehingga dalam proses pengkajian kurang
lengkap. Akibatnya perawat ataupun dokter akan salah dalam memberikan perawatan sehingga
berbahaya terhadap pasien.
• b) Pada saat melakukan pengkajian dapat juga terjadi di kejadian tertularnya penyakit dalam hal
ini seperti kontak fisik maupun udara titik pada saat perawat melakukan perawatan ataupun
pengkajian kepada pasien maka perawat mempunyai resiko tertular penyakit dari pasien
tersebut.
• c) Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian ataupun pada
proses wawancara. Ketika perawat menanyakan data atau informasi pasien namun,
keluarga pasien menyembunyikannya. Sehingga demi keselamatan pasien perawat tetap
menanyakan sehingga pasien atau keluarga kurang menyukainya dan akhirnya
mendapatkan cacian atau perlakuan tidak baik.
• d) Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan perawat bisa saja mendapatkan
kekerasan fisik dari pasien ataupun keluarga pasien. Misalnya pasien ataupun keluarga yang
tidak menyukai proses perawatan atau pengkajian dapat saja melakukan kekerasan fisik
terhadap perawat.
• Dalam melakukan proses pengkajian dan perencanaan pada pasien, perawat harus
memperhatikan hazard dan resiko yang kemungkinan terjadi, seperti :
• Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga
• Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan pengkajian
• Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang di ajukan perawat
• Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan
fisik.
• Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya
CONTOH KASUS:

Seorang perawat di salah satu RS mengalami kekerasan fisik dan verbal pada saat perawat
tersebut sedang melakukan pengkajian. Seperti yang dikutip dalam suatu artikel di media
online:
• “Ketika perawat T,28 tahun, melakukan pendekatan untuk mengumpulkan data, salah satu
pasiennya mengamuk, berteriak dan memukul-mukul kepalanya ke dinding. Dia mencoba
menghentikan dan menenangkannya tapi pasiennya secara emosional malah menendang
dadanya, membuat dia terluka, dan membuat mentalnya tergoyang seharian.”
• Hazard : Perawat mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal pada saat melakukan pengkajian
kepada pasien.
• Resiko : Perawat mengalami luka dan mentalnya tidak stabil.
BEBERAPA UPAYA YANG PERLU DI LAKUKAN UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KEKERASAN FISIK DAN VERBAL PADA
PERAWAT SAAT MELAKUKAN PENGKAJIAN :

• Perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk apapun kepada pihak rumah
sakit
• Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan sesama manusia dengan dasar martabat dan
rasa hormat
• Dalam melakukan kontak kepada pasien,perawat seharusnya menjadi pendengar yang baik,salah satu
teknik pengumpulan data pada pengkajian adalah wawancara. Saat melakukan wawancara perawat harus
mampu menempatkan diri sebagai tempat curhat pasien sebaik mungkin.
• Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang cara menghindari tindakan kekerasan
verbal dan fisik
• Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk di dekati, perawat dapat
melakukan pengkajian kepada keluarga pasien terlebih dahulu.
• Saat mengkaji, perawat tidak boleh menyampaikan kata-kata yang menyingung pasien dan keluarga.
• Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan dari pasien terlebih
dahulu.
• Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi perawat mempersiapkan diri untuk menghadapi hazard dan
resiko.
• Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap laporan-laporan kekerasan fisik
maupun verbal terhadap perawat
• Memodifikasi lingkungan yang nyaman dirumah sakit mulai dari poli, ruangan rawat inap, sampai ke unit
gawat darurat dan ruang intensif untuk menentramkan suasana hati pasien dan keluarga.
UPAYA MENCEGAH & MEMINIMALKAN RISIKO DAN HAZARD PADA PERAWAT DALAM TAHAP PENGKAJIAN
BERDASARKAN KASUS PENYAKIT AKIBAT KERJA

• Batasi akses ketempat isolasi .


• Menggunakan APD dengan benar.
• SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup APD.
• Petugas tidak boleh menyembunyikan wajahnya sendiri.
• Membatasi sentuhan langsung ke pasien.
• Cuci tangan dengan air dan sabun setelah /sebelum ke ruangan.
• Bersihkan kaki dengan di semprot antiseptik ketika meninggalkan ruangan tempat melepas APD.
• Lakukan pemeriksaan berkala pada pekerja.
• Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.
UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN PERAWAT DALAM
TAHAP PENGKAJIAN TERSEBUT YAITU:

• a) Perawat harus memperkenalkan identitas diri baik kepada pasien maupun kepada
keluarganya
• b) Perawat hendak tidak menyinggung perasaan klien saat pengkajian dilakukan, Misalnya
menggunakan masker yang sebenarnya tidak perlu dipakai
• c) Perawat juga dapat membangun kepercayaan kepada pasien
• d) Dalam merawat pasien, perawat harus memperlakukan setiap pasien dengan sama
• e) Pada saat melakukan wawancara dengan pasien, perawat harus menjadi pendengar yang baik,
perawat harus mampu menempatkan diri sebagai tempat curhat pasien sebaik mungkin dan
diharapkan menggunakan bahasa serta tutur kata yang sopan
• f) Ketika pasien terlihat dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk didekati, maka
perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarganya terlebih dahulu
• g) Saat melakukan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan dari klien
terlebih dahulu
• h) Perawat harus menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan fisik pada klien
• i) Perawat juga harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk apapun
kepada pihak rumah sakit
• j) Perawat juga harus menghindari memegang benda yang mungkin telah terkontaminasi
• k) Sebelum menuju klien hendaknya perawat mencuci tangan
Upaya Mencegah dan Meminimalkan
Risiko dan Hazard Pada Tahap
Perencanaan Asuhan Keperawatan
(ASKEP)
UPAYA MENCEGAH DAN MEMINIMALKAN RISIKO DAN HAZARD PADA
TAHAP PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

• Tahap perencanaan (intervensi) adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang


akan dilaksanakan untuk mengulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan terpenuhnya kebutuhan klien (Maryam,2008).
• Rumah sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan
penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.Perencanaan
K3 di rumah sakit dapat mengacu pada standar sistem manajemen K3RS diantaranya self
assesment akreditasi K3 rumah sakit dan SMK3 Perencanaan meliputi:
• Kesalahan saat merencanakan pengkajian dapat saja terjadi, jika perawat salah dalam
mengkaji maka Perawat akan salah dalam memberikan proses perawatan atau pengobatan
yang pada akhirnya akan mengakibatkan kesehatan pasien Malah semakin terganggu.
Kemudian dapat saja terjadi jika perawat salah dalam merencanakan tindakan keperawatan
maka perawat juga akan mendapatkan bahaya seperti tertularnya penyakit dari pasien
karena kurangnya perlindungan diri terhadap perawat.
1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor resiko. Rumah sakit harus
melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya, penilaian serta pengendalian faktor resiko :
• Identifikasi sumber bahaya : Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan: Kondisi dan
kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya Jenis kecelakaan dan PAK yang
mungkin dapat terjadi
• Penilaian faktor resiko : Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya resiko dengan
jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan
keselamatan kerja.
• Pengendalian faktor risiko : Dilakukan melalui empat tingkatan pengendalian risiko
yaitu menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan
lain yang tingkat risikonya lebih rendah /tidak ada (engneering/rekayasa), administrasi
dan alat pelindung pribadi (APP)
2. Membuat peraturan : Rumah sakit harus membuat, menetapkan dan
melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan,
perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus
dievaluasi, diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada
karyawan dan pihak yang terkait.
3.Tujuan dan sasaran : Rumah sakit harus mempertimbangkan peraturan
perundang-undangan, bahaya potensial, dan risiko K3 yang bisa diukur,
satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian.
4. Indikator kinerja : Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang
sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 rumah sakit.
5. Program kerja : Rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan proram K3 rumah
sakit, untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.
6. Pengorganisasian : Pelaksanaan K3 di rumah sakit sangat tergantung dari rasa tanggung
jawab manajemen dan petugas terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama
dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang
jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan
latihan serta penegakan disiplin.
UPAYA MENCEGAH DAN MEMINIMALKAN RISIKO DAN HAZARD DALAM TAHAP
PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

• a) Identifikasi sumber bahaya yang mungkin dapat terjadi saat menyusun rencana keperawatan
• b) Lakukan penilaian faktor risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang
menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja saat menyusun perencanaan
keperawatan
• c) Kendalikan faktor risiko yang mungkin terjadi saat menyusun rencana tindakan
keperawatan. Hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan bahaya, mengganti sumber risiko
dengan sarana atau peralatan lain yang lebih memiliki tingkat risiko yang lebih rendah
• d) Ketika menyusun rencana keperawatan perawat hendak berpedoman pada pedoman
rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan yang ada
• e) Perawat juga diharapkan untuk mampu mempertimbangkan alokasi waktu pencapaian dari
rencana keperawatan yang disusun untuk menjadi indikator evaluasi keperawatan
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai