Anda di halaman 1dari 67

Penerapan Model Tata Kelola Keuangan Perguruan Tinggi Yang Baik Untuk

Mewujudkan Good University Governance


(Studi Pada PTM se Indonesia)

Misbahul Anwar, SE., M.Si


DR. Suryo Pratolo, M.Si., Akt., AAP-A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


2012

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4


A.

Latar Belakang ............................................................................................................. 4

B.

Tujuan Khusus ............................................................................................................. 6

BAB II. STUDI PUSTAKA .................................................................................................... 9


A.

State of The Art ............................................................................................................ 9

BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................................... 25


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 36
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................ 53

DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1. Daftar Perguruan Tinggi Muhammadiyah berbentuk Universitas ......................... 5
Tabel 4. 1. Hasil Uji Validitas X1.......................................................................................... 36
Tabel 4. 2. Hasil Uji Validitas X2 .......................................................................................... 38
Tabel 4. 3. Hasil Uji Validitas X3 .......................................................................................... 38
Tabel 4. 4. Hasil Uji Validitas Y............................................................................................ 39
Tabel 4. 5. Hasil Uji Validitas Z ............................................................................................ 40
Tabel 4. 6. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................................ 41
Tabel 4. 7. Skor Jawaban Dimensi Komitmen Manajemen (X1) ........................................... 42
Tabel 4. 8. Skor Jawaban Dimensi Keterbatasan Sistem Informasi (X2) .............................. 42
Tabel 4. 9. Skor Jawaban Dimensi Otoritas Pengambil Keputusan (X3) .............................. 43
Tabel 4. 10. Skor Jawaban Dimensi Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik (Y)........ 43
Tabel 4. 11. Skor Jawaban Dimensi Good University Governance (Z) ................................. 44
Tabel 4. 12. Hasil Uji Regresi Model Pertama ...................................................................... 45
Tabel 4. 13. Hasil Uji Regresi Model Kedua ......................................................................... 49

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1. Hubungan Kualitas Pendidikan, Minat Mahasiswa, Jumlah Mahasiswa, &
Sumber Daya. ................................................................................................. 7
Gambar 2. 1. Hubungan Struktural Antarvariabel Lengkap .................................................. 24
Gambar 3. 1. Sub Struktur Pertama ....................................................................................... 32
Gambar 3. 2. Sub Struktur Kedua .......................................................................................... 34
Gambar 4. 1. Grafik Uji Normalitas Model Pertama ............................................................. 45
Gambar 4. 2. Grafik Uji Hetereskedastisitas Model Pertama ................................................ 45
Gambar 4. 3. Model Penelitian Pertama ................................................................................ 46
Gambar 4. 4. Grafik Uji Normalitas Model Kedua................................................................ 48
Gambar 4. 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Kedua..................................................... 48
Gambar 4. 6. Model Penelitian Kedua ................................................................................... 50

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari pendidikan
menengah di jalur pendidikan sekolah yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi sebagai
satuan pendidikan yang dimaksudkan untuk dapat menjadi komunitas kaum intelektual suatu
bangsa. Komunitas intelektual ini diharapkan untuk menjadi komunitas yang mampu
menelurkan inovasi-inovasi dan pemikiran-pemikiran dalam menghadapi permasalahan yang
dihadapi oleh bangsa. Komunitas pendidikan tinggi juga dijadikan sebuah garda moral dan
penjaga nilai-nilai luhur yang dianut oleh suatu bangsa, termasuk budaya, adat istiadat dan
sebagainya. Dengan peranan dan harapan yang besar inilah kemudian anggota komunitas
pendidikan tinggi kemudian mendapat posisi yang terhormat di tengah masyarakat. Dalam
mewujudkan hal tersebut, yang dilakukan oleh perguruan tinggi adalah:
1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian.
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian
serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat
dan memerkaya kebudayan nasional.
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan berbasiskan agama di
Indonesia yang genap satu abad usianya sangat concern terhadap pendidikan termasuk di
dalamnya adalah pendidikan tinggi sebagai bentuk dawah amar maruf nahi munkar dan dan
bentuk gerakan pembaharuan (tajdid). Dalam mewujudkan perguruan tinggi yang
berkualitas, Pusat Persyarikatan (PP) Muhammadiyah memiliki Majelis Pendidikan Tinggi,
Penelitian dan Pengembangan (Majelis Diktilitbang) yang telah menetapkan visi di bidang
pendidikan tinggi berupa terbangunnya tata kelola Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM)
yang baik atau dikenal dengan istilah Good University Governance (GUG) menuju
peningkatan mutu yang berkelanjutan.
Pada saat ini, dari segi jumlah, perkembangan jumlah PTM adalah 152 buah dimana 37
buah diantaranya berbentuk universitas yang bisa dipaparkan sebagai berikut:

Tabel 1. 1. Daftar Perguruan Tinggi Muhammadiyah berbentuk Universitas


di Indonesia
No

Nama Universitas

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Universitas Muhammadiyah Aceh

Universitas Muhammadiyah Palembang

Universitas Muhammadiyah Lampung

Universitas Muhammadiyah Metro

Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

10

Universitas Muhammadiyah Cirebon

11

Universitas Muhammadiyah Sukabumi

12

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

13

Universitas Muhammadiyah Magelang

14

Universitas Muhammadiyah Surakarta

15

Universitas Muhammadiyah Purwokerto

16

Universitas Muhammadiyah Purworejo

17

Universitas Muhammadiyah Semarang

18

Universitas Muhammadiyah Surabaya

19

Universitas Muhammadiyah Malang

20

Universitas Muhammadiyah Jember

21

Universitas Muhammadiyah Ponorogo

22

Universitas Muhammadiyah Gresik

23

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

24

Universitas Muhammadiyah Mataram

25

Universitas Muhammadiyah Kupang

26

Universitas Muhammadiyah Makassar

27

Universitas Muhammadiyah Palu

No

Nama Universitas

28

Universitas Muhammadiyah Pare-Pare

29

Universitas Muhammadiyah Luwuk Banggai

30

Universitas Muhammadiyah Buton

31

Universitas Muhammadiyah Kendari

32

Universitas Muhammadiyah Gorontalo

33

Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

34

Universitas Muhammadiyah Riau

35

Universitas Muhammadiyah Palangka Raya

36

Universitas Muhammadiyah Pontianak

37

Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Sumber: (http://www.pts.co.id)
Penerapan tatakelola keuangan pada universitas di lingkungan PTM sementara ini masih
bervariasi. Untuk itu pada tanggal 8 Juni 2009 Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah
menerbitkan surat edaran no 182/1.3/D/2009 mengenai Pedoman Manajemen Keuangan
PTM. Secara teori, keberhasilan penerapan sistem manajemen termasuk di dalamnya
tatakelola keuangan dipengaruhi oleh banyak hal yang dapat dikelompokkan menjadi dua
aspek utama yaitu aspek personil dan aspek sistem sehingga perlu dilakukan pengkajian
lebih dalam mengenai peran kedua aspek tersebut terhadap keberhasilan implementasi
tatekelola keuangan yang baik di perguruan tinggi. Untuk itulah maka penelitian ini akan
dilakukan.

B. Tujuan Khusus
Tidak bisa dipungkiri bahwa pada saat ini tidak sedikit Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
mengalami penurunan kuantitas peminat yang berujung pada permasalahan keuangan yang
akhirnya dilakukan penutupan PTS yang bersangkutan. Kualitas dan relevansi untuk
meningkatkan daya saing lulusan perguruan tinggi merupakan suatu keharusan namun
masalah kualitas perlu ditinjau lebih dalam karena bisa jadi masalah kualitas perguruan
tinggi bisa jadi bukanlah masalah itu sendiri namun hanyalah merupakan suatu gejala,

sehingga harus diteliti lebih dalam dan ditemukan masalah utamanya. Faktor yang terkait
dengan dengan kualitas dan relevansi pendidikan pada perguruan tinggi terkait dengan
aspek sistem dan sumberdaya yang lain baik sumber daya manusia (dosen dan karyawan),
infrastruktur, dan sumberdaya keuangan. Pada pengelolaan PTS, terdapat trade-off antara
peningkatan jumlah mahasiswa, biaya SPP dan kualitas pendidikan. Semakin rendah kualitas
pendidikan maka akan menyebabkan semakin berkurangnya jumlah mahasiswa dan akhirnya
semakin kecil sumberdaya keuangan yang dimiliki. Semakin kecil sumber daya keuangan
yang dimiliki maka semakin menurun pula kualitas pendidikan sebuah PTS. Apabila hal ini
terjadi, dikhawatirkan akan berakibat pada semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia.
Saling keterkaitan antar aspek yang membentuk kualitas perguruan tinggi dipaparkan dalam
gambar berikut:

Kualitas
pendidikan tinggi

Minat mahasiswa

Sumber daya
keuangan

Jumlah mahasiswa

Gambar 1. 1. Hubungan Kualitas Pendidikan, Minat


Mahasiswa, Jumlah Mahasiswa, & Sumber Daya.

Banyak faktor yang dihadapi PTS untuk menjaga kondisi keberlanjutannya baik berupa
faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal antara lain persaingan antar PTS,
persaingan dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi (PT) luar
negeri, kemampuan daya beli masyarakat, lapangan kerja bagi lulusan yang semakin
berkurang, dan lain-lain. Faktor internal antara lain manajemen internal PTS baik aspek
sistem manajemen maupun personil yang dimiliki. Yang harus dilakukan PTS untuk
mencapai keunggulan dan keberlanjutan adalah dengan memfokuskan seluruh energinya
pada pencapaian visi-misinya dengan menerapkan manajemen PTS yang berbasis pada
kinerja. Manajemen yang berbasis kinerja merupakan manajemen yang memfokuskan

sumber daya pada pencapaian output, outcome, benefit, dan impact yang diikuti dengan
sistem audit dan sistem reward dan punishment.
Salah satu sumber daya utama selain sumber daya manusia yang merupakan energi dari
suatu organisasi adalah sumber daya keuangan. Uang merupakan salah satu faktor yang
mampu menggerakkan organisasi. Apabila uang dapat dikelola dalam pencarian sumbersumbernya dan dalam penggunaannya terfokus pada visi-misi yang telah ditetapkan maka
akan dapat mendukung keunggulan kompetitif PTS. Tatakelola keuangan yang
memfokuskan pada kinerja pencapaian visi-misi organsiasi dapat diistilahkan dengan
Tatakelola Keuangan berbasis Kinerja.
Penelitian ini akan dilakukan dengan tujuan untuk meguji faktor-faktor sistem dan
personil yang mempengaruhi pengembangan sistem tatakelola keuangan perguruan tinggi
swasta. Dalam tahapan selanjutnya berdasarkan hasil penelitian ini akan dibangun disain
model sistem tatakelola keuangan perguruan tinggi yang mampu mendukung tercapainya
GUG dengan harapan hasilnya mampu mendukung perguruan tinggi memfokuskan
energinya dalam pencapaian visi-misinya sehingga memiliki keunggulan kompetitif dan
pada akhirnya kualitas pendidikan tinggi di Indonesia semakin membaik.

BAB II. STUDI PUSTAKA


A. State of The Art
Penelitian yang diajukan ini mendasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang
membahas mengenai manajemen keuangan perguruan tinggi, antara lain adalah sebagai
berikut:
1.

Penelitian Indriasari dan Tanti (2006) mengenai persepsi manajer pendidikan pada
pelaporan manajemen.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep tentang pengelola pendidikan yang
profesional selalu dikaitkan dengan pengetahuan tentang wawasan dan kebijakan
pendidikan, teori belajar dan pembelajaran, penelitian pendidikan (tindakan kelas),
evaluasi pembelajaran, kepemimpinan pendidikan, manajemen pengelolaan kelas, serta
teknologi informasi dan komunikasi. Manajemen pendidikan menurut penelitian
Balitbangdikbud (1991) merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan kualiatas
pendidikan. Dengan demikian, upaya peningkatan kualitas pendidikan harus dimulai
dengan pembenahan manajemen di samping peningkatan kualitas pendidik dan
pengembangan sumber belajar.

2.

Penelitian Yunita, Rusliyawati, dan Yustikasari (2006) mengenai perbandingan


penerapan manajemen keuangan pendidikan di Indonesia dan Australia.
Kesimpulan dari penelitian di atas adalah mengenai perbandingan antara manajemen
keuangan pendidikan yang diterapkan di Indonesia dan di Australia. Pengukuran yang
dilakukan terhadap laporan keuangan pendidikan masing-masing sekolah menunjukkan
masih lemahnya manajemen keuangan pendidikan yang ada dan selama ini diterapkan
di Indonesia. Laporan keuangan sekolah di Australia telah mengelompokkan kos yang
ada ke dalam kos langsung dan tidak langsung, sehingga penggunaan dana dapat dengan
mudah ditelusuri dan diketahui. Dengan adanya pengelompokkan kos, kos total dapat
diketahui sehingga penghitungan tentang berapa besarnya kos untuk setiap siswa dapat
diketahui. Berbeda dengan Indonesia, banyak sekolah yang belum membuat laporan
keuangan. Laporan keuangan yang ada juga menunjukkan bahwa kos hanya
dikelompokkan sesuai dengan kegiatan rutin yang dilakukan, belum dikelompokkan

berdasarkan pengelompokan kos sehingga untuk menghitung berapa kos yang harus
ditanggung oleh setiap siswa masih belum akurat. Pendidikan Indonesia seharusnya
mencoba mengadaptasi hal-hal yang positif dari pendidikan negara-negara barat,
termasuk manajemen keuangan pendidikan yang telah diterapkan pada sistem
pendidikan negara-negara tersebut.
3. Penelitian Elim, Wahyuni, dan Himawan (2006) mengenai strategi pengembangan
manajemen keuangan pendidikan di Indonesia.
Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian di atas menunjukkan bahwa kegagalan
sistem pendidikan nasional (sisdiknas) di Indonesia, selain faktor komersialisasi yang
menggeser esensi tujuan pendidikan, faktor lainnya adalah kurang pahamnya
penyelenggara merumuskan sisdiknas, sehingga produk undang-undang sisdiknas
menimbulkan pro-kontra karena tidak berupaya mengoptimalkan potensi manusia
namun lebih mengarah kepada hal-hal yang tidak substansi-esensial, hanya bersifat
materi finansial-kuantifikasi. Pembenahan manajemen keuangan pendidikan di
Indonesia harus dimulai dengan menyusun suatu standar khusus mengenai manajemen
keuangan pendidikan yang komprehensif, dan mencakup standar manajemen keuangan
pendidikan dan standar keuangan. Untuk merancang sistem manajemen keuangan
pendidikan yang baik, pembuat regulasi harus memperhatikan setiap aspek yang terkait
dalam sistem pendidikan nasional, yaitu operator, evaluator, dan pengawas.
4.

Penelitian Hendrian dan Sutanto (2006) mengenai peran masyarakat dalam


pengembangan kualitas manajemen pendidikan dalam perspektif akuntansi dan
keuangan.
Penelitian di atas menyimpulkan bahwa dengan rendahnya kemampuan pembiayaan
pemerintah, konsep partisipasi masyarakat dalam pendidikan dengan mudah bergeser
menjadi konsep mobilisasi pembiayaan dari masyarakat. Konsep mobilisasi ini masih
jauh dari konsep kepedulian dan keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijakan, serta
pengambilan keputusan yang mempengaruhi pendidikan. Berbagai aspek manajemen
pendidikan dalam perspektif keuangan dan akuntansi dapat menjadi titik awal dalam
menentukan dari mana pemerintah dan masyarakat harusnya memperbaiki manajemen
pendidikan. Anggaran pendidikan, pola subsidi pendidikan, pelaporan pengelolaan
keuangan sekolah, pengukuran dan pelaporan kinerja sekolah, costing dan pricing

10

layanan pendidikan, audit keuangan dan kinerja sekolah adalah elemen-elemen yang
perlu segera diperbaiki dan diadakan dalam sebuah format regulasi yang mengikat para
pengelola pendidikan baik pada level kebijakan hingga level mikro pengelolaan sekolah
ini semua penting dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.

5.

Penelitian Mahsun (2006) mengenai studi cross sectional dan scorecard terhadap
kinerja perguruan tinggi terakreditasi.
Kesimpulan yang dihasilkan penelitian di atas adalah:
a. Ada perbedaan kinerja antara perguruan tinggi dengan status terakreditasi A,
perguruan tinggi dengan status terakreditasi B, dan perguruan tinggi dengan status
terakreditasi C berdasarkan perspektif keuangan.
b. Ada perbedaan kinerja antara perguruan tinggi dengan status terakreditasi A,
perguruan tinggi dengan status terakreditasi B, dan perguruan tinggi dengan status
terakreditasi C berdasarkan perpektif mahasiswa aktif.
c. Tidak ada perbedaan kinerja antara perguruan tinggi dengan status akreditasi A,
perguruan tinggi dengan status akreditasi B, dan perguruan tinggi dengan status
akreditasi C berdasarkan perpektif proses bisnis internal.
d. Ada perbedaan kinerja antara perguruan tinggi dengan status terakreditasi A,
perguruan tinggi dengan status terakreditasi B, dan perguruan tinggi dengan status
akreditasi C berdasarkan perspektif inovasi dan pembelajaran.

Dari- penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan baik di


pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi masih perlu untuk diperbaiki dan
ditingkatkan. Salah satu aspek utama untuk mendukung kualitas pendidikan adalah
manajemen di bidang pendidikan yang salah satunya adalah manajemen keuangan
pendidikan. Penelitian ini akan dilakukan dengan tujuan untuk melihat sejauhmana
implementasi tatakelola keuangan perguruan tinggi di Indonesia dalam hal ini adalah PTM
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya baik dari aspek sistem maupun dari aspek personil.
Selanjutnya akan diuji pula pengaruh dari variabel-variabel di atas pada pencapaian (GUG)

11

B. Tinjauan Tentang Perguruan Tinggi


Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 pasal (19)
menyebutkan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Dan pada pasal 24 ayat (2) diatur
bahwa perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai
pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada
masyarakat. Berkenaan dengan pendanaan, ayat (3) berbunyi perguruan tinggi dapat
memperoleh sumber dana dari masyarakat yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan
prinsip akuntabilitas publik. Pendidikan tinggi, seperti halnya pendidikan dasar dan
menengah, menurut UU Sisdiknas, bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Ini artinya, masyarakat memiliki hak untuk
mendirikan dan mengelola peguruan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Secara tradisional, peranan institusi perguruan tinggi berfokus pada transfer atau
konservasi ilmu pengetahuan (knowledge) dan diharapkan untuk menjadi komunitas yang
memegang teguh nilai-nilai (values) yang dianggap ideal atau dijunjung tinggi suatu bangsa.
Ia diharapkan menjadi sebuah komunitas yang mampu melindungi dirinya dari kooptasi
nilai-nilai lingkungan diluarnya yang mungkin korup atau mengandung keburukan. Inilah
yang mendasari perlunya status independensi atau otonomi perguruan tinggi. Selain itu,
sebuah kebebasan atau independensi juga diperlukan untuk mendukung terwujudnya inovasi
atau perkembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kebebasan itu juga kemudian
menyentuh individu-individu yang tercakup dalam komunitas tersebut, karena pada
hakikatnya, inovasi dan pemikiran itu bukan dihasilkan oleh institusi, melainkan individuindividu didalamnya.
Output dari perguruan tinggi diharapkan bukan hanya sumber daya manusia yang
berkualitas dan siap kerja, tapi lebih dari itu, menjadi agen-agen bangsa yang sanggup
mengelola dan mengarahkan perubahan di bangsa itu. Dengan dasar tujuan demikian, maka
pengelolaan sebuah institusi perguruan tinggi tidak mungkin disamakan dengan pengelolaan
sebuah negara maupun korporasi. Ada koridor-koridor tertentu yang berkaitan dengan nilainilai luhur (values), baik dalam hal akademik maupun social values yang harus dijaga

12

didalamnya. Sementara hal-hal lain dalam penyelenggaraannya harus ditempatkan sebagai


means atau alat untuk mendukung pencapaian tujuan dasar tersebut.
Selain perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi yang membawa banyak
perubahan juga bagaimana untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam
menghadapi persaingan bebas abad ke-21. Kebutuhan ini ditampung dalam Undang-Undang
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta pentingnya tenaga guru dan dosen sebagai
ujung tombak dari reformasi pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional Era
Reformasi yang diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 diuraikan dalam
indikator-indikator akan keberhasilan atau kegagalannya, maka lahirlah Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian
dijelaskan dalam Permendiknas RI.
Di dalam masyarakat Indonesia dewasa ini muncul banyak kritikan baik dari praktisi
pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang
tidak mempunyai arah yang jelas. Dunia pendidikan sekarang ini bukan merupakan
pemersatu bangsa tetapi merupakan suatu ajang pertikaian dan persemaian manusiamanusiaa yang berdiri sendiri dalam arti yang sempit, mementingkan diri dan kelompok.
Menurut H.A.R. Tilaar, hal tersebut disebabkan adanya dua kekuatan besar yaitu kekuatan
politik dan kekuatan ekonomi. Kekuatan Politik Pendidikan masuk dalam subordinasi dari
kekuatan-kekuatan politik praktis, yang berarti pendidikan telah dimasukkan ke dalam
perebutan kekuasaan partai-partai politik, untuk kepentingan kekuatan golongannya.
Pandangan politik ditentukan oleh dua paradigma yaitu paradigma teknologi dan paradigma
ekonomi. Paradigma teknologi mengedepankan pembangunan fisik yang menjamin
kenyaman hidup manusia. Paradigma ekonomi lebih mengedepankan pencapaian kehidupan
modern dalam arti pemenuhan-pemenuhan kehidupan materiil dan mengesampingkan
kebutuhan non materiil duniawi. Pada sisi kekuatan ekonomi, manusia Indonesia tidak
terlepas dari modernisasi seperti teknologi informasi dan teknologi komunikasi.
Neoliberalisme pendidikan membawa dampak positif dan negatif. Positifnya yaitu
pendidikan menunjang perbaikan hidup dan nilai negatifnya yaitu mempersempit tujuan
pendidikan atas pertimbangan efisiensi, produksi, dan menghasilkan manusia-manusia yang
dapat bersaing, yaitu pada profit-oriented yang mencari keuntungan sebesar-besarnya
terhadap investasi yang dilaksanakan dalam bidang pendidikan.

13

Sampai saat ini, belum ada lembaga pendidikan di Indonesia yang masuk dalam
kategori 200 universitas terbaik dunia versi lembaga pemeringkat ternama The Times Higher
Education-QS World University . Sementara itu, Global Competitiveness Report 2009/2010,
yang antara lain menilai tingkat persaingan global suatu negara dari kualitas pendidikan
tingginya, hanya menempatkan Indonesia di peringkat ke-54 dari 133 negara, yaitu di bawah
Singapura (3), Malaysia (24), Cina (29),Thailand (36), serta India (49). Di sisi lain, Badan
Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, jumlah sarjana yang belum bekerja per Februari 2009
hampir mencapai 13% dari total jumlah penganggur, atau sekitar 1,2 juta orang.

C. Good University Governance


Salah satu konsep yang saat ini sedang menjadi mainstream dalam penyelenggaraan
perguruan tinggi adalah konsep good university governance. Konsep ini sebenarnya
merupakan turunan dari konsep tata kepemerintahan yang lebih umum, yaitu good
governance.

Governance

merupakah

seluruh

rangkaian

proses

pembuatan

keputusan/kebijakan dan seluruh rangkaian proses dimana keputusan itu diimplementasikan


atau tidak diimplementasikan. Good governance mensyaratkan 8 karakteristik umum/dasar,
yaitu partisipasi, orientasi pada konsensus, akuntabilitas, transparansi, responsif, efektif dan
efisien, ekuiti (persamaan derajat) dan inklusifitas, dan penegakan/supremasi hukum.
1. Participation
Partisipasi adalah kunci good governance. Partisipasi dapat langsung maupun melalui
institusi perwakilan yang legitimate. Partisipasi harus informatif dan terorganisir. Ini
mensyaratkan adanya kebebasan berasosiasi dan berekspresi di satu sisi dan sebuah civil
society yang kuat dan terorganisir di sisi lain.
2. Rule of law
Good governance memerlukan sebuah kerangka legal atau hukum dan peraturan yang
ditegakkan secara komprehensif. Ia juga memerlukan perlindungan penuh terhadap
HAM, terutama bagi kaum minoritas. Proses penegakan hukum yang imparsial
membutuhkan lembaga peradilan yang independen dan kepolisian yang juga imparsial
dan tidak korup.

14

3. Transparency
Transparansi mengandung arti bahwa pengambilan dan pengimplementasian keputusan
dilakukan dalam tata cara yang mengukuti hukum dan peraturan. Ia juga berarti bahwa
informasi tersedia secara bebas dan dapat diakses langsung oleh mereka yang akan
dipengaruhi oleh keputusan tersebut. Informasi yang tersedia haruslah dalam bentuk dan
media yang mudah dimengerti.
4. Responsiveness
Good governance memerlukan institusi dan proses didalamnya yang mencoba untuk
melayani semua stakeholders dalam kerangka waktu tertentu yang sesuai.
5. Consensus oriented
Ada lebih dari satu aktor dan banyak sudut pandang dalam suatu komunitas. Good
governance memerlukan mediasi dari kepentingan-kepentingan yang berbeda di
masyarakat dalam rangka mencapai sebuah konsensus umum dalam masyarakat yang
merupakan kepentingan atau keputusan yang terbaik yang dapat dicapai untuk seluruh
masyarakat. Ini memerlukan perspektif luas dan jangka panjang mengenai apa yang
diperlukan untuk pengembangan manusia secara berkesinambungan. Ini hanya dapat
dicapai melalui pemahaman yang baik atas konteks historis, kultural dan sosial di
komunitas atau masyarakat tersebut.
6. Equity and inclusiveness
Keberadaan sebuah masyarakat bergantung pada proses memastikan bahwa seluruh
anggotanya merasa bahwa mereka memiliki kepentingan didalamnya dan tidak merasa
dikucilkan dari mainstream masyarakat tersebut. Ini memerlukan semua kelompok,
terutama yang paling lemah, memiliki kesempatan untuk meningkatkan atau
mempertahankan keberadaan mereka.
7. Effectiveness and efficiency
Good governance berarti bahwa output dari seluruh proses dan institusi tepat sasaran atau
sesuai dengan kebutuhan masyarakat disamping efisien dalam pemanfaatan sumber daya
untuk melakukannya. Konsep efisiensi dalam konteks good governance juga mencakup
penggunaan sumber daya alam dengan memperhatikan kesinambungan dan perlindungan
lingkungan.

15

8. Accountability
Akuntabilitas adalah salah satu kebutuhan utama dalam good governance. Tidak hanya
untuk institusi pemerintahan, melainkan juga sektor swasta dan organisasi-organisasi civil
society harus bisa diakun oleh publik dan stakeholders-nya. Secara umum, sebuah
organisasi atau institusi bertanggung jawab pada pihak-pihak yang dipengaruhi oleh
tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan mereka. Akuntabilitas tidak mungkin
ditegakkan tanpa adanya transparansi dan supremasi hukum.
Secara sederhana, good university governance dapat kita pandang sebagai penerapan prinsipprinsip dasar konsep good governance dalam sistem dan proses governance pada institusi
perguruan tinggi, melalui berbagai penyesuaian yang dilakukan berdasarkan nilai-nilai yang
harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi secara khusus dan
pendidikan secara umum. Basis pada tujuan pengembangan pendidikan dan keilmuan
akademik, pengembangan manusia seutuhnya. Yang lain ditempatkan sebagai alat atau
means, bukan tujuan dasar.
Dalam penyelenggaraannya, sebuah institusi perguruan tinggi harus memenuhi
prinsip-prinsip partisipasi, orientasi pada konsensus, akuntabilitas, transparansi, responsif,
efektif dan efisien, ekuiti (persamaan derajat) dan inklusifitas, dan penegakan/supremasi
hukum. Yang berbeda adalah nilai dan tujuan yang menjiwainya. Prinsip-prinsip manajerial
tersebut hendaknya diterapkan untuk mendukung fungsi-fungsi dan tujun dasar pendidikan
tinggi. Selain itu, perbedaan lain adalah dalam hal stakeholders yang terkait dengan
penyelenggaraan pendidikan dan perguruan tinggi.
Keistimewaan institusi perguruan tinggi dibanding institusi lain terletak pada fungsi
dasarnya, yaitu dalam hal pendidikan, pengajaran dan usaha penemuan atau inovasi. Fungsifungsi inilah yang kemudian mendefinisikan peranan perguruan tinggi dalam masyarakat.
Wacana yang kemudian sering mengemuka dalam penyelenggaraan perguruan tinggi
kemudian adalah mengenai academic excellence dan manajemen perguruan tinggi, termasuk
dalam hal pembiayaan.
Ada sebuah kesepahaman atau kesetujuan umum mengenai pentingnya otonomi
dalam usaha pencapaian academic excellence (yaitu dalam hal pengajaran dan riset) untuk
perguruan tinggi, akan tetapi hal yang sama belum berlaku dalam hal manajerial dan
pembiayaan. Perbedaan pandangan ini biasanya terkait dengan pentingnya fungsi perguruan

16

tinggi bagi masyarakat dan mahalnya biaya penyelenggaraan pendidikan tinggi.


Kecenderungan saat ini, tingginya biaya pendidikan tinggi biasanya dianggap dapat
membebani negara dan masyarakat, sehingga perguruan tinggi dianggap lebih baik berusaha
mencari sumber-sumber pembiayaan mandiri.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan good university
governance ini, terutama dalam hal penerapan prinsip-prinsip atau karakteristik dasarnya.
1. Penentuan stakeholders. Inti dari proses governance yang baik adalah bagaimana
hubungan antar stakeholders didalamnya. Untuk itu, maka kita terlebih dahulu perlu
mendefinisikan siapa para stakeholders tersebut. Stakeholder pertama adalah warga
kampus, yaitu manajer eksekutif, mahasiswa, dosen, karyawan, dsb. Yang kedua
adalah pihak-pihak diluar perguruan tinggi yang mempengaruhi atau dipengaruhi
oleh keberadaan perguruan tinggi. Kelompok stakeholders kedua ini berarti
termasuk negara, masyarakat umum, calon mahasiswa baru, sektor swasta dan
sebagainya. Masyarakat secara umum merupakan entitas yang mendasari munculnya
pendidikan tinggi, dan pada dasarnya pendidikan tinggi dibangun untuk mengabdi
pada masyarakat, tidak hanya untuk membekali individu-individu dalam
memperoleh pekerjaan yang layak baginya. Penyelenggara perguruan tinggi pada
hakikatnya

harus

mampu

memberikan

pertanggungjawaban

pada

seluruh

stakeholders ini.
2. Pendefinisian peranan dan tanggung jawab masing-masing stakeholders. Hal ini
harus didahului dengan pembangunan kesadaran dalam diri seluruh stakeholders
bahwa mereka memiliki kepentingan dan karenanya harus turut berpartisipasi dalam
penyelenggaraan perguruan tinggi.
3. Partisipasi. Partisipasi atau pelibatan aktif dari seluruh stakeholders merupakan
sesuatu yang vital dalam penyelenggaraan governance yang baik. Hal ini hanya
dapat dilakukan apabila dari pihak stakeholders sendiri memiliki kesadaran untuk
berpartisipasi dan ada kesempatan atau fasilitas yang terbuka seluas mungkin untuk
itu. Kesempatan dan fasilitas ini harus disediakan oleh pihak penyelenggara
perguruan tinggi. Partisipasi atau pelibatan ini harus terbuka dalam setiap langkah
dalam proses pembangunan atau penyelenggaraan perguruan tinggi. Artinya, usaha
pelibatan harus mulai dilakukan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

17

Selama ini, dalam praktiknya, usaha pelibatan atau kesempatan partisipasi hanya
diberikan pada tahap implementasi sebuah program, sementara belum tentu seluruh
stakeholders menyetujui program tersebut. Yang lebih parah lagi, kesempatan itu
seringkali lebih bersifat sosialisasi program dari rektorat pada stakeholders. Seluruh
stakeholders sudah harus mulai diberi kesempatan berpartisipasi sejak awal
perencanaan program-program dan sasaran kedepan. Hal ini penting untuk menjaga
komitmen seluruh stakeholders dan menjadi basis legitimasi program-program
pembangunan.
4. Penegakkan hukum. Pelaksanaan fungsi-fungsi perguruan tinggi tidak mungkin
dapat berjalan dengan kondusif apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang
ditegakkan dalam penyelenggaraannya. Aturan-aturan itu, berikut sanksi-sanksinya,
hendaknya merupakan hasil konsensus dari stakeholders, untuk meningkatkan
komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya. Aturan-aturan itu dapat disusun
dalam bidang akademik maupun non-akademik. Yang perlu diperhatikan adalah
aturan yang dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan stakeholders
untuk berekspresi, melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsifungsi perguruan tinggi dengan seoptimal mungkin.
5. Transparansi. Transparansi atau keterbukaan merupakan sebuah prasyarat dasar
untuk menunjang adanya partisipasi dan menjaga akuntabilitas institusi. Proses
partisipasi memerlukan ketersediaan informasi yang memadai dan kemudahan bagi
seluruh stakeholders dalam mengakses informasi tersebut. Selain itu, transparansi
memungkinkan seluruh stakeholders untuk dapat mengawasi dan mengevaluasi
kinerja institusi. Dalam hal anggaran atau keuangan, transparansi ini menjadi sangat
urgen. Akan tetapi, transparasi ini hendaknya tidak hanya dalam hal anggaran,
melainkan seluruh dinamika yang terjadi dalam dinamika penyelenggaraan
perguruan tinggi.
6. Responsivitas. Sifat responsif ini dapat kita bagi dalam dua konteks. Pertama, pihak
penyelenggara perguruan tinggi harus mampu menangkap isu-isu dan permasalahanpermasalahan yang terjadi dalam dinamika penyelenggaraan perguruan tinggi
tersebut. Mereka harus mampu merespon harapan-harapan stakeholders dan
menyikapi permasalahan yang terjadi. Yang kedua, dalam konteks yang lebih luas,

18

perguruan tinggi secara institusi harus mampu bersikap responsif terhadap


permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan mempu bertindak atau
berpartisipasi untuk menyikapinya. Pada dasarnya, pendidikan tinggi harus mampu
responsif untuk menyikapi permasalahan-permasalah di bangsa yang menaunginya
dan selalu berusaha untuk memenuhi harapan-harapan dan amanat yang diembannya
dari masyarakat.
7. Orientasi pada konsensus. Proses pengambilan segala keputusan atau kebijakan
dalam penyelenggaraan perguruan tinggi hendaknya mengutamakan konsensus atau
kesepakatan dari stakeholders.
8. Persamaan derajat dan inklusivitas. Seluruh prinsip-prinsip tadi hanya mungkin
terwujud apabila ada satu kesepahaman mengenai persamaan derajat (equity) setiap
entitas stakeholders. Artinya, paradigma yang dipakai bukanlah hierarkikal atau ada
satu kelompok yang derajatnya lebih tinggi dibanding kelompok lain. Sebaliknya,
paradigma yang dipakai adalah persamaan derajat dan adanya pemahaman bersama
bahwa perbedaan antar stakeholders sebenarnya terletak pada peranan, tanggung
jawab, dan amanat yang diemban. Dengan begitu akan tercipta rasa saling
menghargai dan menghormati antar stakeholders, mengingat penyelenggaraan
perguruan tinggi tidak akan berjalan dengan baik apabila salah satu dari peran
masing-masing stakeholders tidak berfungsi.
9. Efektifitas dan efisiensi. Output dari seluruh proses penyelenggaraan atau programprogram yang digariskan harus tepat sasaran (efektif) atau sesuai dengan kebutuhan
dan harapan stakeholders. Yang terutama adalah efektif dalam menunjang fungsifungsi pendidikan, khususnya dalam hal peningkatan mutu akademik dan riset.
Selain itu, penyelenggaraan perguruan tinggi juga harus efisien dalam pemanfaatan
sumber daya untuk melakukannya.
10. Akuntabilitas. Institusi perguruan tinggi harus mampu mempertanggungjawabkan
seluruh rangkaian proses penyelenggaraan perguruan tinggi terhadap seluruh
stakeholders, baik internal maupun eksternal, terutama pada masyarakat umum.
Pertanggungjawaban ini dapat dilakukan secara rutin dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, dalam hal anggaran setiap tahun perlu dilakukan proses audit, baik audit
internal maupun audit eksternal yang dilakukan oleh akuntan publik. Hasil audit

19

maupun laporan pertanggungjawaban lain harus dengan mudah dapat diakses oleh
seluruh stakeholders. Selain itu, untuk mendukung akuntabilitas ini, prinsip
transparansi juga harus diterapkan dengan benar.
11. Values yang harus dijunjung tinggi perguruan tinggu. Seluruh prinsip ini harus
dilakukan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dan tujuan dasar yang dianut
dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi, dan diterapkan untuk menunjang
pelaksanaan fungsi-fungsi dasar perguruan tinggi. Perguruan tinggi mengemban
amanat dan harapan yang besar dari masyarakat, bangsa dan negara, sehingga
penyimpangan dari nilai-nilai ini merupakan sebuah pengkhianatan terhadap amanat
dan harapan itu.

D. Tantangan Perguruan Tinggi Swasta


Dalam rangka mewujudkan GUG, hal-hal yang menjadi tantangan perguruan tinggi swasta
antara lain adalah bagaimana menumbuhkan sumber-sumber pendanaan baru yang produktif,
tatakelola keuangan, kebebasan lebih besar dalam merumuskan kurikulum dan hal-hal lain
yang terkait dengan bidang akademis, akuntabilitas publik dan sebagainya. Pemikiranpemikiran baru mulai bermunculan mengenai bagaimana konsep penyelenggaraan institusi
perguruan tinggi yang dianggap cukup ideal untuk menghadapi tantangan-tantangan baru
tersebut. Konsep tersebut, apapun bentuknya, harus memperhatikan pelibatan dan
pemenuhan kebutuhan dari seluruh stakeholders yang terkait dengan institusi perguruan
tinggi, mengingat peranan ideal pendidikan tinggi bagi sebuah bangsa yang sangat vital
dalam menelurkan calon putra-putra terbaiknya dan memperhatikan bahwa lingkungan
perguruan tinggi merupakan sebuah komunitas yang relatif kritis terhadap permasalahanpermasalahan disekitarnya.
Pengelolaan dana perguruan tinggi haruslah diikuti dengan transparansi anggaran
secara menyeluruh kepada publik berdasarkan prinsip keadilan, akuntabilitas, dan kejujuran
seperti yang dijelaskan dalam pasal 48 UU Sisdiknas No 20/2003. Prinsip akuntabilitas dan
transparansi adalah prinsip dasar untuk membawa sebuah perguruan tinggi menuju GUG.
Memahami prinsip-prinsip dasar dalam GUG akan memacu untuk mencari bentuk yang
terbaik sebuah perguruan tinggi yang paling dekat dengan para sivitas akademika.

20

Laporan GAO (1997) menyebutkan beberapa faktor yang berpotensi menghambat


kesuksesan GUG, yang meliputi: banyaknya tujuan di organisasi perguruan tinggi yang
saling tumpang tindih sehingga sulit untuk mengidentifikasikan tujuan strategis organisasi
secara tepat, terdapatnya kebijakan/program/kegiatan yang sulit dievaluasi karena memiliki
tujuan yang subyektif, lemahnya sistem informasi, kurangnya reward bagi para pegawai
untuk menggunakan informasi kinerja, dan kurangnya komitmen manajemen terhadap
implementasi sistem tatakelola perguruan tinggi yang baik.
Dalam hal tatakelola keuangan, Julnes dan Holzer (2001) mengemukakan beberapa
faktor yang mempengaruhi implementasi sistem tatakelola keuangan yang meliputi
keberadaan ketentuan internal, ketersediaan sumber daya, akses terhadap informasi, orientasi
(kesepakatan) akan tujuan, ketentuan eksternal yang mengharuskan organisasi melakukan
pengukuran kinerja, keberadaan dukungan internal dan eksternal serta sikap keterbukaan
organisasi, pimpinan, dan stafnya terhadap inovasi dan perubahan yang akan meningkatkan
kinerja organisasi (budaya organisasi). Lebih jauh, Cavalluzzo dan Ittner (2003) telah
membuktikan bahwa keterbatasan sistem informasi, komitmen manajemen, otoritas
pembuatan keputusan, dapat mempengaruhi implementasi sistem tatekelola organisasi.
Berdasarkan tinjauan literatur tersebut, beberapa faktor yang diduga mempengaruhi
penerapan tatakelola keuangan yang baik dan GUG adalah komitmen manajemen,
keterbatasan sistem informasi, dan otoritas pengambilan keputusan.

Komitmen Manajemen
Guna menciptakan organisasi dengan kinerja yang tinggi diperlukan komitmen manajemen
yang tinggi dari pimpinan dan stafnya untuk mencapai hasil yang diinginkan (GAO, 2001).
GAO (1997) menyatakan bahwa implementasi sistem manajemen berorientasi hasil tidak
akan berhasil tanpa komitmen yang kuat dari para personilnya. Dalam konteks penerapan
tatakelola keuangan yang baik, Shields (1995) dalam Cavalluzzo dan Ittner (2003)
menyatakan bahwa komitmen manajemen dapat dicerminkan dengan mengalokasikan
sumber daya, tujuan, dan strategi pada berbagai rencana yang dianggap bernilai; menolak
sumber daya yang menghambat inovasi; dan memberikan dukungan politis yang diperlukan
untuk memotivasi atau menekan para individu atau pihak lain yang menolak keberadaan
inovasi. Dengan demikian, keberadaan komitmen manajemen yang tinggi akan

21

meningkatkan akuntabilitas kinerja (Artley, 2001) dan penggunaan informasi kinerja (The
Urban Institute, 2002). Cavalluzzo dan Ittner (2003) juga berpendapat bahwa komitmen
manajemen berpengaruh positif terhadap pengembangan indikator kinerja, akuntabilitas
kinerja dan penggunaan informasi kinerja yang dihasilkan oleh penerapan sistem manajemen
yang baik.

Keterbatasan Sistem Informasi


Teknologi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kesuksesan implementasi
suatu sistem informasi. Organisasi yang tidak memiliki teknologi yang tepat dan memadai
biasanya akan mengalami kesulitan dalam mendesain, mengimplementasi, dan mengevaluasi
produk atau jasa yang sudah dihasilkan (Poole et al., 2001). Di lain pihak, organisasi dengan
kualitas sistem informasi yang lebih baik akan dapat mengimplementasikan sistem tatakelola
organisasi secara lebih mudah dibandingkan dengan organisasi dengan sistem informasi
yang kurang baik karena biaya tatakelola yang lebih kecil sebagaimana dinyatakan oleh
Krumwiede (1998) dalam Cavalluzo dan Ittner (2003). Kondisi ini mengarah kepada
hubungan positif antara kemampuan sistem informasi yang ada dengan kesuksesan
implementasi. Beberapa hasil penelitian di sektor publik mengindikasikan bahwa masalah
sistem informasi menggambarkan hambatan utama terhadap kesuksesan implementasi sistem
tatakelola organisasi. Hal ini berhubungan dengan keterbatasan kemampuan sistem informasi
yang ada untuk memberikan data yang reliabel, valid, tepat waktu dan dengan biaya yang
efektif. Kravcuk dan Schank (1996) menunjukkan bahwa organisasi sektor publik sering
menghadapi masalah yang serius dalam tatakelola keuangan karena adanya berbagai masalah
dalam sistem informasi yang digunakan seperti perbedaan definisi data, teknologi,
kemudahan akses, dan jumlah data yang didapatkan. Penggunaan sistem pengukuran kinerja
untuk akuntabilitas dan mendukung pembuatan keputusan kemungkinan menjadi terbatas
karena keterbatasan sistem informasi akan menghalangi para manajer memperoleh data yang
tepat waktu dan reliabel. Menurut Cavalluzzo dan Ittner (2003), keterbatasan sistem
informasi dalam suatu organisasi berpengaruh negatif terhadap pengembangan sistem
tatakelola organisasi.

22

Otoritas Pengambilan Keputusan


Otoritas pengambilan keputusan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mempunyai
otorisasi atau hak untuk membuat keputusan dengan persyaratan yang telah ditentukan
terlebih dahulu dalam rangka mencapai tujuan strategis organisasi (Cavalluzzo dan Ittner,
2003). Pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari pimpinan kepada para
bawahannya merupakan elemen penting untuk terciptanya peningkatan kinerja organisasi
(Yasunari Tamada dan Tsung-Sheng Tsai, 2004). Terpusatnya otoritas pengambilan
keputusan akan menghambat kreatifitas dan pengambilan resiko, yang pada akhirnya akan
menghambat berbagai usaha untuk melakukan perubahan dan inovasi dalam suatu organisasi
(Poole et al., 2001). Terpusatnya otoritas pengambilan keputusan juga akan mengurangi
tingkat akuntabilitas diantara personil organisasi sektor publik dan menyebabkan timbulnya
keputusan tentang kinerja dan sumber daya yang tidak diinginkan serta mismanagement yang
mengarah pada penurunan kualitas pelayanan publik (Mwita, 2000). Dalam lingkup
penerapan tatakalola keuangan yang baik, Laurensius (2004) berpendapat bahwa personil
perlu diberi otoritas untuk membuat ukuran atau target kinerja sendiri dan untuk mencapai
target itu sesuai aturan (rules of the game) yang berlaku dalam organisasi. Implementasi
sistem pengukuran kinerja sering gagal karena faktor keterlibatan karyawan tidak
diperhatikan. Keterlibatan staf program dalam pengembangan sistem pengukuran kinerja
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan informasi kinerja
dalam suatu organisasi (The Urban Institute, 2002). Otoritas pengambilan keputusan juga
merupakan faktor yang mempengaruhi terwujudnya akuntabilitas kinerja (Artley, 2001).
Selanjutnya Cavalluzzo dan Ittner (2003) telah membuktikan bahwa otoritas pengambilan
keputusan yang diberikan kepada pihak manajemen berpengaruh positif terhadap
pengembangan sistem pengukuran kinerja, akuntabilitas kinerja dan penggunaan informasi
kinerja yang dihasilkan oleh implementasi sistem pengukuran kinerja. Pendapat ini cukup
beralasan karena para manajer yang mempercayai bahwa implementasi sistem tatakelola
yang baik akan dapat mendukung aktifitas pembuatan keputusan mereka.
Berdasarkan telaah literatur di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1:

Komitmen manajemen berpengaruh positif terhadap penerapan tatakelola keuangan


yang baik.

23

H2:

Keterbatasan sistem informasi berpengaruh negatif terhadap penerapan tatakelola


keuangan yang baik.

H3:

Otoritas pengambilan keputusan berpengaruh positif terhadap penerapan tatakelola


keuangan yang baik.

H4:

Komitmen manajemen berpengaruh positif terhadap Good University Governance.

H5:

Keterbatasan sistem informasi berpengaruh negatif terhadap Good University


Governance.

H6:

Otoritas pengambilan keputusan berpengaruh positif terhadap Good University


Governance

H7:

Tatakelola keuangan yang baik berpengaruh positif terhadap Good University


Governance.

E. Model Penelitian
Berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan dapat disusun model penelitian sebagai
berikut:

Komitmen
manajemen

Keterbatasan
Sistem
Informasi

Penerapan Sistem
Tata kelola
keuangan yang
baik

Good
University
Governance

Otoritas
pengambil
keputusan

Gambar 2. 1. Hubungan Struktural Antarvariabel Lengkap

24

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif-analitis. Penelitian ini
ditempuh melalui survai dan bersifat grounded. Penelitian survai merupakan penelitian
lapangan yang dilakukan terhadap beberapa anggota sampel dari populasi tertentu yang
pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan kuesioner sedangkan grounded
research merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan teori-teori yang sudah ada yang
kemudian dikembangkan menjadi sebuah model penelitian di mana model pada penelitian ini
didisain untuk meneliti good university governance dan keterkaitannya dengan variabel
komitmen manajemen, keterbatasan sistem informasi, otoritas pengambil keputusan, dan
penerapan sistem tatakelola keuangan yang baik.
Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, penelitian ini menggunakan telaahan
statistika yang tepat untuk tujuan sebab-akibat baik secara langsung maupun secara tidak
langsung, yaitu dengan menggunakan model analisis jalur yang ditujukan untuk memperoleh
bukti empiris menguji dan menjelaskan pengaruh komitmen manajemen, keterbatasan sistem
informasi, otoritas pengambil keputusan terhadap penerapan sistem tatakelola keuangan
yang baik dan good university governance. Metode survai dalam pengumpulan data
dilakukan dengan kuesioner baik yang dikirim secara langsung dengan mendatangi
responden.
Dilihat dari seting penelitiannya, penelitian ini termasuk di dalam kategori
noncontrived di mana penelitian dilakukan di dalam lingkungan yang alami (Sekaran, 2003).
Responden pada penelitian ini adalah rektor; wakil/pembantu rector, dekan dan
wakil/pembantu dekan, serta ketua dan sekretaris jurusan/program studi. Kurun waktu (time
horizon) penelitian adalah cross sectional yaitu meneliti pada satu waktu dengan banyak unit
analisis.

B. Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel adalah proses mengoperasionalkan konsep suatu variabel sehingga
variabel tersebut dapat diukur, yang dirumuskan dengan mendasarkan pada dimensi yang
dimiliki konsep tersebut dan kemudian dikategorikan pada elemen-elemen yang dapat diukur

25

(Sekaran, 2003). Dalam operasionalisasi variabel, masing-masing variabel diuraikan definisi


operasionalnya.
Definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel X1: Komitmen Manajemen


Variabel ini mengukur tingkat komitmen manajemen untuk menyediakan sumber daya
dalam implementasi sistem pengukuran kinerja organisasi. Diukur berdasarkan jawaban
responden bahwa organisasi memiliki komitmen untuk mengalokasikan sumber daya yang
digunakan dalam penerapan sistem tatakelola keuangan yang baik (meliputi: waktu, orang,
uang); menugaskan staf organisasi untuk melakukan evaluasi terhadap sistem tatakelola
keuangannya, menugaskan divisi/ departemen dalam organisasi untuk melakukan evaluasi
tatakelola keuangannya; mengumpulkan data yang relevan dan reliabel sehingga dapat
digunakan untuk mendukung tatakelola keuangan yang baik; serta menggunakan benchmark
untuk mengevaluasi penerapan sistem tatakelola keuangan yang ada.

Variabel X2: Keterbatasan Sistem Informasi


Variabel ini mengungkapkan keterbatasan kemampuan sistem informasi yang dimiliki suatu
organisasi untuk memberikan data yang diperlukan secara valid, reliabel, dan tepat waktu.
Variabel ini diukur berdasarkan jawaban responden terhadap beberapa pertanyaan mengenai:
kesulitan memperoleh data yang valid atau reliabel; kesulitan memperoleh data secara tepat
waktu; biaya pengumpulan data yang tinggi; dan ketidakmampuan teknologi informasi yang
ada untuk memberikan data yang diperlukan.

Variabel X3: Otoritas Pengambil Keputusan


Variabel ini mengungkapkan tingkat otoritas pengambilan keputusan berdasarkan informasi
kinerja yang didelegasikan oleh organisasi kepada personilnya untuk mendukung pencapaian
tujuan strategis organisasi. Tingkat otoritas pembuatan keputusan diukur berdasarkan
jawaban responden terhadap pertanyaan yang menanyakan seberapa tinggi otoritas
pembuatan keputusan yang dimiliki para manajer pada tingkatan responden untuk mencapai
tujuan strategis organisasi.

26

Variabel Y:Penerapan Tatakelola Keuangan Yang Baik


Tatakelola keuangan yang baik merupakan mekanisme pengelolaan keuangan di suatu
organisasi yang dimuali sejak perencanaan, penatausahaan keuangan, pelaporan keuangan,
audit, dan penghargaan serta hukuman yang dilaksanakan yang mampu mendukung proses
akademik, proses sumber daya, dan proses tatakelola yang lain secara cepat dan tepat.
Pengukuran variabel ini dilakukan dengan mengeksplorasi jawaban responden mengenai
keberadaan dan kualitas dari perencanaan, penatausahaan keuangan, pelaporan keuangan,
audit, dan pemberian penghargaan serta hukuman terkait penerapan sistem tatakelola
keuangan pada universitas.

Variabel Z: Good University Governance


GUG adalah suatu mekanisme tatakelola organisasi yang memenuhi komponen-komponen
GUG yang dalam hal ini adalah terciptanya transparansi, akuntabilitas, responsif, adil, dan
bertanggungjawab. Pengukuran variabel GUG ini dilakukan dengan mengeksplorasi jawaban
responden tentang sejauhmana transparansi, akuntabilitas, responsivitas, keadilan, dan
tanggungjawab universitas dalam berbagai hal.
C. Populasi
Menurut Sekaran (2003), populasi adalah the entire group of people, events, or things of
interest that the researcher wishes to investigate, sedangkan sampel adalah a subset of the
population.
Populasi sebagai keseluruhan unit analisis penelitian ini adalah seluruh PTM di Indonesia
sebagai unit analisisnya. Jumlah responden setiap unit analisis pada penelitian ini adalah:
Rektor, Wakil Rektor Bidang Akademik, Wakil Rektor Bidang Keuangan, Wakil Rektor
bidang Kemahasiswaan, Dekan, Wakil Dekan, Kepala Prodi, dan Sekretaris Prodi.

D. Metode Analisis
Metode Pengujian Data
Mengingat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, kesungguhan
responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat penting
dalam penelitian ini. Keabsahan atau kesahihan suatu hasil penelitian sosial sangat

27

ditentukan oleh alat ukur yang digunakan. Apabila alat ukur yang digunakan tidak valid atau
tidak dapat dipercaya (tidak reliabel), hasil penelitian yang diperoleh tidak akan
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Pentingnya aspek validitas dan reliabilitas
tersebut menjadi alasan pentingnya pengujian validitas dan reliabilitas pada data yang
diperoleh sebelum nantinya dianalisis.
Uji Validitas (Test of validity)
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun benar-benar
dapat mengukur apa yang perlu diukur. Uji Validitas dimaksudkan sebagai ukuran seberapa
cermat alat ukur melakukan fungsi ukurannya. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi akan
mempunyai varian kesalahan yang kecil sehingga data yang terkumpul merupakan data yang
dapat dipercaya.
Uji Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian validitas terhadap item
pertanyaan (validitas item). Pengertian dari validitas item adalah bahwa setiap item
(pertanyaan) dapat dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap skor total.
Dengan kata lain, sebuah item pertanyaan dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika
terdapat skor kesejajaran (korelasi yang tinggi) terhadap skor total item. Pengujian terhadap
validitas item ini dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing skor butir pertanyaan
dengan total skor untuk masing-masing variabel menggunakan korelasi Product Momen
Pearson (Syahri Alhusni, 2002). Apabila angka korelasi signifikan berarti alat ukur tersebut
valid dan layak digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian. Sebaliknya bila tidak
signifikan maka tidak akan diikutsertakan dalam pengujian hipotesis penelitian.
Setelah dapat ditentukan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah valid, maka selanjutnya pertanyaan yang dinyatakan valid tersebut diuji
reliabilitasnya.
Uji Reliabilitas (Test of reliability)
Pengujian reliabilitas atau keandalan adalah berkaitan dengan tingkat kepercayaan terhadap
instrumen penelitian. Penerapan uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
instrumen berupa kuesioner pada dasarnya menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan,
kestabilan atau konsistensi yang baik dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok

28

individu, walaupun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Dapat disimpulkan, reliabilitas
instrumen berhubungan dengan ketepatan hasil penelitian. Uji reliabilitas dilakukan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid untuk mengetahui sejauhmana hasil pengukuran
tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama.
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cronbach alpha dimana Instrumen
dikatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh >0,60
(Imam Ghozali, 2002).

Paparan Analisis Deskriptif


Sebelum data yang sudah diuji validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji hipotesis,
terlebih dahulu akan dipaparkan analisis deskriptif data penelitian untuk melihat kondisi riil
masing-masing dimensi dan variabel. Kriteria kondisi dimensi dan variabel dibangun dengan
mengkonversikan skala likert yang digunakan sebagai berikut:
1. Menentukan nilai konversi dari skor skala likert yang digunakan.
Skala likert memiliki skor minimal 1 dan skor maksimal 5. Skor maksimal 5
menunjukkan nilai maksimal yaitu nilai 100%. Dengan pertimbangan tersebut maka skor
1 dikonversikan menjadi nilai sebesar: 1/5 x 100%=20 %. Jangkauan nilai masing-masing
skor dapat dihitung: (100%-20%)/5=16%
2. Mengkonversi skor jawaban responden menjadi nilai.
Konversi skor jawaban responden menjadi nilai menggunakan rata-rata tertimbang
sebagai berikut:
Nilai=

FiSi
[ F ]xS max

Dimana
Fi

frekuensi untuk skor i

Si

skor 1

Smax :

skor maksimal = 5

frekuensi

3. Membuat kesimpulan deskriptif sesuai dengan sebagai berikut:


a) Apabila 20%<N<35,99% maka kondisi dimensi atau variabel yang bersangkutan
adalah rendah.

29

b) Apabila 36%<N<51,99% maka kondisi dimensi atau variabel yang bersangkutan


adalah moderat rendah.
c) Apabila 52%<N<67,99% maka kondisi dimensi atau variabel yang bersangkutan
adalah menengah.
d) Apabila 68%<N<83,99% maka kondisi dimensi atau variabel yang bersangkutan
adalah moderat tinggi.
e) Apabila 84%<N<100% maka kondisi dimensi atau variabel yang bersangkutan
adalah tinggi.

Uji Struktur Model Penelitian


Setelah data yang didapatkan dianggap memadai dari segi validitas dan reliabilitasnya maka
langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data hasil penelitian berdasarkan
struktur model penelitian.

Uji Asumsi Klasik


Sebelum dilakukan pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur, terlebih dahulu
dilakukan pengujian asumsi klasik regresi berupa uji normalitas, dan uji heteroskedastisitas.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada dasarnya model analisis jalur merupakan
model regresi (walaupun lebih khusus karena digunakan unuk menganalisis pengaruh
langsung dan tidak langsung) sehingga model analisis jalur memiliki asumsi yang harus
dipenuhi yaitu asumsi normalitas, dan tidak terjadi heterskedastisitas.

Normalitas
Adalah kondisi pada model regresi di mana variabel endogen maupun eksogen berdistribusi
normal. Menurut Montgomery dan Peck (1992), model regresi memiliki variabel
berdisribusi normal untuk setiap X dapat dilihat secara grafis melalui grafik normal
probability plot. Apabila normal probability plot menunjukkan penyebaran titik-titik di
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka mengindikasikan bahwa
model regresi analisis jalur memenuhi asumsi normalitas.

30

Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varian variabel tidak sama untuk semua
pengamatan. Situasi heteroskedastisitas menyebabkan terjadinya kesalahan dalam menaksir
koefisien regresi. Untuk melihat terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas, dapat dilakukan
dengan mendasarkan pada grafik plot antara nilai prediksi variabel (Z PRED) dengan
residualnya (SRESID). Apabila tidak terdapat pola tertentu dari sebaran titik-titik pada grafik
dan titik-titik menyebar di antara angka 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan model
regresi tidak terjadi heteroskedastisitas (Montgomery & Peck, 1992).

Metode Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis dilakukan terhadap hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya untuk
menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis tersebut. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui pengaruh antar variabel seperti tertuang pada paradigma struktural secara
lengkap. Pengujian atas struktur di atas dilakukan menggunakan analisis jalur (path
analysis).
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan model analisis jalur dengan
alasan bahwa model penelitian merupakan model struktural yang meliputi baik pengaruh
langsung maupun pengaruh tidak langsung.
Prosedur teknik pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur adalah sebagai
berikut:
1. Perumusan persamaan struktural dan diagram jalur.
2. Menghitung atau menentukan koefisien jalur.
3. Pengujian koefisien jalur.
4. Dekomposisi pengaruh kausal antar variabel.
Pengujian hipotesis sejalan dengan paradigma penelitian seperti tertuang pada
gambar hubungan struktural antarvariabel. Berdasarkan gambar tersebut, struktur hubungan
antar variabel dapat dibagai ke dalam tiga sub struktur sedangkan pengujian hipotesisnya
adalah sebagai berikut:

31

1) Pengujian pengaruh komitmen manajemen (X1), keterbatasan sistem informasi (X2),


dan otoritas pengambil keputusan (X3) terhadap penerapan tatakelola keuangan
yang baik (Y)
Pengujian hipotesis pertama, kedua, dan ketiga mendasarkan pada sub struktur pertama yang
mengidentifikasikan pengaruh dari variabel X1, X2, X3 terhadap Y dengan persamaan sebagai
berikut:
Y=PYX1X1+PYX2X2+PYX3X3+PY1
Persamaan struktural di atas dapat digambarkan ke dalam bentuk sebagai berikut:
X1

PYX1

X2

PYX2

PY1

PYX3
X3

Gambar 3. 1. Sub Struktur Pertama

Uji hipotesis pertama tentang pengaruh variabel X1, X2, X3, terhadap variabel Y dilakukan
dengan menguji hipotesis sebagai berikut:
Ho :

PYXi=0

Ha :

PYXi0

1,2,3

Nilai PYXi adalah nilai koefisien jalur yang ditaksir atau dihitung berdasarkan data hasil
pengamatan. Hipotesis di atas diuji dengan menggunakan pengujian t dalam rangka menilai
signifikansi dari nilai PYXi sebagai berikut:

a) Menentukan nilai t hitung dengan rumus (Kusnendi, 2005):

tYXi =
Yxi

YXi
se( YXi)

di mana:

= koefisien jalur yang akan diuji

32

tYxi

= nilai t hitung dari setiap koefisien jalur variabel eksogen

se (YXi)

= standar error koefisien jalur yang bersesuaian

b) Menguji nilai t hitung yang sudah dihasilkan pada poin pertama dengan cara
membandingkan t hitung dengan t tabel (dengan dk=n-k-2) dimana n adalah jumlah
pengamatan dan k menunjukkan jumlah variabel eksogen yang terdapat dalam sub
struktur yang sedang diuji atau dengan membandingkan nilai p value (sig t) hasil
output regresi menggunakan SPSS dengan nilai (0,05) yang telah ditentukan
sebelumnya. Apabila t hitung lebih besar dari t tabel atau p value (sig t) lebih kecil
dari

, dapat disimpulkan bahwa Ho berhasil ditolak atau dalam hal ini nilai

koefisien jalur yang didapatkan adalah signifikan.

3)

Pengujian keempat, kelima, keenam, dan ketujuh: pengaruh komitmen


manajemen (X1), keterbatasan sistem informasi (X2), otoritas pengambil
keputusan (X3), dan penerapan tatakelola keuangan yang baik (Y) terhadap good
university governance (Z)

Pengujian hipotesis keempat, kelima, dan keenam mendasarkan pada sub struktur kedua
yang mengidentifikasikan pengaruh dari variabel X1, X2, X3 dan Y terhadap Z dengan
persamaan sebagai berikut:
Z=PZX1X1+PZX2X2+PZX3X3+PZYY+PZ2
Persamaan struktural di atas dapat digambarkan ke dalam bentuk sebagai berikut:

33

X1

X2

PYX1
PZ2

PYX2

PYX3
X3

PZY
Y
Gambar 3. 2. Sub Struktur Kedua

Uji hipotesis keempat, kelima, keenam, dan ketujuh tentang pengaruh variabel X1, X2, X3,
danY terhadap variabel Z dilakukan dengan menguji hipotesis sebagai berikut:
Ho :

PZXi=0

Ha :

PZXi0

i:1,2,3
dan
Ho :

PZY=0

Ha :

PZY0

Nilai PZXi dan PZY adalah nilai koefisien jalur yang ditaksir atau dihitung berdasarkan data
hasil pengamatan. Hipotesis di atas diuji dengan menggunakan pengujian t dalam rangka
menilai signifikansi dari nilai PZXi dan PZY sebagai berikut:

a) Menentukan nilai t hitung dengan rumus:

t ZXi =

PZXi
se(PZXi)
34

t ZY =

PZY
se(PZY )

di mana:
PZXi dan PZY

= Koefisien jalur yang akan diuji

tZxi dan tZY

= Nilai t hitung dari setiap koefisien jalur variabel eksogen

se (PZXi) dan se (PZY)

= Standar error koefisien jalur yang bersesuaian

b) Menguji nilai t hitung dengan membandingkan t hitung dengan t tabel (dengan


dk=n-k-2) dimana n adalah jumlah pengamatan dan k menunjukkan jumlah variabel
eksogen yang terdapat dalam sub struktur yang sedang diuji atau dengan
membandingkan nilai p value (sig t) hasil output regresi menggunakan SPSS dengan
nilai yang telah ditentukan sebelumnya (0,05). Apabila t hitung lebih besar dari t
tabel atau p value (sig t) lebih kecil dari , dapat disimpulkan bahwa Ho berhasil
ditolak atau dalam hal ini nilai koefisien korelasi yang didapatkan adalah signifikan.

c) Untuk menguji signifikansi pengaruh X1, X2, X3, dan Y terhadap Z secara simultan
dilakukan dengan uji F dengan membandingkan nilai p value (sig t) dari uji F
terhadap nilai . Apabila p value (sig t) lebih kecil dari , dapat disimpulkan bahwa
Ho berhasil ditolak yang berarti bahwa pengaruh X1, X2, X3, dan Y terhadap Z
secara simultan diterima.

35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Uji Validitas
1. Uji Validitas Variabel X1
Uji validitas Variabel X1 menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson
(Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:

Tabel 4. 1. Hasil Uji Validitas X1


Correlations
X11
X11 Pearson Correlation

X12
1

Sig. (2-tailed)
N
X12 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X13 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

30
.690

X13

.000

.000

30

30

**

.000
30

**

30

30

**

**

.000

X15

.252

.663

.730

.000
.663

X14
**

.690

**

.730

.000

X16

X17

**

.069

.180

.004

30

30

.009

.964

.037

.621

30

30

.102

.035

.321

.591

.505

.382

.386

X18

X1

.244

.658**

.718

.015

.194

.000

30

30

30

30

.094

.607**

.042

.039

.000

30

30

30

30

.187

.171

.620**

.022

.366

.000

.442

.374

.416

.378

30

30

30

30

30

30

30

30

30

X14 Pearson Correlation

.252

.009

.102

.508**

.470**

.303

.073

.600**

Sig. (2-tailed)

.180

.964

.591

.004

.009

.103

.700

.000

N
X15 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

30

30

30

30

30

30

30

30

30

.505**

.382*

.386*

.508**

.484**

.428*

.422*

.822**

.004

.037

.035

.004

.007

.018

.020

.000

30

30

30

30

30

30

30

30

30

**

**

.332

.237

.655**

X16 Pearson Correlation

.069

.094

.187

Sig. (2-tailed)

.718

.621

.321

.009

.007

.073

.207

.000

30

30

30

30

30

30

30

30

30

.303

.332

.275

.652**

.022

.103

.018

.073

.141

.000

N
X17 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

.442

.015

.374

.416

.042

.470

.484

.428

30

30

30

30

30

30

30

30

30

X18 Pearson Correlation

.244

.378*

.171

.073

.422*

.237

.275

.537**

Sig. (2-tailed)

.194

.039

.366

.700

.020

.207

.141

N
X1

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

.002

30

30

30

30

30

30

30

30

30

.658**

.607**

.620**

.600**

.822**

.655**

.652**

.537**

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.002

30

30

30

30

30

30

30

30

30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

36

Correlations
X11
X11 Pearson Correlation

X12
1

Sig. (2-tailed)

.252

.000

.180

X16

X17

**

.069

.004

.718

.505

X18

X1

.244

.658**

.015

.194

.000

.442

30

30

30

30

30

30

30

30

30

.730**

.009

.382*

.094

.374*

.378*

.607**

.000

.964

.037

.621

.042

.039

.000

30

30

30

30

30

30

30

.102

.187

.171

.620**

.591

.035

.321

.022

.366

.000

30

30

30

30

30

30

**

**

.303

.073

.600**

.009

.103

.700

.000

.000

30

30

**

**

.663

Sig. (2-tailed)
N

.730

.000

.000

30

30

1
30

X14 Pearson Correlation

.252

.009

.102

Sig. (2-tailed)

.180

.964

.591

N
X15 Pearson Correlation

X15

.690**

Sig. (2-tailed)
X13 Pearson Correlation

X14
**

.663

.000

N
X12 Pearson Correlation

.690

X13
**

.386

.508

.470

.004

.416

30

30

30

30

30

30

30

30

30

.505**

.382*

.386*

.508**

.484**

.428*

.422*

.822**

.004

.037

.035

.004

.007

.018

.020

.000

Sig. (2-tailed)

30

30

30

30

30

30

30

30

30

X16 Pearson Correlation

.069

.094

.187

.470**

.484**

.332

.237

.655**

Sig. (2-tailed)

.718

.621

.321

.009

.007

.073

.207

.000

30

30

30

30

30

30

30

30

30

.303

.332

.275

.652**

N
X17 Pearson Correlation

.442

Sig. (2-tailed)

.374

.416

.428

.015

.042

.022

.103

.018

.073

.141

.000

30

30

30

30

30

30

30

30

30

X18 Pearson Correlation

.244

.171

.073

.237

.275

.537**

Sig. (2-tailed)

.194

.039

.366

.700

.020

.207

.141

30

30

30

30

30

30

30

30

30

**

**

**

**

**

**

**

**

N
X1

Pearson Correlation

.658

Sig. (2-tailed)
N

.378

.607

.620

.600

.422

.822

.655

.652

.002
.537

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.002

30

30

30

30

30

30

30

30

30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (X1.1, X1.2, X1.3, X1.4, X1.5, X1.6, X1.7, X1.8)
memiliki nilai korelasi terhadap X1 di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua
butir pertanyaan pada variabel X1 adalah valid.
2.

Uji Validitas Variabel X2

Uji validitas Variabel X2 menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson


(Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:

37

Tabel 4. 2. Hasil Uji Validitas X2


Correlations
X21
X21

X22

Pearson Correlation

X22

.890

Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X24

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

X2

.835**

.000

.002

.818

.000

30

29

30

30

**

.126

.885**

.010

.507

.000

**

.548

.472

.000

N
X23

Pearson Correlation

30

30

29

30

30

.548**

.472**

-.139

.677**

.002

.010

.471

.000

29

29

29

29

29

-.044

.126

-.139

.331

.818

.507

.471

30

30

29

30

30

**

**

**

.331

.835

Sig. (2-tailed)
N

X2

-.044

30

Pearson Correlation

X24
**

.890

Sig. (2-tailed)
N

X23
**

.885

.677

.074

.000

.000

.000

.074

30

30

29

30

30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (X2.1, X2.2, X2.3, X2.4) memiliki nilai
korelasi terhadap X2 di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan
pada variabel X2 adalah valid.
3. Uji Validitas Variabel X3
Uji validitas Variabel X3 menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson
(Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:
Tabel 4. 3. Hasil Uji Validitas X3
Correlations
X31
X31

X32

.898**

.000

.000

30

30

30

**

.893**

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)
N
X32

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

X3
**

.604

.604

.000
30

.000
30

30

38

Correlations
X31
X3

X32

Pearson Correlation

.898

Sig. (2-tailed)

**

X3
.893

**

.000

.000

30

30

1
30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (X3.1, X3.2) memiliki nilai korelasi
terhadap X3 di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan pada
variabel X3 adalah valid.

4. Uji Validitas Variabel Y


Uji validitas Variabel Y menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson
(Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:
Tabel 4. 4. Hasil Uji Validitas Y
Correlations
Y1
Y1

Y2

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)
N
Y2

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Y3

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Y4

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Y5

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Y6

Y3

.823

**

.000

Y4

.701

**

.000

Y5

.406

.026

Y6

Y7

**

.280

.001

.134

.575

Y
*

.885**

.011

.000

.456

30

30

30

30

30

30

30

30

.823**

.785**

.293

.383*

.117

.314

.773**

.000

.117

.037

.538

.091

.000

.000
30

30

30

30

30

30

30

30

.701**

.785**

.053

.310

.107

.381*

.718**

.000

.000

.782

.095

.572

.038

.000

30

30

30

30

30

30

30

**

**

.003

.510**

.002

.009

.987

.004

30

30

30

30

**

.161

.703**

.002

.396

.000

30

.293

.053

.026

.117

.782

30

30

30

30

**

.310

**

.037

.095

.406

.575

.001

.383

.541

.541

.002

.467

.549

30

30

30

30

30

30

30

30

Pearson Correlation

.280

.117

.107

.467**

.549**

.282

.582**

Sig. (2-tailed)

.134

.538

.572

.009

.002

.131

.001

30

30

30

30

30

30

30

30

39

Correlations
Y1
Y7

Pearson Correlation

.011

.091

N
Pearson Correlation

Y3

.314

.456

Sig. (2-tailed)
Y

Y2
*

Y4

Y5

Y6

Y7

.003

.161

.282

.038

.987

.396

.131

.381

Y
1

.602**
.000

30

30

30

30

30

30

30

30

.885**

.773**

.718**

.510**

.703**

.582**

.602**

.000

.000

.000

.004

.000

.001

.000

30

30

30

30

30

30

30

Sig. (2-tailed)
N

30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (Y1, Y2, Y3, Y4, Y5, Y6, Y7) memiliki nilai
korelasi terhadap Y di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan
pada variabel Y adalah valid.
5. Uji Validitas Variabel Z
Uji validitas Variabel Z menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson
(Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:
Tabel 4. 5. Hasil Uji Validitas Z
Correlations
Z1
Z1

Z2

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)
N
Z2

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Z3

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Z4

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Z5

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

30
.840

Z3

.840

**

.581

.703

**

.895**

.000

.001

.000

.000

30

30

30

30

30

**

**

**

.927**

**

30

30

**

**

.000

.779

Z5
**

.000

.000
.779

Z4
**

.791

.791

.585

.859

.000

.001

.000

.000

30

30

30

30

**

**

.896**

.000

.000

.000

.698

.000

.643

30

30

30

30

30

30

.581**

.585**

.698**

.577**

.795**

.001

.001

.000

.001

.000

30

30

30

30

30

30

.703**

.859**

.643**

.577**

.857**

.000

.000

.000

.001

30

30

30

30

.000
30

30

40

Correlations
Z1
Z

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)

Z2

.895

**

Z3

.927

**

Z4

.896

**

Z5

.795

**

.857

**

.000

.000

.000

.000

.000

30

30

30

30

30

1
30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (Z1, Z2, Z3, Z4, Z5) memiliki nilai korelasi
terhadap Z di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan pada
variabel Z adalah valid.

B.

Hasil Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas dengan metode pengujian nilai Cronbach alpha, diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4. 6. Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha

N of Items

.918

26

Berdasarkan nilai Cronbach Alpha diatas diperoleh nilai 0.918 di atas nilai r table 0.37
dengan df=26 dan prob 0,05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa seluruh butir
pertanyaan pada kuesioner adalah reliabel/andal.

C. Hasil Uji Deskriptif

1.

Hasil Uji Deskriptif variabel X1

Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel X1 adalah sebagai
berikut:

41

Tabel 4. 7. Skor Jawaban Dimensi Komitmen Manajemen (X1)


Butir
5

Butir
6

Butir
7

Butir
8

Butir
9

Butir
10

Butir
11

Butir
12

fx
skor

Skor 5

17

15

12

11

81

405

34%

Skor 4

12

14

16

13

13

11

19

18

116

464

48%

Skor 3

32

96

13%

Skor 2

18

4%

Skor 1

1%

TOTAL

30

30

30

30

30

30

30

30

240

985

100%

Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 985/(240x5)= 0,82, dengan skor 0.82
artinya secara deskriptif menunjukkan bahwa tingkat Komitmen Manajemen berada pada
selang tinggi.

2. Hasil Uji Deskriptif Variabel X2


Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel X1 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 8. Skor Jawaban Dimensi Keterbatasan Sistem Informasi (X2)
Butir 13

Butir14

Butir15

Butir16

f x skor

Skor 5

25

4%

Skor 4

12

36

144

30%

Skor 3

10

31

93

26%

Skor 2

11

13

11

41

82

34%

Skor 1

5%

TOTAL

30

30

29

30

119

350

99,00%

Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 350/(119x5)= 0,58 dengan skor 0.58 artinya
secara deskriptif menunjukkan bahwa Keterbatasan Sistem informasi berada pada selang
menengah.

42

3. Hasil Uji Deskriptif Variabel X3


Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel X3 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 9. Skor Jawaban Dimensi Otoritas Pengambil Keputusan (X3)
Butir 17

Butir 18

f x skor

Skor 5

10

3%

Skor 4

13

22

88

37%

Skor 3

10

12

22

66

37%

Skor 2

11

22

18%

Skor 1

5%

TOTAL

30

30

60

189

100,00%

Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 189/(60x5)= 0,63 dengan skor 0.63 artinya
secara deskriptif menunjukkan bahwa Otoritas Pengambil Keputusan berada pada selang
menengah.

4. Hasil Uji Deskriptif Variabel Y


Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel Y adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 10. Skor Jawaban Dimensi Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik (Y)

57

fx
skor
285

27,14%

12

91

364

43,33%

40

120

19,05%

17

34

8,10%

2,38%

30

30

30

210

808

100,00%

Butir 19

Butir 20

Butir 21

Butir 22

Butir 23

Butir 24

Butir 25

Skor 5

10

11

13

Skor 4

15

16

11

17

12

Skor 3

Skor 2

Skor 1

TOTAL

30

30

30

30

Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 808/(210x5)= 0,76 dengan skor 0.76 artinya
secara deskriptif menunjukkan bahwa Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik berada
pada selang tinggi.

43

5. Hasil Uji Deskriptif Variabel Z


Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel Z adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 11. Skor Jawaban Dimensi Good University Governance (Z)

14

fx
skor
70

9%

18

93

372

62%

11

29

87

19%

10

20

7%

3%

30

30

30

30

150

553

100,00%

Butir 26

Butir 27

Butir 28

Butir 29

Butir 30

Skor 5

Skor 4

22

20

20

13

Skor 3

Skor 2

Skor 1

TOTAL

30

Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 553/(150x5)= 0,73 dengan skor 0.73 artinya
secara deskriptif menunjukkan bahwa Good University Governance berada pada selang
tinggi.

D. Uji Struktural Model Penelitian


1. Uji Model Pertama
a. Uji Asumsi Klasik Regresi Model Pertama
Hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa regresi model 1 memenuhi asumsi normalitas
yang ditunjukkan dengan normal probability plot pada gambar 4.1 menunjukkan penyebaran
titik-titik di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang mengindikasikan
bahwa model regresi analisis jalur memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji heterskedastisitas,
yang ditunjukkan gambar 4.2 mengindikasikan tidak terdapat pola tertentu dari sebaran titiktitik pada grafik dan titik-titik menyebar di antara angka 0 pada sumbu Y, yang artinya tidak
terjadi heteroskedastisitas.

44

Gambar 4. 1. Grafik Uji Normalitas Model Pertama

Gambar 4. 2. Grafik Uji Hetereskedastisitas Model Pertama


b. Uji Hipotesis 1, 2, dan 3
Dari uji regresi model pertama dihasilkan hasil uji sebagai berikut:
Tabel 4. 12. Hasil Uji Regresi Model Pertama
Model Summaryb

Model
1

R
.896a

Std.
Error of
R
Adjusted
the
Square R Square Estimate
.803

.781 2.09859

DurbinWatson

Change Statistics
R Square
Change
.803

F Change
35.373

df1

df2
3

26

Sig. F
Change
.000

1.654

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1


b. Dependent Variable: Y

45

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model
1

B
(Constant)

Std. Error
-5.980

3.362

X1

.718

.114

X2

.292

X3

.943

Collinearity Statistics

Beta

Sig.

Tolerance

VIF

-1.779

.087

.627

6.309

.000

.766

1.305

.163

.167

1.793

.085

.869

1.150

.257

.346

3.669

.001

.851

1.175

a. Dependent Variable: Y

Dari tabel model summary, nampak R Square (R2 = Koefisien Determinasi) = 0,803. Angka
tersebut menunjukkan nilai koefisien jalur variabel lain diluar model sebesar = PY1 =
1 0,803 = 0,443847
Dari tabel coefficients di atas dapat digambarkan model pertama sebagai berikut:
X1
0.627

X2

0.167*

Y
1
0,444

0.346
X3
4. 3. Model Penelitian
Pertama
Dari gambar 4.3. di atas Gambar
dapat diungkapkan
temuan-temuan
penelitian terkait hipotesis 1,

hipotesis 2, dan hipotesis 3 sebagai berikut:


Hipotesis 1
Dari gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, yang bermakna bahwa Komitemen
Manajemen berpengaruh positif signifikan terhadap Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang
Baik. Dari uji deskriptif dihasilkan kondisi Komitmen Manajemen dan Penerapan Tata
Kelola Keuangan Perguruan Tinggi berada pada kondisi yang tinggi. Hal ini berarti bahwa
kondisi penerapan tatakelola keuangan PTM yang selama ini berada pada kondisi yang baik
secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi komitmen yang tinggi dari pengelola PTM.

46

Hipotesis 2
Dari gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa H2 ditolak, yang bermakna bahwa Keterbatasan
Sistem Informasi tidak berpengaruh terhadap Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik.
Dari uji deskriptif dihasilkan kondisi Keterbatan Sistem Informasi delama ini terjadi pada
kondisi menengah dalam arti terjadi keterbatasan sistem informasi meskipun tidak tinggi,
namun kondisi tersebut tidak atau meyebabkan kondisi penerapan tatakelola keuangan PTM
menjadi buruk yang ditunjukkan bahwa kondisi tatakelola keuangan PTM secara deskriptif
sampai saat ini berada pada kondisi yang baik .
Hipotesis 3
Dari gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa H3 diterima, yang bermakna bahwa Otoritas
Pengambil Keputusan berpengaruh positif signifikan terhadap Penerapan Tata Kelola
Keuangan Yang Baik. Dari uji deskriptif ditunjukkan bahwa tingkat otoritas pengambil
keputusan berada pada ada kondisi menengah sedangkan kondisi penerapan tata kelola
keuangan yang baik berada pada posisi tinggi. Hal ini dapat diartikan bahwa meskipun
otoritas pengambil keputusan tidak berada pada kondisi tinggi namun menjadi salah satu
penentu penerapan tatakelola keuangan yang baik pada PTM di seluruh Indonesia.

2. Uji Model 2
a. Uji Asumsi Klasik Regresi Model Kedua
Hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa regresi model 2 memenuhi asumsi normalitas
yang ditunjukkan dengan normal probability plot pada gambar 4.4 menunjukkan penyebaran
titik-titik di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang mengindikasikan
bahwa model regresi analisis jalur memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji heterskedastisitas,
yang ditunjukkan gambar 4.5 mengindikasikan tidak terdapat pola tertentu dari sebaran titiktitik pada grafik dan titik-titik menyebar di antara angka 0 pada sumbu Y, yang artinya tidak
terjadi heteroskedastisitas.

47

Gambar 4. 4. Grafik Uji Normalitas Model Kedua

Gambar 4. 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Kedua

48

b. Uji Hipotesis 4, 5, 6, 7
Dari uji regresi model kedua dihasilkan hasil uji sebagai berikut:
Tabel 4. 13. Hasil Uji Regresi Model Kedua
Model Summary
Model

R Square
.798

Adjusted R Square
.637

Std. Error of the Estimate


.579

.47078

a. Predictors: (Constant), Y, X2, X3, X1

ANOVAb
Model

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

9.714

2.428

Residual

5.541

25

.222

15.255

29

Total

Sig.

10.957

.000a

a. Predictors: (Constant), Y, X2, X3, X1


b. Dependent Variable: Z

Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1

Std. Error

Standardized
Coefficients
Beta

Sig.

(Constant)

.750

.499

1.505

.145

X1

.298

.339

.201

.878

.389

X2

-.189

.132

-.181

-1.435

.164

X3

.022

.142

.025

.159

.875

.678

.300

.598

2.258

.033

a. Dependent Variable: Z

Dari tabel summary, nampak R Square (R2 = Koefisien Determinasi) = 0,637. Angka
tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur variabel lain diluar model = PZ2 adalah
sebesar= 1 0,637 = 0,602
Dari tabel coefficients dapat digambarkan model kedua sebagai berikut:

49

X1

2
0.201*
0,602

X2

-0.181*
0.025*

X3
0.598

Y
Gambar 4. 6. Model Penelitian Kedua

Dari gambar 4.3. di atas dapat diungkapkan temuan-temuan penelitian terkait hipotesis 4,
hipotesis 5, dan hipotesis 6, dan hipotesis 7, sebagai berikut:
Hipotesis 4
Dari gambar model kedua di atas dapat disimpulkan bahwa H4 ditolak, yang bermakna
bahwa Komitmen Manajemen tidak berpengaruh terhadap Good University Governance.
Dengan memperimbangkan hasil uji deskriptif ditunjukkan bahwa kondisi GUG yang tinggi
tidak dipicu oleh kondisi Komitmen Manajemen yang tinggi.
Hipotesis 5
Dari gambar model kedua di atas disimpulkan bahwa H5 ditolak, yang bermakna bahwa
Keterbatasan Sistem Informasi tidak berpengaruh terhadap Good University Governance.
Dengan mempertimbangkan hasil uji deskriptif ditunjukkan bahwa kondisi GUG yang tinggi
tidak dipicu oleh kondisi Keterbatasan Sistem Informasi yang kondisinya pada level
menengah.
Hipotesis 6
Dari gambar model kedua di atas disimpulkan bahwa H6 ditolak, yang bermakna bahwa
Otoritas Pengambil Keputusan tidak berpengaruh terhadap Good University Governance.
Dengan mempertimbangkan hasil uji deskriptif ditunjukkan bahwa kondisi GUG yang tinggi
tidak dipicu oleh kondisi Otoritas Pengambil Keputusan pada tingkatan menengah.
Hipotesis 7

50

Dari gambar model kedua di atas disimpulkan H7 diterima, yang bermakna bahwa
Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik berpengaruh terhadap Good University
Governance, dari uji deskriptif ditunjukkan bahwa kondisi GUG yang tinggi dipicu oleh
kondisi Tata Kelola Keuangan Yang Baik pada tingkatan yang tinggi.

Dari gambar model pertama dan kedua dapat digambarkan model penelitian secara lengkap
sebagai berikut:
X1

0.201*
0.627

0,602

-0.181*
0.167*

X2

0.598

0,444
0.346

0.025*
1

X3

Dari gambar lengkap gabungan model pertama dan model kedua diatas, selanjutnya
disesuaikan dengan kondisi fenomena dapat dirumuskan model penelitian sebagai berikut:
2

X1

0.627

0,602
Y

0.346

0.598

0,443
847

X3

51

Dari struktur lengkap yang telah disesuaikan dapat diungkapkan temuan-temuan sebagai
berikut:
Kondisi penerapan tata kelola keuangan yang baik di perguruan tinggi Muhammadiyah se
Indonesia yang selama ini telah berada pada kondisi yang tinggi dipengaruhi oleh kondisi
Komitmen Manajemen yang selama ini pada kondisi yang tinggi dan kondisi Otoritas
Pengambil Keputusan yang dalam kondisi menengah pada koefisien determinasi yang tinggi.
Kondisi tata kelola keuangan yang baik pada kondisi yang tinggi ternyata mempengaruhi
kondisi GUG yang tinggi pula, meskipun dengan koefisien determinasi yang rendah.

52

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


Dari temuan-temuan statistik baik statistik deskriptif maupun induktuf dapat disimpulkan
bahwa kondisi aspek sistem GGG dan penerapan tatakelola keuangan yang baik pada PTM
selama ini kondisinya tinggi. Kondisi kedua hal di atas dipengaruhi secara langsung maupun
tidak langsung oleh komitmen manajemen dan otoritas pengambil keputusan dimana
keduanya merupakan dua aspek personil. Dari kedua aspek personil tersebut otoritas
pengambil keputusan berada pada kondisi menengah sedang komitmen manajemen berada
pada posisi tinggi. Kondisi keterbatasan sistem informasi pada PTM masih berada pada
kondisi menengah yang artinya masih terjadi keterbatasan sistem informasi namun kondisi
tersebut tidak mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap GUG.
Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa aspek non sistem keuangan lebih berperan dalam
perwujudan GUG di PTM se Indonesia.
Dari temuan-temuan penelitian di atas ada beberapa saran yang bisa dirumuskan antara lain:
1. Perlu ditingkatkan dukungan teknologi sistem informasi sehingga mampu meminimalisisr
kondisi keterbatasan sistem informasi dan diharapkan akan mendukung penerapan
tatakelola keuangan yang baik yang akhirnya mampu meningkatkan GUG pada kondisi
yang maksimal.
2. Dalam mewujudkan penerapan tatakelola keuangan yang baik secara maksimal perlu
diwujudkan peningkatan otoritas pengembil keputusan dalam sistem keuangan di PTM.
3. Dalam mewujudkan GUG yang maksimal selain aspek non keuangan yang terbukti lebih
memiliki peran dibandingkan aspek keuangan, penerapan tatakelola keuangan yang baik
juga perlu ditingkatkan.
Dari kesimpulan dan saran di atas bisa diberikan masukan bagi Majelis Pendidikan Dikti PP
Muhammadiyah untuk mampu merumuskan standar kapasitas dan skill personil di bidang
keuangan dan suatu sistem informasi di bidang tatakelola keuangan berbasis kinerja dan
memberikan ruang gerak otoritas pengambil keputusan dimana sistem tersebut berbasis
prinsip-prinsip tatakelola keuangan yang baik termasuk di dalamnya transparansi dan
akuntabilitas.

53

Daftar Pustaka

Artley, Will. 2001. The Performance Management Handbook Volume 3: Establisihing


Accountability for Performance. USA: Performance-Based Management Special
Interest Group (PBMSIG).
Cavalluzzo, Ken S. dan Christopher D. Ittner. 2003. Implementing Performance
Measurement Innovations
Elim, Meyulinda. Wahyuni, Ulfia. dan Himawan, Irfan . 2006. Expansion Strategy of
Education Financial Management in Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor
Publik. Vol 07. No 02.
GAO. 1997. Managing For Results: Analytic Challenges in Measuring Performance. MD:
General Accounting Office, Gaithersburg, GAO-01-596
GAO. 2001. Managing For Results: Federal Managers Views on Key Management Issues
Vary Widely Across Agencies. MD: General Accounting Office, Gaithersburg, GAO01-592.
Imam Ghozali. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Semarang: Badan
Penerbit Universitas Dipenogoro
Indriasari, Desi. dan Tunti, Maria. 2006. Education Organizer Knowledge About
Management Reporting. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik. Vol 07. No 02.
Julnes, Patria de Lancer dan Marc Holzer. 2001. Promoting the Utilization of Performance
Kravchuk, Robert S. and Ronald W. Schack. 1996. Designing Effective Performance
Measurement Systems under The Government Performance and Results Act of 1993.
Public Administration Review Volume 56 Nomor 4, 348-358.
Kusnendi. 2005. Analisis Jalur: Konsep dan Aplikasi Dengan Program SPSS & LISREL.
Badan Penerbit Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia
Laurensius, Ferry. 2005. Pengaruh Faktor-Faktor Rasional, Politik, dan Kultur Organisasi
terhadap terhadap Pemanfaatan Informasi Kinerja

Instansi Pemerintah Daerah.

Tesis.Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

54

Mahsun, Mohammad. 2006. Study Cross Sectional and Scorecard For Accreditation
University Performance in Yogyakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik.
Vol 07. No 02.
Majelis DIKTILITBANG. Surat Edaran no 182/1.3/D/2009 tentang Pedoman Manajemen
Keuangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah
Montgomery, Douglas C., & Elizabeth, A Peck. 1992. Introduction to Linear Regression
Analysis. John Wiley & Sons, Inc. 2nd Edition
Nirwana SK Sitepu.1994. Analisis Jalur (Path Analysis).Jurusan Statistik UNPAD
Poole, Dennis L., Jill K. Davis, Jane Reisman, Joan E. Nelson. 2001. Improving the Quality
of Outcome Evaluation Plans. Nonprofit Management & Leadership, 11 (4), 405-421.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Sekaran, Uma. 2003. Businsess Research Method. John Willey & Sons Inc
The Urban Institute. 2002. How and Why Nonprofits Use Outcome Information. The Urban
Institute,
www.pts.co.id. Direktori perguruan tinggi swasta
Yamamoto, K. (2006). Performance of semi-autonomous public bodies : linkage between
autonopmy and performance in Japanese agencies. Public Administration and
Development, 26, 35-44.
Yunita, Khristina. Rusliyawati. Yustikasari, Yulia. 2006. Applying Comparison of Education
Standard Management in Indonesia and Australia: An Overview. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Sektor Publik. Vol 07. No 02.

55

LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
"PENERAPAN MODEL TATA KELOLA KEUANGAN PERGURUAN TINGGI
YANG BAIK
UNTUK MEWUJUDKAN GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE" (Studi Pada PTM
Se-Indonesia)
Dapatkan mug cantik bagi 30 responden pertama persembahan dari Supra-Center Training &
Consulting dengan mengumpulkan kuesioner yang sudah diisi lengkap.
1. Tuliskan Nama Anda (optional)
:
_______________________________________________________
2. Tuliskan Alamat Email Anda (optional)
:
_______________________________________________________
3. Status pekerjaan Anda:
Staf edukatif dan pejabat struktural
Staf edukatif
Staf non edukatif dan pejabat struktural
Staf non edukatif
4. Tuliskan nama perguruan tinggi Anda :
_____________________________________________________________

Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan yang dianggap paling sesuai dengan
kondisi yang terjadi di kampus Anda.
Variabel X1: Komitmen Manajemen
5. Perguruan tinggi Anda telah menyediakan waktu khusus dalam penyusunan anggaran
tahunan
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

6. Perguruan tinggi Anda telah melakukan proses pencatatan keuangan dalam rangka
melayani pencairan keuangan
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

Sangat Tidak
Setuju

Sangat Tidak
Setuju

56

7. Perguruan tinggi Anda telah melakukan proses penyusunan laporan keuangan (minimal
laporan realisasi anggaran dan neraca)
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak
Setuju
8. Perguruan tinggi Anda telah menempatkan staf keuangan pada setiap level unit kerja
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

9. Perguruan tinggi Anda telah mengalokasikan dana dalam perbaikan sistem tatakelola
keuangan
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

10. Perguruan tinggi Anda telah memiliki unit auditor internal bidang keuangan
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

Sangat Tidak
Setuju

Sangat Tidak
Setuju

Sangat Tidak
Setuju

11. Perguruan tinggi Anda telah mengumpulkan data yang relevan dan reliabel dalam rangka
mendukung tatakelola keuangan yang baik
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak
Setuju
12. Perguruan tinggi Anda telah melakukan benchmarking sistem tatakelola keuangan pada
perguruan tinggi lain yang dianggap lebih baik
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak
Setuju
Variabel X2: Keterbatasan Sistem Informasi
13. Perguruan tinggi Anda mengalami kesulitan untuk memperoleh data keuangan yang
valid
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

Sangat Tidak
Setuju

14. Perguruan tinggi Anda mengalami kesulitan untuk memperoleh data secara tepat waktu
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak
Setuju

57

15. Perguruan tinggi Anda merasakan adanya biaya pengumpulan data yang tinggi
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

16. Perguruan tinggi Anda telah memiliki teknologi informasi yang mampu mendukung
penyajian data keuangan yang diperlukan dalam pembuatan keputusan
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

Sangat Tidak
Setuju

Sangat Tidak
Setuju

Variabel X3: Otoritas Pengambil Keputusan


17. Pimpinan unit kerja setingkat fakultas di perguruan tinggi Anda memiliki otoritas yang
tinggi dalam pengelolaan keuangan
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak
Setuju
18. Pimpinan unit kerja setingkat program studi di perguruan tinggi Anda memiliki otoritas
yang tinggi dalam pengelolaan keuangan
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak
Setuju
Variabel Y: Penerapan Tatakelola Keuangan Yang Baik
19. Penganggaran di perguruan tinggi Anda telah diterapkan dengan berbasis kinerja
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

20. Dalam rangka pencairan dana ke unit kerja di perguruan tinggi Anda, unit kerja
mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) berdasarkan anggaran
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

21. Perguruan tinggi Anda telah menggunakan Surat Perintah Membayar (SPM) dalam
rangka pencairan uang ke unit kerja
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

22. Perguruan tinggi Anda telah menyusun laporan keuangan berupa laporan realisasi
anggaran setiap tahunnya
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

Sangat Tidak
Setuju

Sangat Tidak
Setuju

Sangat Tidak
Setuju

Sangat Tidak
Setuju

58

23. Perguruan tinggi Anda telah menyusun laporan keuangan berupa neraca setiap tahunnya
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak
Setuju
24. Secara periodik perguruan tinggi Anda telah melakukan audit atas laporan keuangan
perguruan tinggi
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

Sangat Tidak
Setuju

25. Perguruan tinggi Anda telah menjalankan sistem reward and punishment terkait
penerapan sistem tatakelola keuangannya
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

Sangat Tidak
Setuju

Variabel Z: Good University Governance


26. Sejauh mana tingkat transparansi perguruan tinggi Anda dalam melakukan pengelolaan
keuangan?
Sangat
Transparan
Kurang
Tidak
Transparan
Transparan
Transparan

Sangat Tidak
Transparan

27. Sejauh mana tingkat akuntabilitas perguruan tinggi Anda dalam melakukan pengelolaan
keuangan?
Sangat
Akuntabel
Kurang
Tidak Akuntabel
Sangat Tidak
Akuntabel
Akuntabel
Akuntabel
28. Sejauh mana tingkat responsibilitas (tanggung jawab) perguruan tinggi Anda dalam
melakukan pengelolaan keuangan?
Sangat
Responsibel
Kurang
Tidak
Responsibel
Responsibel
Responsibel

Sangat Tidak
Responsibel

29. Sejauh mana tingkat fairness (keadilan) perguruan tinggi Anda dalam melakukan
pengelolaan keuangan?
Sangat Fair
Fair
Kurang Fair
Tidak Fair

Sangat Tidak Fair

30. Sejauh mana tingkat responsivitas (daya tanggap) perguruan tinggi Anda dalam
melakukan pengelolaan keuangan?
Sangat
Responsif
Kurang
Tidak Responsif
Responsif
Responsif

Sangat Tidak
Responsif

59

No
I
1
2

II
1
III
1
2
3
IV

Uraian
TAHAP
PERSIAPAN
Peralatan dan Personil
Penyusunan
Jadwal
kegiatan dan Rencana
Kerja

Bulan 3
2 3 4

Bulan 4
2 3 4

PENGUMPULAN
DATA
Pengumpulan Data
ANALISIS DATA
Analisis Kualitatif dan
Kuantitatif
Impilkasi Kebijakan
dan Starategi
Arah Pengembangan

RANCANGAN
RENCANA
Rumusan
Hasil
Analisis
Rekomendasi

V
1
2

PELAPORAN
Laporan Kemajuan
Laporan Akhir

Jadwal Pelaksanaan
Bulan 1
Bulan 2
1 2 3 4 1 2 3 4

60

No.
A.
1
2
3
4
5

B.
1

2
3
4

C.

D.

Jenis Kegiatan
Peralatan
kertas HVS
Penggandaan
Proposal
Penjilidan Proposal
Penggandaan Laporan
Penelitian
Penjilidan Laporan
Jumlah
Perjalanan dan
Akomodasi
Pengurusan Izin
Transport Tim
ke/dalam lokasi
penelitian
konsumsi
Telepon/voucher
Jumlah

Diskusi/pertemuan
Seminar penyusunan
1 instrumen survei
a. Transpor Peneliti
d. Konsumsi
Jumlah
Penyususunan
Laporan
Pembahasan hasil
1 olahan data
2 HR
HR Tim Peneliti
Jumlah

PEMBIAYAAN
Volume x biaya satuan

Jumlah

5 rim x Rp. 35000

Rp

175,000

10 eks x 40 hal x Rp. 125


20 x Rp. 5000

Rp
Rp

100,000
100,000

10 eks x 100 hal x Rp. 125


20 eks x Rp. 5000,-

Rp
Rp

125,000
100,000
Rp

5 x2 org x Rp.50.000,6 unit x Rp. 100.000,-

Rp

500,000

Rp
Rp

500,000
600,000

600,000

Rp 1,600,000

4 x 2 org x Rp. 50.000,4 x 2 org x Rp. 25.000,-

Rp
Rp

400,000
200,000
Rp

1 Paket
2 x 4 bulan x Rp. 150,000

600,000

1,000,000
Rp 1,200,000
Rp 2,200,000
Total

Rp 5,000,000

61

Lampiran 1. Curriculum Vitae


CURICULUM VITAE
Nama
Jenis kelamin
Agama
Tempat, tgl lahir
Alamat kantor

: Misbahul Anwar
: Laki-laki
: Islam
: Banyumas, 16 September 1967
: UMY
Jl Lingkar Selatan Tamantirto Yogyakarta
Telp. 0274-387656, Fax. 0274-387646
Alamat rumah
: Perum Graha Prima Sejahtera B-12A, Tamantirto, Kasihan, Bantul,
Yogyakarta, 55183
HP 081904023916
e-mail : misbahulanwar@yahoo.com
A. Riwayat Pendidikan :
No
Sekolah
Lokasi
Tahun Lulus
1
Magister UNAIR
Surabaya
1998
2
Fakultas Ekonomi UNSOED
Purwokerto
1991
3
SMA Muhammadiyah 1
Purwokerto
1986
4
SMP Negeri 4
Purwokerto
1983
5
SD Negeri Cilongok I
Cilongok
1981
B. Riwayat Organisasi :
No
Nama Institusi
SD Muhammadiyah Kembaran, Tamantirto,
1.
Kasihan, Bantul
SD Muhammadiyah Kembaran, Tamantirto,
2.
Kasihan, Bantul
SD Muhammadiyah Kembaran, Tamantirto,
3.
Kasihan, Bantul
Pimpinan Ranting Muhammadiyah Tamantirto
4.
Selatan, Kasihan, Bantul
5.
TKIT Al Farabi Tamantirto, Kasihan, bantul
Pusat Pengembangan Manajemen (PPM)
6.
Fakultas Ekonomi UMY
C. Riwayat Pekerjaan:
No
Nama Institusi
Fakultas Ekonomi
1.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
2.
Purworejo
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IEU
3.
Yogyakarta
4.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi SBI Yogyakarta
5.
ACE Manunggal Consultant
6.
E-Gov Training & Consultant
7.
SupraCenter Training & Consulting
8.
PT. Extensa Winaya Fakta
9.
C-Dev Training & Consultant

Posisi
Ketua Dewan
Sekolah
Ketua
Pengembangan SD
Wakil Ketua Dewan
Sekolah
Koordinator Seksi
Pendidikan
Ketua Pengurus

Periode
2010
2007-sekarang
2006-2010
2005-sekarang
2000-sekarang

Anggota

1998-sekarang

Jabatan

Periode

Dosen

1992-sekarang

Dosen

2000-sekarang

Dosen

1998-sekarang

Dosen
Staf peneliti
Staf peneliti, trainer
Tenaga Ahli, Trainer
Tenaga Ahli
Trainer

2005-sekarang
2007-sekarang
2007-sekarang
2009-sekarang
2010
2010-sekarang

62

D. Riwayat Jabatan
No
Nama Institusi
1.
BMT UMY
2.
SupraCenter Training & Consulting
Fakultas Ekonomi
3.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fakultas Ekonomi
4.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fakultas Ekonomi
5.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Posisi
Ketua Pengurus
Direktur Pemasaran
Dekan
Pembantu Dekan I

1999-2003

Pembantu Dekan III

1998-1999

E. Penelitian
No
Nama Penelitian
Pengaruh Pengetahuan Tentang Taktik Pemasangan Iklan,
Penghargaan Diri, Kerentanan Konsumen, dan Pengetahuan
1.
Produk Konsumen Pada Skeptisme Orang Dewasa Terhadap
Iklan Televisi
Penilaian Kepuasan Konsumen Internal Di Bidang Jasa
2.
Pendidikan (Studi Kasus di Fakultas Ekonomi dan Isipol
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
3.
Analisis Perilaku Berpindah konsumen
Analisis Perbedaan Persepsi Dosen dan Mahasiswa Terhadap
4.
Etika Bisnis
5.
Analisis Loyalitas Oli Mesin Merek Top 1 di Yogyakarta
Analisis Motivasi konsumen Dalam Membeli Produk
6.
Elektronika
Analisis Kelelahan Tenaga Kerja Di Universitas
7.
Muhammadiyah Yogyakarta
F. Pengalaman Fasilitator
No
Nama Kegiatan
Pelatihan Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja Perguruan
1.
Tinggi
2.
Pelatihan Tatakeloa Keuangan Desa
Pelatihan Tatakelola Keuangan Perguruan Tinggi Berbasis
3.
Kinerja
4.
Pelatihan Relationship Marketing
Pelatihan Sistem Kerja Untuk Peningkatan Mutu Kreatifitas
5.
dan Inovasi Perbaikan Proses Pelayanan di Badan Diklat
Propinsi DIY
Pelatihan Strategi Peningkatan Daya Saing Daerah Untuk
6.
Anggota DPRD Banyuwangi
7.
Pelatihan Strategi Pemasaran Untuk Pegawai Pertamina
G. Buku/Modul
No

Judul

1.

Komputer Perkantoran Microsoft Word

2.

Aplikasi Komputer

3.

Komunikasi Pemasaran

4.

Microsoft Word, Microsoft Excel, Internet

Periode
2011-sekarang
2010-sekarang
2007-2011
2003-2007

Posisi
Peneliti
bersama
Jaka
Suhendra

Waktu

Peneliti

2007

Peneliti

2006

Peneliti

2005

Peneliti

2004

Peneliti

1998

Peneliti

1993

Lokasi

2009

Tahun

Luwuk

2011

Tembilahan

Yogyakarta

2011
2010
2009
2007

Yogyakarta

2007

Yogyakarta

2007

Bandung

2006

Jenis
Modul
Praktikum
Buku
Modul
Praktikum
Buku

Tahun

Yogyakarta

2010
2004
2004
2003

63

H. Pengalaman Konsultan
No

Nama Kegiatan

1.

Penyusunan Anggaran Keuangan Berbasis Kinerja


Perguruan Tinggi

2.

Penyusunan Sistim Keuangan Berbasis Kinerja

Lokasi
Universitas
Bhayangkara
Surabaya
Universitas
Pendidikan
Indonesia,
Bandung

Tahun
2011

2009

Yogyakarta, Januari 2012

Misbahul Anwar, SE., M.Si

64

CURRICULUM VITAE
IDENTITAS
Nama
NIK
Pangkat/Golongan
Jabatan Fungsional
Tempat Dan Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Alamat Rumah

:
:
:
:
:
:
:

No.Telp/Fax rumah
(Sertakan hp Jika Ada)
Alamat Kantor

:
:
:

No.Telp/FAX KANTOR
Alamat Email

:
:

DR. Suryo Pratolo, M.Si., Akt., AAP-A


143-075
Penata Muda/IIIb
Lektor
Sleman, 26 Juni 1975
Laki Laki
Pogung Dalangan SIA XVI/ Rt.10/ No.
277B. Kal Sinduadi/ Kec Mlati/ Kab.
Sleman/ YK/ Kode Pos. 55284
(0274) 521461
08179409758
Jl. Lingkar Selatan Taman Tirto, Kasihan,
Bantul, Yogyakarta
0274-387656
s_pratolo@yahoo.com

Pendidikan
S3: Program Doktor, Pascasarjana Ekonomi/BKU Akuntansi Universitas Padjadjaran Bandung (20022006)
S2: Program Magister Sains, Pascasarjana Ekonomi/Akuntansi Universitas Gadjah Mada (1999-2001)
S1: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (1995-1999)

PENGALAMAN PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH:


1. Double Entry BookKeeping dan Accrual Basis Sebagai Pendukung Akuntabilitas Organisasi
Sektor Publik; Jurnal Akuntansi dan Investasi, 2001
2. Pengaruh Publicnes Pada Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Kinerja
Manajerial di Perguruan Tinggi dan Pemda; Jurnal Akuntansi dan Investasi, 2002
3. Pengaruh Persepsi Pengembang perumahan terhadap Good Governance Pemda terhadap Kinerja
Organisasional Pengembang; Jurnal Utilitas, 2005
4. Anggaran Berbasis Kinerja Sebagai Bentuk Reformasi Keuangan Perguruan Tinggi; Jurnal
Utilitas, 2004
5. Analisis Kemandirian Daerah (Studi Kasus PemKab dan Pemkot di Provinsi DIY); Jurnal
Ekonomi Pembangunan, 2003
6. Analisis Pengaruh Otonomi Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (survei pada
pengembang di DIY); Jurnal Ekonomi Pembangunan, 2003
7. Penelitian Hibah A2 DIKTI DEPDIKNAS: Pengaruh persepsi pengembang terhadap good
governance Pemda & Komitmen aparat terhadap kepuasan dan kinerja pengembang, 2006
8. Penyusunan Standar Pelayanan Minimal di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau kerjasama PT
Sinergi Visi Utama dan Bagian Organisasi Kabupaten Bintan Propinsi Kepulauan Riau, 2006
9. Penelitian Hibah Bersaing DIKTI DEPDIKNAS (sebagai ketua): Pengaruah Audit Manajemen,
Komitmen Manajer, Pengendalian Intern terhadap Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate
Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia: 2007
10. Penyusunan Bank Indikator Kinerja kerjasama Pemerintah Gunung Kidul dan PT Sinergi Visi
Utama: 2007
11. Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia: Aspek Audit Manajemen dan
Pengendalian Intern sebagai variabel eksogen serta tinjauannya pada jenis perusahaan.
Dipaparkan pada Simposium Nasional Akuntansi X di UNHAS MAKASSAR, 26-28 Juli 2007
12. Pengetahuan Anggaran dan Efektivitas Partisipasi Dalam Hubungannya Dengan Kepuasan Atas
Pelaksanaan Anggaran Kinerja (Studi Empiris Kabupaten Bantul), ditulis bersama Anton Ryadi,
Jurnal Akuntansi dan Investasi-UMY, Juli 2007 ISSN 1411-6227
13. Penyusunan Analisis Standar Belanja Pemerintah Kabupaten Blora: 2008

65

14. Pengaruh Audit Manajemen, Komitmen Organisasional Manajer, Pengendalian Intern Terhadap
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance dan Kinerja Badan Usaha Milik Negara
di Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Investasi-UMY, Januari 2008, ISSN 1411-6227.
15. Transparansi dan Akuntabilitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah dalam Hubungannya dengan
Perwujudan Keadilian dan Kinerja Pemerintah Daerah: Sudut Pandang Aparatur dan Masyarakat
di Era Otonomi Daerah, Jurnal Akuntansi dan Investasi-UMY; Juli 2008; ISSN 1411-6227.
16. Pengaruh Kualitas Auditor, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,
Pertumbuhan Perusahaan dan Debt Default Terhadap Kemungkinan Penerimaan Audit Going
Concern; Ditulis bersama Karyanti, Jurnal Akuntansi dan Investasi-UMY: 2009 ISSN 14116227
17. Model Instrumen Manajemen Untuk Peningkatan Kinerja Instansi Dinas di Lingkungan
Pemerintah Daerah: Studi Pada Pemerintah Propinsi Seluruh Indonesia: 2009 didanai Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas, sipresentasikan pada Seminar Internasional di Kuala
Lumpur, Malaysia
18. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Pengendalian Aktivitas Terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah dengan Kinerja Manajerial sebagai variabel Intervening (Studi
Empiris pada lingkup Pemerintah Provinsi NTB); ditulis bersama Mudie Wahyudi; Majalah
Ilmiah NERACA STIE MUHAMMADIYAH PEKALONGAN, , Desember 2009. ISSN:
1829-8648
19. Peran Good Government Governance Untuk Mewujudkan Kinerja Pemerintahan Daerah dan
Kepuasan Masyarakat di Era Otonomi Daerah Dalam Menghadapi Tantangan Global (Studi pada
pemerintahan kabupaten dan kota di Daerah Istimewa Yogyakarta). Dipresentasikan pada
SIMPOSIUM RISET EKONOMI IV yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Ekonomi
Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur dan Fakultas Ekonomi Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya, 18 Februari 2010.

Yogyakarta, Juli 2012

(Dr. Suryo Pratolo, SE., M.Si., Akt, AAP-A)

66

Anda mungkin juga menyukai