Anda di halaman 1dari 5

Melly Setiawati dan Susianti | Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo

Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo

Melly Setiawati1, Susianti2


1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Vertigo merupakan suatu kumpulan gejala yang terjadi akibat gangguan pada sistem keseimbangan. Pada sindrom vertigo
ditemukan keluhan berupa rasa berputar, rasa ditarik atau didorong menjauhi bidang vertikal. Seseorang yang mengalami
vertigo akan mempresepsikan suatu gerakan yang abnormal atau suatu ilusi berputar. Vertigo dapat berlangsung
sementara maupun berjam - jam. Jika ada kelainan pada lintasan informasi indera keseimbangan yang dikirim ke sistem
saraf pusat, atau kelainan pada pusat keseimbangan, maka proses adaptasi yang normal tidak akan terjadi tetapi akan
menimbulkan suatu reaksi tanda. Penegakan diagnosis vertigo dapat dilakukan dengan pemeriksaan neurologi, oto-
neurologi, dan fungsi vestibuler. Pemeriksaan neurologis yang dapat dilakukan antara lain Uji Romberg, Tandem Gait, Uji
Unterberger Uji Tunjuk Barany (past-ponting test), dan Uji Babinsky-Weil. Tatalaksana vertigo terdiri dari tatalaksana
farmakologi dan non farmakologi. Tatalaksana non farmakologi terdapat lima jenis manuver yang dapat dilakukan sendiri di
rumah. Manuver-manuver tersebut diantaranya manuver Epley, manuver Semont, manuver Lempert, Forced Prolonged
Position, dan Brandt-Daroff exercise.

Kata kunci: keseimbangan tubuh, sistem vestibular, vertigo

Diagnosis and Management of Vertigo


Abstract
Vertigo is a syndrome that occur due to interference in the balance system. In vertigo founded complaints of rotating or
pushing away from the vertical plane.someone who had vertigo will present an abnormal movement or a spinning illution.
Vertigo can be in a minute or for hours. If there are abnormalities in line of the balance sensory information which sent to
the central nervous system, or abnormalities in the center of balance, then the normal process of adaptation that will not
happen but it will cause a reaction pins. Diagnosis of vertigo can be done by neurological examination, oto-neurology and
vestibular function. Neurological examination can be carried by Romberg test, Tandem Gait, Unterberger test, Show Barany
test (past-Ponting test), and Babinsky-Weil test. Management of vertigo consists of pharmacological and non-
pharmacological management. There are five types of maneuvers that can be done at home in management of non-
pharmacological. There are Epley maneuver, Semont maneuver, Lempert maneuver, Forced Prolonged Position, and
Brandt-Daroff exercise.

Keywords: body balance, vertigo, vestibular system

Korespondensi: Melly Setiawati, alamat Perum Dosen UNILA no 16, HP 082176660471, email setiawatimelly@gmail.com

Pendahuluan reseptor pada visual (retina), vestibulum


Vertigo adalah suatu istilah yang berasal (kanalis semisirkularis) dan proprioseptif
dari bahasa Latin, vertere, yang berarti (tendon, sendi dan sensibilitas dalam).3,4
memutar.1 Secara umum, vertigo dikenal
sebagai ilusi bergerak atau halusinasi gerakan. Isi
Vertigo ditemukan dalam bentuk keluhan Manusia berjalan dengan dua kaki relatif
berupa rasa berputar putar atau rasa kurang stabil dibandingkan dengan makhluk
bergerak dari lingkungan sekitar (vertigo lain yang berjalan dengan empat kaki. Hal ini
sirkuler) namun kadang kadang ditemukan menyebabkan manusia lebih memerlukan
juga keluhan berupa rasa didorong atau ditarik informasi posisi tubuh relatif terhadap
menjauhi bidang vertikal (vertikal linier).2 lingkungan. Selain itu diperlukan juga informasi
Vertigo bukan merupakan suatu gerakan agar dapat terus beradaptasi dengan
penyakit, tetapi merupakan kumpulan gejala perubahan sekelilingnya. Informasi tersebut
atau sindrom yang terjadi akibat gangguan diperoleh dari sistem keseimbangan tubuh
keseimbangan pada sistem vestibular ataupun yang melibatkan kanalis semisirkularis sebagai
gangguan pada sistem saraf pusat. Selain itu, reseptor, sistim vestibuler, dan serebelum
vertigo dapat pula terjadi akibat gangguan sebagai pengolah informasinya. Selain itu
pada alat keseimbangan tubuh yang terdiri dari fungsi penglihatan dan proprioceptif juga

MAJORITY I Volume 5 I Nomor 4 I Oktober 2016 I 91


Melly Setiawati dan Susianti | Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo

berperan dalam memberikan informasi rasa dalam posisi berbaring, duduk, dan berdiri,
sikap dan gerak anggota tubuh. Sistem bising karotis, irama (denyut jantung), dan
tersebut saling berhubungan dan pulsasi nadi perifer.5,9
mempengaruhi untuk selanjutnya diolah di Pemeriksaan neurologis yang dapat
susunan saraf pusat.5,6 dilakukan antara lain: 5,9 (a) Uji Romberg,
Vertigo bukanlah suatu penyakit Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan
tersendiri melainkan gejala dari penyakit yang mula-mula dengan kedua mata terbuka
letak lesi dan penyebabnya berbeda beda. kemudian tertutup. Biarkan pada posisi
Oleh karena itu pada setiap penderita vertigo demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan
harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan bahwa penderita tidak dapat menentukan
yang cermat dan terarah untuk menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik
bentuk vertigo, letak lesi, dan penyebabnya.7 cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan
Rasa pusing atau vertigo disebabkan vestibuler hanya pada mata tertutup badan
oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang penderita akan bergoyang menjauhi garis
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tengah kemudian kembali lagi, pada mata
tubuh yang sebenarnya dengan apa yang terbuka badan penderita tetap tegak.
dipersepsi oleh susunan saraf pusat.6,8,9 Sedangkan pada kelainan serebral badan
Pada anamnesis ditanyakan bentuk penderita akan bergoyang baik pada mata
vertigonya (apakah melayang, goyang, terbuka maupun pada mata tertutup. (b)
berputar tujuh keliling, rasa seperti naik Tandem Gait, Penderita berjalan dengan tumit
perahu, dan sebagainya), keadaan yang kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki
memprovokasi timbulnya vertigo (perubahan kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan
posisi kepala dan tubuh, keletihan dan vestibuler, perjalanannya akan menyimpang
ketegangan), profil waktu (apakah timbulnya dan pada kelainan serebeler penderita akan
akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, cenderung jatuh. (c) Uji Unterberger, Penderita
paroksismal, kronik, progresif, atau membaik). berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal
Pada anamnesis juga ditanyakan apakah ada ke depan dan jalan di tempat dengan
gangguan pendengaran yang biasanya mengangkat lutut setinggi mungkin selama
menyertai atau ditemukan pada lesi alat satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi
vestibuler atau n. vestibularis, penggunaan penderita akan menyimpang atau berputar ke
obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, arah lesi dengan gerakan seperti orang
salisilat, antimalaria dan lain-lain yang melempar cakram yaitu kepala dan badan
diketahui ototoksik atau vestibulotoksik, dan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak
adanya penyakit sistemik seperti anemia, ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun
penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai
penyakit paru dan kemungkinan trauma nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi. (d)
akustik.5,10 Uji Tunjuk Barany (past-ponting test),
Pendekatan klinis terhadap keluhan Penderita diinstruksikan mengangkat
vertigo ditujukan untuk membedakan vertigo lengannya ke atas dengan jari telunjuk ekstensi
sentral yang kelainannya berkaitan dengan dan lengan lurus ke depan, kemudian
susunan sistem saraf pusat atau vertigo perifer diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan
yang berkaitan dengan sistem vestibuler. Selain pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang
itu harus dipertimbangkan pula faktor dengan mata terbuka dan tertutup. Pada
psikologik atau psikiatrik yang dapat mendasari kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan
keluhan vertigo tersebut. Faktor sistemik yang lengan penderita ke arah lesi. (e). Uji Babinsky-
juga harus dipikirkan antara lain aritmia Weil, Penderita berjalan lima langkah ke depan
jantung, hipertensi, hipotensi, gagal jantung dan lima langkah ke belakang selama setengan
kongestif, anemia, dan hipoglikemia. menit dengan mata tertutup berulang kali. Jika
Penegakan diagnosis vertigo diawali dengan ada gangguan vestibuler unilateral, pasien akan
menentukan bentuk vertigo, letak lesi, dan berjalan dengan arah berbentuk bintang.
kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan Pemeriksaan khusus oto-Neurologi
terapi kausal dan simtomatik yang sesuai.6,8 dilakukan untuk menentukan apakah letak
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lesinya di sentral atau perifer.8,9,11
lain pemeriksaan tekanan darah yang diukur

MAJORITY I Volume 5 I Nomor 4 I Oktober 2016 I 92


Melly Setiawati dan Susianti | Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo

Fungsi Vestibuler : (a) Uji Dix Hallpike, pemeriksaan audiometri seperti Ludness
Penderita dibaringkan ke belakang dengan Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, dan
cepat dari posisi duduk di atas tempat tidur Tone Decay. Pemeriksaan saraf-saraf otak lain
sehingga kepalanya menggantung 45 di bawah meliputi: acies visus, kampus visus,
garis horizontal, kemudian kepalanya okulomotor, sensorik wajah, otot wajah,
dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Lakukan pendengaran dan fungsi menelan. Juga fungsi
uji ini ke kanan dan kiri. Perhatikan apakah motorik (kelumpuhan ekstremitas), fungsi
terdapat nistagmus pada penderita. Perhatikan sensorik (hipestesi, parestesi) dan serebelar
saat timbul dan hilangnya vertigo dan (tremor, gangguan cara berjalan)
nistagmus. Uji ini dapat dibedakan apakah Pemeriksaan penunjang yang dapat
lesinya perifer atau sentral. Vertigo dan dilakukan: 5,7 (1) Pemeriksaan laboratorium
nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain
detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, sesuai indikasi. (2) Foto Rontgen tengkorak,
akan berkurang atau menghilang bila tes leher, Stenvers (pada neurinoma akustik). (3)
diulang beberapa kali (fatigue) menunjukan Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG),
bahwa yang terjadi pada penderita ialah Elektromiografi (EMG), Brainstem Auditory
vertigo perifer. Sedangkan jika tidak ada Evoked Potential (BAEP). (4) Pencitraan CT-
periode laten, nistagmus dan vertigo scan, arteriografi, magnetic resonance imaging
berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang- (MRI).
ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue) Tatalaksana vertigo terbagi menjadi
menunjukan bahwa yang terjadi pada tatalaksana non farmakologi, farmakologi, dan
penderita ialah vertigo sentral. (b) Tes Kalori, operasi.12 Tatalaksana non farmakologi dapat
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, dilakukan dengan pemberian terapi dengan
sehingga kanalis semisirkularis lateralis dalam manuver reposisi partikel / Particle
posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi Repositioning Maneuver (PRM) yang dapat
bergantian dengan air dingin (30C) dan air secara efektif menghilangkan vertigo pada
hangat (44C) masing-masing selama 40 detik BPPV, meningkatkan kualitas hidup, dan
dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang mengurangi risiko jatuh pada pasien.
timbul dihitung lamanya sejak permulaan Keefektifan dari manuver-manuver yang ada
irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut bervariasi mulai dari 70%-100%. Efek samping
(normal 90-150 detik). Tes ini dapat yang dapat terjadi dari melakukan manuver
menententukan adanya kanal paresis atau seperti mual, muntah, vertigo, dan nistagmus.
directional preponderance ke kiri atau ke Hal ini terjadi karena adanya debris otolitith
kanan. Kanal paresis adalah abnormalitas yang yang tersumbat saat berpindah ke segmen
ditemukan di satu telinga, baik setelah yang lebih sempit misalnya saat berpindah dari
rangsang air hangat maupun air dingin, ampula ke kanal bifurcasio. Setelah melakukan
sedangkan directional preponderance ialah manuver hendaknya pasien tetap berada pada
abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus posisi duduk minimal 10 menit untuk
yang sama di masing-masing telinga. Kanal menghindari risiko jatuh. Tujuan dari manuver
paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau yang dilakukan adalah untuk mengembalikan
n.VIII, sedangkan directional preponderance partikel ke posisi awalnya yaitu pada makula
menunjukkan lesi sentral. (c) utrikulus. Ada lima manuver yang dapat
Elektronistagmogram, Pemeriksaan ini hanya dilakukan, antara lain: (a) Manuver Epley,
dilakukan di rumah sakit dengan tujuan untuk manuver Epley adalah yang paling sering
merekam gerakan mata pada nistagmus digunakan pada kanal vertikal. Pasien diminta
sehingga nistagmus tersebut dapat dianalisis untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit
secara kuantitatif. sebesar 45 lalu pasien berbaring dengan
Tes Fungsi Pendengaran : (a) Tes Garpu kepala tergantung dan dipertahankan 1-2
Tala, Tes ini digunakan untuk membedakan tuli menit. Lalu kepala ditolehkan 90 ke sisi
konduktif dan tuli perseptif, dengan tes-tes sebaliknya, dan posisi supinasi berubah
Rinne, Weber dan Schwabach. Pada tuli menjadi lateral dekubitus dan dipertahan 30-
konduktif, tes Rinne negatif, Weber lateralisasi 60 detik. Setelah itu pasien mengistirahatkan
ke yang tuli dan schwabach memendek. (b) dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi
Audiometri, Ada beberapa macam duduk secara perlahan. (b) Manuver Semont,

MAJORITY I Volume 5 I Nomor 4 I Oktober 2016 I 93


Melly Setiawati dan Susianti | Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo

manuver ini diindikasikan untuk pengobatan dapat mengganggu kompensasi sentral pada
cupulolithiasis kanan posterior. Jika kanal kerusakan vestibular sehingga penggunaannya
posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, diminimalkan.12
lalu kepala dimiringkan 45 ke sisi yang sehat, Operasi dapat dilakukan pada pasien BPPV
lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring yang telah menjadi kronik dan sangat sering
dan dipertahankan selama 1-3 menit. Ada mendapat serangan BPPV yang hebat, bahkan
nistagmus dan vertigo dapat diobservasi. setelah melakukan manuver-manuver yang
Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di telah disebutkan di atas. Dari literatur
sisi yang berlawanan tanpa kembali ke posisi dikatakan indikasi untuk melakukan operasi
duduk lagi. (c) Manuver Lempert, manuver ini adalah pada intractable BPPV, yang biasanya
dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe mempunyai klinis penyakit neurologi
kanal lateral. Pasien berguling 360 yang vestibular, tidak seperti BPPV biasa.12
dimulai dari posisi supinasi lalu pasien Terdapat dua pilihan intervensi dengan
menolehkan kepala 90 ke sisi yang sehat, teknik operasi yang dapat dipilih, yaitu singular
diikuti dengan membalikkan tubuh ke posisi neurectomy (transeksi saraf ampula posterior)
lateral dekubitus. Lalu kepala menoleh ke dan oklusi kanal posterior semisirkular. Namun
bawah dan tubuh mengikuti ke posisi ventral lebih dipilih teknik dengan oklusi karena teknik
dekubitus. Pasien kemudian menoleh lagi 90 neurectomi mempunyai risiko kehilangan
dan tubuh kembali ke posisi lateral dekubitus pendengaran yang tinggi.12
lalu kembali ke posisi supinasi. Masing-masing
gerakan dipertahankan selama 15 detik untuk Ringkasan
migrasi lambat dari partikel-partikel sebagai Vertigo merupakan kumpulan gejala
respon terhadap gravitasi. (d) Forced Prolonged atau sindrom yang terjadi akibat gangguan
Position, manuver ini digunakan pada BPPV keseimbangan pada sistem vestibular ataupun
tipe kanal lateral. Tujuannya adalah untuk gangguan pada sistem saraf pusat. Vertigo
mempertahankan kekuatan dari posisi lateral ditemukan dalam bentuk keluhan berupa rasa
dekubitus pada sisi telinga yang sakit dan berputar, atau rasa bergerak dari lingkungan
dipertahankan selama 12 jam. (e) Brandt- sekitar namun kadang ditemukan keluhan
Daroff exercise, manuver ini dikembangkan berupa rasa didorong atau ditarik menjauhi
sebagai latihan untuk di rumah dan dapat bidang vertikal.
dilakukan sendiri oleh pasien sebagai terapi Pada anamnesis ditanyakan bentuk
tambahan pada pasien yang tetap simptomatik vertigo, keadaan yang memprovokasi
setelah manuver Epley atau Semont. Latihan ini timbulnya vertigo, profil waktu timbulnya
juga dapat membantu pasien menerapkan vertigo, gangguan pendengaran, dan
beberapa posisi sehingga dapat menjadi penggunaan obat-obatan. Pemeriksaan fisik
kebiasaan.13 yang dilakukan yaitu pengukuran tekanan
Penatalaksanaan dengan farmakologi darah dengan berbagai posisi. Sedangkan
untuk tidak secara rutin dilakukan. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pengobatan hanya diberikan untuk jangka diantaranya pemeriksaan neurologis,
pendek untuk gejala-gejala vertigo, mual dan pemeriksaan oto-neurologi, dan tes fungsi
muntah yang berat yang dapat terjadi pada pendengaran. Tatalaksana vertigo terbagi
pasien BPPV, seperti setelah melakukan terapi dalam non farmakologi, farmakologi dan
PRM. Pengobatan untuk vertigo yang disebut operasi. Tatalaksana non farmakologi terdapat
juga pengobatan suppresant vestibular yang lima jenis manuver yang dapat dilakukan
digunakan adalah golongan benzodiazepine sendiri di rumah.
(diazepam, clonazepam) dan antihistamine
(meclizine, dipenhidramin). Benzodiazepines Simpulan
dapat mengurangi sensasi berputar namun Diagnosis vertigo meliputi anamnesis,
dapat mengganggu kompensasi sentral pada pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
kondisi vestibular perifer. Antihistamine tatalaksana vertigo terbagi dalam non
mempunyai efek supresif pada pusat muntah farmakologi, farmakologi, dan operasi.
sehingga dapat mengurangi mual dan muntah Didalamnya terdapat metode Brandt-Daroff
karena motion sickness. Harus diperhatikan sebagai upaya desensitisasi reseptor
bahwa benzodiazepine dan antihistamine semisirkularis.

MAJORITY I Volume 5 I Nomor 4 I Oktober 2016 I 94


Melly Setiawati dan Susianti | Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo

Daftar Pustaka Kedokteran Universitas Udayana. 2013;


1. Joesoef AA, Kusmastuti K, editor. 2(6): 18-22.
Neurootologi klinis vertigo. Jakarta: 13. Edward Y, dan Roza Y. Diagnosis dan
Airlangga University Press; 2002. Tatalaksana Benign Paroxysmal Positional
2. Lumbantobing SM. Vertigo tujuh keliling. Vertigo (BPPV) Horizontal Berdasarkan
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Head Roll Test. Jurnal Kesehatan Andalas,
Kedokteran Universitas Indonesia; 2003. 2014; 3(1): 77-81.
3. Copeland BJ, Pillsbury III CH. Vertigo.
Dalam: Runge MS, Greganti MA, editor.
Netter internal medicine. Edisi ke-1. New
Jersey: Icon Learning System; 2005. hlm.
7257.
4. Joesoef AA. Etiologi dan patofisiologi
vertigo. Dalam: Leksmono P, Islam MS,
Yudha H, editor. Kumpulan makalah
pertemuan ilmiah nasional ii nyeri kepala,
nyeri dan vertigo. Jakarta: Airlangga
University Press; 2006. hlm. 20914.
5. Joesoef AA. Vertigo. Dalam: Harsono,
editor. Kapita selekta neurologi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press; 2000. hlm. 34159.
6. Bashiruddin J. Vertigo posisi paroksismal
jinak. Dalam: Arsyad E, Iskandar N, editor.
Telinga, hidung tenggorok kepala dan
leher. Edisi Ke-6. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2008. hlm. 104-9.
7. Johnson J, Lalwani AK. Vestibular
disorders. Dalam: Lalwani AK, editor.
Current diagnosis and treatment in
otolaryngology head and neck surgery.
New York: Mc Graw Hill Companies; 2004.
hlm. 761-5.
8. Li JC, Epley J. Benign paroxysmal positional
vertigo [internet]. New York: Medscape;
2016 [diperbarui 6 mei 2016, diakses
tanggal 8 April 2016]. Tersedia dari:
http://emedicine.medscape.com/article/8
84261-overview.
9. Riyanto WB. Vertigo: aspek neurologi.
Cermin Dunia Kedokteran. 2004; 144:41-6.
10. Bashiruddin J, Hadjar E, Alviandi W.
Gangguan keseimbangan. Dalam: Arsyad
E, Iskandar N, editor. Telinga, hidung
tenggorok kepala dan leher. Edisi Ke-6.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. Hlm.
94-101.
11. Adam GL, Boies LC, Hilger PA. Boies buku
ajar penyakit tht. Edisi ke-6. Jakrta: EGC;
2009. hlm. 3945.
12. Purnamasari PP. Diagnosis dan tatalaksana
benign paroxysmal positional vertigo
(BPPV). Balai Peneribit Fakultas

MAJORITY I Volume 5 I Nomor 4 I Oktober 2016 I 95

Anda mungkin juga menyukai