Disusunoleh :
Pembimbing :
dr. Citra Dewi, Mkes
1
1.2. Area Masalah
1.2.1. Data Puskesmas
1. Diare
Berdasarkan data Puskesmas mengenai kasus Diare didapatkan:
Jumlah perkiraan kasus:
Laki-laki : 1.000 orang dari 25.000 orang
Perempuan : 1.200 orang dari 26.000 orang
Total : 2.200 orang dari 51.000 orang
Jumlah kasus yang ditangani
Laki-laki : 400 orang (35 %)
Perempuan : 600 orang (50 %)
Total : 1000 orang (52 %)
Sumber : Program Diare Puskesmas TanjungPasir 2013
2. Sumber Air
Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan
menurut Kecamatan dan Puskesmas
Jumlah keluarga : 12.000
Keluarga yang diperiksa : 600
Jenis sarana air bersih:
Sungai : 300 keluarga
Sumur : 150 keluarga
SPT : 100 keluarga
PAH : 50 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tanjung
Pasir 2013
2
Jumlah yang sesuai kriteria PHBS : 250
Jumlah yang sesuai dengan perilaku buang air besar : 300
Sumber: Program Promosi Kesehatan Puskesmas Tanjung Pasir 2013
Status Jenis
No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Keluarga Kelamin
Kepala Rp.1.200.000
1 Tn. Arya Laki-laki 37th Tamat SD Nelayan
Keluarga /bulan
Tidak tamat Ibu rumah
2 Ny. Radiah Istri Perempuan 25th -
SD tangga
Anak
3 Irfan Laki-laki 7th SD - -
pertama
Belum
4 Ressy Anak kedua Perempuan 5th - -
Sekolah
Anak Belum
5 Anggun Perempuan 2th - -
ketiga sekolah
3
bernama Irfan, anak kedua bernama Ressy, dan anak ketiga bernama
Anggun.
Tn. Arya berusia 37 tahun pendidikan terakhir SD dan bekerja sebagai
nelayan dengan penghasilan Rp 25.000 - Rp 50.000 perhari. Namun dalam
satu bulan biasanya keluarga Tn. Aditya menghabiskan Rp 1.200.000,00.
Uang tersebut digunakan untuk membeli sembilan bahan pokok dan untuk
membayar listrik rumah. Tn. Arya tidak pernah menabung.
Tn. Arya memiliki 3 orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki.
Anak tertua bernama Irfan masih berusia 7 tahun dan masuk sekolah SD,
anak kedua Ressy berusia 5 tahun dan anak ketiga bernama Anggunberusia
2 tahun. Istri Tn. Arya yang bernama Ny. Radiah, yang saat ini berumur 25
tahun, dengan latar belakang pendidikan SD namun tidak tamat, hanya
seorang ibu rumah tangga.
Keluarga Tn. Arya tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah
seluas 5 x 10 m2 dan mempunyai pekarangan seluas 2x3 m2.Ventilasi ruang
tamu tersebut cukup baik, karena pintunya langsung mengarah keluar.
Rumah ini terdiri dari dua kamar tidur yang masing-masing berukuran
2 m x 2 m, ruang tamu, ruang makan bergabung dengan dapur berukuran 4
m x 4 m, dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang, tidak memiliki
kamar mandi di dalam rumah. Di belakang rumah terdapat sungai kecil
yang digunakan untuk keperluan memasak air maupun makan serta untuk
keperluan mandi. Di bagian belakang rumah tersedia jamban WC buatan
yang kotorannya tertampung di bagian bawahnya, yang letaknya 2 meter
dari sungai. Jarak antara sungai dengan rumah 4 m. Rumah ini mempunyai
1 pintu depan, 1 pintu belakang, 2 jendela di ruang tamu (bagian depan
rumah) dengan ukuran 50 cm x 100 cm dengan jarak 80 cm dari tanah. Di
atas jendela terdapat ventilasi dengan ukuran 30 cm x 20 cm. Di dalam
kamar pertama yang terletak di depan terdapat 1 jendela berukuran 30 cm x
100 cm dengan ventilasi di atasnya berukuran 30 cm x 15 cm, pencahayaan
sangat kurang sehingga saat siang hari pun harus menyalakan lampu.
Demikian pula dapur hanya terdapat pintu belakang menuju bagian
belakang rumah, yakni sungai yang langsung mereka jadikan sebagai
tempat untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci baju, mencuci piring,
4
mandi, dan untuk keperluan memasak. Sebagian lantai rumah beralaskan
tanah dan sebagian lain terbuat dari semen. Atap rumah terbuat dari seng.
Rumah keluarga Tn. Arya berada di lingkungan perumahan padat,
dimana kanan, kiri dan depan terdapat rumah tetangga. Di lingkungan
rumah tidak terdapat saluran untuk aliran limbah cair rumah tangga. Tidak
terdapat WC umum di lingkungan RT rumah Tn. Aditya sehingga mereka
BAB di sungai belakang rumah. Biasanya juga setelah BAB keluarga Tn.
Aditya jarang mencuci tangan dengan sabun dikarenakan tempat jamban
yang jauh dari rumah dan keluarga. Terdapat warung sembako di sebelah
rumah Tn. Aditya sehingga mudah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ny. Radiah memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ny. Radiah
memasak makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan
sehari-hari ialah tahu, tempe, telor dan sayur terkadang juga memasak ikan
dan udang. Keluarga Tn. Aditya rutin makan sayur 3 kali dalam seminggu
dan sesekali mengkonsumsi buah-buahan. Keluarga Tn. Aditya juga
biasanya sebelum makan jarang mencuci tangan. Akibat dari tidak mencuci
tangan, anak Tn. Aditya menderita diare yang berulang.
Selama kehamilan Ny. Radiah mengaku rutin memeriksakan
kehamilannya ke bidan. Anak pertama Tn. Aditya lahir di bidan dengan
persalinan normal dengan berat badan 3200 g. Anak kedua lahir dengan
bantuan bidan dan dukun dengan persalinan normal namun ibu lupa berat
badannya. Anak ketiga lahir dengan bantuan bidan dengan persalinan
normal. Keluarga Tn. Aditya mengaku pernah melakukan imunisasi pada
anak pertama tapi hanya sekali saat usia 2 bulan yaitu BCG dan tidak
melengkapi imunisasi yang lain, mereka mempunyai alasan bahwa setelah
imunisasi akan terkena penyakit juga dan sehabis imunisasi anaknya akan
panas tinggi sehingga membuat anaknya rewel, karena itu mereka
menganggap bahwa imunisasi tidak penting. Mereka juga tidak pernah
membawa rutin anak-anaknya ke posyandu untuk dilakukan penimbangan
dan pemberian makanan tambahan.
Dalam segi kesehatan, jika keluarga Tn. Aditya sakit mereka cukup
membeli obat warung dan jika tidak kunjung membaik, maka mereka akan
langsung memeriksakan diri ke bidan dan jarang berobat ke dokter
puskesmas karena jarak yang jauh. Keluarga ini tidak memiliki asuransi
5
jaminan kesehatan atau Jamkesmas. Dalam segi kesehatan, keluarga Tn.
Aditya belum pernah mengalami sakit yang serius. Gangguan kesehatan
yang sering dialami anggota keluarganya antara lain infeksi cacing, tifoid,
diare dan terkadang kulit gatal-gatal.
Pokok Permasalahan dari keluarga 1 :
6
Khusus
Mahasiswa
Perguruan Tinggi
Masyarakat
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1.Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
7
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar.
8
kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga
domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah
affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
9
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
10
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
11
1) Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek)
2) Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3) Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
12
1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3) Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
13
(c) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain
yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau
menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-
tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan
tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan
mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak
diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya
pengalaman seseorang.
2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya,
maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga
dan sebagainya.
4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber
didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of
life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk
dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat
sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).
1. Pengertian
Terbentuknya praktik terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif
(pengetahuan) dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa
objek diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan
selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek
yang diketahui. Secara lebih operasional praktik dapat diartiakan sebagai suatu respon
organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulasi) dari luar objek
tersebut.Respons manusia tersebut dapat bersifat pasif yang meliputi pengetahuan,
14
persepsi dan sikap, sedangkan yang bersifat aktif merupakan tindakan yang nyata atau
practice.Stimulus atau rangsangan terdiri dari 4 unsur pokok yakni sakit dan penyakit,
system pelayanan kesehatan dan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Becker (1987, Notoatmodjo 2007) Praktek buang air besar adalah perilaku-
perilaku seseorang yang berkaitan dengan kegiatan pembuangan tinja meliputi,
tempat pembuangan tinja dan pengelolaan tinja yang memenuhi syarat- syarat
kesehatan dan bagaimana cara buang air besar yang sehat sehingga tidak
menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan
a. Persepsi
b. Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh
adalah merupakan indicator praktik tingkat dua.
c. Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah mencapai praktik pada tingkat
tiga.
d. Adaptasi
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi
15
kebenaran tingkatannya tersebut. Adaptasi praktek (tindakan) memiliki beberapa
indikator, antara lain:
1)Pencegahanpenyakit,misalnyamengimunisasikananak.
2) Penyembuhanpenyakit,misalnyaminumobatsesuaipetunjukdokter.
Secara lebih terperinci praktik manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai
gajala kajiwaan, seperti pengetahuan, dukungan, fasilitas, keinginan, kehendak, minat,
motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Semua makanan yang masuk ke dalam tubuh, akan di cerna oleh organ pencernaan.
Selama proses pencernaan makanan di hancurkan menjadi zat-zat sederhaa yang
dapat diserap dan di gunakan oleh sel dan jaringan tubuh kemudian sisa-sisa
pembuangan akan dikeluarkan oleh tubuh berupa tinja , urine atau gaskarbondioksida.
Akhir dari proses pencernaan yang di keluarkan berupa tinja di sebut buang air besar (
Notoatmodjo, 2003 )
Seseorang yang mempunyai kebiasaan teratur, akan merasa kebutuhan membuang air
besar pada kira-kira waktu yang sama setiap hari. Hal ini di sebabka oleh reflek gastro
kolika yang biasanya bekerja sesudah sarapan pagi. Makanan yang sudah sampai
lambung akan merangsang peristaltic di dalam usus, merambat ke kolon sisa makanan
yang dari hari sebelumnya, yang waktu malam mencapai sekum, mulai bergerak isi
kolon dan terjadi persaan di daerah perineum. Tekanan intra abdominal bertambah
16
dengan penutupan glottis, kontraksi diafragma dan otot abdominal, spinter anus
mengendor, dan kerjanya berakhir. Kerja defekasi dipengaruhi oleh factor kebiasaan
( Notoatmodjo, 2003 )
Seseorang hendaknya berlatih untuk buang air besar tiap pagi, sebelum kesibukan hari
tertunda menyebabkan konstipasi (sembelit).Beberapa orang buang air besar sebelum
sarapan pagi, atau ada juga yang sesudahnya.Ada yang harus keluar rumah pagi-pagi
buang air besar setelah pulang kerja, ada pula yang pada malam hari karena
mmebutuhkan waktu yang tenang untuk memenuhi kebutuhannya. Ada yang satu kali
sehari, ada yang lebih sering, yang lain lagi dua hari sekali atau dengan jangka waktu
lebih panjang. Jadi frekuen buang air besar tiap orang berbeda-beda. Seorang yang
normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata 330 gram sehari. Tinja ini berisi
bakteri, lepasan epithelium usus, nitrogen, gram, zat besi, selulosa dan sisa zat
makanan lain yang tidak larut dalam air ( Notoatmodjo, 2007 ) .
Sejak dahulu sampai kapan pun, masalah pembuangan ktoran manusia selalu menjadi
perhatian kesehatan lingkungan.Dengan pertambahan penduduk yang tidak sebanding
dengan area pemukiman.Masalah pembuangan tinja semkin meningkat tinja
merupakan sumber penyebaran penyakit yang multi kompleks yang harus sedini
mungkin diatas. Pembuangan tinja yang tidak sanitasi dapat menyebabkan berbagai
penyakit, karenanya perilaku buang air besar sembarangan, sebaiknya segera
dihentikan. Keluarga masih banyak yang berperilaku tidak sehat dengan buang air
besar di sungai.Pekarangan rumah atau tempat-tempat yang tidak selayaknya. Selain
mengganggu udara segar karena bau yang tidak sedap juga menjadi peluang awal
tempat berkembangnya vektor penyebab penyakit akibat kebiasaan perilaku manusia
sendiri ( Notoatmodjo, 2003 )
17
manusia harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat ( Notoatmodjo, 2003 )
a. Pengetahuan
1). Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orangmelakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari
pengalaman, juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain,
didapat dari buku, atau media massa dan elektronik
( Notoatmodjo, 2003 ).
a. Tahu (Know)
18
b. Pemahaman (Comprehension)
c. Aplikasi (Aplication)
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatuobjek dalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, yaitu : dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan
dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
f. Evaluasi (Evaluation)
19
kriteria yang telah ditentkan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
b. Pendidikan
1). Pengertian
Merupakan hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusiadan usaha
lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuan untuk tingkat kemajuan masyarakat
dan kebudayaan sebagai suatu kesatuan ( Budiono, 1998 ).
Disamping itu pendidikan juga dikatakan sebagai pengembangan diri dari individu
dan kepribadian yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab. Untuk
20
meningkatkan pengetahuan sikap dan ketrampilan serta nilai-nilai sehingga mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan ( yusuf, 1992 ). Pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya, bahwa
ibu yang berpendidikan relatife tinggi cenderung memiliki kemampuan untuk
menggunakan sumberdaya keluarga. Yang lebih baik dibandingkan ibu yang
berpendidikan rendah.Karena pengetahuan buang air besar yang sering kurang
dipahami oleh keluarga yang tingkat pendidikannya rendah. Sehingga memberi
dampak dalam mengakses pengetahuan khususnya di bidang kesehatan untuk
penerapan dalam kehidupan keluarga terutama pada keluarga yang berperilaku buang
air besar di sembarang tempat (Notoatmojo, 2003).
Ruang lingkup pendidikan terdiri dari pendidikan informal, non formal, dan formal.
Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dirumah dalam
lingkungan keluarga. Pendidikan informal berlangsung tanpa organisasi, yakni tanpa
orang tertentu yang diangkat atau ditunjuk sebagaipendidik tanpa suatu progam yang
harus disesuaikan dalam jangka waktu tertentu dan tanpa evaluasi yang formal
berbentuk ujian, sementara itu pendidikan non formal meliputi berbagai usaha khusus
yang diselenggarakan secara terorganisasi terutama generasi muda dan orang dewasa,
yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan mengikuti
pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis dan ketrampilan dasar yang
mereka perkirakan sebagai warga masyarakat yang produktif. Sedangkan pendidikan
formal adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu seperti
terdapat disekolah atau universitas (Notoatmojo, 2003)
21
pendidikan menengah yang mencakup progam pendidikan Diploma, Sarjana,
Magister dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi ( Kartono, 1992 ).
a. faktor umur,
c. faktor lingkungan,
c. Sarana
1). Pengertian
Sarana adalah adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja danfasilitas yang
berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaanpekerjaan, dan juga dalam
rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja.
Jamban keluarga atau tempat pembuangan kotoran adalah suatu bangunan yang
dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut
22
kakus/WC dan memenuhi syarat jamban sehat atau baik. Manfaat jamban keluarga
adalah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dan kotoran manusia (
Salimmadjid, 2009 ).
a. Jamban cemplung
Bentuk kakus ini adalah yang paling sederhana yang dapat dianjurkan kepada
masyarakat. Nama ini digunakan karena bila orang mempergunakan kakusmacam ini,
maka kotorannya langsung masuk jatuh kedalam tempat penampungan( Mubarak,
2009 ).
b. Jamban plengsengan
Plengsengan juga berasal dari bahasa Jawa Melengseng yang berarti miring.Nama
ini digunakan karena dari lubang tempat jongkok ke tempat penampungan kotoran
dihubungkan oleh suatu saluran yang miring.Jadi, tempat jongkok dari kakus ini tidak
dibuat persis di atas tempat penampungan, tetapi agak jauh.
c.Jamban bor
23
harus jauh lebih dalam dibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada jamban
cemplung dan kakus plengsengan, karena diameter jamban bor jauh lebih kecil.
Jamban ini dibawah tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasang suatu alat yang
berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah
timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak tercium baunya,
karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung.
Membuat jamban di atas Balong (yang kotorannya dialirkan ke balong) adalah cara
pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk menghilangkannya,
terutama di daerah yang terdapat banyak balong. Sebelum kita berhasil mengalihkan
kebiasaan tersebut kepada kebiasaan yang harapkan, dapatkah cara tersebut
diteruskan dengan memberikan persyaratan tertentu ( Mubarak, 2009 ), antara lain :
b) Letak jamban harus sedemikian rupa, sehingga kotoran selalu jatuh di air
c) Tidak terdapat sumber air minum yang terletak di bak balong tersebut atau yang
sejajar dengan jarak 15 meter
Jamban Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukansecara
anaerobic. Kita pergunakan nama septic tank karena dalam pembuangan kotoran
terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerobic.
Septic tank bisa terjadi dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak
saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat
atau tembok penghalang), sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di
24
dalam bak tersebut ( Mubarak, 2009 ).
Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan
persyaratan sebagai berikut :
Agar persyaratan persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan antara lain:
1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas
dan hujan, sehingga binatang binatang lain terlindung dari pandangan orang
dan sebagainya.
2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang
kuat dan sebaiknya.
3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak menganggu
pandangan, tidak menimbulkan bau dan sebagainya.
d. Dukungan Keluarga
1). Pengertian
25
sistem dalam keluarga akan terpengaruh. (Friedman, 1998)
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarahdalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garisayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarahdalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal beserta bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
26
lingkungan sosial.
a. Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi, meliputi empati,
kepedulian, dan perhatian terhadap anggota keluarga yang masih buang air besar
misalnya umpan balik, penegasan.
c. Dukungan instrumental
27
d. Dukungan informative
Keluarga harus dilibatkan dalam progam pendidikan dan penyuluhan agar mereka
mampu mendukung usaha keluarga yang masih buang air besar di sembarang
tempat.Bimbingan/penyuluhan dan dorongan secara terus menerus biasanya
diperlukan agar keluarga yang buang air besar sembarangan tersebut mampu
melaksanakan rencana yang dapat diterima dan mematuhi peraturan. Keluarga selalu
dilibatkan dalam progam pendidikan sehingga mereka dapat memperingati bahwa
buang air besar sembarangan dapat berdampak penyakit- penyakit (Brunner dan
Suddart, 2001)
28
2.4 KERANGKA TEORI
Faktor Predisposisi
Perilaku
Pengetahuan
Pendidikan
Sikap
Faktor Pendukung
Lingkungan
Ekonomi keluarga Perilaku dalam buang air besar
Ketersediaan sarana
Faktor Pendorong
Dukungan keluarga
Peran petugas kesehatan
29
2.5 KERANGKA KONSEP
PERILAKU
PENGETAHUAN
PENDIDIKAN
KETERSEDIAAN
SARANA
DUKUNGAN
KELUARGA
30
2.6 DEFINISI OPERASIONAL
Pernah/tidak
pernah
LAMPIRAN I
31
KUESIONER
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
I. PERILAKU
a. Ya
b. Tidak pernah.
4. Apakah anda selalu cebok dengan air bersih setelah buang air besar ?
32
a. Ya. Jika ya, sumber air didapatkan darimana..
a. Ya
II. PENGETAHUAN
1. Menurut anda apakah anda sudah menjalankan perilaku buang air besar yang
baik dan benar?
a. Sudah. Jika sudah, sebutkan perilaku buang air besar yang baik dan
benar......
2. Menurut anda kemana sebaiknya anda atau keluarga buang air besar ?
a. Jamban
b. Sawah
c. Rawa
d. Sungai
e. Lain lain,..
3. Apakah yang anda ketahui mengenai resiko buang air besar sembarangan ?
a. Tahu, sebutkan :
b. Tidak tahu
a. Pernah
b. Tidak pernah
c. Tidak tahu
33
III. PENDIDIKAN
a. 1-2 jamban
b. 3-4 jamban
c. 5-6 jamban
V. DUKUNGAN KELUARGA
1. Apakah anda pernah mengajarkan tentang perilaku buang air besar yang baik
dan benar kepada keluarga?
a. Ya. Jika ya, lanjut ke pertanyaan no 2
b. Tidak.
2. Bagaimana anda mengajarkan tentang perilaku buang air besar yang baik dan
benar kepada keluarga?
a. Sesuai acuan puskesmas
b. Menurut pemahaman diri sendiri
34