FARMAKOLOGI
PRODI D 3 KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
TIM
Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya
Buku Panduan Laboratorium Farmakologi. Buku Panduan ini merupakan salah satu
bagian dari panduan pembelajaran sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi
lulusan D-3 Keperawatan.
Mata Kuliah Farmakologi membahas konsep tentang farmakologi dan terapeutik
dengan penekanan pada farmakodinamik, farmakokinetik penggolongan obat, efek
samping obat, dan bahaya penggunaan/pemberian obat kepada pasien.
Kami berharap Buku Panduan Laboratorium Farmakologi ini dapat dijadikan
petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik baiknya. Kami juga merasa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan rencana pembelajaran semester ini, sehingga kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk peningkatan kualitas pedoman pembelajaran ini
sangat kami harapkan. Semoga Buku Panduan Pembelajaran laborat semester ini dapat
mengantarkan mahasiwa mencapai tujuan sebagai perawat profesional.
Tim Penyusun
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
RANCANGAN PEMBELAJARAN ................................................................................................................ 6
PEMBERIAN OBAT ORAL ......................................................................................................................... 8
PEMBERIAN OBAT PARENTERAL ........................................................................................................... 15
PEMBERIAN OBAT SECARA INTRACUTAN ............................................................................................. 22
PEMBERIAN OBAT SUBCUTAN .............................................................................................................. 26
PEMBERIAN OBAT INTRAMUSKULAR ................................................................................................... 30
PEMBERIAN OBAT INTRAVENA ............................................................................................................. 34
PEMBERIAN OBAT SECARA TOPIKAL ..................................................................................................... 38
PEMBERIAN OBAT PRE REKTAL/ SUPPOSITORIA .................................................................................. 51
CARA MENGHITUNG DOSIS .................................................................................................................. 58
PATIENT SAFETY DALAM PEMBERIAN OBAT ........................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 81
VISI
Menjadi universitas yang menghasilkan lulusan unggul dan Islami tingkat regional,
berorientasi enterpreneur tahun 2023.
MISI
B. Capaian Pembelajaran
1. Pengetahuan
Menguasai konsep anatomi fisiologi tubuh manusia, patologi dan patofisiologi
kelainan struktur dan fungsi tubuh, gizi, mikrobiologi, parasitologi, dan
farmakologi
2. Ketrampilan
a. Pemberian obat oral
b. Pemberian obat parenteral :
- Intrakutan
- Subkutan
- Intramuskular
- Intravena
C. ALOKASI WAKTU
Mata kuliah ini terdiri atas :
1 sks x 16 mgg efektif X 170 mnt X 2 kls = 5440 menit
E. METODE PEMBELAJARAN
1. Tutorial
2. Small Group Discussion (SGD)
3. Discovery Learning (DL)
4. Seminar
5. Praktik di laboratorium : Role play
6. Project based Learning
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemberian Obat Oral
Revisi Ke Tanggal
Berlaku:
A. DEFINISI
Memberikan obat melalui mulut
B. TUJUAN
1. Menyediakan obat yang memiliki efek lokal atau sistemik melalui saluran
gastrointestinal.
2. Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit dan
jaringan.
3. Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan nyeri.
C. FOKUS PERHATIAN
Alergi terhadap obat, kemampuan klien untuk menelan obat, adanya muntah dan
diare yang dapat mengganggu absorbsi obat, efek samping obat, interaksi obat,
kebutuhan pembelajaran mengenai obat yang diberikan.
Berlaku:
D. PERSIAPAN ALAT
1. Baki berisi obat-obatan
2. Kartu atau buku rencana pengobatan
3. Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat
4. Pemotong obat (jika diperlukan)
5. Martil dan lumping penggerus (jika diperlukan)
6. Gelas pengukur (jika diperlukan)
7. Gelas dan air minum
8. Sedotan
9. Sendok
10. Pipet
11. Spuit ukuran mulut anak-anak
E. PERSIAPAN PASIEN
1. Fase Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
e. Menempatkan alat kedekat pasien
f. Mencuci tangan
F. INSTRUKSIONAL KERJA
2. Fase Kerja
a. Kaji kemmapuan klien untuk dapat minum obat per oral (kemampuan
menelan, mual atau muntah, adanya program NPO/ tahan makan dan
minum, akan dilakukan penghisapan lambung, tidak terdapat bunyi usus)
b. Periksa kembali order pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu
dan cara pemberian), periksa tanggal kadaluwarsa obat. Jika ada keraguan
Berlaku:
Berlaku:
Berlaku:
Berlaku:
g. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar. Buang alat-alat
sekali pakai kemudian cuci tangan.
h. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien (biasanya 30 menit setelah
pemberian obat).
3. Fase Terminasi
a. Merapikan alat dan pasien
b. Melakukan evaluasi hasil tindakan
c. Berpamitan
d. Mencuci tangan
Berlaku:
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Obat Parenteral
Revisi Ke Tanggal
Berlaku:
A. DEFINISI
Pemberian obat melalui jaringan atau pembuluh darah dengan menggunakan spuit.
B. TUJUAN
1. Mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara yang lain
2. Memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
3. Membantu menegakkan diagnosis (penyuntikan zat kontras)
4. Memberikan zat imunologi
Berlaku:
Berlaku:
d. Letakkan kassa steril diantara ibu jari tangan Anda dengan ampul kemudian
patahkan leher ampul kea rah menjauhi anda dan orang disekitar.
Kassa steril akan melindungi diri anda dari pecahan kaca ampul dan menjaga
bagian dalam ampul tetap steril.
Atau usapkan kapas alcohol disekitar leher ampul kemudian patahkan leher
ampul kea rah menjauhi anda dan orang disekitar anda. Jika ampul sulit
dipatahkan dengan cara biasa, gunakan gergaji ampul.
e. Buang leher ampul pada tempat khusus.
f. Tempatkan ampul pada permukaan yang datar.
g. Buka penutup jarum spuit kemudian masukkan jarum ke dalam ampul tepat
dibagian tengah ampul.
Mencegah jarum menyentuh bagian tepi dari botol ampul, mengurangi risiko
jarum terkontaminasi.
h. Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.
Berlaku:
i. Keluarkan jarum dari ampul, tutup kembali jarum spuit dengan teknik yang
benar.
j. Jika terdapat gelembung udara pada spuit :
a. Pegang spuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
b. Tarik plunger ke bawah dan jentikkan spuit dengan jari.
c. Dorong plunger perlahan ke atas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga
agar tidak mengeluarkan larutan.
k. Periksa kembali jumlah larutan yang ada pada spuit, bandingkan dengan
volume yang dibutuhkan.
l. Bandingkan label obat dengan catatan pemberian obat.
m. Jika perlu, ganti jarum spuit yang baru jika obat dapat mengiritasi kulit.
n. Beri label spuit dengan label obat yang sesuai.
o. Tempatkan spuit (dalam bak spuit), kapas alcohol, dan kartu obat di atas
baki.
p. Buang atau simpan kembali peralatan yang tidak diperlukan.
4. FASE TERMINASI
1. Merapikan alat dan pasien
2. Melakukan evaluasi hasil tindakan
3. Berpamitan
4. Mencuci tangan
Berlaku:
e. Kapas alcohol
f. Baki obat
g. Label obat
h. Bak spuit :
1) Aquabides (jika perlu)
2) Bengkok
2. Persiapan Pasien
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan alat kedekat pasien
6) Mencuci tangan
b. Prosedur Kerja
1) Periksa label vial dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsip
“Lima Benar”.
2) Hitung dosis yang diperlukan. Jika perlu, rotasikan cairan yang ada dalam
vial dengan menggunakan tangan agar tercampur sempurna.
Tidak boleh mengocok larutan dalam vial karena dapat menyebabkan
larutan menjadi berbuih.
3) Buka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh bagian karetnya.
4) Usap bagian karet tersebut dengan kapas alcohol.
5) Buka tutup jarum
6) Masukkan udara kedalam spuit sesuai dengan jumlah obat yang
dibutuhkan.
7) Dengan hati-hati, masukkan jarum secara tegak lurus tepat ditengah-
tengah karet dan vial.
Berlaku:
8) Injeksikan udara ke dalam vial, jaga agar ujung jarum spuit berada diatas
permukaan cairan obat.
Udara yang dimasukkan ke dalam vial akan mempermudah penarikan cairan
ke luar karena tekanan negative tidak akan terjadi didalam vial. Ujung jarum
di jaga diatas permukaan obat untuk menghindari terjadinya gelombang
udara pada obat saat udara dimasukkan ke dalam vial.
Berlaku:
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Obat Intracutan
Revisi Ke Tanggal
Berlaku:
A. DEFINISI
Injeksi intracutan adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
jaringan dermis dibawah epidermis kulit dengan menggunakan spuit.
B. TUJUAN
1. Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan dibawah kulit untuk
diabsorbsi.
2. Metode ini digunkan untuk tes diagnostic terhadap alergi atau adanya
penyakit-penyakit tertentu.
Berlaku:
C. TEMPAT INJEKSI
1. Lengan bawah bagian
dalam
2. Dada bagian atas
3. Punggung dibawah scapula
D. PERSIAPAN ALAT
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Kapas alcohol
3. Sarung tangan sekali pakai (bersih)
4. Obat yang sesuai
5. Spuit 1 ml dengan ukuran 25, 26, 27, panjang jarum ¼ - 5/8 inchi
6. Pulpen/ spidol
7. Bak spuit
8. Baki obat
9. Bengkok
E. PERSIAPAN PASIEN
1. Fase Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
e. Menempatkan alat kedekat pasien
f. Mencuci tangan
Berlaku:
F. PROSEDUR KERJA
2. Instruksi Kerja
a. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “Enam Benar”.
b. Identifikasi klien
c. Atur klien pada posisi yang nyaman.
d. Pilih area penususkan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau
rasa gatal sesuai dengan.
Menghindari gangguan absorbsi obat atau cedera dan nyeri yang berlebihan.
e. Pakai sarung tangan.
f. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol, dengan
gerakan sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm.
tunggu sampai kering .
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme.
g. Pegang kapas alcohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
h. Buka tutup jarum.
i. Tempatkan ibu jari tangan nondominan sekitar 2,5 cm dibawah area
penusukan kemudian tarik kulit.
j. Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 150.
k. Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan adanya jendalan (jendelan harus
terbentuk).
l. Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan.
m. Usap pelan-pelan area penyuntikkan dengan kapas alcohol (jangan
melakukan masase pada area penusukan).
n. Buat lingkaran dengan diameter 2,5 cm di sekitar jendalan dengan
menggunakan pulpen. Instruksikan klien untuk tidak menggosok area
tersebut.
Berlaku:
3. Fase Terminasi
a. Merapikan alat dan pasien
b. Melakukan evaluasi hasil tindakan
c. Berpamitan
d. Mencuci tangan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Obat Subcutan
Revisi Ke Tanggal
Berlaku:
A. DEFINISI
Injeksi subkutaneus adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke
dalam jaringan subkutan dibawah kulit dengan menggunakan spuit.
B. TUJUAN
Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subkutan di bawah kulit
untuk diabsorbsi.
C. TEMPAT INJEKSI
1. Lengan atas bagian luar
2. Paha anterior
3. Daerah abdomen
Berlaku:
D. PERSIAPAN ALAT
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Kapas alkohol
3. sarung tangan sekali pakai (bersih)
4. obat yang sesuai
5. spuit 2 ml dengan ukuran 25, panjang jarum 5/8 – ½ inchi
6. bak spuit
7. baki obat
8. plester
9. kassa steril
10. bengkok
E. PERSIAPAN PASIEN
1. Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
Berlaku:
F. INSTRUKSIONAL KERJA
2. Fase Kerja
a. Siapkan obat dengan prinsip “Enam Benar”.
b. Atur klien pada posisi yang nyaman
c. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa
gatal sesuai denga gambar . (Area penusukan yang utama adalah area pada
lengan bagian atas dan paha anterior).
Menghindari gangguan absorbsi obat atau cedera dan nyeri yang berlebihan.
d. Pakai sarung tangan
e. Bersihkan area penusukan menggunakan kapas alcohol dengan gerakan
sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu
sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme.
f. Pegang kapas alcohol dengan jari-jari tengah pada tangan nondominan.
g. Buka tutup jarum
h. Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan nondominan.
i. Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum dengan sudut 450 atau dengan sudut 900 (untuk orang
gemuk).
Orang yang gemuk memiliki jaringan subkutan yang lebih tebal.
j. Lepaskan tarikan tangan nondominan.
k. Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.
Berlaku:
3. Terminasi
a. Merapikan alat dan pasien
b. Melakukan evaluasi hasil tindakan
c. Berpamitan
d. Mencuci tangan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Obat Intramuskular
Revisi Ke Tanggal
Ketua
Berlaku:
A. DEFINISI
Injeksi intramuscular adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke
dalam jarngan orot dengan menggunakan spuit.
B. TUJUAN
Memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot untuk diabsorbsi.
C. TEMPAT INJEKSI
1. area ventrogluteal
2. area dorsogluteal
3. area vastus lateralis
Berlaku:
4. area deltoid
5. area rektus femoris
Berlaku:
F. INSTRUKSIONAL KERJA
2. Fase Kerja
a. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “Lima Benar”.
b. Atur posisi klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan.
c. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan, atau
rasa gatal sesuai dengan gambar.
Menghindari gangguan absorbs obat atau cedera dan nyeri yang berlebihan.
d. Pakai sarung tangan
e. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol, dengan gerakan sirkular
dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme.
f. Pegang kapas alcohol dengan jari-jari tengah pada tangan nondominan.
g. Buka tutup jarum
h. Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan
nondominan.
Membuat kulit menjadi lebih kencang dan memudahkan penusukan
i. Dengan cepat masukkan jarum dengan sudut 900 dengan tangan dominan, masukkan
sampai pada jaringan otot. Gunakan metode Z-track.
Gerakan yang cepat dapat membantu mengurangi rasa nyeri pada saat jarum
dimasukkan.
j. Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barel dari spuit dan tangan
dominan menarik plunger.
k. Observasi adanya darah pada spuit
l. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan.
m. Jika terdapat darah :
1) Tarik kembali jarum dari kulit.
2) Tekan tempat penusukan selama 2 menit.
3) Observasi adanya hematoma atau memar.
4) Jika perlu berikan plester.
Berlaku:
5) Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah no. 1, pilih area penusukan yang baru.
n. Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan, sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alcohol pada area penusukan.
Mengurangi risiko cedera pada jaringan.
o. Jangan memasase area injeksi
Masase area injeksi dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada jaringan.
p. Jika terdapat perdarahan, tekan area tersebut dengan menggunakan kassa steril sampai
perdarahan berhenti.
q. Kembalikan posisi klien.
r. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing-masing.
3. Terminasi
a. Merapikan alat dan pasien
b. Melakukan evaluasi hasil tindakan
c. Berpamitan
d. Mencuci tangan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Obat Intravena
Revisi Ke Tanggal
Ketua
Berlaku:
A. DEFINISI
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit.
B. TUJUAN
1. Memperoleh reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan dengan injeksi
parenteral yang lain.
2. Menghindari kerusakan jaringan.
3. Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar.
C. TEMPAT INJEKSI
1. Pada lengan (vena basilica dan vena sefalika)
Berlaku:
E. PERSIAPAN PASIEN
1. Fase Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
Berlaku:
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
e. Menempatkan alat kedekat pasien
f. Mencuci tangan
F. INSTRUKSIONAL KERJA
2. Fase Kerja
a. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “Enam Benar”.
b. Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan.
c. Pasang perlak pengalas.
d. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
e. Letakkan pembendung 15 cm di atas area penusukan
f. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan, atau
rasa gatal sesuai dengan gambar.
Menghindari gangguan absorbs obat atau cedera dan nyeri yang berlebihan.
g. Pakai sarung tangan.
h. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol, dengan
gerakan sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm.
Tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme.
i. Pegang kapas alcohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
j. Buka tutup jarum.
k. Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan
tangan non dominan.
Kulit akan menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser sehingga
memudahkan penusukan
Berlaku:
l. Pegang jarum pada posisi 300 sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk
perlahan dan pasti.
m. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena.
n. Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger.
o. Observasi adanya darah pada spuit.
p. Jika ada darah, lepaskan tourniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
q. Keluarkan jarum dari pembuluh vena dengan sudut yang sama ketika jarum
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas
alcohol pada area penusukan.
r. Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin.
s. Kembalikan posisi klien
t. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya
masing-masing.
3. Terminasi
a. Merapikan alat dan pasien
b. Melakukan evaluasi hasil tindakan
c. Berpamitan
d. Mencuci tangan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Obat Topikal
Revisi Ke Tanggal
Berlaku:
A. PENGERTIAN
Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau
membrane mukosa pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum.
B. TUJUAN
Memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.
Berlaku:
2. Tujuan
Memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.
3. Persiapan Alat
a. obat topical yang dipesankan (krim, lossion, aerosol, bubuk, spray)
b. buku obat
c. kassa steril ( sesuai kebutuhan)
d. sarung tangan sekali pakai atau steril (jika perlu)
e. lidi kapas atau sudip lidah.
f. baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah.
g. kassa balutan, penutup plastic dan plester (sesuai kebutuhan).
4. Persiapan Pasien
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan obat dan alat kedekat pasien
(sebelumnya cek order dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat
pemberian obat)
Memastikan bahwa obat tersebut akan diberikan dengan aman dan akurat.
6) Mencuci tangan
5. Instruksional Kerja
b. Fase Kerja
1) Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area
yang akan diberikan obat.
Memberikan kemudahan pada saat pengobatan dan menjaga privasi klien.
2) Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak
pada kulit (gunakan sabun basah ringan).
Berlaku:
Berlaku:
b. Oleskan sejumlah kecil losion pada kassa balutan atau bantalan kecil
dan oleskan pada kulit serta tekan secara merata searah
pertumbuhan bulu.
Metode ini memberikan lapisan bubuk pelindug pada kulit setelah
suspensi mongering. Mencegah iritasi folikel rambut.
c. Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
Air akan menguap untuk meninggalkan lapisan tipis bubuk.
c) Bubuk
d. Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh.
Meminimalkan pengembangan dan pengesaran bubuk.
e. Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit, seperti diantara ibu jari
atau bagian bawah lengan.
Memperlihatkan dengan baik permukaan kulit untuk pemberian obat.
f. Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan.
Lapisan tipis bubuk lebih mudah diserap dan mengurangi friksi
dengan meningkatkan area kelembapan evaporasi.
d) Spray aerosol
g. Kocok wadah dengan keras
Mencampurkan isi agar distribusi spray halus.
h. Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray
menjauh area. (biasanya 15 – 30 cm).
Jarak yang tepat memastikan bahwa semprotan halus menerpa
permukaan kulit. Jika wadah dipegang terlalu dekat, distribusi
semprotan akan akan sempit dan berair.
i. Jika leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk
memalingkan wajah dari arah spray.
Mencegah inhalasi spray.
Berlaku:
Berlaku:
b. buku obat
c. bola kapas kering steril (stuppers)
d. bola kapas basah (salin normal) steril
e. baskom cuci dengan air hangat
f. penutup mata (jika perlu)
g. sarung tangan steril
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Prainteraksi
1. Periksa order dokter untuk memastikan nama obat, dosis, waktu
pemberian dan rute.
Memastikan keamanan dan keakuratan pemberian obat.
b. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan obat dan alat kedekat pasien
6) Mencuci tangan
5. PROSEDUR PELAKSANAAN
a. Fase Kerja
1) Atur posisi klien telentang atau duduk dengan hiperekstensi leher.
Mempermudah akses ke mata untuk pemberian obat tetes mata, juga
meminimalkan drainase obat melalui duktus air mata.
2) Pakai sarung tangan steril.
3) Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopak mata dari dalam ke luar.
Mencegah kontaminasi pada bagian mata yang lain dan pada kelenjar
lakrimal.
Berlaku:
Jika klien berkedip atau menutup mata atau jika tetesan jatuh ke
pinggiran luar kelopak mata, ulangi prosedur.
Efek terapeutik obat didapat bila tetesan masuk kedalam sakus
konjungtiva.
Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup mata
dengan perlahan.
Berlaku:
Berlaku:
Gambar. Memberikan obat salep mata pada tepi dalam kelopak mata bawah konjungtiva.
b. Terminasi
1. Merapikan alat dan pasien
2. Melakukan evaluasi hasil tindakan
3. Berpamitan
4. Mencuci tangan
Berlaku:
Berlaku:
Berlaku:
d. Terminasi
1) Merapikan alat dan pasien
2) Melakukan evaluasi hasil tindakan
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan
5) Dokumentasikan
Berlaku:
5. PROSEDUR PELAKSANAAN
c. Kerja
1) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kepala hiperekstensi di atas
bantal (untuk pengobatan sinus etmoid dan sphenoid) atau posisi supinasi
dengan kepala hiperekstensi miring ke samping (untuk pengobatan sinus
maksilar dan frontal).
2) Bersihkan lubang hidung
3) Gunakan sarung tangan bila dicurigai terdapat infeksi.
4) Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagiana tengah konka
superior tulang etmoidalis.
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemberian Obat Pre Rektal/
Revisi Ke Tanggal Suppositoria
Ketua
5. PROSEDUR PELAKSANAAN
c. Fase Kerja
1) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul rotasi
internal.
2) Tutup dengan selimut mandi dan pajankan area perineal saja.
3) Pakai sarung tangan.
4) Inspeksi orifisium vagina, catat adanya pengeluaran, bau, atau rasa tidak
nyaman.
5) Lakukan perawatan perineal
Pemberian Supositoria
1. Buka bungkusan aluminium foil supositoria dan oleskan sejumlah pelumas
yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus. Lumaskan
jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari tangan dominan.
Mengurangi friksi terhadap permukaan mukosa selama insersi.
2. Dengan tangan nondominan yang sudah terpasang sarung tangan, regangkan
lipatan labia.
Memajankan orifisium vagina.
3. Masukkan supositoria sekitar 8 – 10 cm sepanjang dinding vagina posterior.
Memastikan distribusi obat yang merata sepanjang dinding rongga vagina.
4. Tarik aplikator dan letakkan di atas handuk. Bersihkan sisa krim pada labia
dan orifisium vagina.
Aplikator ini diletakkan diatas handuk untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme.
5. Buang aplikator atau bersihkan kembali sesuai dengan petunjuk penggunaan
dari pabrik pembuatannya.
6. Instruksikan klien untuk tetap berada pada posisi semula selama 5 – 10
menit.
7. Lepaskan sarung tangan, dan buang di tempat semestinya.
8. Cuci tangan
d. Terminasi
1) Merapikan alat dan pasien
5. PROSEDUR PELAKSANAAN
a. Fase Kerja
1) Atur posisi klien dalam posisi sims dengan tungkai bagian atas fleksi ke
depan.
2) Tutup dengan selimut mandi dan pajankan area perineal saja.
3) Gunakan sarung tangan
4) Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya
dengan jeli. Beri pelumas ssarung tangan pada jari telunjuk dari tangan
dominan Anda.
5) Minta klien untuk menarik napas dalam melalui mulut dan untuk
merilekskan sfingter ani.
6) Regangkan bokong klien dengan tangan nondomina. Dengan jari telunjuk
yang tersarungi, masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfringter ani
dan mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi
dan anak-anak.
Supositoria harus diletakkan mengenai mukosa rectal untuk absorbs dan kerja
terapeutik.
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Cara Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Menghitung Dosis
Revisi Tanggal
Ketua
Berlaku:
A. PENGERTIAN
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat digunakan atau
diberikan kepada pasien, baik untuk obat dalam maupun obat luar.
Dosis obat diberikan untuk menghasilkan efek yang diinginkan, tergantung
banyak faktor, antara lain : umur, berat/ bobot tubuh, luas permukaan tubuh,
jenis kelamin, kondisi penyakit klien.
B. KETENTUAN DOSIS
1. Dosis maksimum
Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu hari.
Berlaku:
2. Dosis lazim
Dosis ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan sebagai
pedoman umum.
3. Regimen dosis
Jadwal pemberian dosis suatu obat.
4. Loading dose
Dosis muatan sebagai dosis awal sehingga tercapai kadar dalam darah yang
cukup untuk menghasilkan efek terapetik.
5. Maintenance Dose
Dosis pemeliharaan untuk mempertahankan kadar obat dalam darah agar
tetap menghasilkan efek terapeutik.
C. MACAM-MACAM DOSIS
1. Dosis Terapi, yaitu takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan
dapat menyembuhkan pasien
2. Dosis minimum, yaitu takaran obat terkecil yang diberikan dan masih dapat
menyembuhkan serta tidak menimbulkan resistensi pada pasien.
3. Dosis maksimum, yaitu takaran obat terbesar yang diberikan dan masih
dapat menyembuhkan serta tidak menimbulkan keracunan pada pasien.
4. Dosis toksis, yaitu takaran obat dalam keadaan biasa dan dapat
menyebabkan keracunan pada pasien.
5. Dosis letalis, yaitu takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat
menyebabkan kematian pada pasien.
D. PERTIMBANGAN PENGATURAN DOSIS
1. Khusus untuk pasien geriatric dan pediatric
2. Geriatrik : berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis terkait usia
3. Pediatric : memiliki bobot lebih kecil dari pasien dewasa dan sistem tubuh
tertentu belum berkembang sepenuhnya.
Berlaku:
Berlaku:
Satuan dasar penghitungan pada sistem metric antara lain meter (panjang),
liter (volume) dan gram (berat). Pada penghitungan obat, perawat terutama
menggunakan satuan volume dan berat. Pada sistem metrik, huruf besar dan
kecil digunakan untuk menandai satuan-satuan utama (contoh, gram = g atau
Gm; liter = l atau L). huruf kecil merupakan singkatan untuk sebagian satuan
utama (contoh, miigram = mg; milliliter = ml).
Dalam menulis dosis obat dalam satuan metric, dokter dan perawat
menggunakan pembagian atau perkalian. Pecahan selali dalam bentuk
desimal (mis. 500 mg atau 0,5 g, bukan ½ g dan 10 ml atau 0,01 L, bukan
1/100 L). dalam menggunakan pecahan, sebuah nol selalu dituliskan di
depan koma desimal untuk menghindari kesalahan.
2. System Apothecary
Standar pengukuran umumnya digunakan di rumah. Contoh susu dalam botol
diukur dalam (pint = 0,568 liter) dan quarts kaki dan skala kamar mandi
iditimbang dalam pound.
Satuan dasar berat adalah grain (satuan berat di Inggris). Satuan berat yang
merupakan turunan dari grain adalah dram, ons dan pound. Satuan
apothecary untuk volume ukuran cairan adalah minim. Minim adalah jumlah
rata-rata air yang beratnya setara dengan grain. Dram cairan (Fluidram), ons
cairan pint, quart dan gallon merupakam turunan minim.
Pada sistem apothecary, huruf kecil atau symbol berikut digunakan untuk
satuan ukuran : grain = gr, ons = oz atau ℥ fluid ounce = f℥, minim = ᶆ , dan
dram = Ӡ. Angka kecil dalam bentuk huruf kecil menunjukkan jumlah satuan
apothecary (mis. 2 ½ fluid ounces = f℥ iiss dan ½ fluid ounces = ½ f℥ atau f℥
ss).
Berlaku:
Berlaku:
F. KALKULASI DOSIS
Perawat dapat menggunakan rumus sederhana dalam banyak tipe kalkulasi
dosis. Rumus berikut ini dapat digunakan ketika perawat mempersiapkan obat
dalam bentuk padat atau cair :
Dosis yang diprogramkan adalah jumlah obat murni yang diberikan dokter untuk
seorang klien. Dosis yang diresepkan dokter untuk seorang klien. Dosis yang
tersedia ialah berat atau volume obat yang tersedia dalam satuan yang disuplai
oleh farmasi. Dosis ini dapat dituliskan pada label obat sebagai kandungan tablet
atau kapsul atau jumlah obat terlarut per volume cairan. Jumlah yang tersedia
adalah satuan dasar atau jumlah obat yang mengandung dosis yang tersedia.
Untuk obat padat, jumlah yang tersedia mungkin milliliter atau liter. Jumlah
yang akan diberikan selalu ditulis dalam satuan yang sama dengan satuan jumlah
yang tersedia.
Contoh berikut meggambarkan cara mengaplikasikan rumus. Dokter
menginstruksikan klien diberi versed 2,5 mg (M berarti dosis yang diprogramkan
adalah 2,5 mg. Obat tersedia dalam ampul yang mengandung 5 mg per 1 ml,
berarti dosis yang tersedia adalah 5 mg dalam sediaan 1 ml. Rumus
diaplikasikan sebagai berikut :
Berlaku:
Berlaku:
Berdasarkan kalkulasi ini klien akan menerima dosis 20 kali lebih besar dari
yang diinginkan. Perawat harus selalu memeriksa kembali kalkulasi tersebut
atau mengeceknya bersama professional lain, jika jawaban tampak tidak masuk
akal.
DOSIS PEDIATRIK
Menghitung dosis obat seorang anak memerlukan perhatian khusus. Seorang
anak tidak mampu memetabolisasi banyak obat semudah orang dewasa. Karena
ukuran tubuh anak lebih kecil, dosis obat yang diberikan juga harus lebih
rendah. Pada kebanyakan kasus dokter menghitung dosis yang aman untuk anak
sebelum memprogramkan obat. Namun perawat harus mengetahui rumus yang
digunakan untuk menghitung dosis pediatrik dan memeriksa kembali semua
dosis sebelum obat diberikan. Kebanyakan referensi obat memuat daftar rentang
normal obat pediatrik.
Metode penghitungan obat pediatric yang paling akurat didasarkan pada area
permukaan tubuh. Area permukaan tubuh diperkirakan berdasarkan berat
tubuh. Nomogram standar, atau grafik, menggambarkan area permukaan tubuh
berdasarkan berat badan dan usia rata-rata. Rumus tersebut merupakan rasio
area permukaan tubuh anak dibandingkan dengan area permukaan tubuh rata-
rata orang dewasa (1,7 m2 ).
Berlaku:
G. PERHITUNGAN DOSIS 1
Dasar perhitungan dosis ada 3, meliputi :
1) Umur
Tidak akurat karena tidak mempertimbangkan sangat beragamnya
bobot dan ukuran anak-anak dalam satu kelompok usia.
Obat bebas untuk pediatrik : dosis dikelompokkan atas usia, seperti : 2
– 6 tahun; 6 – 12 tahun dan diatas 12 tahun. Bila kurang dari 2 tahun,
dinyatakan dengan : atas pertimbangan dokter.
Persamaan yang digunakan :
Rumus Young (anak dibawah 8 tahun)
Rumus Cowling
Berlaku:
Rumus Gaubius
0 – 1 tahun : 1/ 12 dosis dewasa
1 – 2 tahun : 1/8 dosis dewasa
2 – 3 tahun : 1/6 dosis dewasa
3 – 4 tahun : ¼ dosis dewasa
4 – 7 tahun : 1/3 dosis dewasa
7 – 14 tahun : ½ dosis dewasa
14 – 21 tahun : 2/3 dosis dewasa
21 – 60 tahun : dosis dewasa
2) Berat Badan
Dosis lazim obat umumnya dianggap sesuai untuk individu berbobot
70 kg (154 pon)
Rasio antara jumlah obat yang diberikan dan ukuran tubuh
mempengaruhi konsentrasi obat ditempat kerjanya
Oleh karena itu, dosis obat mungkin perlu disesuaikan dari dosis lazim
untuk pasien kurus atau gemuk yang tidak normal
Persamaan :
Rumus Clark (AS)
Berlaku:
BSA (m2) =
Bisa juga ditentukan dengan nomogram
Perkiraan BSA (M2) anak berdasarkan Berat Badan
Berat Badan (Kg) Luas Permukaan Tubuh (m2)
1–5 (0,05 x BB (kg)) + 0,05
6 – 10 (0,04 x BB (kg)) + 0,10
11 – 20 (0,03 x BB (kg)) + 0,20
21 – 40 (0,02 x BB (kg)) + 0,40
Berlaku:
Berdasarkan FI 1995
Usia Berat Badan (kg) % Dosis anak
terhadap dosis
dewasa
Neonatus 3,4 < 12,5 %
1 bulan 4,2 < 14,5 %
3 bulan 5,6 18 %
6 bulan 7,7 22 %
1 tahun 10 25 %
3 tahun 14 33 %
5 tahun 18 40 %
7 tahun 23 50 %
12 tahun 37 75 %
Berlaku:
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Cara Patient Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Safety dalam Pemberian Obat
Revisi Tanggal
Ketua
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
A. Obat yang harus diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan /
kesalahan serius (sentinel event) serta obat yang beresiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) yaitu elektrolit konsentrat + obat-
obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/ NORUM, atau Look Alike Sound Alike / LASA)
B. Semua obat High Alert Medication harus memiliki identifikasi dan penandaan khusus
dan dikelola oleh petugas yang kompeten terhadap obat-obat yang dimaksud
(apoteker / tenaga kefarmasian)
C. Tempat penyimpanan obat-obat dalam kelompok ini khususnya elektrolit konsetrat di
Instalasi Farmasi, IRIN, IBS, IRJ, Kamar Bersalin (khususnya magnesium sulfat).
Dimana obat-obat dimaksud diberi tempat tersendiri / khusus.
D. Verifikasi ulang sebelum obat diberikan kepada pasien harus dilakukan meliputi
ketepatan pasien, obat, dosis, waktu serta cara pemberian
E. Syarat pemberian obat-obat yang perlu diwaspadai adalah mampu melakukan
monitoring efek samping, tersedia protokol pengelolaan efek samping dan tersedia
antidotumnya.
B. Jenis Obat Yang Perlu Diwaspadai
a. Obat Lasa (Look Alike Sound Alike)
Menurut Permenkes RI No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit, Look Alike Sound Alike masuk ke dalam obat-obatan yang
perlu diwaspadai (high-alert medications), yaitu obat yang sering menyebabkan
terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).
Tall-Mann Latering :
Metode Tall man digunakan untuk membedakan huruf yang tampaknya sama
dengan obat yang mirip. Dengan memberi huruf kapital, maka petugas akan lebih
berhati-hati dengan obat yang lasa. Di US, beberapa studi menunjukkan penggunaan
huruf kapital ini terbukti mengurangi error akibat nama obat yang look-alike.
C) Prosedur
Lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama memberikan instruksi,
mempersiapkan, memberikan obat, dan menyimpan high alert medications.
1. Peresepan
a. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert medications.
b. Instruksi ini harus mencakup minimal :
Nama pasien dan nomor rekam medis
Obat-obatan
Kemoterapi
Heparin
Insulin
Obat- obatan
Infuse benzodiazepine
Kemoterapi
Infuse opioid
Infuse epidural
Infuse kateter saraf perifer
Obat-obatan
Epoprostenol
Kemoterapi
Treprostinil
Infuse Benzodiazepin
Infuse opioid, epidural
Heparin
4) Prosedur:
a) Untuk dosis inisial atau inisiasi infuse baru
Petugas kesehatan mempersiapkan obat dan hal-hal di bawah ini untuk
Barber, Paul. 2012. Intisari Farmakologi Untuk Perawat. Alih bahasa Wuri
FKUI, Farmakologi & Terapi Sinopsis Farmakologi Dengan Terapan Khusus di Klinik
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Jakarta