Anda di halaman 1dari 77

KONSEP DAN PRINSIP

KEBUTUHAN
AKTIVITAS DAN LATIHAN

Faridah, SST., M.Kes


MATERI PEMBELAJARAN
Konsep dan Prinsisp Kebutuhan Aktivitas dan latihan
• Pengertian aktivitas dan latihan
• Faktor yang mempengaruhi aktivitas dan latihaan
• Kategori tingkat kemampuan aktivitas

Kebutuhan Mobilitas dan Immobilitas


• Konsep dasar mobilisasi
• Struktur sistem muskuloskeletal yang mempengaruhi mobilisasi
• Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi
• Mekanisme tubuh dalam fisiologi pergerakan
• Konsep dasar imobilisasi dan resikonya pada klien
• Askep pada klien dengan gangguan imobilisasi

Body Mekanik
• Prinsip body mekanik
• Pergerakan dasar yang digunakan dalam Body Mekanik
• Faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik
• Akibat dari body mekanik yang buruk

Kebutuhan Mekanika Tubuh dan Ambulasi


Kemampuan akhir tiap tahapan belajar

Mahasiswa mampu menguasai konsep kebutuhan aktivitas


dan latihan

Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip, teknik, dan prosedur


pelaksanaan asuhan/praktik keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas dan latihan yang dilakukan secara mandiri
atau berkelompok untuk memenuhi secara mendalam
AKTIVITAS / MOBILITAS
Aktivitas adalah suatu aksi energetika atau keadaan gerak

Orang Aktivitas
Sakit ?

Jika seseorang sakit atau terjadi kelemahan fisik sehingga kemampuan aktivitas menurun. Seseorang
tersebut biasanya terjadi masalah fisik, psikologis dan tumbuh kembang, hal ini bisa berpengaruh
pada masalah kesehatan seseorang. Selain menimbulkan dampak fisik, gangguan personal hygiene
dapat pula berdampak pada gangguan pemenuhan kebutuhan psikososial dan nyaman
APA YANG HARUS DIKETAHUI
PERAWAT?
Tugas Menjaga kemampuan gerak
Perawat:
Mencegah penyulit akibat imobilisasi

Perawat perlu Gerakan setiap persendian


mengetahui Postur tubuh
tentang Latihan gerak
beberapa hal
Kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas
KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN AKTIVITAS
DAN LATIHAN
PENDAHULUAN
• Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan
kegiatan dengan bebas (kozier,2016).
• Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit
berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping
kemampuan mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff, 1999).
• Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) dini menurut Carpenito tahun 2000 adalah suatu upaya
mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologis
1. Konsep dasar
aktivitas/mobilisasi
PENGERTIAN AKTIVITAS DAN
LATIHAN
• Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup.
• Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk menjaga
kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh
• Aktivitas maupun latihan didefinisikan sebagai suatu aksi energetik atau keadaan
bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada waktu yang singkat
memerlukan tindakan-tindakan tertentu yang tepat baik oleh klien maupunperawat.
(Priharjo, 1993 : 1).
Pengertian Mobilisasi
• Pengertian Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah dan
teratur dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehat. Kehilangan mobilitas dapat
menyebabkan seseorang menjadi tergantung dan membutuhkan perawatan.
• Mobilisasi mengacu pada kemampuan seorang untuk bergerak dengan bebas (Potter &
Perry, 2020).
• Mobilitas atau mobilitas adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas,
mudah, dan teratur, tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat, penting untuk
kemandirian
Nilai Aktivitas dan Latihan
Tingkat Aktivitas Katagori
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan peralatan

4 Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam


perawatan
Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan
Aktivitas

• Tulang memiliki berbagai


macam fungsi yaitu fungsi
mekanik pembentuk tulang dan
tempat melekatnya berbagai
Tulan otot, sebagai tempat
g penyimpanan mineral terutama
kalsium dan fosfor yang dapat
dikeluarkan pada saat
dibutuhkan. membentuk fungsi
pelindung sel darah dan organ.
Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan
Aktivitas

Otot dan Tendon


• Otot memiliki
kemampuan untuk
berkontraksi, yang
memungkinkan tubuh
bergerak sesuai
kebutuhan
Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan
Aktivitas
• Ligamen adalah bagian yang
menghubungkan tulang dengan
tulang. Ligamen bersifat elastis,
sehingga membantu mobilitas
Ligame sendi dan menopang sendi.
n
• Ligamen sendi lutut adalah
struktur yang menjaga stabilitas,
sehingga jika terputus akan
menyebabkan ketidakstabilan
Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan
Aktivitas
• Sistem saraf terdiri dari
sistem saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang)
dan sistem saraf tepi
Siste (cabang dari sistem saraf
m pusat). Setiap saraf
Syaraf memiliki saraf somatik dan
otonom.
• Bagian tubuh memiliki
fungsi sensorik dan motorik
Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan
Aktivitas
• Sendi adalah tempat
bertemunya dua atau lebih
ujung tulang.
• Sendi membagi tulang dan
Send memungkinkan pergerakan
i antar segmen dan tingkat
pertumbuhan tulang yang
berbeda.
• Ada beberapa jenis sendi,
seperti sendi sinovial
JENIS MOBILITAS

• 1. Mobilitas Penuh
• Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan kebebasan yang cukup sehingga dapat
berinteraksi sosial dan melakukan peran sehari-hari.. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi
saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

• 2. Mobilitas Sebagian
• Mobilitas sebagian, Kemampuan seseorang untuk bergerak bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada bagian tubuh. Ini dapat ditemukan dalam kasus
cedera atau patah tulang saat memasang perangkat traksi. Karena hilangnya kontrol motorik
dan sensorik. , pasien paraplegia mungkin mengalami gerakan parsial pada tungkai bawah.
Mobilitas sebagian di bagi menjadi dua
bagian:
• Mobilitas sebagian temporer atau • Mobilitas sebagian permanen, atau permanen
sementara parsial mengacu pada parsial adalah kemampuan individu untuk
kemampuan individu untuk bergerak bergerak di bawah batasan tetap. Ini
disebabkan oleh kerusakan reversibel pada
dalam kondisi terbatas sementara. Ini
sistem saraf. Misalnya, hemiplegia yang
mungkin disebabkan oleh trauma
disebabkan oleh stroke, paraplegia yang
reversibel pada sistem muskuloskeletal,
disebabkan oleh cedera tulang belakang, dan
seperti dislokasi sendi dan tulang. poliomielitis yang disebabkan oleh gangguan
pada sistem saraf motorik dan sensorik.
Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas
• 1. Gaya hidup
• Perubahan gaya hidup akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam bertindak, karena gaya
hidup akan mempengaruhi perilaku atau kebiasaan sehari-hari. Contoh: pola makan yang tidak sehat,
kurang olahraga.

• 2. Kebudayaan
• Orang yang tidak nyaman karena larangan adat dan budaya tertentu yang mempengaruhi aktivitas.

• 3. Tingkat energi
• Energi adalah sumber mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan aktivitas dengan baik, diperlukan
energi yang cukup.
Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas
• 4. Proses penyakit atau cedera
• Proses penyakit mempengaruhi kemampuan bergerak karena mempengaruhi fungsi sistem
tubuh. Misalnya, orang dengan patah tulang paha memiliki mobilitas terbatas di tungkai bawah
mereka.

• 5. Usia dan status perkembangan


• Terdapat perbedaan kemampuan aktivitas pada usia yang berbeda, hal ini dikarenakan
kemampuan atau kematangan fungsi motorik sesuai dengan perkembangan usia.
2. Konsep dasar
imobilisasi
Pengertian
• Immobilisasi atau immobilitas adalah pembatasan gerakan atau tubuh anggota badan dan tubuh
itu sendiri ketika berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada
pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J.
Garrison, 2004).
• Imobilisasi adalah ketidakmampuan klien bergerak bebas yang disebabkan kondisi tertentu atau
dibatasi secara terapeutik (Potter dan Perry 2020). Imobilisasi merupakan suatu kondisi yang
relatif. Maksudnya, individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga
mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya.
• Imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas
BEBERAPA ALASAN DILAKUKAN
IMOBILISASI
1. Pengobatan atau terapi, seperti pada klien setelah menjalani pembedahan atau mengalami cedera pada kaki atau tangan.
Tirah baring merupakan merupakan suatu intervensi dimana klien dibatasi untuk tetap berada di tempat tidur untuk tujuan
terapi antara lain untuk memenuhi kebutuhan oksigen, mengurahi nyeri, mengembalikan kekuatan dan cukup beristirahat,

2. Mengurangi nyeri pasca operasi, dan

3. Ketedakmampuan premir seperti paralisis,

4. Klien yang mengalami kemunduran pada rentang imobilisi parsial – mutlak.


Jenis Imobilitas
1. Imobilitasi Fisik
• merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada
pasien hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk
mengubah tekanan.
2. Imobilitasi Sosial
• yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi
perannya dalam kehidupan sosial.
3. Imobilitasi Emosional
• yakni keadaan ketika mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
Seperti keadaan stress berat karena diamputasi ketika mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling
dicintai.
4. Imobilitasi Intelektual
• merupakan keadaan dimana mengalami keterbatasan berpikir, seperti pada pasien yang mengalami gangguan otak akibat suatu penyakit
Faktor-faktor yang mempengaruhi immobilisasi atau
kurangnya gerak adalah sebagai berikut :
a) Faktor fisiologis.
• Setiap sistem tubuh akan beresiko terjadi gangguan apabila ada perubahan mobilisasi, tingkat keparahan dari gangguan
tersebut tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang dialami. Faktor
fisiologis mempengaruhi perubahan setiap sistem tubuh yaitu perubahan pada sistem metabolik, respiratori, kardiovaskuler,
musculoskeletal, integument dan sistem eliminasi.
b) Faktor psikososial/emosional.
• Imobilisasi menyebabkan respon emosional, intelektual sensori, dan sosiokultural. Perubahan status emosional bisa terjadi
secara bertahap, perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan prilaku, perubahan siklus tidur-bangun,
dan gangguan koping.
c) Faktor perkembangan.
• Sepanjang kehidupan, penampilan tubuh dan fungsinya, tubuh mengalami perubahan. Pengaruh terbesar terlihat pada usia
kanak-kanak dan lansia, imobilisasi dapat menimbulkan pengaruh yang bermakna pada tingkat kesehatan, kemandirian, dan
status fungsional lansia.
Perubahan Sistem Tubuh Akibat
Immobilitas
• Perubahan Metabolisme
• Secara umum immobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal. Mengingat imobilitas dapat
menyebabkan turunnya kecepatan metabolism dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya
Basal Metabolisme Rate (BMR) yang menyebabkan berkurangnya energi untuk perbaikan sel-sel tubuh.
Sehingga dapat mempengaruhi oksigensi sel. Beberapa dampak dan perubahan metabolisme diantaranya,
pengurangan jumlah metabolisme, antropi kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguang gastrointestinal.
• Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
• Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan mengakibatkan
persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang, sehingga dapat mengganggu kebutuhan
cairan tubuh. Di samping itu, berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskuler ke interstisial dapat
menyebabkan edema sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Perubahan Sistem Tubuh Akibat
Immobilitas
Gangguan Perubahan Gizi
• Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat mengkibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel
menurun. Dimana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.

• Gangguan Fungsi Gastrointestinal


• Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini desebabkan imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna, sehingga
penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan. Seperti perut kembung, mual dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan gangguan proses
eliminasi.

• Perubahan Sistem Pernafasan


•Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu.
Terjadinya penurunan kadar hemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga menyebabkan anemia.
• Sekresi mukus lebih kental dan menempel sepanjang traktus respiratori, terjadi kelemahan otot toraks, ketidakmampuan inhalasi, gerakan silia menurun,
mekanisme batuk juga menurun 🡪mukus menjadi statis 🡪 media berkembangnya bakteri 🡪resiko terjadi infeksi (pneumoni).
Perubahan Sistem Tubuh Akibat
Immobilitas
Perubahan Kardiovaskuler
• Hipotensi ortostatik, terjadi akibat meningkatnya kerja jantung dan terjadinya pembentukan trombus. Terjadinya hipotensi ortostatik
dapat disebakab menurunnya kemampuan saraf otonom, pada posisi yang tetap dan lama, refeks neurovaskuler akan menurun dan
menyebabkan vasokonstriksi, kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem •
• Perubahan Sistem Integumen
• Hal ini terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya isakemia serta
nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka decubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan srikulasi yang menurun ke
jaringan.
• Turgor kulit menurun: Kulit mengalami atropi akibat imobilisasi dan perpindahan cairan antar-komportemen pada area yang
mengantung, hal ini dapat mengganggu keutuhan dan kesehatan dermis dan jaringan subkutan.
• Perubahan Eliminasi
• Misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin disebabkan kurangnya asupan dan penurunan curah jantung, sehingga aliran darah renal
dan urine berkurang.
Perubahan Sistem Tubuh Akibat
Immobilitas
Perubahan Sistem Muskuloskeletal
• Gangguan Muskular.
• Atrofi otot: Otot yang tidak digunakan dalam waktu lama akan kehilangan sebagian besar kekuatan dan
fungsi normalnya berdampak menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas secara langsung. Hal ini
ditandai dengan menurunnya stabilitas.
• Berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot. Seperti, otot betis yang telah dirawat lebih
dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil dan menunjukkan tanda lemah dan lesu.
• Gangguan Skeletal
• Misalnya, akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan kondisi yang
abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan memendeknya otot.
Kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi. Osteoporosis terjadi akibat
reabsorbsi tulang semakin besar, sehingga menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah menurun dan
jumlah kalsium yang di keluarkan melalui urine semakin besar.
Perubahan Sistem Tubuh Akibat
Immobilitas
Perubahan Perilaku
• Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas antara lain, timbulnya rasa bermusuhan,
bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubaha siklus tidur dan menurunnya
koping mekanisme.
• Postur Tubuh
• Postur tubuh (body alignment) merupakan susunan geometris dari bagianbagian tubuh
yang berhubungan dengan bagian tubuh yang lain. Bagian yang dipelajari dari postur
tubuh adalah persendian, tendon, ligamen, dan otot. Apabila ke empat bagian tersebut
di gunakan dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi
tubuh maksimal, seperti dalam posisi duduk, berdiri dan berbaring yang benar.
TINGKAT IMOBILISASI
1. Imobilisasi komplet: Imobilisasi dilakukan pada individi yang mengalami gangguan tingkat kesadaran.

2. Imobilisasi parsial: Imobilisasi dilakukan pada klien yang mengalami fraktur.

3. Imobilisasi karena pengobatan: Imobilisasi pada penderita gangguang pernafasan atau jantung, Pada klien tirang
baring (bedrest) total, klien tidak boleh bergerak dari tempat tidur, berjalan, dan duduk dikursi. Keuntungan dari
tirah baring antara lain mengurangi kebutuhan oksigen sel-sel tubuh, menyalurkan sumber energi untuk proses
penyembuhan, dan mengurangi respons nyeri.
PERGERAKAN NORMAL

• Stabilitas dan pergerakan normal adalah hasil dari suatu hubungan sistem musculoskeletal,
sistem saraf, dan struktur labirin yang bertanggung jawab untuk keseimbangan
• Pergerakan badan memerlukan koordinasi aktivitas otot dan integrasi persyarafan. Hal itu
melibatkan empat unsur-unsur dasar: Kelurusan badan ( Postur), mobilitas [yang]
menghubungkan, saldo/timbangan, dan mengkoordinir pergerakan.
• BODI ALIGNMEN
• Merupakan posisi bagianbagian tubuh yang berhubungan satu dengan yang lain.
• Bodi Alingmen yang benar juga disebut Postur yang menghasilkan balance dimana merupakan
kemampuan individu untuk mempertahankan keseimbangan (equilibrium)
Posture yang baik
Meningkatkan keseimbangan
Mengurangi strain dan injuri
Memfasilitasi usaha bernapas
Meningkatkan proses GI
Memberikan kepercayaan pada penampilan dan
kesehatan
Untuk mendapatkan postur tubuh yang benar terdapat beberapa prinsip
yang perlu di perhatikan, diantaranya :
Keseimbangan dapat di pertahankan jika garis gravitasi (line of gravity-garis imaginer vertikal) melewati pusat gravitasi (center of gravity-titik yang berada di
pertengahan garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of support-posisi menyangga atau menopang tubuh)
Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan keseimbangan akan lebih besar

Jika garis gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, energi akan lebih banyak digunakan untuk mempertahankan keseimbangan

Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik akan menghemat energi dan mencegah kelelahan otot

Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot

Memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot dan ligamen

Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot serta mencegah kelelahan

Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan

Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah beban belakang
Faktor-faktor yang Mempengaruhi postur Tubuh
1. Status kesehatan
• Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak optimal pada organ atau bagian tubuh
yang mengalami kelelahan atau kelemahan sehingga dapat memengaruhi pembentukan postur. Hal ini dapat
dijumpai pada orang sakit yang banyak mengalami ketidakseimbangan dalam pergerakan.
2. Nutrisi
• Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan energi yang digunakan dalam membantu proses pengaturan
keseimbangan organ, otot, tendon, ligamen,dan persendian. Apabila status nutrisi kurang, kebutuhan energi
pada orang tersebut akan berkurang sehingga dapat mempengaruhi proses keseimbangan.
3. Emosi
• Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga keseimbangan tubuh. Hal tersebut dapat
mempengaruhi proses koordinasi pada otot, ligamen, sendi dan tulang.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi postur Tubuh
4. Gaya Hidup
• Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau bahkan
sebaliknya menjadi buruk. Seseorang yang memiliki gaya hidup tidak sehat, misalnya
selalu menggunakan alat bantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dapat
mengalami ketergantungan sehingga postur tubuh tidak berkembang dengan baik.
5. Perilaku dan Nilai
• Adanya perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat mempengaruhi pembentukan
postur. Sebagai contoh, perilaku dalam membuang sampah di sembarang tempat dapat
mempengaruhi proses pembentukan postur tubuh orang lain yang berupaya untuk
selalu bersih dari sampah.
KONDISI PATOLOGIKPOSTUR ABNORMAL

• Postur abnormal
• Tortikolis: kepala miring pada satu sisi, di mana adanya kontraktur pada otot sternoklei domanstoid
• Lordosis: kurva spinal lumbal yang terlalu cembung ke depan/ anterior (tulang belakang pada punggung bawah melengkung ke depan secara berlebihan)
• : peningkatan kurva spinal torakal (Kelengkungan yang terjadi pada punggung atas (lebih dari 5Kifosis0 derajat)/membungkuk)
• Kifolordosis: kombinasi dari kifosis dan lordosis
• Skoliosis: kurva spinal yang miring ke samping, tidak samanya tinggi hip/ pinggul dan bahu (tulang belakang yang melengkung ke samping.
Lengkungan tulang bisa berbentuk seperti huruf S atau C)
• Kiposkoliosis: tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral
• Footdrop: plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan saraf peroneal

• Gangguan perkembangan otot, seperti distropsi muskular, terjadi karena gangguan yang disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal
• Kerusakan sistem saraf pusat
• Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal: kontusio, salah urat, dan fraktur.
Tortikolis

TORTIKOLIS KONGENITAS TORTIKOLIS SPASMODIK


Lordosis
Kifosis
Skoliosis
Foot Drop
Body Mechanics /
Mekanika Tubuh
Pengertian
Mekanika Tubuh adalah suatu
usaha mengkoordinasikan sistem
muskuloskeletal  dan sistem syaraf
dalam mempertahankan
keseimbangan, postur dan
kesejajaran tubuh selama
mengangkat, membungkuk,
bergerak, dan melakukan aktivitas
sehari-hari ( Potter & Perry, 2005).
BODI MEKANIK

Fungsi mobilitas diatur oleh bodi mekanik yaitu mengkoordinaksikan


penggunaan bagianbagian tubuh dan posisi tubuh selama beraktivitas.

Penggunaan bodi mekanik yang benar


• Memaksimalkan usaha yang efektif dari system muskuloskeletal dan saraf dan
mengurangi strain dan injuri selama bergerak.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar

• Susunan geometrik bagian-bagian


Body Alignment
tubuh dalam hubungannya dengan
(Postur Tubuh)
bagian tubuh yang lain.

• Keseimbangan tergantung pada


Balance /
Keseimbangan
interaksi antara pusat gravity, line
gravity dan base of support.

Koordinated body • Dimana body mekanik berinteraksi


movement (Gerakan
dalam fungsi muskuloskeletal dan
tubuh yang
terkoordinir) sistem syaraf.
Prinsip body mekanik

Gravity

Balance
(Keseimbangan)

Weight (berat)
Gravity(Gravitasi)

Memandang gravitasi sebagai


sumbu dalam pegerakan tubuh :
Dasar tumpuan (base of
(pusat gravitasi (center of
support), merupakan dasar
gravity) titik yang berada di
tempat seseorang dalam posisi
pertengahan tubuh, garis
istirahat untuk menopang /
gravitasi (line of gravity)
menahan tubuh.
merupakan garis imajiner
vertikal melalui pusat gravitasi.
Balance (Keseimbangan)

Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh


dicapai dengan cara mempertahankan posisi
gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
Weight (berat)

Berat benda akan mempengaruhi


mekanika tubuh maka dalam
menggunakan mekanika tubuh
yang sangat diperhatikan adalah
berat benda atau bobot benda yang
akan diangkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik
dan ambulasi

Status kesehatan :   •Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
berupa penurunan koordinasi.

Nutrisi : • Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena mempengaruhi produksi
energi yang digunakan untuk mobilisasi.

Emosi : • Kondisi psikologis seseorang dapat memudahkan perubahan perilaku yang dapat
menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.

Situasi dan • Sering mengangkat benda-benda berat akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan

kebiasaan : ambulasi.

• Perubahan pola hidup dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan
Gaya hidup : menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas → dapat mengganggu koordinasi antara
muskuloskeletal dengan neurologi → perubahan mekanika tubuh.

Pengetahuan : •Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk
mempergunakannya dengan benar.
Konsekuensi body mekanik yang buruk

Jatuh

Cidera belakang

Harber (1985), memberikan daftar penyebab cidera belakang yang


paling sering terjadi pada perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu :
• Mengangkat pasien ke atas tempat tidur (48%)
• Membantu pasien turun dari tempat tidur (30%)
• Memindahkan bed (27%)
• Mengangkat pasien keatas brankat(22%)
KOORDINASI MEKANIK TUBUH
Mekanika tubuh (body mechanic) adalah penggunaan organ secara efisien dan efektif
sesuai dengan fungsinya. Pergerakan merupakan rangkaian aktivitas yang terintegrasi
antara system musculoskeletal dan system persarafan didalam tubuh. Komponen system
musculoskeletal melibatkan tulang, otot, tendon, ligamen, kartilago, dan sendi.

Tulang adalah jaringan dinamis, salah satu fungsinya menunjang jaringan tubuh dan
membantu pergerakan. Sedang otot berfungsi untuk kontraksi dan membantu
menghasilkan gerakan, mempertahankan postur tubuh, dan menghasilkan panas. Otot
dipersarafi oleh saraf yang terdiri atas serabut motoris dari medulla spinal. Medula otak
seperti korteks cerebri kanan mengatur otot-otot anggota gerak kiri dan sebaliknya.
Kebutuhan Mekanika Tubuh
• Mekanika tubuh adalah istilah yang digunakan dalam menjelaskan penggunaan tubuh
yang aman, efisien, dan terkoordinasi untuk menggerakkan objek dan melakukan aktifitas
hidup sehari-hari (Kozier, B., Erb, G.,Berwan, A.J., & Burke,K. (2016).)
• Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk
mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Pada dasarnya, mekanika tubuh adalah
cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,
berkoordinasi serta aman dalam mengerakkan dan mempertahankan keseimbangan
selama beraktivitas (Alimul A. Aziz.2006.).
Pergerakan dasar yang digunakan
dalam Body Mekanik

• Walking / berjalan
Kestabilan berjalan, sangat berhubungan dg ukuran base of support

• Gerakan (ambulating), gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan keseimbangan tubuh. Berdiri akan lebih mudah stabil
dibanding dengan berjalan karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi lain dan pusat gravitasi
selalu berubah pada posisi kaki.

• Squating / jongkok
Squating mempertinggi atau meningkatkan keseimbangan tubuh, ketika seseorang mengangkat obyek yg terletak dibawah pusat
grativitas tubuh.

• Pulling / menarik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh sewaktu
menarik (seperti condong ke depan dari panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien, lengan atas
dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk dan lalu lakukan penarikan.

• Pivoting / berputar
Pivoting adalah suatu tehnik dimana tubuh dibungkukkan dlm rangka menghindari terjadinya resiko keseleo tulang
BEBERAPA PERGERAKAN DASAR DALAM
MEKANIKA TUBUH
• Menahan (squatting).
• Dalam melakukan pergantian, posisi
menahan selalu berubah. contoh : posisi
orang duduk akan berbeda dengan orang
jongkok, dan tentunya berbeda dengan posisi
membungkuk. Gravitasi adalah hal yang
perlu diperhatikan untuk memberikan posisi
yang tepat dalam menahan. Dalam menahan
diperlukan dasar tumpuan yang tepat
BEBERAPA PERGERAKAN DASAR DALAM
MEKANIKA TUBUH
• Memutar (Pivoting)
• Merupakan gerakan untuk memutar
anggota tubuh dan bertumpu pada tulang
belakang.
• Gerakan memutar yang baik
memerhatikan ketiga unsur gravitasi
agar tidak berpengaruh buruk pada
postur tubuh
BEBERAPA PERGERAKAN DASAR DALAM
MEKANIKA TUBUH
• Mengangkat (lifting).
• Pergerakan daya tarik dengan
menggunakan otot besar dari tumit.,
paha bagian atas, kaki bagian bawa,
perut, dan pinggul
• Tujuan untuk mengurangi rasa sakit
pada daerah tubuh bagian belakang
BEBERAPA PERGERAKAN DASAR DALAM
MEKANIKA TUBUH
• Gerakan (ambulating).
• Gerakan yang benar dapat membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh. •
Contoh: keseimbangan orang saat berdiri dan
saat jalan akan berbeda. Orang yang berdiri
akan lebih mudah stabil dibandingkan dalam
posisi jalan. Dalam posisi jalan akan terjadi
perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke
sisi yang lain, dan posisi gravitasi akan
selalu berubah pada posisi kaki.
BEBERAPA PERGERAKAN DASAR DALAM
MEKANIKA TUBUH
• Menarik (pulling).
• Menarik dengan benar akan memudahkan
untuk memindahkan benda.
• Hal yang perlu diperhatikan adalah ketinggian,
letak benda, posisi kaki dan tubuh dalam
menarik, sodorkan telapak tangan dengan
lengan atas dipusat gravitasi pasien, lengan
atas dan siku diletakkan pada permukaan
tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan
kaki ditekuk, lalu dilakukan penarikan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MEKANIKA TUBUH
• 1. Status kesehatan
• Perubahan status kesehatan dapat memengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan
tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan lain-lain.

• 2. Nutrisi
• Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi
tubuh dapat menyebabkann kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh : tubuh yang kekurangan
kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.

• 3. Emosi
• Kondisi psikologis memengaruhi perubahan dalam perilaku indivisu sehingga dapat menjadi penyebab menurunnya kemampuan
mekanika tubuh dan ambulasi yang baik. Seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri yang
rendah, akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MEKANIKA TUBUH
• 4. Situasi dan kebiasaan
• Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang, misalnya sering mengangkat benda-benda berat akan menyebabkan
perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.

• 5. Gaya hidup
• Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dan
beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan saraf. Hal tersebut pada akhirnya akan
mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.

• 6. Pengetahuan
• Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk menggunakannya secara benar, sehingga
akan mengurangi energi yang telah dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan
mekanika tubuh akan menjadikan seseorang berisiko mengalami gangguan koordinasi system musculoskeletal dan saraf.
KEBUTUHAN MEKANIKA TUBUH DAN
AMBULASI
• Mekanika tubuh adalah merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk
mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Pada dasarnya, mekanika tubuh adalah cara
menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, berkoordinasi serta
aman dalam mengerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas (Alimul A.
Aziz.2006).
KESALAHAN DALAM PENGGUNAAN MEKANIKA TUBUH
DAPAT MENIMBULKAN DAMPAK SEBAGI BERIKUT :

• 1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam


system musculoskeletal.
• 2. Risiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskuloskeletal.
• Apabila seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya
gangguan dalam struktur muskuloskeletal. Misalnya kelainan pada tulang vertebrata
ASUHAN
KEPERAWATAN
Pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
aktivitas dan latihan
Dasar Data Pengkajian Klien
Pengkajian meliputi :

• a. Aktivitas / istirahat
• Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.

• b. Sirkulasi
• Tanda : Hipertensi (Kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas) atau Hipotensi
(kehilangan darah).

• c. Neurosensori
• Gejala : Hilang gerakan / sensasi, spasme otot, kesemutan (parestesis).
• Tanda : Deformitas lokal angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot,
terlihat kelemahan / hilang fungsi. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / ansietas atau trauma lain).
Dasar Data Pengkajian Klien
Pengkajian meliputi :
• d. Nyeri / Kenyamanan
• Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan
/kerusakan tulang dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf.
Spasme / kram otot (setelah imobilitasi).

• e. Keamanan
• Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, perubahan warm. Pembengkakan local
(dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)
2. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Ronsen : Menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma.

Scan tulang, tomogram.

scan CT / MRI : Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

Arteriogram : Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ
jauh pada trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma.
Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, trafusi mutipes, atau cedera hati.
CONTOH BEBERAPA DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang


2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/tidak nyamanan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh
4. Intoleransi aktivitas: yang berhubungan dengan kesejajaran tubuh yang buruk dan penurunan mobilisasi.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/tidaknyamanan, penurunan rentang gerak, tirah
baring, penurunan kekuatan, sedangkan resiko cedera : yang berhubungan dengan ketidak tepatan
mekanika tubuh, ketidak tepatan teknik pemindahan
6. Gangguan integritas kulit atau risiko gangguan integritas kulit : berhubungan dengan keterbatasan
mobilisasi, tekanan permukaan kulit dan gaya gesek, dan lain-lain.
Rencana Tindakan Keperawatan/Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Kriteria hasil
1 Nyeri Setelah • Kaji tingkat intensitas • Tingkat intensitas
berhubungan dilakukan dan frekwensi nyeri nyeri dan frekwensi
dengan tindakan • Observasi tandatanda menunjukkan skala
terputusnya keperawatan vital. nyeri
jaringan 2x24 • Melakukan kolaborasi • Untuk mengetahui
tulang jam, dengan tim medis perkembangan
nyeri dapat dalam pemberian klien
berkurang atau analgesik • Merupakan
hilang. tindakan dependent
Kriteria Hasil : perawat, dimana
• Nyeri analgesik berfungsi
berkurang untuk memblok
atau hilang stimulasi nyeri.
• Klien
tampaktena
ng
Rencana Tindakan Keperawatan/Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Tindakan Rasional

2 Hambatan Setelah dilakukan tindakan • Ajarkan dan pantau • Menilai batasan


mobilitas keperawatan 2x24 jam, pasien dalam hal kemampuan
fisik pasien akan menunjukkan tingkat penggunaan alat bantu. aktivitas
berhubungan mobilitas optimal. • Ajarkan dan dukung optimal.
dengan Kriteria hasil : pasien dalam latihan • Mempertahanka
nyeri/ketidak • penampilan yang seimbang.. ROM aktif dan pasif. n /meningkatkan
nyamanan • melakukan pergerakkan dan perpindahan. kekuatan dan
• mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, ketahanan otot
dengan karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan,
pengawasan, dan pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan; tidak
berpartisipasi dalam aktivitas
Rencana Tindakan Keperawatan/Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan • Pantau tanda-tanda • Mengidentifikasi
berhubungan keperawatan 2x24 jam, infeksi vital. tanda-tanda
dengan stasis tidak terjadi / terkontrol • Lakukan perawatan peradangan terutama
cairan tubuh Kriteria hasil : terhadap prosedur bila suhu tubuh
• tidak ada tanda-tanda infeksi inpasif seperti infus, meningkat
seperti pus. kateter, drainase • Untuk mengurangi
• luka bersih tidak lembab dan luka, dll. resiko infeksi
tidak kotor. • Kolaborasi untuk nosokomial.
• Tanda-tanda vital dalam batas pemberian • Kolaborasi untuk
normal atau dapat ditoleransi. antibiotik.. pemberian antibiotik.
Implementasi
No No. Dx Tindakan Paraf
1. I • Mengkaji tingkat intensitas dan frekwensi
nyeri dan observasi TTV.
• Melakukan kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian analgesik
2 II • Mengajarkan dan pantau pasien dalam hal
penggunaan alat bantu.
• Mengajarkan dan dukung pasien dalam
latihan ROM aktif dan pasif.
• Memantau TTV
3 III • Melakukan perawatan terhadap prosedur
inpasif seperti infus, kateter, drainase luka,
dll.
• Melakukan kolaborasi untuk pemberian
antibiotik.
Evaluasi
• Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan fraktur adalah :
• Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
• Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
• Infeksi tidak terjadi / terkontr
CONTOH KASUS

• Apabila seseorang terjadi patah tulang, menderita penyakit atau cacat, dan lain-lain. seseorang
tersebut akan mengalami masalah gangguan pergerakan (immobilisasi), apa lagi sampai klien
tersebut selalu bedrest dalam waktu lama, hal ini bisa menyebabkan:
• 1. Klien mengalami atropi otot, dimana keadaan otot menjadi mengecil karena tidak tepakai dan
pada akhirnya serabut otot diinfiltrasi dan diganti jaringan fibrosa dan lemak. Maka sebelum perawat
membantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas seperti ganti posisi atau berjalan, perawat harus
mengkaji kekuatan otot. Langkah ini diambil untuk menurunkan risiko cedera tubuh.
• 2. Nekrosis (jaringan mati), terjadi trauma atau iskemia di mana proses regenerasi otot sangat minim.
• 3. Kontraktur sehingga body mechanic terganggu
Beberapa faktor lain yang harus diketahui antara lain:
a. Tingkat perkembangan tubuh: Usia seseorang mempengaruhi system muskuloskeletal dan persarafan, Untuk itu, dalam
melakukan tindakan keperawatan untuk membantu memenuhi kebutuhan aktivitas, perawat harus memperhatikan aspek tumbuh
kembang klien sesuai kebutuhan.

b. Kesehatan fisik: Seseorang dengan penyakit (gangguan musculoskeletal, gangguan kardiovaskuler, gangguan sistem respirasi),
cacat tubuh dan imobilisasi akan dapat menggangu pergerakan tubuh. c. Keadaan nutrisi: Seseorang dengan nutrisi kurang, hal ini
menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot yang berdampak pada penurunan aktivitas dan pergerakan. Sebaliknya, hal yang sama
terjadi pada kondisi nutrisi lebih (obesitas).
d. Status mental: Seseorang mengalami gangguan mental cenderung tidak antusias dalam mengikuti aktivitas , bahkan kehilangan
energi untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene.

e. Gaya hidup: Seseorang dalam melalukan pola aktivitas sehari-hari dengan baik tidak akan mengalami hambatan dalam
pergerakan, demikian juga sebaliknya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai