Anda di halaman 1dari 81

BUKU PANDUAN PRAKTIK LABORATORIUM

FARMAKOLOGI
PRODI D 3 KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

TIM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. 0291- 442993/437218


Website : http://www.umkudus.ac.id
Email :sekretariat@umkudus.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya
Buku Panduan Laboratorium Farmakologi. Buku Panduan ini merupakan salah satu
bagian dari panduan pembelajaran sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi
lulusan D-3 Keperawatan.
Mata Kuliah Farmakologi membahas konsep tentang farmakologi dan terapeutik
dengan penekanan pada farmakodinamik, farmakokinetik penggolongan obat, efek
samping obat, dan bahaya penggunaan/pemberian obat kepada pasien.
Kami berharap Buku Panduan Laboratorium Farmakologi ini dapat dijadikan
petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik baiknya. Kami juga merasa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan rencana pembelajaran semester ini, sehingga kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk peningkatan kualitas pedoman pembelajaran ini
sangat kami harapkan. Semoga Buku Panduan Pembelajaran laborat semester ini dapat
mengantarkan mahasiwa mencapai tujuan sebagai perawat profesional.

Kudus, Oktober 2019

Tim Penyusun

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
RANCANGAN PEMBELAJARAN ................................................................................................................ 6
PEMBERIAN OBAT ORAL ......................................................................................................................... 8
PEMBERIAN OBAT PARENTERAL ........................................................................................................... 15
PEMBERIAN OBAT SECARA INTRACUTAN ............................................................................................. 22
PEMBERIAN OBAT SUBCUTAN .............................................................................................................. 26
PEMBERIAN OBAT INTRAMUSKULAR ................................................................................................... 30
PEMBERIAN OBAT INTRAVENA ............................................................................................................. 34
PEMBERIAN OBAT SECARA TOPIKAL ..................................................................................................... 38
PEMBERIAN OBAT PRE REKTAL/ SUPPOSITORIA .................................................................................. 51
CARA MENGHITUNG DOSIS .................................................................................................................. 58
PATIENT SAFETY DALAM PEMBERIAN OBAT ........................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 81

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 3


BAB I
PENDAHULUAN

VISI MISI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

VISI

Menjadi universitas yang menghasilkan lulusan unggul dan Islami tingkat regional,
berorientasi enterpreneur tahun 2023.
MISI

1. Menyelenggarakan sistem catur dharma pendidikan, penelitian dan


pengabdian kepada masyarakat serta Al Islam Kemuhammadiyahan
berlandaskan keilmuan yang kuat, bersinergi dengan dunia usaha dan
antar disiplin ilmu di tingkat regional.
2. Menyelenggarakan riset berkelanjutan (sustainable research) dengan
pengetahuan dan karya bernilai ekonomi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
3. Mengembangkan peserta didik agar menjadi lulusan beriman, bertaqwa
dan berakhlaq mulia, berwawasan dan berkemampuan tinggi dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi berlandaskan nilai-nilai islam.
4. Mengembangkan unit-unit bisnis baru yang berasal dari kompetensi
kewirausahaan berbasis ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta kesehatan
5. Membangun kerjasama harmonis antara industri, pemangku kepentingan,
dan menguatkan kebanggaan serta keunggulan budaya.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 4


A. PROFIL PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN
a. VISI
Menjadi program studi D-3 Keperawatan yang menghasilkan ahli madya
keperawatan yang unggul, berkepribadian islami, menguasai IPTEKS dan
berwawasan global Pada tahun 2020
b. MISI
1. Menyelenggarakan proses pendidikan dan pengajaran dengan
memanfaatkan pengembangan kemajuan IPTEKS
2. Menyelenggarakan penelitian dasar aplikatif dibidang keperawatan.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat berbasis kesehatan dengan
menerapkan nilai- nilai keislaman.
4. Mengembangkan jejaring dan kemitraan dengan institusi
pemerintah/swasta/lembaga swadaya masyarakat/profesi kesehatan
dan perguruan tinggi tingkat ASEAN.

B. PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN


1. Care Provider (perawat pelaksana)
2. Middle manager
3. Enterpreuner
4. Communicator

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 5


BAB II
RANCANGAN PEMBELAJARAN

MATA KULIAH : FARMAKOLOGI


KODE MATA KULIAH :
SKS : 1P
PENEMPATAN : SEMESTER 1
PENANGGUNGJAWAB MK : Yulisetyaningrum, S.Kep., Ns., M.Si.Med
KOORDINATOR : Yulisetyaningrum, S.Kep., Ns., M.Si.Med
TIM PENGAJAR : TIM

A. Deskripsi mata Kuliah


Mata kuliah Farmakologi ini di tempuh di semester 1 pada program studi D-3
Keperawatan dengan beban 1 SKS Praktik. Mata Kuliah Farmakologi membahas
tentang farmakologi dan terapeutik dengan penekanan pada farmakodinamik,
farmakokinetik penggolongan obat, efek samping obat, dan bahaya
penggunaan/pemberian obat kepada pasien. Proses belajar mengajar dirancang
untuk memungkinkan mahasiswa dapat menjelaskan dan menerapkan pemberian
obat secara rasional. Proses belajar memberikan pengalaman pemahaman tentang
farmakologi melalui kegiatan pembelajaran yang meliputi diskusi, seminar,
penugasan, dan praktikum di laboratorium institusi

B. Capaian Pembelajaran
1. Pengetahuan
Menguasai konsep anatomi fisiologi tubuh manusia, patologi dan patofisiologi
kelainan struktur dan fungsi tubuh, gizi, mikrobiologi, parasitologi, dan
farmakologi
2. Ketrampilan
a. Pemberian obat oral
b. Pemberian obat parenteral :
- Intrakutan
- Subkutan
- Intramuskular
- Intravena

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 6


c. Memberikan obat topikal ( oles, tetes )
d. Memberikan obat pra rektal/supositoria
e. Cara menghitung dosis obat

C. ALOKASI WAKTU
Mata kuliah ini terdiri atas :
1 sks x 16 mgg efektif X 170 mnt X 2 kls = 5440 menit

D. PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN


1. Teori
a. Ujian = 30 % terdiri :
1. UTS : 10 %
2. UAS : 20 %
2. Seminar/partisipasi perkuliahan/diskusi = 35 %
3. Penugasan = 35 %
2. Praktik
a. Ujian kompetensi = 70 %
b. Nilai observasi/project/partisifasi perkuliahan = 30 %

E. METODE PEMBELAJARAN
1. Tutorial
2. Small Group Discussion (SGD)
3. Discovery Learning (DL)
4. Seminar
5. Praktik di laboratorium : Role play
6. Project based Learning

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 7


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMBERIAN OBAT ORAL
IK.POO UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemberian Obat Oral
Revisi Ke Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 7


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Oral No. Dokumen:

Berlaku:

A. DEFINISI
Memberikan obat melalui mulut
B. TUJUAN
1. Menyediakan obat yang memiliki efek lokal atau sistemik melalui saluran
gastrointestinal.
2. Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit dan
jaringan.
3. Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan nyeri.
C. FOKUS PERHATIAN
Alergi terhadap obat, kemampuan klien untuk menelan obat, adanya muntah dan
diare yang dapat mengganggu absorbsi obat, efek samping obat, interaksi obat,
kebutuhan pembelajaran mengenai obat yang diberikan.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 8


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Oral No. Dokumen:

Berlaku:

D. PERSIAPAN ALAT
1. Baki berisi obat-obatan
2. Kartu atau buku rencana pengobatan
3. Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat
4. Pemotong obat (jika diperlukan)
5. Martil dan lumping penggerus (jika diperlukan)
6. Gelas pengukur (jika diperlukan)
7. Gelas dan air minum
8. Sedotan
9. Sendok
10. Pipet
11. Spuit ukuran mulut anak-anak

E. PERSIAPAN PASIEN
1. Fase Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
e. Menempatkan alat kedekat pasien
f. Mencuci tangan

F. INSTRUKSIONAL KERJA
2. Fase Kerja
a. Kaji kemmapuan klien untuk dapat minum obat per oral (kemampuan
menelan, mual atau muntah, adanya program NPO/ tahan makan dan
minum, akan dilakukan penghisapan lambung, tidak terdapat bunyi usus)
b. Periksa kembali order pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu
dan cara pemberian), periksa tanggal kadaluwarsa obat. Jika ada keraguan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 9


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Oral No. Dokumen:

Berlaku:

pada order pengobatan, laporkan pada perawat berwenang atau dokter


sesuai dengan kebijakan masing-masing institusi.
c. Ambil obat sesuai keperluan (baca order pengobatan dan ambil obat
dialmari, rak atau lemari es sesuai diperlukan).
d. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai
dengan dosis yang diperlukan tanpa mengontaminasi obat (gunakan teknik
aseptic untuk menjaga kebersihan obat).
Tablet atau Kapsul
1) Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke
dalam mangkuk sekali pakai tanpa menyentuh obat.

Gambar.1. Membuka tablet tanpa menyentuh obat


2) gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membagi obat
sesuai dengan dosis yang diperlukan. Buang bagian tablet yang tidak
digunakan atau sesuai kebijakan institusi masing-masing.

Gambar.2. Alat pemotong tablet


3) jika klien mengalami kesulitan untuk menelan, gerus obat menjadi
bubuk dengan menggunakan martil dan lumping penggerus. Setelah
itu, campurkan dengan menggunakan air atau makanan.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 10


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Oral No. Dokumen:

Berlaku:

Cek dengan bagian farmasi sebelum


menggerus obat. Beberapa obat tidak
boleh digerus karena mempengaruhi
daya kerjanya.

Obat dalam bentuk cair


1) putar/ bolak-balik obat agar tercampur rata sebelum dituangkan.
Buang obat jika telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
2) Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas.
Menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam
3) Pegang botol obat sehingga sisa labelnya akan berada pada telapak
tangan anda kemudian tuangkan obat jauh dari label.
Mencegah label menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat sehingga
label tidak dapat dibaca dengan tepat.

Gambar.3.Menuangkan obat cair dalam botol


4) Tuangkan obat dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk
obat berskala.
5) Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tisu.
Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang
mongering pada tutup botol.
6) Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml),
gunkan spuit steril tanpa jarum untuk mengambilnya dari botol.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 11


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Oral No. Dokumen:

Berlaku:

e. Berikan obat pada waktu dan dengan cara yang benar.


1) Identifikasi klien dengan tepat
2) Jelaskan tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang dapat
dipahami oleh klien.
3) Atur pada posisi duduk. Jika tidak memungkinkan, atur posisi lateral.
Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah
aspirasi.
4) Kaji tanda-tanda vital jika diperlukan (pada obat-obat tertentu) :
a) Ukur nadi sebelum pemberian digitalis, ukur tensi sebelum
pemberian obat penurun tensi, ukur frekuensi pernapasan
sebelum pemberian narkotik.
b) Jika hasilnya diatas atau dibawah normal, laporkan kepada
dokter yang bersangkutan.
5) Beri klien air yang cukup untuk menelan obat jika sulit mebelan,
anjurkan klien meletakkan obat di lidah bagian belakang kemudian
anjurkan minum.
Stimulasi lidah bagian belakang akan menimbulkan refleks menelan.
6) Jika rasa obat tidak enak, minta klien untuk mengisap beberapa butir
es batu sebelum minum obat atau berikan obat dengan dicampuri jus
apel, pisang atau air gula.
7) Jika klien mengatakan obat yang anda berikan berbeda dengan obat
yang diberikan pada hari-hari sebelumnya, obat jangan anda berian
dahulu sebelum anda mengecek ulang pada buku catatan obat.
8) Tetap bersama klien sampai obat ditelan habis.
f. Catat obat yang telah diberikan, meliputi nama dan dosis obat, setiap
keluhan, dan tanda tangan anda. Jika obat tidak dapat masuk atau
dimuntahkan, catat secara jelas alasannya dan tindakan perawat yang
sudah dilakukan sesuai ketentuan institusi.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 12


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Oral No. Dokumen:

Berlaku:

g. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar. Buang alat-alat
sekali pakai kemudian cuci tangan.
h. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien (biasanya 30 menit setelah
pemberian obat).

3. Fase Terminasi
a. Merapikan alat dan pasien
b. Melakukan evaluasi hasil tindakan
c. Berpamitan
d. Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 13


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Oral No. Dokumen:

Berlaku:

Pemberian Obat Kepada Bayi dan Anak-anak


Fase Kerja
1. Pilih sarana yang tepat untuk mengukur dan memberikan obat pada bayi dan anak-
anak. (mangkuk plastic sekali pakai, pipet tetes, sendok, spuit plastic tanpa jarum
atau spuit tuberculin).
2. Cairkan obat oral dengan sedikit air
Agar mudah ditelan. Jika menggunakan air yang banyak, anak mungkin akan menolak
untuk meminum seluruh obat yang diberikan dan meminum hanya sebagian.
3. Gerus obat yang berbentuk padat/ tablet dan campurkan dengan zat lain yang dapat
mengubah rasa pahit, misalnya madu, pemanis buatan.
4. Posisikan bayi setengah duduk dan berikan obat pelan-pelan.
Mencegah aspirasi.
5. Jika menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah bayi.
Posisi ini mencegah gagging (refleks munta) dan pengeluaran kembali obat yang
diberikan.
6. Dapatkan informasi yang bermanfaat dari orang tua anak mengenai bagaimana
memberikan obat yang paling baik pada anak yang bersangkutan.
7. Jika anak tidak kooperatif selama pemberian obat, lakukan langkah-langkah berikut:
 Letakkan anak diatas pangkuan anda dengan tangan kanan dibelakang tubuh
anda.
 Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda.
 Amankan kepala anak dengan lengan kiri dan tubuh anda.
8. Setelah obat diminum , ikuti dengan memberikan minum air atau minuman lain
yang dapat menghilangkan rasa obat yang tersisa.
9. Lakukan oral hygiene setelah anak-anak minum obat disertai pemanis.
Pemanis yang tersisa dimulut dapat menyebabkan anak berisiko tinggi mengalami
karies dentis.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 14


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMBERIAN OBAT PARENTERAL
IK.POP UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Obat Parenteral
Revisi Ke Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 7


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Parenteral No. Dokumen:

Berlaku:

A. DEFINISI
Pemberian obat melalui jaringan atau pembuluh darah dengan menggunakan spuit.
B. TUJUAN
1. Mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara yang lain
2. Memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
3. Membantu menegakkan diagnosis (penyuntikan zat kontras)
4. Memberikan zat imunologi

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 15


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Parenteral No. Dokumen:

Berlaku:

C. MENYIAPKAN OBAT DARI AMPUL


1. Persiapan Alat
a. Catatan pemberian obat atau kartu obat
b. Ampul obat sesuai resep
c. Spuit dan jarum yang sesuai
d. Jarum steril ekstra (jika perlu)
e. Kapas alcohol
f. Kassa steril
g. Baki obat
h. Gergaji ampul (jika perlu)
i. Label obat
j. Bak spuit
k. Bengkok
2. PERSIAPAN PASIEN
a. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
e. Menempatkan alat kedekat pasien
f. Mencuci tangan
3. Prosedur Kerja
a. Periksa label obat dengan catatan pemberian obat sesuai dengan prinsip
“Enam Benar”
b. Lakukan penghitungan dosis sesuai kebutuhan.
c. Pegang ampul dan turunkan cairan diatas leher ampul dengan cara
menjentikkan jari tangan pada leher ampul beberapa kali atau dengan cara
memutar ampul dengan tangan searah jarum jam.
Dengan cara ini seluruh obat pada ampul akan turun pada bagian bawah dari
ampul.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 16


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Parenteral No. Dokumen:

Berlaku:

d. Letakkan kassa steril diantara ibu jari tangan Anda dengan ampul kemudian
patahkan leher ampul kea rah menjauhi anda dan orang disekitar.
Kassa steril akan melindungi diri anda dari pecahan kaca ampul dan menjaga
bagian dalam ampul tetap steril.

Gambar. Mematahkan leher ampul

Atau usapkan kapas alcohol disekitar leher ampul kemudian patahkan leher
ampul kea rah menjauhi anda dan orang disekitar anda. Jika ampul sulit
dipatahkan dengan cara biasa, gunakan gergaji ampul.
e. Buang leher ampul pada tempat khusus.
f. Tempatkan ampul pada permukaan yang datar.
g. Buka penutup jarum spuit kemudian masukkan jarum ke dalam ampul tepat
dibagian tengah ampul.
Mencegah jarum menyentuh bagian tepi dari botol ampul, mengurangi risiko
jarum terkontaminasi.
h. Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.

Gambar. Menarik obat dari ampul

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 17


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Parenteral No. Dokumen:

Berlaku:

i. Keluarkan jarum dari ampul, tutup kembali jarum spuit dengan teknik yang
benar.
j. Jika terdapat gelembung udara pada spuit :
a. Pegang spuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
b. Tarik plunger ke bawah dan jentikkan spuit dengan jari.
c. Dorong plunger perlahan ke atas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga
agar tidak mengeluarkan larutan.
k. Periksa kembali jumlah larutan yang ada pada spuit, bandingkan dengan
volume yang dibutuhkan.
l. Bandingkan label obat dengan catatan pemberian obat.
m. Jika perlu, ganti jarum spuit yang baru jika obat dapat mengiritasi kulit.
n. Beri label spuit dengan label obat yang sesuai.
o. Tempatkan spuit (dalam bak spuit), kapas alcohol, dan kartu obat di atas
baki.
p. Buang atau simpan kembali peralatan yang tidak diperlukan.

4. FASE TERMINASI
1. Merapikan alat dan pasien
2. Melakukan evaluasi hasil tindakan
3. Berpamitan
4. Mencuci tangan

D. MENYIAPKAN OBAT DARI VIAL


1. Persiapan Alat
a. Catatan pemberian obat atau kartu obat
b. Vial obat sesuai resep
c. Spuit dan jarum yang sesuai
d. Jarum steril ekstra

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 18


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Parenteral No. Dokumen:

Berlaku:

e. Kapas alcohol
f. Baki obat
g. Label obat
h. Bak spuit :
1) Aquabides (jika perlu)
2) Bengkok
2. Persiapan Pasien
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan alat kedekat pasien
6) Mencuci tangan
b. Prosedur Kerja
1) Periksa label vial dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsip
“Lima Benar”.
2) Hitung dosis yang diperlukan. Jika perlu, rotasikan cairan yang ada dalam
vial dengan menggunakan tangan agar tercampur sempurna.
Tidak boleh mengocok larutan dalam vial karena dapat menyebabkan
larutan menjadi berbuih.
3) Buka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh bagian karetnya.
4) Usap bagian karet tersebut dengan kapas alcohol.
5) Buka tutup jarum
6) Masukkan udara kedalam spuit sesuai dengan jumlah obat yang
dibutuhkan.
7) Dengan hati-hati, masukkan jarum secara tegak lurus tepat ditengah-
tengah karet dan vial.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 19


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Parenteral No. Dokumen:

Berlaku:

8) Injeksikan udara ke dalam vial, jaga agar ujung jarum spuit berada diatas
permukaan cairan obat.
Udara yang dimasukkan ke dalam vial akan mempermudah penarikan cairan
ke luar karena tekanan negative tidak akan terjadi didalam vial. Ujung jarum
di jaga diatas permukaan obat untuk menghindari terjadinya gelombang
udara pada obat saat udara dimasukkan ke dalam vial.

Gambar. Memasukkan udara ke dalam vial.


9) Aspirasi sejumlah obat yang diperlukan sesuai dosis dengan menggunakkkan
salaaah satu metode dibawah ini :
a) Pegang vial menghadap ke atas, gerakkan ujung jarum ke bawah hingga
berada pada bagian bawah cairan obat. Kemudian tarik plunger hingga
spuit terisi cairan obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Hindari
pengisapan tetes terakhir dari vial.
Dengan meletakkan vial tegak menghadap ke atas pada saat mengaspirasi
obat dan menyisakan sedikit cairan obat, partikel-partikel kecil atau benda
asing tidak akan masuk ke dalam spuit.
b) Pegang vial menghadap ke bawah (terbalik), pastikan ujung jarum berada
dibawah cairan obat dan secara bertahap aspirasi cairan obat sesuai
dengan dosis yang dibutuhkan.
Mempertahankan ujung jarum berada dibawah cairan obat dan mencegah
udara masuk ke dalam spuit.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 20


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Parenteral No. Dokumen:

Berlaku:

Gambar. Menarik obat ke dalam vial dengan botol vial.


10)Pegang spuit dan vial setingggi mata
Memastikan jumlah obat sesuai dengan kebutuhan. Jika terdapat udara pada
bagian atas spuit , keluarkan udara yang ada dalam spuit tersebut kedalam
vial.
11)Pada saat volume obat dalam spuit sudah tepat, maka cabut jarum dari vial
dan tutup jarum dengan penutup jarum.
12)Jika masih terdapat gelembung udara pada spuit :
a. Pegang spuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
b. Tarik plugger ke bawah dan jentikkan spuit dengan jari.
c. Dorong plunger perlahan ke atas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga
agar tidak mengeluarkan larutan.
13)Periksa kembali jumlah larutan yang ada pada spuit, bandingkan dengan
volume yang dibutuhkan.
14)Bandingkan label obat dengan catatan pemberian obat.
15)Ganti jarum spuit yang baru.
16)Bari label spuit dengan label obat yang sesuai.
17)Tempatkan spuit (dalam bak spuit), kapas alcohol dan kartu obat di atas baki.
18)Buang atau simpan kembali peralatan yang tidak diperlukan.
c. Terminasi
1) Merapikan alat dan pasien
2) Melakukan evaluasi hasil tindakan
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 21


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMBERIAN OBAT SECARA INTRACUTAN
IK.POIC UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Obat Intracutan
Revisi Ke Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Intracutan No. Dokumen:

Berlaku:

A. DEFINISI
Injeksi intracutan adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
jaringan dermis dibawah epidermis kulit dengan menggunakan spuit.
B. TUJUAN
1. Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan dibawah kulit untuk
diabsorbsi.
2. Metode ini digunkan untuk tes diagnostic terhadap alergi atau adanya
penyakit-penyakit tertentu.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 22


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Intracutan No. Dokumen:

Berlaku:

C. TEMPAT INJEKSI
1. Lengan bawah bagian
dalam
2. Dada bagian atas
3. Punggung dibawah scapula

Gambar. Lokasi injeksi intradermal Gambar.Injeks Intradermal

D. PERSIAPAN ALAT
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Kapas alcohol
3. Sarung tangan sekali pakai (bersih)
4. Obat yang sesuai
5. Spuit 1 ml dengan ukuran 25, 26, 27, panjang jarum ¼ - 5/8 inchi
6. Pulpen/ spidol
7. Bak spuit
8. Baki obat
9. Bengkok

E. PERSIAPAN PASIEN
1. Fase Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
e. Menempatkan alat kedekat pasien
f. Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 23


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Intracutan No. Dokumen:

Berlaku:

F. PROSEDUR KERJA
2. Instruksi Kerja
a. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “Enam Benar”.
b. Identifikasi klien
c. Atur klien pada posisi yang nyaman.
d. Pilih area penususkan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau
rasa gatal sesuai dengan.
Menghindari gangguan absorbsi obat atau cedera dan nyeri yang berlebihan.
e. Pakai sarung tangan.
f. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol, dengan
gerakan sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm.
tunggu sampai kering .
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme.
g. Pegang kapas alcohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
h. Buka tutup jarum.
i. Tempatkan ibu jari tangan nondominan sekitar 2,5 cm dibawah area
penusukan kemudian tarik kulit.
j. Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 150.
k. Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan adanya jendalan (jendelan harus
terbentuk).
l. Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan.
m. Usap pelan-pelan area penyuntikkan dengan kapas alcohol (jangan
melakukan masase pada area penusukan).
n. Buat lingkaran dengan diameter 2,5 cm di sekitar jendalan dengan
menggunakan pulpen. Instruksikan klien untuk tidak menggosok area
tersebut.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 24


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Intracutan No. Dokumen:

Berlaku:

o. Observasi kulit untuk mengetahui adanya kemerahan atau bengkak. Untuk


tes alergi, observasi adanya reaksi sistemik (misalnya, sulit bernapas,
berkeringat dingin, pingsan, mual dan muntah).
p. Kembalikan posisi klien.
q. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan.
r. Buka sarung tangan.

3. Fase Terminasi
a. Merapikan alat dan pasien
b. Melakukan evaluasi hasil tindakan
c. Berpamitan
d. Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 25


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMBERIAN OBAT SUBCUTAN
IK.POSC UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Obat Subcutan
Revisi Ke Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Subcutan No. Dokumen:

Berlaku:

A. DEFINISI
Injeksi subkutaneus adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke
dalam jaringan subkutan dibawah kulit dengan menggunakan spuit.
B. TUJUAN
Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subkutan di bawah kulit
untuk diabsorbsi.
C. TEMPAT INJEKSI
1. Lengan atas bagian luar
2. Paha anterior
3. Daerah abdomen

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 26


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Subcutan No. Dokumen:

Berlaku:

4. Area scapula pada punggung atas


5. Daerah ventrogluteadan dorsogluteal bagian atas.

Gambar. Lokasi Injeksi Subcutans Gambar. Memasukkan jarum kedalam jaringan

D. PERSIAPAN ALAT
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Kapas alkohol
3. sarung tangan sekali pakai (bersih)
4. obat yang sesuai
5. spuit 2 ml dengan ukuran 25, panjang jarum 5/8 – ½ inchi
6. bak spuit
7. baki obat
8. plester
9. kassa steril
10. bengkok
E. PERSIAPAN PASIEN
1. Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 27


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Subcutan No. Dokumen:

Berlaku:

4. Menjelaskan langkah prosedur tindakan


5. Menempatkan alat kedekat pasien
6. Mencuci tangan

F. INSTRUKSIONAL KERJA
2. Fase Kerja
a. Siapkan obat dengan prinsip “Enam Benar”.
b. Atur klien pada posisi yang nyaman
c. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa
gatal sesuai denga gambar . (Area penusukan yang utama adalah area pada
lengan bagian atas dan paha anterior).
Menghindari gangguan absorbsi obat atau cedera dan nyeri yang berlebihan.
d. Pakai sarung tangan
e. Bersihkan area penusukan menggunakan kapas alcohol dengan gerakan
sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu
sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme.
f. Pegang kapas alcohol dengan jari-jari tengah pada tangan nondominan.
g. Buka tutup jarum
h. Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan nondominan.
i. Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum dengan sudut 450 atau dengan sudut 900 (untuk orang
gemuk).
Orang yang gemuk memiliki jaringan subkutan yang lebih tebal.
j. Lepaskan tarikan tangan nondominan.
k. Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 28


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Subcutan No. Dokumen:

Berlaku:

l. Jika ada darah :


a. Tarik kembali jarum dari kulit
b. Tekan tempat penusukan selama 2 menit
c. Observasi adanya hematoma atau memar.
d. Jika perlu berikan plester
e. Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah no.1, pilih area penusukan
yang baru.
m. Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan, sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alcohol pada area
penusukan.
n. Jika terdapat perdarahan, tekan area tersebut dengan menggunakan kassa
steril sampai perdarahannya berhenti.
Injeksi subkutan biasanya jarang menyebabkan terjadinya perdarahan.
o. Kembalikan posisi klien
p. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke tempatnya masing-masing.

3. Terminasi
a. Merapikan alat dan pasien
b. Melakukan evaluasi hasil tindakan
c. Berpamitan
d. Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 29


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMBERIAN OBAT INTRAMUSKULAR
IK.POIM UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Obat Intramuskular
Revisi Ke Tanggal

Ketua

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Intramuskular No. Dokumen:

Berlaku:

A. DEFINISI
Injeksi intramuscular adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke
dalam jarngan orot dengan menggunakan spuit.
B. TUJUAN
Memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot untuk diabsorbsi.
C. TEMPAT INJEKSI
1. area ventrogluteal
2. area dorsogluteal
3. area vastus lateralis

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 30


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Intramuskular No. Dokumen:

Berlaku:

4. area deltoid
5. area rektus femoris

Gambar. Lokasi penyuntikan IM


D. PERSIAPAN ALAT
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Kapas alcohol
3. Sarung tangan sekali pakai (bersih)
4. Obat yang sesuai
5. Spuit 2 – 5 ml dengan ukuran 21 – 25, panjang jarum 1 – 2 inchi (atau
bergantung pada kebutuhan dan ketebalan otot, jenis obat dan usia klien)
6. Bak spuit
7. Baki obat
8. Plester
9. Kassa steril (jika perlu)
10. Bengkok
E. PERSIAPAN PASIEN
1. Fase Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
e. Menempatkan alat kedekat pasien
f. Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 31


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Intramuskular No. Dokumen:

Berlaku:

F. INSTRUKSIONAL KERJA
2. Fase Kerja
a. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “Lima Benar”.
b. Atur posisi klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan.
c. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan, atau
rasa gatal sesuai dengan gambar.
Menghindari gangguan absorbs obat atau cedera dan nyeri yang berlebihan.
d. Pakai sarung tangan
e. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol, dengan gerakan sirkular
dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme.
f. Pegang kapas alcohol dengan jari-jari tengah pada tangan nondominan.
g. Buka tutup jarum
h. Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan
nondominan.
Membuat kulit menjadi lebih kencang dan memudahkan penusukan
i. Dengan cepat masukkan jarum dengan sudut 900 dengan tangan dominan, masukkan
sampai pada jaringan otot. Gunakan metode Z-track.
Gerakan yang cepat dapat membantu mengurangi rasa nyeri pada saat jarum
dimasukkan.
j. Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barel dari spuit dan tangan
dominan menarik plunger.
k. Observasi adanya darah pada spuit
l. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan.
m. Jika terdapat darah :
1) Tarik kembali jarum dari kulit.
2) Tekan tempat penusukan selama 2 menit.
3) Observasi adanya hematoma atau memar.
4) Jika perlu berikan plester.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 32


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Intramuskular No. Dokumen:

Berlaku:

5) Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah no. 1, pilih area penusukan yang baru.
n. Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan, sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alcohol pada area penusukan.
Mengurangi risiko cedera pada jaringan.
o. Jangan memasase area injeksi
Masase area injeksi dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada jaringan.
p. Jika terdapat perdarahan, tekan area tersebut dengan menggunakan kassa steril sampai
perdarahan berhenti.
q. Kembalikan posisi klien.
r. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing-masing.

3. Terminasi
a. Merapikan alat dan pasien
b. Melakukan evaluasi hasil tindakan
c. Berpamitan
d. Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 33


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMBERIAN OBAT INTRAVENA
IK.POIV UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Obat Intravena
Revisi Ke Tanggal

Ketua

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Intravena No. Dokumen:

Berlaku:

A. DEFINISI
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit.
B. TUJUAN
1. Memperoleh reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan dengan injeksi
parenteral yang lain.
2. Menghindari kerusakan jaringan.
3. Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar.
C. TEMPAT INJEKSI
1. Pada lengan (vena basilica dan vena sefalika)

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 34


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Intravena No. Dokumen:

Berlaku:

2. Pada tungkai (vena safena)


3. Pada leher (vena jugularis)
4. Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)

Gambar. Lokasi injeksi intravena


D. PERSIAPAN ALAT
 Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
 Kapas alcohol
 Sarung tangan sekali pakai (bersih)
 Obat yang sesuai
 Spuit 2-5 ml dengan ukuran 21 – 25, panjang jarum 1 – 2 inci
 Bak spuit
 Baki obat
 Plester
 Perlak pengalas
 Tourniquet
 Kassa steril
 Betadine
 Bengkok

E. PERSIAPAN PASIEN
1. Fase Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 35


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Intravena No. Dokumen:

Berlaku:

b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
e. Menempatkan alat kedekat pasien
f. Mencuci tangan

F. INSTRUKSIONAL KERJA
2. Fase Kerja
a. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “Enam Benar”.
b. Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan.
c. Pasang perlak pengalas.
d. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
e. Letakkan pembendung 15 cm di atas area penusukan
f. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan, atau
rasa gatal sesuai dengan gambar.
Menghindari gangguan absorbs obat atau cedera dan nyeri yang berlebihan.
g. Pakai sarung tangan.
h. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol, dengan
gerakan sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm.
Tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme.
i. Pegang kapas alcohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
j. Buka tutup jarum.
k. Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan
tangan non dominan.
Kulit akan menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser sehingga
memudahkan penusukan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 36


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Intravena No. Dokumen:

Berlaku:

l. Pegang jarum pada posisi 300 sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk
perlahan dan pasti.
m. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena.
n. Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger.
o. Observasi adanya darah pada spuit.
p. Jika ada darah, lepaskan tourniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
q. Keluarkan jarum dari pembuluh vena dengan sudut yang sama ketika jarum
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas
alcohol pada area penusukan.
r. Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin.
s. Kembalikan posisi klien
t. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya
masing-masing.

3. Terminasi
a. Merapikan alat dan pasien
b. Melakukan evaluasi hasil tindakan
c. Berpamitan
d. Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 37


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMBERIAN OBAT SECARA TOPIKAL
IK.POT UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Obat Topikal
Revisi Ke Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 13


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Topikal No. Dokumen:

Berlaku:

A. PENGERTIAN
Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau
membrane mukosa pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum.
B. TUJUAN
Memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.

PEMBERIAN OBAT TOPIKAL PADA KULIT


1. Pengertian
Pemberian obat secara topical pada kulit adalah memberikan obat secara lokal pada
kulit.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 38


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Topikal No. Dokumen:

Berlaku:

2. Tujuan
Memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.
3. Persiapan Alat
a. obat topical yang dipesankan (krim, lossion, aerosol, bubuk, spray)
b. buku obat
c. kassa steril ( sesuai kebutuhan)
d. sarung tangan sekali pakai atau steril (jika perlu)
e. lidi kapas atau sudip lidah.
f. baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah.
g. kassa balutan, penutup plastic dan plester (sesuai kebutuhan).
4. Persiapan Pasien
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan obat dan alat kedekat pasien
(sebelumnya cek order dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat
pemberian obat)
Memastikan bahwa obat tersebut akan diberikan dengan aman dan akurat.
6) Mencuci tangan
5. Instruksional Kerja
b. Fase Kerja
1) Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area
yang akan diberikan obat.
Memberikan kemudahan pada saat pengobatan dan menjaga privasi klien.
2) Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak
pada kulit (gunakan sabun basah ringan).

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 39


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Topikal No. Dokumen:

Berlaku:

Memastikan perubahan kondisi kulit setelah terapi, dan pelepasan debris


meningkatkan penetrasi obat topical pada kulit sehingga menghilangkan
semua mikroorgannisme.
3) Keringkan atau biarkan area mengering.
Kelembapan yang berlebihan dapat mempengaruhi daya kerja agens topical.
4) Jika kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agens topical saat kulit masih
basah.
Mempertahankan kelembapan pada lapisan kulit.
5) Gunakan sarung tangan jika terdapat indikasi.
Sarung tangan steril digunakan bila obat diberikan pada lesi kulit terbuka dan
tidak terinfeksi. Sarung tangan sekali pakai mencegah kontaminasi silang
infeksi atau tertularnya lesi.
6) Oleskan agens topical :
a) Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
 Letakkan satu sampai dengan dua sendok the obat di telapak tangan
kemudian lunakkan denggan menggosokkan obat secara lembut
diantara kedua tangan.
Pelunakan mempermudah kita menggosok obat pada kulit.
 Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakkan
memanjang searah pertumbuhan bulu.
Memastikan penyebaran obat yang merata. Mencegah iritasi folikel
rambut.
 Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah
pemberian obat.
Salep sering mengandung minyak.
b) Losion yang mengandung suspense
a. Kocok wadah dengan kuat.
Agar suspense dapat tercampur dengan baik.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 40


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Topikal No. Dokumen:

Berlaku:

b. Oleskan sejumlah kecil losion pada kassa balutan atau bantalan kecil
dan oleskan pada kulit serta tekan secara merata searah
pertumbuhan bulu.
Metode ini memberikan lapisan bubuk pelindug pada kulit setelah
suspensi mongering. Mencegah iritasi folikel rambut.
c. Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
Air akan menguap untuk meninggalkan lapisan tipis bubuk.
c) Bubuk
d. Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh.
Meminimalkan pengembangan dan pengesaran bubuk.
e. Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit, seperti diantara ibu jari
atau bagian bawah lengan.
Memperlihatkan dengan baik permukaan kulit untuk pemberian obat.
f. Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan.
Lapisan tipis bubuk lebih mudah diserap dan mengurangi friksi
dengan meningkatkan area kelembapan evaporasi.
d) Spray aerosol
g. Kocok wadah dengan keras
Mencampurkan isi agar distribusi spray halus.
h. Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray
menjauh area. (biasanya 15 – 30 cm).
Jarak yang tepat memastikan bahwa semprotan halus menerpa
permukaan kulit. Jika wadah dipegang terlalu dekat, distribusi
semprotan akan akan sempit dan berair.
i. Jika leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk
memalingkan wajah dari arah spray.
Mencegah inhalasi spray.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 41


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Topikal No. Dokumen:

Berlaku:

j. Semprotkan obat dengan merata pada bagian yang sakit (pada


beberapa kasus, penyemprotan ditetapkan waktunya selama
beberapa detik).
Keseluruhan area yang sakit pada kulit harus dilapisi dengan spray
yang tipis.
7) Tutup area kulit dengan balutan bila ada instruksi dokter.
Dapat membantu mencegahobat terlepas dari kulit.
8) Bantu klien pada posisi yang nyaman, kenakan kembali pakaian dan tutup
dengan linen tempat tidur sesuai keinginan.
9) Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah
tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
c. Terminasi
1. Merapikan alat dan pasien
2. Melakukan evaluasi hasil tindakan
3. Berpamitan
4. Mencuci tangan

PEMBERIAN OBAT MATA


1. PENGERTIAN
Memberikan obat pada mata dalam bentuk cair atau ointment (salep).
2. TUJUAN
a. Mengobati gangguan mata.
b. Mendilatasikan pupil pada pemeriksaan struktur internal mata.
c. Melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata.
d. Mencegah kekeringan pada mata.
3. PERSIAPAN ALAT
a. botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube (bergantung pada jenis
sediaan obat)

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 42


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Topikal No. Dokumen:

Berlaku:

b. buku obat
c. bola kapas kering steril (stuppers)
d. bola kapas basah (salin normal) steril
e. baskom cuci dengan air hangat
f. penutup mata (jika perlu)
g. sarung tangan steril
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Prainteraksi
1. Periksa order dokter untuk memastikan nama obat, dosis, waktu
pemberian dan rute.
Memastikan keamanan dan keakuratan pemberian obat.
b. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan obat dan alat kedekat pasien
6) Mencuci tangan

5. PROSEDUR PELAKSANAAN
a. Fase Kerja
1) Atur posisi klien telentang atau duduk dengan hiperekstensi leher.
Mempermudah akses ke mata untuk pemberian obat tetes mata, juga
meminimalkan drainase obat melalui duktus air mata.
2) Pakai sarung tangan steril.
3) Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopak mata dari dalam ke luar.
Mencegah kontaminasi pada bagian mata yang lain dan pada kelenjar
lakrimal.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 43


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Topikal No. Dokumen:

Berlaku:

4) minta klien untuk melihat ke langit-langit.


Tindakan ini meretraksi bagian kornea yang sensitive ke atas dan menjauhi
konjungtiva serta mengurangi rangsangan refleks berkedip.
5) Meneteskan obat tetes mata :
 Dengan tangan dominan Anda di dahi klien, pegang penetes mata yang
terisi obat ± 1 – 2 cm (0,5 – 0,75 inchi) diatas sakus konjungtiva dan
jari tangan nondominan menarik kelopak mata ke bawah.
Membantu mencegah kontak penetes mata dengan struktur mata
sehingga mengurangi risiko cedera mata dan pemindahan infeksi ke
penetes obat.
 Teteskan sejumah obat yang diresepkan ke dalam sakus konjungtiva.
Sakus konjungtiva normalnya menahan 1 – 2 tetes. Dengan meneteskan
obat tetes ke dalam sakus, penyebaran obat akan merata di seluruh
mata.

Gambar. Meneteskan Obat Mata pada sakus konjungtivas

 Jika klien berkedip atau menutup mata atau jika tetesan jatuh ke
pinggiran luar kelopak mata, ulangi prosedur.
Efek terapeutik obat didapat bila tetesan masuk kedalam sakus
konjungtiva.
 Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup mata
dengan perlahan.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 44


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 8 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Topikal No. Dokumen:

Berlaku:

Membantu mendistribusikan obat. Berkedip atau menggosok mata


mendorong obat keluar dari sakus konjungtiva.
 Berikan tekanan yang lembut pada duktus nasolakrimal klien selama
30 – 60 detik.

Gambar. Memberi tekanan yang lembut pada duktus nasolakrimal.


6) Memasukkan salep mata :
 Pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata, pencet tube
sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata
bawah pada konjungtiva.
Mendistribusikan obat merata ke mata dan pinggir kelopak mata.
 Minta klien untuk melihat ke bawah.
Mengurangi refleks selama pemberian.
 Buka kelopak mata atas.
 Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva
bagian dalam.
Mendistribusikan obat secara merata pada mata dan garis kelopak
mata.
 Biarkan klien memejamkan mata dan menggosokkan kelopak mata
secara perlahan dengan gerakan sirkular menggunakan bola kapas.
Mendistribusikan obat lebih lanjut tanpa menimbulkan trauma pada
mata.
7) Jika terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, usap dengan perlahan dari
bagian dalam keluar kantus.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 45


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 9 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Topikal No. Dokumen:

Berlaku:

Meningkatkan kenyamanan dan mencegah trauma mata.


8) Jika klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih diatas
mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman
tanpa memberikan penekanan pada mata.
Penutup mata bersih mengurangi risiko infeksi.
9) Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang sudah
dipakai.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
10)Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian dan mata (kiri,
kanan atau kedua-duanya) yang diobati.

Gambar. Memberikan obat salep mata pada tepi dalam kelopak mata bawah konjungtiva.

b. Terminasi
1. Merapikan alat dan pasien
2. Melakukan evaluasi hasil tindakan
3. Berpamitan
4. Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 46


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 10 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Topikal No. Dokumen:

Berlaku:

PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA


1. PENGERTIAN
Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal dalam bentuk cair.
2. TUJUAN
a. Memberikan efek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh organism
penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal).
b. Menghilangkan nyeri
c. Melunakkan serumen agar mudah diambil.
3. PERSIAPAN ALAT
a. Botol obat dengan penetes steril
b. Buku obat
c. Lidi kapas
d. Salin normal
e. Sarung tangan sekali pakai (jika perlu)
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Pra Interaksi
Cek kembali jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis obat, dan pada telinga
bagian mana obat harus diberikan.
b. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan obat dan alat kedekat pasien
6) Mencuci tangan
5. PROSEDUR PELAKSANAAN
c. Fase Kerja
1) Atur posisi klien miring ke samping (side – lying) dengan telinga yang akan
diobati pada bagian atas.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 47


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 11 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Topikal No. Dokumen:

Berlaku:

2) Bersihkan daun telinga dan lubang telinga


a. Gunakan sarung tangan bila dicurigai terdapat infeksi
b. Dengan menggunakan lidi kapas yang dibasahi cairan, bersihkan daun
telinga dan meatus auditorius.
3) Hangatkan obat dengan tangan Anda atau rendam obat ke dalam air hangat
dalam waktu yang singkat.
Memberikan kenyamanan pada klien saat obat dimasukkan.
4) Tarik daun telinga ke atas dank e belakang (untuk dewasa dan anak-anak di
atas 3 tahun), tarik daun telinga ke bawah dank e belakang (bayi).
Dengan menarik daun telinga, obat dapat mengalir sepanjang kanal telinga.
5) Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi kanal telinga.
6) Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga.
Penekanan pada tragus membantu aliran obat dalam kanal telinga.
7) Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit.
Mencegah obat mengalir ke luar dari kanal telinga.
8) Kaji respons pasien.
9) Kaji karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan
sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi lagi pada
saat efek obat telah bekerja.
10)Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai.

Gambar. Meneteskan Obat tetes telinga

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 48


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 12 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Topikal No. Dokumen:

Berlaku:

d. Terminasi
1) Merapikan alat dan pasien
2) Melakukan evaluasi hasil tindakan
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan
5) Dokumentasikan

PEMBERIAN OBAT TETES HIDUNG


1. PENGERTIAN
Memberikan obat tetes melalui hidung.
2. TUJUAN
a. Mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung.
b. Mengobati infeksi pada rongga hidung dan sinus.
3. PERSIAPAN ALAT
a. Botol obat dengan penets steril
b. Buku obat
c. Sarung tangan sekali pakai (jika perlu)
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Pra Interaksi
1. Cek kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah
dan dosis obat; dan pada hidung bagian mana obat harus diberikan.
b. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan obat dan alat kedekat pasien
6) Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 49


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 13 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Topikal No. Dokumen:

Berlaku:

5. PROSEDUR PELAKSANAAN
c. Kerja
1) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kepala hiperekstensi di atas
bantal (untuk pengobatan sinus etmoid dan sphenoid) atau posisi supinasi
dengan kepala hiperekstensi miring ke samping (untuk pengobatan sinus
maksilar dan frontal).
2) Bersihkan lubang hidung
3) Gunakan sarung tangan bila dicurigai terdapat infeksi.
4) Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagiana tengah konka
superior tulang etmoidalis.

Gambar. Posisi kepala saat meneteskan obat


5) Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini selama 1 menit.
Mencegah obat mengalir ke luar dari rongga hidung.
6) Kaji respons klien
7) Kaji karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan
sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi lagi pada
saat efek obat telah bekerja.
8) Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai.
d. Terminasi
1) Merapikan alat dan pasien
2) Melakukan evaluasi hasil tindakan
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan
5) Dokumentasikan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 50


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMBERIAN OBAT PRE REKTAL/ SUPPOSITORIA
IK.POPS UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemberian Obat Pre Rektal/
Revisi Ke Tanggal Suppositoria

Ketua

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 7


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Pre Rektal/ No. Dokumen:
Suppositoria
Berlaku:

PEMBERIAN OBAT MELALUI VAGINA


1. PENGERTIAN
Memberikan sejumlah obat ke dalam vagina.
2. TUJUAN
a. Mengobati infeksi pada vagina
b. Menghilangkan rasa nyeri, rasaterbakar dan ketidaknyamanan pada vagina.
c. Mengurangi peradangan.
3. PERSIAPAN ALAT
a. Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam atau supositoria)
b. Aplikator untuk krim vagina

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 51


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Pre Rektal/ No. Dokumen:
Suppositoria
Berlaku:

c. Pelumas untuk supositoria


d. Sarung tangan sekali pakai
e. Pembalut
f. Handuk bersih
g. Gorden/ sampiran
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Pra Interaksi
1. Cek kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah
dan dosis obat.
b. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan obat dan alat kedekat pasien
6) Mencuci tangan

5. PROSEDUR PELAKSANAAN
c. Fase Kerja
1) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul rotasi
internal.
2) Tutup dengan selimut mandi dan pajankan area perineal saja.
3) Pakai sarung tangan.
4) Inspeksi orifisium vagina, catat adanya pengeluaran, bau, atau rasa tidak
nyaman.
5) Lakukan perawatan perineal

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 52


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Pre Rektal/ No. Dokumen:
Suppositoria
Berlaku:

Pemberian Supositoria
1. Buka bungkusan aluminium foil supositoria dan oleskan sejumlah pelumas
yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus. Lumaskan
jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari tangan dominan.
Mengurangi friksi terhadap permukaan mukosa selama insersi.
2. Dengan tangan nondominan yang sudah terpasang sarung tangan, regangkan
lipatan labia.
Memajankan orifisium vagina.
3. Masukkan supositoria sekitar 8 – 10 cm sepanjang dinding vagina posterior.
Memastikan distribusi obat yang merata sepanjang dinding rongga vagina.

Gambar. Memasukka supositoria pada vagina


4. Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa disekitar orifisium dan
labia.
5. Minta klien untuk tetap berada pada posisi tersebut selama 5 – 10 menit
setelah insersi.
Memungkinkan obat meleleh dan diabsorbsi ke dalam mukosa vagina.
6. Tawarkan pembalut perineal sebelum klien melakukan ambulasi.
Memberikan kenyamanan klien.
7. Lepaskan sarung tangan dan buang ke dalam tempat yang sesuai.
8. Cuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 53


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Pre Rektal/ No. Dokumen:
Suppositoria
Berlaku:

Pemberian krim vagina, jeli atau foam/ busa


1. Isi aplikator, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan.
Dosis ditentukan berdasarkan pada volume yang terdapat dalam aplikator.
2. Regangkan lipatan labia secara perlahan dengan tangan non dominan
bersarung tangan.
3. Dengan tangan nondominan yang telah memakai sarung tangan, masukkan
aplikator ke dalam vagina ± 5 cm. Dorong penarik aplikator untuk
mengeluarkan obat hingga aplikator kosong.

Gambar. Memasukkan krim vagina

4. Tarik aplikator dan letakkan di atas handuk. Bersihkan sisa krim pada labia
dan orifisium vagina.
Aplikator ini diletakkan diatas handuk untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme.
5. Buang aplikator atau bersihkan kembali sesuai dengan petunjuk penggunaan
dari pabrik pembuatannya.
6. Instruksikan klien untuk tetap berada pada posisi semula selama 5 – 10
menit.
7. Lepaskan sarung tangan, dan buang di tempat semestinya.
8. Cuci tangan
d. Terminasi
1) Merapikan alat dan pasien

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 54


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Pre Rektal/ No. Dokumen:
Suppositoria
Berlaku:

2) Melakukan evaluasi hasil tindakan


3) Berpamitan
4) Mencuci tangan
5) Dokumentasikan

PEMBERIAN OBAT SUPOSITORIA MELALUI REKTAL


1. PENGERTIAN
Memberikan sejumlah obat ke dalam rectum dalam bentuk supositoria.
2. TUJUAN
a. Memperoleh efek pengobatan secara lokal maupun sistemik.
b. Melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan.
3. PERSIAPAN ALAT
a. Kartu obat
b. Supositoria rectal
c. Jeli pelumas
d. Sarung tangan sekali pakai
e. Tisu
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra Interaksi
1. Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan
dosis obat.
b. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan obat dan alat kedekat pasien
6) Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 55


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Pre Rektal/ No. Dokumen:
Suppositoria
Berlaku:

5. PROSEDUR PELAKSANAAN
a. Fase Kerja
1) Atur posisi klien dalam posisi sims dengan tungkai bagian atas fleksi ke
depan.
2) Tutup dengan selimut mandi dan pajankan area perineal saja.
3) Gunakan sarung tangan
4) Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya
dengan jeli. Beri pelumas ssarung tangan pada jari telunjuk dari tangan
dominan Anda.
5) Minta klien untuk menarik napas dalam melalui mulut dan untuk
merilekskan sfingter ani.
6) Regangkan bokong klien dengan tangan nondomina. Dengan jari telunjuk
yang tersarungi, masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfringter ani
dan mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi
dan anak-anak.
Supositoria harus diletakkan mengenai mukosa rectal untuk absorbs dan kerja
terapeutik.

Gambar. Memasukkan supositoria


7) tarik jari anda dan bersihkan area anal klien.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 56


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Pre Rektal/ No. Dokumen:
Suppositoria
Berlaku:

8) Anjurkan klien tetap berbaring telentang atau miring selama 5 menit.


Mencegah keluarnya supositoria.
9) Jika supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol
pemanggil dalam jangkauan klien.
Agar klien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi.
10) Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar.
b. Terminasi
1) Merapikan alat dan pasien
2) Melakukan evaluasi hasil tindakan
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan
5) Dokumentasikan

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 57


INSTRUKSIONAL KERJA
CARA MENGHITUNG DOSIS
IK.CMD UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Cara Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Menghitung Dosis
Revisi Tanggal

Ketua

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 13


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Cara Menghitung Dosis No. Dokumen:

Berlaku:

A. PENGERTIAN
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat digunakan atau
diberikan kepada pasien, baik untuk obat dalam maupun obat luar.
Dosis obat diberikan untuk menghasilkan efek yang diinginkan, tergantung
banyak faktor, antara lain : umur, berat/ bobot tubuh, luas permukaan tubuh,
jenis kelamin, kondisi penyakit klien.
B. KETENTUAN DOSIS
1. Dosis maksimum
Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu hari.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 58


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Cara Menghitung Dosis No. Dokumen:

Berlaku:

2. Dosis lazim
Dosis ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan sebagai
pedoman umum.
3. Regimen dosis
Jadwal pemberian dosis suatu obat.
4. Loading dose
Dosis muatan sebagai dosis awal sehingga tercapai kadar dalam darah yang
cukup untuk menghasilkan efek terapetik.
5. Maintenance Dose
Dosis pemeliharaan untuk mempertahankan kadar obat dalam darah agar
tetap menghasilkan efek terapeutik.
C. MACAM-MACAM DOSIS
1. Dosis Terapi, yaitu takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan
dapat menyembuhkan pasien
2. Dosis minimum, yaitu takaran obat terkecil yang diberikan dan masih dapat
menyembuhkan serta tidak menimbulkan resistensi pada pasien.
3. Dosis maksimum, yaitu takaran obat terbesar yang diberikan dan masih
dapat menyembuhkan serta tidak menimbulkan keracunan pada pasien.
4. Dosis toksis, yaitu takaran obat dalam keadaan biasa dan dapat
menyebabkan keracunan pada pasien.
5. Dosis letalis, yaitu takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat
menyebabkan kematian pada pasien.
D. PERTIMBANGAN PENGATURAN DOSIS
1. Khusus untuk pasien geriatric dan pediatric
2. Geriatrik : berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis terkait usia
3. Pediatric : memiliki bobot lebih kecil dari pasien dewasa dan sistem tubuh
tertentu belum berkembang sepenuhnya.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 59


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Cara Menghitung Dosis No. Dokumen:

Berlaku:

Diperlukan beberapa pengetahuan untuk dapat menghitung dosis secara benar


dengan :
a) Memahami perhitungan dosis individual bagi bayi, anak-anak, lansia,
orang dengan BB berlebih (obesitas), atau pada pasien dengan fungsi
ginjal/ hati yang terganggu.
b) Memahami satuan-satuan dosis yang dipergunakan dalam bidang farmasi
dan cara konversinya.
c) Memahami perhitungan dosis yang harus diberikan berdasarkan sediaan
obat yang ada (tersedia)
d) Memahami cara menghitung luas permukaan tubuh.
e) Menghitung sediaan obat

E. SISTEM PENGHITUNGAN DOSIS


Ketepatan pemberian obat tergantung pada kemampuan perawat menghitung
dosis obat dengan akurat dan mengukur obat dengan benar. Kesalahan akibat
kecerobohan dalam menempatkan angka desimal atau menambah sebuah nol
pada dosis obat dapat mengakibatkan kesalahan yang fatal. Perawat
bertanggung jawab mengecek dosis obat sebelum memberikannya serta
mengajari klien tentang dosis yang diprogramkan.
Sistem penghitungan yang digunakan dalam terapi obat adalah :
1. Sistem metrik
Merupakan sistem penghitungan yang secara logis paling teratur. Unit metric
dengan mudah dapat dikonversi dan dihitung melalui perkalian dan
pembagian sederhana.
Contoh :
10,0 mg x 10 = 100 mg
10,0 mg : 10 = 1,00 mg

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 60


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Cara Menghitung Dosis No. Dokumen:

Berlaku:

Satuan dasar penghitungan pada sistem metric antara lain meter (panjang),
liter (volume) dan gram (berat). Pada penghitungan obat, perawat terutama
menggunakan satuan volume dan berat. Pada sistem metrik, huruf besar dan
kecil digunakan untuk menandai satuan-satuan utama (contoh, gram = g atau
Gm; liter = l atau L). huruf kecil merupakan singkatan untuk sebagian satuan
utama (contoh, miigram = mg; milliliter = ml).
Dalam menulis dosis obat dalam satuan metric, dokter dan perawat
menggunakan pembagian atau perkalian. Pecahan selali dalam bentuk
desimal (mis. 500 mg atau 0,5 g, bukan ½ g dan 10 ml atau 0,01 L, bukan
1/100 L). dalam menggunakan pecahan, sebuah nol selalu dituliskan di
depan koma desimal untuk menghindari kesalahan.

2. System Apothecary
Standar pengukuran umumnya digunakan di rumah. Contoh susu dalam botol
diukur dalam (pint = 0,568 liter) dan quarts kaki dan skala kamar mandi
iditimbang dalam pound.
Satuan dasar berat adalah grain (satuan berat di Inggris). Satuan berat yang
merupakan turunan dari grain adalah dram, ons dan pound. Satuan
apothecary untuk volume ukuran cairan adalah minim. Minim adalah jumlah
rata-rata air yang beratnya setara dengan grain. Dram cairan (Fluidram), ons
cairan pint, quart dan gallon merupakam turunan minim.
Pada sistem apothecary, huruf kecil atau symbol berikut digunakan untuk
satuan ukuran : grain = gr, ons = oz atau ℥ fluid ounce = f℥, minim = ᶆ , dan
dram = Ӡ. Angka kecil dalam bentuk huruf kecil menunjukkan jumlah satuan
apothecary (mis. 2 ½ fluid ounces = f℥ iiss dan ½ fluid ounces = ½ f℥ atau f℥
ss).

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 61


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Cara Menghitung Dosis No. Dokumen:

Berlaku:

Metrik Apothecary Rumah Tangga


1 ml 15-16 minim (m) 15 tetes (tts)
4 – 5 ml fluidram (f℥) 1 sendok teh (sdt)
16 ml 4 fluidram (f℥) 1 sendok makan (sdm)
30 ml 1 fluid ounce (f℥) 2 sendok makan (sdm)
240 ml 8 fluid ounce (f℥) 1 cangkir (c)
480 ml (kira-kira 1 pint (pt) 1 pint (pt)
500 ml)
960 ml (kira-kira 1 quart (qt) 1 quart (qt)
1 L)
3840 ml (kira- 1 galon (gal) 1 galon (gal)
kira 5 L)
Tabel. Ekivalensi Ukuran
3. Ukuran rumah tangga
Satuan ukuran rumah tangga meliputi tetesan, sendok the, sendok makan,
dan cangkir (cups) untuk volume dan ounce serta pound untuk berat.
Walaupun pint dan quarts dianggap ukuran rumah tangga, keduanya juga
digunakan dalam sistem aphotecary. Kerugian ukuran rumah tangga ialah
ketidak akuratannya. Perkakas rumah tangga misalnya sendok the dan
cangkir, ukurannya seringkali bervariasi. Skala untuk menghitung pints dan
quarts seringkali tidak dapat ditera (calibrat) dengan baik.
Keuntungan penggunaan ukuran rumah tangga ialah aspek kenyamanan dan
mudah dikenali. Apabila keakuratan tidak terlalu diperlukan, penggunaan
ukuran rumah tangga aman digunakan. Contoh, banyak obat yang dijual
bebas misalnya laksatif, antasida, dan obat batuk sirup, dapat diukur dengan
aman menggunakan ukuran rumah tangga. Tabel diatas memuat persamaan
umum setiap satuan ukuran.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 62


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Cara Menghitung Dosis No. Dokumen:

Berlaku:

F. KALKULASI DOSIS
Perawat dapat menggunakan rumus sederhana dalam banyak tipe kalkulasi
dosis. Rumus berikut ini dapat digunakan ketika perawat mempersiapkan obat
dalam bentuk padat atau cair :

Dosis yang diprogramkan adalah jumlah obat murni yang diberikan dokter untuk
seorang klien. Dosis yang diresepkan dokter untuk seorang klien. Dosis yang
tersedia ialah berat atau volume obat yang tersedia dalam satuan yang disuplai
oleh farmasi. Dosis ini dapat dituliskan pada label obat sebagai kandungan tablet
atau kapsul atau jumlah obat terlarut per volume cairan. Jumlah yang tersedia
adalah satuan dasar atau jumlah obat yang mengandung dosis yang tersedia.
Untuk obat padat, jumlah yang tersedia mungkin milliliter atau liter. Jumlah
yang akan diberikan selalu ditulis dalam satuan yang sama dengan satuan jumlah
yang tersedia.
Contoh berikut meggambarkan cara mengaplikasikan rumus. Dokter
menginstruksikan klien diberi versed 2,5 mg (M berarti dosis yang diprogramkan
adalah 2,5 mg. Obat tersedia dalam ampul yang mengandung 5 mg per 1 ml,
berarti dosis yang tersedia adalah 5 mg dalam sediaan 1 ml. Rumus
diaplikasikan sebagai berikut :

Untuk menyederhanakan pecahan, bagi pembilang dan penyebut dengan 2,5 :


½ x 1 ml = 0,5 ml untuk diberikan.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 63


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Cara Menghitung Dosis No. Dokumen:

Berlaku:

Contoh lain memperlihatkan bagaimana rumus tersebut diaplikasikan untuk


dosis obat solid. Dokter memrogramkan digoxin 0,125 mg PO (per oral). Obat
tersedia dalam tablet yang megandung 0,25 mg.

Pecahan 0,125/0,250 setara dengan ½ atau 0,5. Oleh karena itu :


0,5 x 1 tablet = 0,5 atau setengah tablet yang akan diberikan.
Banyak tablet tersedia berbentuk biji (scores), atau lekukan (indentations), yang
membelah bagian tengah obat. Sebuah tablet berbentuk biji mudah dielah untuk
menghasilkan dosis yang perlu dibelah. Perawat tidak boleh pernah berusaha
mempekirakan jumlah obat dalam tablet yang hancur dan tidak lagi berbentuk
biji karena hal ini beresiko perawat memberikan obat dalam dosis yang sangat
rendah atau terlalu tinggi.
Obat cair sering kali tersedia dalam volume lebih dari 1 ml. pada situasi ini,
rumus tetap dapat digunakan. Contoh, instruksi obat adalah “suspensia
eritromisin 250 mg PO”. Farmasi memberikan botol berukuran 100 ml dan pada
label tertera, “ 5 ml mengandung 125 mg eritromisin”.

Pecahan 250/125 setara dengan 2. Dengan demikian 2 x 5 ml = 10 ml untuk


diberikan.
Pada situasi ini perawat tidak menggunakan volume total obat yang tersedia
dalam botol, melainkan menggunakan nilai dosis yang tertera pada label. Apabila
perawat mengkalkulasi berdasarkan 100 ml yang tersedia, kesalahan berikut ini
akan terjadi :

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 64


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 8 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Cara Menghitung Dosis No. Dokumen:

Berlaku:

Berdasarkan kalkulasi ini klien akan menerima dosis 20 kali lebih besar dari
yang diinginkan. Perawat harus selalu memeriksa kembali kalkulasi tersebut
atau mengeceknya bersama professional lain, jika jawaban tampak tidak masuk
akal.

DOSIS PEDIATRIK
Menghitung dosis obat seorang anak memerlukan perhatian khusus. Seorang
anak tidak mampu memetabolisasi banyak obat semudah orang dewasa. Karena
ukuran tubuh anak lebih kecil, dosis obat yang diberikan juga harus lebih
rendah. Pada kebanyakan kasus dokter menghitung dosis yang aman untuk anak
sebelum memprogramkan obat. Namun perawat harus mengetahui rumus yang
digunakan untuk menghitung dosis pediatrik dan memeriksa kembali semua
dosis sebelum obat diberikan. Kebanyakan referensi obat memuat daftar rentang
normal obat pediatrik.
Metode penghitungan obat pediatric yang paling akurat didasarkan pada area
permukaan tubuh. Area permukaan tubuh diperkirakan berdasarkan berat
tubuh. Nomogram standar, atau grafik, menggambarkan area permukaan tubuh
berdasarkan berat badan dan usia rata-rata. Rumus tersebut merupakan rasio
area permukaan tubuh anak dibandingkan dengan area permukaan tubuh rata-
rata orang dewasa (1,7 m2 ).

Contoh, seorang dokter memprogramkan ampisilin untuk seorang anak dengan


berat 12 kg, tetapi dosis tunggal normal dewasa adalah 250 mg. grafik
nomogram menunjukkan bahwa seorang anak dengan berat 12 kg memiliki
permukaan tubuh seluas 0,54 m2.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 65


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 9 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Cara Menghitung Dosis No. Dokumen:

Berlaku:

Satuan m2 dihapus dan dapat diabaikan.

G. PERHITUNGAN DOSIS 1
Dasar perhitungan dosis ada 3, meliputi :
1) Umur
 Tidak akurat karena tidak mempertimbangkan sangat beragamnya
bobot dan ukuran anak-anak dalam satu kelompok usia.
 Obat bebas untuk pediatrik : dosis dikelompokkan atas usia, seperti : 2
– 6 tahun; 6 – 12 tahun dan diatas 12 tahun. Bila kurang dari 2 tahun,
dinyatakan dengan : atas pertimbangan dokter.
 Persamaan yang digunakan :
 Rumus Young (anak dibawah 8 tahun)

 Rumus Dilling (anak diatas 8 tahun )

 Rumus Cowling

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 66


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 10 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Cara Menghitung Dosis No. Dokumen:

Berlaku:

 Rumus Friesd (Khusus untuk bayi)

 Rumus Gaubius
 0 – 1 tahun : 1/ 12 dosis dewasa
 1 – 2 tahun : 1/8 dosis dewasa
 2 – 3 tahun : 1/6 dosis dewasa
 3 – 4 tahun : ¼ dosis dewasa
 4 – 7 tahun : 1/3 dosis dewasa
 7 – 14 tahun : ½ dosis dewasa
 14 – 21 tahun : 2/3 dosis dewasa
 21 – 60 tahun : dosis dewasa

2) Berat Badan
 Dosis lazim obat umumnya dianggap sesuai untuk individu berbobot
70 kg (154 pon)
 Rasio antara jumlah obat yang diberikan dan ukuran tubuh
mempengaruhi konsentrasi obat ditempat kerjanya
 Oleh karena itu, dosis obat mungkin perlu disesuaikan dari dosis lazim
untuk pasien kurus atau gemuk yang tidak normal
 Persamaan :
 Rumus Clark (AS)

 Rumus Thremick – Fier (Jerman)

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 67


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 11 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Cara Menghitung Dosis No. Dokumen:

Berlaku:

 Rumus Black (Belanda)

3) Luas Permukaan tubuh


Disebut juga dengan rumus BSA (Body Surface Area). Paling akurat karena
mempertimbangkan tinggi dan bobot pasien dengan menggunakan rumus Du
Bois dan Du Bois. Terutama untuk :
 Pasien kanker yang menerima kemoterapi
 Pasien pediatrik pada semua usia anak-anak, kecuali bayi premature
dan bayi normal yang fungsi hati dan ginjalnya belum sempurna
sehingga memerlukan penilaian tambahan dalam pengaturan dosis
RUMUS Du Bois dan Du Bois
 BSA (cm2) = W (kg) 0,425 + H (cm) 0,725 x 71,84

BSA (m2) =

 BSA dewasa rata – rata = 1,73. Beberapa literature menyebut 1,75 m2


 Bisa juga ditentukan dengan nomogram
Perkiraan BSA (M2) anak berdasarkan Berat Badan
Berat Badan (Kg) Luas Permukaan Tubuh (m2)
1–5 (0,05 x BB (kg)) + 0,05
6 – 10 (0,04 x BB (kg)) + 0,10
11 – 20 (0,03 x BB (kg)) + 0,20
21 – 40 (0,02 x BB (kg)) + 0,40

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 68


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 12 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Cara Menghitung Dosis No. Dokumen:

Berlaku:

Hubungan umur dan bobot dengan presentase dosis pemakaian


 Menurut buku ISO Indonesia, bayi : 0 – 12 bulan, anak : 1 – 15, 5 tahun
 Hubungan dosis bayi – anak terhadap dosis dewasa :
 Bayi prematur : 1,13 kg : 2,5 – 5%
 Bayi baru lahir : 3,18 kg : 12,5 %
 2 bulan : 4,54 kg : 15 %
 4 bulan : 6,35 kg : 19 %
 12 bulan : 9,98 kg : 25 %
 3 tahun : 14,97 kg : 33 %
 7 tahun : 22,68 kg : 50 %
 10 tahun : 29,94 kg : 60 %
 12 tahun : 35,52kg : 75 %
 14 tahun : 45,36 kg : 80 %
 16 tahun : 54,43 kg : 90 %

 Berdasarkan FI 1995
Usia Berat Badan (kg) % Dosis anak
terhadap dosis
dewasa
Neonatus 3,4 < 12,5 %
1 bulan 4,2 < 14,5 %
3 bulan 5,6 18 %
6 bulan 7,7 22 %
1 tahun 10 25 %
3 tahun 14 33 %
5 tahun 18 40 %
7 tahun 23 50 %
12 tahun 37 75 %

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 69


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 13 dari 13
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Cara Menghitung Dosis No. Dokumen:

Berlaku:

Regimen Dosis Berdasarkan jam


 Fl ed III
- Suatu hari dihitung 24 jam sehingga untuk pemakaian sehari dihitung :
24/n kali pemakaian sehari semalam.
- Misalkan tiap 3 jam maka pemakaian 24/3 = 8 kali sehari semalam
 Van Duin
- Pemakaian sehari dihitung untuk 16 jam, kecuali antibiotik dihitung
sehari semalam 24 jam.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 70


INSTRUKSIONAL KERJA
PATIENT SAFETY DALAM PEMBERIAN OBAT
IK.CMD UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Cara Patient Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Safety dalam Pemberian Obat
Revisi Tanggal

Ketua

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 12


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Patient Safety dalam Pemberian No. Dokumen:
Obat
Berlaku:

1. Pasient Safety Dalam Pemberian Obat

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).

A. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai

A. Obat yang harus diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan /
kesalahan serius (sentinel event) serta obat yang beresiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) yaitu elektrolit konsentrat + obat-
obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/ NORUM, atau Look Alike Sound Alike / LASA)
B. Semua obat High Alert Medication harus memiliki identifikasi dan penandaan khusus
dan dikelola oleh petugas yang kompeten terhadap obat-obat yang dimaksud
(apoteker / tenaga kefarmasian)
C. Tempat penyimpanan obat-obat dalam kelompok ini khususnya elektrolit konsetrat di
Instalasi Farmasi, IRIN, IBS, IRJ, Kamar Bersalin (khususnya magnesium sulfat).
Dimana obat-obat dimaksud diberi tempat tersendiri / khusus.
D. Verifikasi ulang sebelum obat diberikan kepada pasien harus dilakukan meliputi
ketepatan pasien, obat, dosis, waktu serta cara pemberian
E. Syarat pemberian obat-obat yang perlu diwaspadai adalah mampu melakukan
monitoring efek samping, tersedia protokol pengelolaan efek samping dan tersedia
antidotumnya.
B. Jenis Obat Yang Perlu Diwaspadai
a. Obat Lasa (Look Alike Sound Alike)
Menurut Permenkes RI No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit, Look Alike Sound Alike masuk ke dalam obat-obatan yang
perlu diwaspadai (high-alert medications), yaitu obat yang sering menyebabkan
terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).
Tall-Mann Latering :
Metode Tall man digunakan untuk membedakan huruf yang tampaknya sama
dengan obat yang mirip. Dengan memberi huruf kapital, maka petugas akan lebih
berhati-hati dengan obat yang lasa. Di US, beberapa studi menunjukkan penggunaan
huruf kapital ini terbukti mengurangi error akibat nama obat yang look-alike.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 72


Strategi Komunikasi untuk mencegah kesalahan pengambilan obat LASA :
Permintaan Tertulis
1. Tambahkan merk dagang dan nama generiknya pada resep, terutama untuk obat
yang 'langganan' bermasalah.
2. Tulis secara jelas, pake huruf tegak kapital.
3. Hindari singkatan-singkatan
4. Tambahkan bentuk sediaan juga di resep
5. Sertakan kekuatan obat.
6. Sertakan petunjuk penggunaan.
7. Tambahkan juga tujuan/indikasi pengobatan.
8. Gunakan resep preprinted atau electronic prescribing.
Permintaan Lisan:
1. Batasi permintaan verbal, hanya untuk obat tertentu, misalnya hanya dalam
keadaan emergency.
2. Hindari permintaan via telepon, kecuali benar-benar penting, ada form permintaan
via telepon yang akan ditandatangani.
3. Diperlukan teknik mengulangi permintaan, dibacakan lagi permintaannya, jadi ada
kroscek.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 73


b. High alert medications
a) Definisi
High alert medications adalah obat-obatan yang memiliki risiko lebih tinggi untuk
menyebabkan / menimbulkan adanya komplikasi / membahayakan pasien secara
signifikan jika terdapat kesalahan penggunaan (dosis, interval, dan pemilihannya).
b) Tabel Obat-obatan dalam Kategori High Alert Medications

Kategori/kelas Obat-obatan Jenis Obat


Agonis adnergik IV Epinefrin, fenilefrin, norepinefrin, isoproter
Antagonis adrenergic IV Propanolol, metoprolol, labetalol
Agen anestesi (umum, inhalasi, dan IV) Propofol, ketamin
Antiaritmia IV Lidokain, amiodaron
Antitrombotik, termasuk:
a. Antikoagulan  Warfarin, LMWH (low-molecular-weight
heparin), unfactionated heparin
b. Inhibitor faktor Xa  Fondaparinux
c. Direct thrombin inhibitors  Argatroban, bivalrudin, dabigatran
etexilate, lepirudin
d. Trombolitik  Alteplase, reteplase, tenecteplase
e. Inhibitor glikoprotein IIb  Eptifibatide, abciximab, tirofiban
Larutan / solusio kardioplegik
Agen kemoterapi (parenteral dan oral)
Dekstrosa hipertonik ( ≥ 20%)
Larutan dialysis (peritoneal dan hemodialisis
Obat- obatan epidural atau intratekal
Obat hipoglikemik (oral)
Obat inotropik IV Digoksin, milrinone
Insulin (SC dan IV) Insulin regular, aspart, NPH, glargin
Obatobatan dengan bentuk liposomal Amfoterisin B liposomal
Agen sedasi moderat / sedang IV Dexmedetomidine, midazolam
Agen sedasi moderat / sedang oral, untuk anak Chloral hydrate, ketamin, midazolam
Opioid/ narkose

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 74


a. IV
b. Transdermal
c. Oral (termasuk konsentrat cair, formula
rapid dan lepas lambat )
Agen blok neuromuscular Suksinilkolin, rokuronium, vekuronium,
atrakurium, pankuronium
Preparat nutrisi parenteral
Agen radiokontras IV
Akua bi destilata, inhalasi, dan irigasi (dalam
kemasan > 100 ml
NaCl untuk injeksi, hipertonik, dengan
konsentrasi > 0,9 %.
Konsentrat KCL untuk injeksi
Epoprostenol IV
Injeksi Magnesium Sulfat (MgSO4)
Digoksin IV
Metotreksat oral (penggunaan non-onkologi)
Opium tincture
Oksitosin IV
Injeksi natrium nitropruside
Injeksi kalium fosfat
Prometazin IV
Kalsium intravena
Vasopressin (IV atau intraoseus)
Antikonvulsan Benzodiazepine

C) Prosedur
Lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama memberikan instruksi,
mempersiapkan, memberikan obat, dan menyimpan high alert medications.
1. Peresepan
a. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert medications.
b. Instruksi ini harus mencakup minimal :
 Nama pasien dan nomor rekam medis

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 75


 Tanggal dan waktu instruksi dibuat
 Nama obat (generic), dosis, jalur pemberian, dan tanggal pemberian setiap obat
 Kecepatan dan atau durasi pemberian obat
c. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan setiap high
alert medications secara tertulis
d. Sistem instruksi elektronik akan memberikan informasi terbaru secara periodik
mengenai standar pelayanan, dosis, dan konsentrasi obat (yang telah disetujui oleh
Panitia Farmasi dan Terapeutik), serta informasi yang dibutuhkan untuk
mengoptimalisasi keselamatan pasien.
e. Jika memungkinkan, peresepan high alert medications haruslah terstandarisasi dengan
menggunakan instruksi tercetak.
f. Instruksi kemoterapi harus ditulis pada ‘Formulir Instruksi Kemoterapi’ dan
ditandatangani oleh spesialis onkologi, informasi ini termasuk riwayat alergi pasien,
tinggi badan, berat badan, dan luas permukaan tubuh pasien. Hal ini memungkinkan
ahli farmasi dan perawat untuk melakukan pengecekan ganda terhadap penghitungan
dosis berdasarkan berat badan dan luas permukaan tubuh.
2. Persiapan dan Penyimpanan
a. High alert medications disimpan di pos perawat di dalam troli atau kabinet yang
memiliki kunci.
b. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan dipisahkan dengan
obat-obatan rutin lainnya. Jika high alert medications harus disimpan di area
perawatan pasin, kuncilah tempat penyimpanan dengan diberikan label ‘Peringatan:
high alert medications’ pada tutup luar tempat penyimpanan.
c. Jika menggunakan dispensing kabinet untuk menyimpan high alert medications,
berikanlah pesan pengingat di tutup kabinet agar pengasuh / perawat pasien menjadi
waspada dan berhati-hati dengan high alert medications. Setiap kotak tempat yang
berisi high alert medications harus diberi label ( label dengan warna dasar merah, dan
huruf berwarna hitam )
d. Infus intravena high alert medications harus diberikan label yang jelas dengan
menggunakan huruf / tulisan yang berbeda dengan sekitarnya.
3. Pemberian obat
a. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double-check) terhadap semua
high alert medications sebelum diberikan kepada pasien.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 76


b. Pengecekan Ganda Terhadap High Alert Medications
1) Tujuan : identifikasi obat-obatan yang memerlukan verifikasi atau pengecekan
ganda oleh petugas kesehatan lainnya (sebagai orang kedua) sebelum memberikan
obat dengan tujuan meningkatkan keselamatan dan akurasi.
2) Kebijakan :
a) Pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan high alert medications
tertentu / spesifik dan di saat pelaporan pergantian jaga atau saat melakukan
transfer pasien.
b) Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien atau pada catatan
pemberian medikasi pasien.
c) Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang berwenang untuk
menginstruksikan, meresepkan, atau memberikan obat-obatan, antara lain:
perawat, ahli farmasi, dan dokter.
d) Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas yang berwenang, teknisi, atau
perawat lainnya (petugas tidak boleh sama dengan pengecek pertama).
e) Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda / verifikasi oleh
orang kedua dilakukan pada kondisi-kondisi seperti berikut:
 Setiap akan memberikan injeksi obat
 Untuk infuse:
√ Saat terapi inisial
√ Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
√ Saat pemberian bolus
√ Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
√ Setiap terjadi perubahan dosis obat
 Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan instruksi dari dokter.
3) Berikut adalah daftar high alert medications yang memerlukan pengecekan
ganda :
High alert medications yang Memerlukan Pengecekan Ganda
untuk Semua Dosis Termasuk Bolus

Obat-obatan
Kemoterapi
Heparin
Insulin

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 77


Infuse Magnesium sulfat pada pasien obstetric
Infuse kateter saraf epidural dan perifer
* abciximab
Argatroban
Bivalirudin
* eptifibatide
Lepirudan
Citrate ACD-A
Kalsium klorida 8 gm/ 1000ml infuse (untuk CRRT)
* obat-obatan yang sebaiknya tidak diberikan sebagai bolus
dari kantong infuse/ vial.

Obat-obatan yang Memerlukan Pengecekan Ganda


jika Terdapat Perubahan Kantong Infus

Obat- obatan
Infuse benzodiazepine
Kemoterapi
Infuse opioid
Infuse epidural
Infuse kateter saraf perifer

Obat-obatan yang Memerlukan Pengecekan Ganda


jika Terdapat Perubahan Dosis / Kecepatan Pemberian

Obat-obatan
Epoprostenol
Kemoterapi
Treprostinil
Infuse Benzodiazepin
Infuse opioid, epidural
Heparin

4) Prosedur:
a) Untuk dosis inisial atau inisiasi infuse baru
 Petugas kesehatan mempersiapkan obat dan hal-hal di bawah ini untuk

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 78


menjalani pengecekan ganda oleh petugas kedua :
√ Obat-obatan pasien dengan label yang masih intak
√ Rekam medis pasien, catatan pemberian medikasi pasien, atau resep /
instruksi tertulis dokter
√ Obat yang hendak diberikan lengkap dengan labelnya
 Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini :
√ Obat telah disiapkan dan sesuai dengan instruksi.
√ Perawat pasien harus memverifikasi bahwa obat yang hendak diberikan
telah sesuai dengan instruksi dokter.
√ Obat memenuhi 5 persyaratan.
√ Membaca label dengan suara lantang kepada perawat untuk
memverifikasi kelima persyaratan ini:
 Obat tepat.
 Dosis atau kecepatannya tepat, termasuk pengecekan ganda
mengenai penghitungan dan verifikasi pompa infuse.
 Rute pemberian tepat.
 Frekuensi / interval tepat.
 Diberikan kepada pasien yang tepat.
 Pada beberapa kasus, harus tersedia juga kemasan / vial obat untuk
memastikan bahwa obat yang disiapkan adalah obat yang benar, misalnya
: dosis insulin.
 Ketika petugas kedua telah selesai melakukan pengecekan ganda dan
kedua petugas puas bahwa obat telah sesuai, lakukanlah pencatatan pada
rekam medis / catatan pemberian medikasi pasien.
 Petugas kedua harus menulis ‘dicek oleh’ dan diisi dengan nama pengecek.
 Pengecekan ganda akan dilakukan sebelum obat diberikan kepada pasien.
 Pastikan infus obat berada pada jalur / selang yang benar dan lakukan
pengecekan selang infus mulai dari larutan / cairan infus, pompa, hingga
tempat insersi selang
 Pastikan pompa infus terprogram dengan kecepatan pemberian yang tepat,
termasuk ketepatan data berat badan pasien.
b) Untuk pengecekan saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien :
 Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini:

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 79


√ Obat yang diberikan harus memenuhi kelima persyaratan.
√ Perawat berikutnya akan membaca label dengan lantang kepada
perawat sebelumnya untuk memverifikasi kelima persyaratan (seperti
yang telah disebutkan di atas).
 Saat pengecekan telah selesai dan kedua perawat yakin bahwa obat telah
sesuai, lakukanlah pencatatan pada bagian pengecekan oleh perawat’ di
rekam medis pasien.
5) Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien,
memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan, dosis, dan
tujuannya (pasien dapat juga berperan sebagai pengecek, jika menungkinkan).
6) Semua pemberian high alert medications intravena dan bersifat kontinu harus
diberikan melalui pompa infus IV. Pengecualian dapat diberikan pada pasien di
Ruang Rawat Intensif Neonatus (Neonates Intensive Care Unit – NICU), atau
pada pasien risiko tinggi mengalami kelebihan cairan (volume over-load). Setiap
selang infus harus diberi label dengan nama obat yang diberikan di ujung distal
selang dan pada pintu masuk pompa (untuk mempermudah verifikasi dan
meminimalkan kesalahan).
7) Pada situasi emergensi, di mana pelabelan dan prosedur pengecekan ganda
dapat menghambat / menunda penatalaksanaan dan berdampak negatif terhadap
pasien, perawat atau dokter pertama-tama harus menentukan dan memastikan
bahwakondisi klinis pasien benar-benar bersifat emergensi dan perlu
ditatalaksana segera sedemikian rupa sehingga pengecekan ganda dapat ditunda.
Petugas yang memberikan obat harus menyebutkan dengan lantang semua terapi
obat yang diberikan sebelum memberikannya kepada pasien.
8) Obat yang tidak digunakan dikembalikan kepada farmasi / apotek, dan
dilakukan peninjauan ulang oleh ahli farmasi atau apoteker apakah terjadi
kesalahan obat yang belum diberikan.
9) Dosis ekstra yang digunakan ditinjau ulang oleh apoteker untuk mengetahui
indikasi penggunaan dosis ekstra

Buku Panduan Praktik Laboratorium Farmakologi| 80


DAFTAR PUSTAKA

Barber, Paul. 2012. Intisari Farmakologi Untuk Perawat. Alih bahasa Wuri

Praptiani, EGC, Jakarta

BG Katgzung. 2004. Farmakologi Dasar & Klinik, Edisi 8, EGC. Jakarta

DOI ( Data Obat Indonesia )

FKUI, Farmakologi & Terapi Sinopsis Farmakologi Dengan Terapan Khusus di Klinik

Perawatan, dr. Agus Djamhuri, Hipokrates, Jakarta, 1990

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Tambayong, dr Jan, 2001, Farmakologi untuk keperawatan, widya medika,

Jakarta

Wijayaningsih, Sari Kartika, 2013. Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa

Keperawatan. Trans Info Media. Jakarta

Institute for Safe Medication Practices (ISMP). ISMP’s list of high-alert

medications. ISMP; 2012.

Regional Pharmacy Nursing Committee. Regional high-alert medication safety

practices. Regional Pharmacy and Terapeutic Committee; 2010.

Cabral K, Wendler L. High alert medications, polypharmacy & avoidable

hospitalizations: Practice Improvement Series Meeting (PRISM). 2011.

Anda mungkin juga menyukai