Anda di halaman 1dari 25

TEKNIK DAN PROSEDUR

PELAKSANAAN ASUHAN ATAU


PARTIK KEPERAWATAN UNTUK
MEMENUHI AKTIFITAS DAN LATIHAN
By :
Iming-Iming
NIM.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PIALA SAKTI
PARIAMAN
2020
DEFINISI

• Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di


mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup.
• Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah kemampuan
seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan kembali ke
tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping
kemampuan mengerakkan ekstermitas atas.
(Hincliff, 1999).
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana
seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi
yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami
trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada
ekstremitas, dan sebagainya.
DEFINISI

 Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang


dibutuhkan untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan
postur tubuh.
 Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi
sehingga kondisinya dapat setara dengan fleksibilitas otot.
Selain itu,latihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal
dapat bekerja lebih optimal dengan mengunakan selera
makan orang tersebut dan melancarkan eliminasinya karena
apabila seorang tidak dapat melakukan aktivitas fisik secara
adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot abdomen
menjadi lemah sehingga eliminasinya kurang efektif.
JENIS AKTIVITAS

 Aktivitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk


bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan
interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Aktivitas
penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan
sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh
seseorang.
 Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan jelas dan tidak mam.pu bergerak
secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik
dan sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai
pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan
traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami aktivitas
sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol
motorik dan sensorik.
Aktivitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
 Aktivitas sebagian temporer, merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversibel pada systemmusculoskeletal, contohnya adalah
adanya dislokasi sendi dan tulang.

 Aktivitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk


bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reversibel,
contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi
karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena
terganggunya system saraf motorik dan sensorik.
JENIS LATIHAN

Jenis latihan :
 Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran
gerakan otot dan sendi.
 Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada
penambahan daya tahan kardiovaskular.
 Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan
otot jangka pendek.
 
 Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan
berat badan atau kemampuan olahraga. Latihan fisik yang
sering dan teratur memperbaiki kinerja sistem kekebalan
tubuh, dan membantu mencegah penyakit kekayaan seperti
jantung, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2 dan obesitas.
MACAM-MACAM LATIHAN FISIK
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

• Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas


seseorang karena berdampak pada kebiasaan atau perilaku
sehiari-hari.
• Proses Penyakit/Cidera. Hal dapat mempengaruhi mobilitas
karena dapat berpengaruh pada fungsi sistem tubuh. Seperti,
orang yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
 Budaya, sebagai contoh orang yang memiliki budaya sering
berjalan jauh memiliki kemampuan mobiltas yang kuat.
Begitu juga sebagliknya, ada orang yang mengalami
gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya yang
dilarang untuk beraktivitas.
 Tingkat Energi untuk melakukan mobilitas diperlukan energy
yang cukup.
 Usia dan Status Perkembangan. Terdapat kemampuan
mobilitas pada tingkat usia yang berbeda.
JENIS IMOBILISASI

 Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik


dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan,
seperti pada pasien hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan
tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi
tubuhnya untuk mengubah tekanan.
 Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami
keterbatasan berpikir, seperti pada pasien yang mengalami gangguan
otak akibat suatu penyakit.
 Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Seperti keadaan stress berat karena diamputasi
ketika mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan
sesuatu yang paling dicintai.
 Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan
dalam berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga dapat
mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
DAMPAK IMOBILISASI

 perubahan pada metabolisme tubuh,


 ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
 gangguan dalam kebutuhan nutrisi,
 gangguan fugsi gastrointestinal, perubahan sistem
pernafasan,
 perubahan kardiovaskuler,
 perubahan sistem musculoskeletal,
 perubahan kulit,
 perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil),
 perubahan perilaku.
DAMPAK
IMMOBILITAS
BENTUK GANGGUAN AKTIVITAS

• Gangguan mobilitas fisik


Berarti bahwa pasien dapat bergerak dengan bebas, tapi tidak
dapat beradaptasi terhadap peningkatan kebutuhan energy
karena pergerakannya. Gangguan mobilitas fisik, pasien dapat
bergerak dengan bebas apabila tidak ada gangguan/ batasan
pada pergerakannya.
• Deficit perawatan diri
Pasien tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi tidak
mampu bergerak banyak karena tubuhnya tidak mampu
memproduksi energy yang cukup. Tergantung pada orang lain
untuk melakukan aktivitasnya. Pasien mungkin membunyai
diagnosa deficit perawatan diri karena intoleransi aktivitasnya.
• Koping individu tidak efektif
Pasien mau dan dapat berpartisipasi salam perawatan, tapi
tidak mampu bergerak banyak karena tubuhnya tidak mampu
memproduksi energy yang cukup.    pasien tidak dapat
berpartisipasi dalam perawatan atau perannya karena mereka
merasa kurang motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan.
• Kelelahan
Pasien pada awalnya tidak merasa lelah, akan tetapi setelah
melakukan aktivitas pasien langsung merasa lelah, pasien
merasa lemas dan lelah karena penyakitnya.
ASKEP
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

 Gangguan mobilitas fisik akibat trauma tulang belakang,


fraktur, dan lain-lain.
 Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas
 Risiko cedera (jatuh) akibat orthostatic pneumonia
 Intoleransi aktivitas akibat menurunnya tonus dan kekuatan
otot
 Sindrom perawatan diri akibat menurunnya fleksibilitas otot
 Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru
 Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan
respirasi
 Gangguan eliminasi akibat imobilitas
 Retensi urin akibat gangguan mobilitas fisik
• Inkontinensia urin akibat gangguan mobilitas fisik
• Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya
nafsu makan (anoreksia) akibat sekresi lambung menurun,
penurunan peristaltik usus.
• Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya
asupan (intake)
• Gangguan Interaksi sosial akibat imobilitas
• Gangguan konsep diri akibat imobilitas
RENCANA KEPERAWATAN
PADA GANGGUAN AKTIVITAS
Tujuan:
• Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot dan fleksibilitas
tinggi
• Meningkatkan fungsi kardiovaskuler
• Meningkatkan fungsi respirasi
• Meningkatkan fungsi gastrointestinal
• Meningkatkan fungsi system perkemihan
• Memperbaiki gangguan psikologis
PENGATURAN POSISI TUBUH SESUAI
KEBUTUHAN PASIEN
• Posisi sim
Adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat
per anus (supositoria).
• Posisi fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepalatempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini
dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
• Posisi Litotomy
Adalah posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua
kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan
untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan
memasang alat kontrasepsi
• Posisi Trendelenburg
Adalah posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan
untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
• Posisi Dorsal Recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut
ficksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi
ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia setelah
proses persalinan.
• Posisi Genu Pectoral
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk
dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini
dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai