Anda di halaman 1dari 24

FISIOLOGI KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN BBL

TENTANG :

PENGARUH KEHAMILAN TERHADAP KERJA SISTEM


TUBUH

Oleh :
Vina Retha Delani

Dosen :
Desti Nataria, S.ST, M.Keb

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN PNB
BUKITTINGGI
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Fisiologi Kehamilan, Persalinan,
Nifas dan BBL”. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan BBL Kesehatan
Program Studi S1 Kebidanan Institut Kesehatan Prima Nusantara,
Bukitinggi.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak memperoleh
bantuan serta bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih . Penulis menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya laporan ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khsusunya dan bagi pembaca umumnya.

Pariaman, April 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Perubahan pada Homeostasis Cairan Tubuh..................................................3
2.2 Perubahan pada Sistem Kardio Vaskular.......................................................4
2.3 Perubahan pada Sistem Respiratori................................................................7
2.4 Perubahan pada sistem gastrointestinal dan hepatobilier...............................9
2.5 Perubahan pada Sistem Genital dan Urinari.................................................12
2.6 Perubahan pada Hematologi dan Koagulasi.................................................13
2.7 Perubahan pada Sistem Endokrin.................................................................16
2.8 Perubahan pada Sistem Imunologi...............................................................18
BAB III..................................................................................................................19
KESIMPULAN.....................................................................................................19
3.1 Kesimpulan...................................................................................................19
3.2 Saran.............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10

bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan

dibagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam

12 minggu, trimester kedua dalam 15 minggu ( minggu ke -13 hingga ke

- 27) dan trimester ketiga 13 minggu ( minggu ke - 28 hingga ke - 40). 1

Dalam masa kehamilan ditemukan berbagai perubahan

fisiologis pada ibu dimana perubahan ini sebagian besar sudah terjadi

segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Hampir

semua perubahan tersebut akan kembali normal setelah proses persalinan

dan menyusui selesai. Perubahan fisiologis tersebut disebabkan oleh

adaptasi tubuh dan dirancang untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang

adekuat untuk ibu dan juga janinnya selama masa kehamilan untuk

bertahan hidup. 1

Sangat sering perubahan fisiologis ini dapat menjadi sebuah

kebingungan selama pemeriksaan klinis dan laboratorium pada wanita

hamil. Sebagai contoh, perubahan biokimia yang terjadi pada darah

wanita hamil menghasilkan interpretasi laboratorium yang sangat berbeda

bila dibandingakan dengan wanita yang tidak hamil. Mengetahui secara

1
mendalam tentang perubahan fisiologis pada ibu hamil juga dapat

digunakan sebagai bukti yang mengindikasikan bahwa wanita tersebut

telah hamil. 1,2

Sangat perlu bagi kita untuk memahami perubahan fisiologis

yang ada dalam masa kehamilan, sehingga nantinya akan dapat

mengenali atau mendeteksi lebih dini jika ada keadaan pathologik atau

kelainan yang akan di alami oleh ibu. Hal ini juga akan menjadi sebuah

landasan kuat untuk menentukan sebuah tindakan yang tepat dilakukan

kepada ibu hamil dan memperoleh luaran hasil yang optimal dari

kehamilan dan persalinan.1,2,3

Pada bab berikutnya akan dibahas secara lebih detail perubahan


fisiologis yang perlu kita ketahui pada ibu hamil.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perubahan pada Homeostasis Cairan Tubuh


Peningkatan volume total cairan tubuh adalah salah satu perubahan
yang sangat terlihat selama masa kehamilan berlangsung dan peningkatan
didistribusikan dari tubuh ibu ke janin. Pada masa kehamilan, total cairan
tubuh akan meningkat kira kira sebanyak
6,5 sampai 8,5 liter. Volume total cairan pada fetus, plasenta dan cavitas
amnion terhitung 3,5 liter, darah ibupun juga meningkat sebanyak 1,5-
1,6 liter dengan 1,2-1,3 liter adalah peningkatan volume plasma dan 0,3-
0,4 liter adalah peningkatan volume sel darah merah. Sisanya adalah

peningkatan pada cairan ekstraseluler ibu.2

Segera setelah konsepsi peningkatan plasma akan dimulai.


Perubahan ini akan menurunkan osmolaritas. Pada minggu ke 12 usia
kehamilan, osmolaritas serum menjadi
8 sampai 10 mOsm/kg lebih rendah dibandingkan dengan keadaan ibu saat
sebelum masa kehamilan. Selain itu, titik ambang terendah osmotik dan
pelepasan antidiuretic hormone akan menurun pada 10 mosmol, hal inipun
akan berdampak pada peningkatan retensi dan intake cairan. Pada
seluruh masa kehamilan, 500-900 mmol natrium dan 350 mmol
kalium akan dipertahankan. Meskipun demikian rerata konsentrasi natrium
dan sodium menjadi lebih rendah (masing-masing 3-4 mEq/L(mmol/L)
dan 0,2 mEq/L) setelah 12 minggu dibandingkan dengan saat sebelum
kehamilan. Penurunan dalam konsentrasi serum natrium dan kalium
berhubungan dengan retensi air yang akan melebihi retensi natrium dan

kalium. 3

3
2.2 Perubahan pada Sistem Kardio Vaskular
Kehamilan dapat menyebabkan banyak perubahan pada sistem
kardio vaskular. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada cardiac
output, denyut jantung, tekanan darah, tahanan vascular, kapasitas dan
ukuran ventrikel. Banyak dari perubahan tersebut disebabkan oleh faktor
hormonal pada saat masa kehamilan dan mulai terjadi pada awal

kehamilan yaitu sejak minggu ke - 4 sampai 5 umur kehamilan. 4


Ibu akan mengalami peningkatan denyut jantung 10 sampai 20
kali permenit pada awal trimester 3, bersamaan dengan adanya
penigkatan stroke volume sebanyak
25% maka terjadi peningkatan cardiac output secara keseluruhan
sebanyak 50%.
Kebanyakan dari perubahan ini bertujuan untuk menunjang suplai darah ke
uterus, plasenta dan payudara ibu. Uterus dan payudara akan menerima
masing - masing 17 % dan 2% dari cardiac output. Adanya
peningkatan cardiac ouput adalah sebuah kompensasi yang dikarenakan
adanya peningkatan laju jantung, penurunan tahanan vaskular dan
peningkatan stroke volume. Penurunan tahanan vaskular akan sistemik
terus berlangsung hingga aterm, hal disebabkan oleh hormon progesteron
yang menyebabkan relaksasi pada otot polos dan berdampak pada

vasodilatasi pada pembuluh darah.4


Saat persalinan dan masa nifas akan terjadi peningkatan cardiac
ouput, dimana peningkatan sebanyak 12 % terjadi pada kala 1 persalinan
dan juga menjadi penyebab utama meningkatnya stroke volume.
Peningkatan ini diduga terjadi karena meningkatnya preload pada saat
setiap kontraksi uterus, fenomena ini sering disebut sebagai “uterine
autotransfusion”. Selama kala 2 berlangsung, cardiac output dapat
meningkat mencapai

4
34%, dimana pada awalnya dimulai dari meningkatnya stroke volume lalu diikuti
oleh peningkatan cardiac output dan ditandai dengan meningkatnya denyut
jantung. Segera stelah persalinan ( 10-30 menit setelah bayi lahir)
diperkirakan 300-500mL darah yang sebelumnya mengalir ke uterus akan
kembali mengalir ke sirkulasi vaskular ibu. Peningkatan ini akan berperan
dalam meningkatkan preload dan stroke volume lalu selanjutnya akan juga
meningkatkan cardiac output sebanyak 10-20%. Kejadian inilah yang
harus menjadi perhatian khusus pada pasien yang mempunya riwayat
penyakit jantung, karena dapat mengakibatkan oedem paru ataupun
serangan jantung kongestif. Cardiac output akan kembali seperti masa pra
kehamilan dalam 2 minggu setelah persalinan dan dalam 6 minggu setelah

persalinan akan kembali seperti sebelum kehamilan.3,4


Cardiac output juga terpengaruh pada posisi ibu pada saat masa
kehamilan. Posisi yang baik untuk masak kehamilan adalah knee –
chest position atau posisi berbaring miring. Ini disebabkan karena
uterus akan menekan vena kava inferior pada posisi supinasi
(terlentang) dan akan menyebabkan venous return tersumbat kea rah
ekstremitas. Ditemukan 5-10 % ibu hamil akan merasa mual, sakit kepala
atau bahkan mengalami sinkope dikarenakan posisi berbaring terlentang.
Tidur dengan posisi berbaring ke kiri sangat disarankan untuk menangani

hal seperti ini.3,4


Progesteron memiliki efek vasodilatasi dan akan membuat
relaksasi pada otot polos, maka dari itu terjadilah penurunan pada
tahanan sistemik vaskular secara signifikan. Kejadian ini berawal pada
minggu ke 5 dan akan berkurang pada minggu ke
20 dan 32 umur kehamilan, setelah itu tahanan sistemik vaskular akan kembali
meningkat hingga umur kehamilan aterm. Penurunan tahanan vaskular ini
akan bermanifestasi pada penurnan tekanan darah. Tekanan diastolik dapat
meningkat hingga 12 mmHg pada pertengahan masa kehamilan, lalu
diikuti dengan peningkatan secara bertahap sebanyak

5
10 mmHg sampai akhir kehamilan. Tekanan sistolik akan menunjukan perubahan
yang kecil sampai umur kehamilan 36 minggu. Oleh karena itu Mean
Arterial Blood Preasure (MAP) akan mencapai titik terendah pada
masa pertengahan kehamilan dan akan mencapai normal seperti masa

sebelum kehamilan pada saat usia kehamilan aterm. 3,4


Karena adanya plasenta yang berfungsi seperti pintas
arteri-venous dan bersamaan juga dengan adanya faktor faktor
vasodilatasi perifer seperti estrogen, progesteron dan peningkatan sintesis
endotel dari prostaglandin E2 dan prostasiklin. Hal inipun akan
mengakibatkan tekanan darah pada masa kehamilan akan menurun
sebanyak
6-8%. Penurunan tekanan darah ini akan terjadi pada dua trimester awal masa
kehamilan dan akan kembali seperti sebelum adanya kehamilan pada
saat usia kehamilan aterm. Pada saat pemberian analgesik epidural
tekanan darah dan cardiac ouput akan menurun dan dalam posisi supinasi
70 % ibu akan mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan paling

tidak sebanyak 10 %.3,4


Pada saat masa kehamilan, posisi jantung akan terdorong keatas
dan terotasi ke depan. Semua suara jantung akan terdengar lebih keras dan
suara jantung satu akan terdengar terpisah (split). Terdengarnya suara
murmur pada ejeksi sistolik adalah normal karena adanya turbulensi
sekunder akibat dari peningkatan aliran darah pada katup yang normal.
Terkadang juga akan terdengar suara diastolic murmur.
Meskipun seluruh ruang pada jantung akan mengalami
perubahan pada bentuknya dari trimester pertama hingga rimester
terakhir, hipertropi dan dilatasi pada ventrikel kiri sangat signifikan.
Peningkatan pada akhir diastolik ventrikel kiri dapat terlihat mulai pada
minggu ke 10 dan puncaknya pada trimester ke-3. Perubahan struktur pada
ventrikel kiri akan memiliki kemiripan dengan hipertropi pada jantung
yang bekerja keras seperti struktur yang biasanya terlihat pada orang

6
dengan memiliki riwayat hipertensi kronik. Keadaan inipun akan
berdampak pada efisiensi dan kapasitas pompa pada ventrikel kiri karena

adanya peningkatan volum diastolik akhir. 3,4


2.3 Perubahan pada Sistem Respiratori
Selama masa kehamilan, fungsi paru, pola ventilasi dan
pertukaran gas akan terpengaruh pada perubahan biokimia dan juga
mekanikal. Salah satu yang menjadi penyebab utama dari perubahan
ventilasi pada fungsi pernapasan adalah sistem kerja hormon pada masa

kehamilan.5
Hormon progesteron secara bertahap akan meningkat selama
masa kehamilan, dari 25 ng.mL pada 6 minggu pertama sampai 150
ng.mL pada 37 minggu kehamilan. Dalam hal ini progesteron adalah
sebuah pemicu utama pada pusat pernapasan menjadi lebih sensitif
terhadap karbondioksida karena alveolar menunjukan perubahan
sensitifitas yang signifikan terhadap karbondioksida. Progesteron
mengubah struktur otot polos pada jalan pernapasan dan menyebabkan
efek bronkodilator. Maka dari itu hal ini akan menjadikan adanya keadaan
hyperaemia dan oedem pada permukaan mukosa yang juga menyebabkan
kongesti nasal. Selain itu kadar estrogen juga meningkat pada saat masa
kehamilan, hormon ini menjadi sebuah mediator terhadap reseptor
progesteron. Hal ini menyebabkan peningkatan sensitifitas terhadap
reseptor progesteron pada hipotalamus dan medulla yang fungsinya
sebagai pusat dari saraf pernapasan. Hormon yang juga mempunyai peran
yang sangat penitng adalah prostaglandin, dimana hormon ini akan
menstimulasi otot polos pada uterus disaat masa persalinan. Prostaglandin
akan selalu ada di setiap trimester masa kehamilan. Prostaglandin F2a
akan meningkatkan tahanan jalan napas dengan memberikan efek
konstriksi pada otot polos bronkus, sedangkan efek bronkodilator dapat

disebabkan oleh prostaglandin E1 dan E2.5

7
Adapun efek mekanikal yang juga menyebabkan adanya perubahan
pada sistem respiratori selama masa kehamilan. Perkembangan uterus
yang progresif merupakan penyebab utama dari adanya perubahan pada
volume paru dan dinding dada selama kehamilan. Hal ini meliputi
penekanan pada diafragma dan perubahan bentuk toraks. Perbesaran uterus
meningkatkan tekanan akhir respiratori abdomen dan menyebabkan
diafragma tertekan keatas. Adapun dua konsekuensi terhadap kejadian ini,
yang pertama tekanan negatif pada pleura akan meningkat, lalu dapat
menyebabkan penutupan dari jalan nafas kecil akan lebih cepat dan
mengakibatkan penurunan pada Funtional Residual Capacity (FRC) dan
expiratory reserve volume. Perubahan yang kedua terdapat pada ukuran
ketinggian dada akan lebih pendek namun pada sisinya akan meningkat

untuk mempertahankan kapasitas paru secara konstan. 5,6


Pada masa kehamilan diameter sisi anterior –posterior dan sisi
melintang akan meningkat lalu akan terus meningkat hingga 5-7 cm
pada lingkar dinding dada. Sedangkan costal angel akan melebar
sebanyak 50 % dari 68 menjadi 103. Selanjutnya, dalam keadaan
istirahat posisi diafragma akan berubah menjadi 4-5 cm meningkat keatas.
Semua perubahan ini adalah dampak dari perkembangan uterus. Relaksasi
pada ligament juga akan menekan kosta dan menyebabkan perubahan awal
terhadap bentuk dari ruang dada. Perubahan ini akan mencapai puncaknya
pada minggu ke 37 dan akan kembali normal pada 24 minggu setelah

persalinan. 5,6
Perubahan struktur pada ruang dada juga akan menyebabkan fungsi
pernapasan berubah. FRC akan menurun 300 sampai 500 mL dan
penurunan ini berdampak langsung terhadap peningkatan posisi istirahat
dari diafragma. Perubahan FRC selanjutnya akan terbagi kedalam
expiratory reserve volume dan residual volume yang masing masing
mengalami penurunan 100-300 mL dan 200-300 mL. Penurunan ini seiring
dengan penurunan inspiratory capacity volume hingga 100-300mL.

8
Kebutuhan oksigen akan meningkat selama masa kehamilan

hingga lebih dari 20% untuk memenuhi kebutuhan metabolik terhadap


ibu agar janinnya berkembang dengan baik. Dengan begitu pada
keadaan kehamilan ganda akan menimbulkan kebutuhan oksigen yang
lebih. Disamping itu, pada saat persalinan kebutuhan oksigenpun lebih
tinggi hingga 60%. Peningkatan progesterone menstimulasi pusat
pernapasan pada medulla yang akan menyebabkan peningkatan pada
jalannya pernapasan. Saat kehamilan berusia 8 minggu, minute ventilation
meningkat hingga 30-50% dan begitu juga pada volume tidal meningkat
sampai 40%. Peningkatan minute ventilation bersamaan dengan penurunan
kapasitas residual fungsional mengakibatkan peningkatan pada ventilasi
alveolar hingga 50-70% dan akan berdampak juga pada peningkatan
tekanan oksigen alveolar (PaO2), penurunan tekanan karbon dioksida
arterial (PaCO2) dan sedikit penurunan pH darah. PaCO2 yang rendah
sangat penting untuk mengimbangi carbondioksida yang di hasilkan dari
janin ke ibu. Rendahnya PaCO2 akan menyebabkan alkalosis respiratorik
dan selanjutnya akan dikompensasi oleh ginjal dengan
meningkatkan eksresi bikarbonat. Dengan adanya peningkatan kebutuhan
oksigen dan penurunan kapasitas fungsional residual, ibu hamil akan lebih

mudah mengalami apnea khususnya pada saat dilakukan intubasi. 5,6

2.4 Perubahan pada sistem gastrointestinal dan hepatobilier


Masa kehamilan dan hormone – hormone yang berhubungan di
dalamnya mempengaruhi motilitas dan fungsi dari sistem
gastrointestinal dan hepatobilier. Perubahan fungsi ini dapat
bermanifestasi menjadi sebuah sindrom klinis selama kehamilan

ataupun dapat merubah hasil dari beberapa pemeriksaan laboratorium.6


Mual dan muntah mungkin menjadi gejala yang sangat sering
ditemui pada sekitar lebih dari 70% ibu hamil. Gejala ini mengalami
puncaknya pada minggu ke 9 dengan 60% kejadian biasanya hilang pada

9
awal trimester ke 3 dan 90 % biasanya juga hilang pada minggu ke 20.
Meskipun mekanisme yang sebenarnya terhadap perubahan fisiologi yang
menyebabkan mual dan muntah belum diketahui, diperkirakan
peningkatan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang dapat
menyebabkan peningkatan pada produksi estrogen adalah penyebab dari
munculnya gejala tersebut. Kebanyakan wanita menanggapi hal ini sebagai
hal yang biasa dan sedikit dari wanita hamil akan mengalami hyperemesis
gravidarum, yaitu sebuah kondisi dimana ditemukan mual dan muntah
yang persisten, dehidrasi berat, ketidak seimbangan elektrolit dan

penurunan berat badan yang akan membutuhkan perawatan rumah sakit.6


Sebagai proses terhadap kehamilan, banyak wanita mengalami
gastroesophageal reflux yang disebabkan karena bersamaan dengan adanya
hubungan antara progesterone yang mempengaruhi tonus sphincter dari
gastroesophagal dan juga adanya tekanan terhadap lambung yang
disebabkan dari uterus yang semakin membesar. Progesterone dan
estrogen juga akan menurunkan motilitas dari gastrointestinal,
tonus dan pengosongan gall bladder. Hal ini menyebabkan perubahan

mekanisme usus.6,7
Meskipun sedikit perubahan yang terdapat pada aliran darah ke hati
pada masa kehamilan, kemampuan sintesis dan aktivitas hati meningkat
beberapa kali lipat. Sebagai contohnya pada aka nada peningkatan
terhadap produksi serum albumin, prealbumin, dan total protein, sintesis
hati terhadap fibrinogen, transferrin, ceruloplasmin dan ikatan protein
terhadap sex steroid, corticosteroid dan hormone tiroid. Estimasi albumin
dapat meningkat 15% sampai 123g pada 28 minggu masa kehamilan
dibandingkan dengan ditemukannya 107 g pada masa saat tidak hamil.
Fosfat alkalin juga akan meningkat setelah 24 minggu usia kehamilan yang
berikutnya akan ikut berkaitan dengan isoenzyme yang dihasilkan oleh
plasenta. Sirkulasi estrogen dapat mempengaruhi produksi dan sekresi

10
asam empedu, hal ini akan menyebabkan cholestasis ringan. Namun hal ini

tidak berpengaruh terhadap kehamilan. 7


Bebrapa wanita dapat memperlihatkan manifestasi klinis dan hasil
laboratorium yang unik. Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa
kehamilan ini akan menghasilkan tanda klinis yang mirip dengan
penyakit liver. Contohnya seperti eritema palmaris dan spider angiomata
yang akan segera hilang pada saat setelah melahirkan. Hal ini diketahui
karena adanya penurunan serum albumin dan konsesntrasi protein total.
Meskipun konsentrasi serum albumin secara keseluruhan dan protein
total akan meningkat pada masa kehamilan, pengukuran terhadap
volume plasma akan ditemukan lebih rendah. Penurunan serum albumin
akan terlihat pada pada pengukuran zat albumin terikat seperti pada
unconjugated bilirubin, kalsium dan zinc, meskipun pada sirkulasi

juga dapat terlihat lebih tinggi.8


Pada saat gejala mual dan muntah telah hilang, kebanyakan wanita
akan mengalami peningkatan nafsu makan dengan asupan kalori yang juga
akan meningkat sampai hampir 300 kcal/hari. Pica, yaitu kelainan pada
kebiasaan memakan sesuatu yang tidak seharusnya dimakan seperti besi,
tanah, detergent atau es batu juga dapat ditemukan. Peningkatan
produksi saliva juga sering ditemukan pada beberapa wanita hamil.
Kondisi ini juga sering disebut dengan ptyalism yang dapat mengakibatkan
berkurangnya 1-2 L saliva perharinya dan akan menunjukan rasa
mual pada wanita karena harus banyak menelan saliva yang terus di
produksi secara berlebihan tersebut.
Kolesterol dan trygliserin juga berubah selama kehamilan.
Dalam 12 minggu masa kehamilan, ditemukan adanya densitas yang
tinggi terhadap kolesterol lipoprotein mencapai 20 % jika dibandingkan
dengan keadaan sebelum hamil dan akan terus meningkat selama masa
kehamilan berlangsung. Demikian pula pada densitas lipoprotein yang
rendah akan mulai meningkat pada usia 18 minggu lalu akan berlanjut

11
selama masa kehamilan. Trigliserid akan meningkat mencapai hampir
250% jika dibandingkan dengan kondisi sebelum hamil.
Kuantitas yang adekuat terhadap vitamin dan mineral sangat perlu

untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Semntara jumlah retinol (


Vitamin A) rendah pada masa kehamilan,  tocopherol (Vitamin E) akan
meningkat dalam kolesterol. Jumlah keseluruhan pada 1,25
dihydroxyvitamin D akan meningkat dalam kehamilan namun, 25
hydroxyvitamin D tidak berubah. Konsentrasi sirkulasi mineral akan
mempengaruhi pembawa protein masing masing dan jumlah serum
albumin. Dalam konteks ini konsentrasi tembaga akan meningkat selama
masa kehamilan karena adanya peningkatan pada sintesis ceruloplasimn di
hati. Penurunan kadar zinc berhubungan dengan adanya penurunan pada

kadar serum albumin. 7,8

2.5 Perubahan pada Sistem Genital dan Urinari


Sama seperti pada bagian sistem kardiovaskular dan respiratori,
pada sietem genitourinary juga akan mengalami beberapa perubahan pada
anatomi dan juga fungsinya selama kehamilan. Ukuran dan berat ginjal
akan meningkat selama kehamilan yang disebabkan karena adanya
peningkatan volume intersisial, vaskular renal dan urinary dead space.
Adanya pelebaran pada renal calyx ,pelvis dan ureter yang akan
mengakibatkan urinary dead space. Pelebaran pada pelvis dan ureter mulai
terjadi pada minggu ke 8 dan akan mengalami puncaknya pada trimester ke
2, dimana diameter ureter akan menjadi lebih dari 2 cm. pelebaran pada
ureter kanan biasanya lebih besar dari pada yang kiri. Terkadang
pelebaran yang terjadi pada ureter dan juga pelvis akan
mengganggu hasil evaluasi pada saat melakukan pemeriksaan
radiologis untuk mengatahui adanya obstruksi terhadap urinary track.
Pada kehamilan juga ditandai dengan ditemukannya perubahan pada
anatomi bladder, dimana perubahan itu mencakup ketinggian pada trigone

12
dan peningkatan vaskular yang berliku-liku pada bladder. Perubahan ini
adalah penyebab utama adanya hematuria mikroskopis. Selanjutnya ukuran
kapasitas bladder akan mengecil karena adanya perbesaran uterus, dimana
hal inipun juga akan menyebabkan peningkatan frekuensi urinary, urgensi

dan mungkin juga bisa menyebabkan inkontinensia. 8


Aliran plasma renal akan meningkat secara bertahap selama
pertengahan trimester pertama dan mencapai 60-80% lebih meningkat
pada pertengahan kehamilan. Pada saat masa kehamilan, aliran plasma
renal 50% lebih banyak dibandingkan saat masa tidak hamil. Demikian
pula, Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) akan meningkat 40-50% pada usia
kehamilan ke 9-11 dan terus menerus akamn meningkat sampai usia
kehamilan
36 minggu. Perubahan ini akan menyebabkan adanya penurunan terhadap hasil
pemeriksaan konsentrasi plasma kreatinin, asam urat, dan Blood Urea
Nitrogen (BUN). Jumlah creatinin clearence akan meningkat pada
masa kehamilan hingga 150-200mL bila dibandingkan dengan masa
sebelum hamil yaitu 120mL. Konsentrasi serum kreatinin dan BUN akan
terjadi secara bersamaan. Konsentrasi serum asam urat akan menurun
pada masa awal kehamilan hal ini merupakan dampak dari adanya
peningkatan pada LFG dan akan mencapai titik rendahnya pada usia
kehamilan minggu ke 24. Setelah masa masa kehamilan konsentrasi
asam urat akan segera meningkat.
Peningkatan aliran plasma pada renal dan LFG juga akan

menyebabkan peningkatan pada ekskresi terhadap glukosa, asam amino


dan protein. Maka dari itu wanita hamil sering mengalami glukosuria.
Wanita hamil juga akan kehilangan asam amino lebih dari 2 g
perharinya. Demikian pula, ekskresi protein pada urin dan
mikroalbumin akan hampir berlipat ganda dengan batas tertinggi 300
mg untuk proteinuria dan 30 mg untuk albuminuria. Ekskresi kalsium
pada urin juga akan meningkat secara perlahan sampai umur

13
kehamilan aterm. Peningkatan ini dapat mencapai 8,75 – 15,5
mmol/hari. Suatu hal yang akan menjadi sangat penting untuk diketahui,
perubahan ekskresi urin berhubungan dengan peningkatan volume
perjalanan dari distribusi obat selama kehamilan, pemberian obat dengan
dosis yang lebih sangat di anjurkan untuk menkompensasi adanya

peningkatan ekskresi urin.8,9

2.6 Perubahan pada Hematologi dan Koagulasi


Selama kehamilan, beberapa perubahan yang terjadi pada sistem
hematologi ibu akan berguna untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan ibu maupun janinnya. Volume total darah ibu hamil akan
meningkat mencapai 1500 sampai dengan 1600 mL. Jumlah peningkatan
ini terdiri dari 1200 -1300 mL adalah volume plasma dan 300-400 adalah
volume sel darah merah. Peningkatan volume darah ibu dimulai pada
minggu ke 6 dan akan mencapai puncaknya pada minggu ke 30 dan 34.
Peningkatan volume darah pada ibu hamil akan lebih banyak terjadi
pada kehamilan ganda dan multipara. Sebaliknya, keadaan volume darah
yang lebih rendah adalah suatu petanda yang berhubungan dengan adanya
penurunan pertumbuhan janin selama kehamilan seperti misalnya pada

pre-eklamsi.10
Kebutuhan terhadap sel darah merah akan meningkat secara nyata
mengingat adanya peningkatan kebutuhan fisiologis pada perkembangan
ibu dan janinnya. Mekanisme produksi sel darah merah sangat
kompleks dan melibatkan mediator hormonal seperti eritropoetin, human
placental lactogen, estrogen dan juga progesteron. Meskipun sel darah
merah meningkat selama kehamilan, nilai peningkatanya berbeda dengan
peningkatan volume plasma. Akbat dari adanya peningkatan yang sangat
cepat dari volume plasma ibu pada awal kehamilan dan nantinya akan
berlanjut pada peningkatan sel darah merah, hematokrit akan menurun
sebanyak 10 % pada awal trimester ke 3 dan pada akhirnya akan stabil

14
kembali pada usia kehamilan aterm. Keadaan penurunan hemtokrit dan
hemoglobin ini sering disebut sebagai “anemia fisiologis pada

kehamilan”.9,10
Setelah persalinan ibu akan mengalami kehilangan dara, namun
volume darah ibu tidak akan kembali seperti sebelum persalinan. Sebagai
gantinya, akan terjadi diuresis volume plasma selama periode post partum.
Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan secara bertahap terhadap
hematokrit pada ibu untuk menstabilkan keadaan volume darah. Bila 5
sampai 7 hari setelah persalinan kadar hematokrit tetap jauh lebih rendah
dibandingkan dengan sebelum persalinan, maka mungkin ada kehilangan
darah pada ibu yang tidak terestimasi sebelumnya.
Pada kehamilan yang normal, jumlah sel darah putih perifer
terhitung mulai ditemukan meningkat pada pertengahan trimester
pertama dan akan mengalami puncaknya pada usia kehamilan ke – 30
minggu. Jumlah sel darah putih meningkat saat persalinan dan dapat

mencapai lebih dari 25 x 109 /L sampai 30 x 109 /L. Peningkatan


fisiologis pada sel darah putih ini terutama akibat dari peningkatan jumlah
neutrofil dan granulosit pada sirkulasi darah ibu. Sangat perlu di
perhatikan bila peningkatan ini juga dapat disebabkan oleh adanya suatu
infeksi pada saat persalinan. Jumlah sel darah putih akan kembali normal

1-2 minggub setelah persalinan.9


Bebrapa ahli sepakat bahwa jumlah trombosit pada kehamilan

menurun menjadi dibawah 150 x 109 /L. Pada trombositopeni gestasional

akan ditemukan nilai trombosit antara 70 sampai 150 x 109 /L. Nilai

dibawah 70 x 109 /L ditemukan pada preeklamsi, solusio plasenta atau

heart syndrome.10
Perubahan anatomi dan fisiologis yang terjadi selama kehamilan

akan meningkatkan kemungkinan terjadinya tromboemboli 4-5 kali

15
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Hal ini disebabkan oleh
sebuah fenomena yang dikenal dengan Triad Virchow yaitu : trauma pada
pembuluh darah, peningkatan venous statis, hypercoagulability. Adanya
tahanan terhdap pembuluh darah vena yang berada di ekstremitas
merupakan akibat dari adanya tekanan yang dibuat oleh perbesaran uterus
terhadap vena kava dan vena pelvis. Kehamilan juga mengubah
keseimbangan aktivitas pada procoagulant, anticoagulant dan fibrinolytic,
hal ini akan berujung pada hypercoagulability yang disebabkan oleh
peningkatan faktor I (fibrinogen plasma), VII, VIII, dan X, faktor II,V dan
IX yang di temukan tidak berubah. Disamping itu kehamilan juga
menyebabkan adanya penurunan terhadap reaksi fibrinolytic melalui

peningkatan plasminogen activator inhibitor 1 dan 2. 9,10

2.7 Perubahan pada Sistem Endokrin


Beberapa perubahan biokimia dan mekanikal sangat berhubungan

pada interaksi protein dan hormon steroid selama kehamilan. Perubahan


ini tidak hanya perlu terjadi pada masa perkembangan awal embrio
dan fetus tetapi juga hal ini menjadi sangat penting terhadap
mobilisasi energy dan nutrisi selama kehamilan. Berikut adalah perubahan
pada sistem endokrin yang ikut serta dalam pertumbuhan dan

perkembangan ibu dan janin.3

A. Kelenjar adrenal
Pada masa kehamilan akan terjadi suatu peningkatan pada
konsentrasi serum kortisol, kortisol bebas, aldosteron,
deoxycorticosterone, corticosteroid binding globulin, dan
adrenocorticotropic hormone. Meskipun berat daripada kelenjar adrenal
tidak meningkat pada masa kehamilan, namun telah ditemukan adanya
peningkatan zona fasikulata. Pada trimester ke dua akan ditemukannya
peningkatan pada corticosteroid binding globulin dan akan meningkat dua

16
kali lipat pada saat usia kehamilan aterm. Konsentrasi kortisol bebas dan
total akan meningkat pad awal trimester kedua. Pola harian produksi
kortisol sangat terjaga selama kehamilan dan akan ditemukan leih tinggi
pada pagi dibandingkan pada malam hari. Kelenjar adrenal akan menjadi
lebih responsif terhadap adrenocorticotropic hormone selama kehamilan,
ini disebabkan karena adanya peningkatan yang besar terhadap konsentrasi
kortisol untuk menunjang dosis pada adrenocorticotropic hormone.
Meskipun demikian , ekskresi cathecolamines, vanillymandelic acid dan
metanephrines pada urin tidak akan berubah.

B. Pankreas
Pankreas akan menghasilkan keadaan hipoglikemi, hiperglikemi
postprandial dan hiperinsulinemia. Pada masa awal kehamilan,
estrogen dan progesteron akan menyebabkan sel islet semakin besar,
hyperplasia pada sel beta, sekresi insulin dan meningkatnya sensifisitas
jaringan perifer terhadap insulin. Semua itu akan menyebabkan keadaan
anabolik dan akan berhubungan dengan adanya peningkatan
penggunaan terhadap glukosa, penurunan gluconeogenesis dan
meningkatkan penyimpanan glikogen. Setelah pertengahan masa
kehamilan, meskipun adanya peningkatan pada progesteron, kortisol,
glucagon, human placental lactogen, dan prolactin yang bersamaan dengan
penurunan reseptor insulin akan ikut serta dalam adanya keadaan
resisten terhadap insulin. Setelah ibu mendapatkan makanan, resisten
insulin akan mempertahankan keadaan gula darah yang tinggi,
dengan demikian hal ini akan meningkatkan penghantaran glukosa
untuk fetus. Keadaan seperti ini pada bebrapa wanita hamil bisa saja
akan menyebabkan diabetes gestasional.
C. Kelenjar Pituitari
Ukuran kelenjar pituitary akan membesar selama masa kehamilan
dan hal ini berhubungan dengan proliferasi estrogen pada produksi sel
prolaktin. Perbesaran ini mungkin akan berpengaruh pada kebutuhan darah

17
terhadap kelenjar pituitary, terutama mengingat tingginya risiko pada
perdarahan yang banyak pada saat postpartum. Serum prolaktin akan
mulai meningkat pada awal trimester pertama dan akan sepuluh kali lipat
lebih tinggi pada usia kehamilan aterm. Pada wanita yang tidak menyusui,
kadar prolaktin akan menurun pada 3 bulan setelah persalinan. Kadar
oksitosin akan meningkat selama masa kehamilan dari 10 ng/L pada
trimester pertama menjadi 30ng/L pada trimester ke tiga dan 75 ng/L
pada saat usia kehamilan aterm. Peningkatan inipun terlihat meningkat
secara perlahan dan akan mengalami puncaknya pada saat persalinan.

D. Kelenjar Tiroid
Pada kehamilan fungsi kelenjar tiroid akan tetap normal, meskipun
aka nada perubahan pada morfologi dan histolgi kelenjar tiroid selama
kehamilan. Dengan adanya intake iodine yang adekuat ukuran kelenja
tiroid tidak akan berubah. Peningkatan vaskular dan histological
kelenjar tiroid akan ditemukan pada keadaan hyperplasia folikular.
Meskipun, perkembangan goiter bisa saja terjadi pada masa
kehiman bergantung pada kondisi yang abnormal dan seharusnya dapat di
evaluasi sebelumnya.
Selama trimester pertama, total tiroksin dan triiodothironin akan
mulai meningkat dan puncaknya pada saat pertengahan masa kehamilan,
terutama akan menghasilakan peningkatan pada peningkatan thyroid
binding globulin. Kadar tiroksin bebas selama masa kehamilan tidak
akan berubah, meskipun pada trimester kedua dan ketiga akan adanya
penurunan sebanyak 25%. Thyroid stimulating hormone sementara akan
menurun pada trimester pertama. Setelah penurunan ini, kadarnya akan
meningkat seperti pada keadaan sebelum hamil pada akhir trimester
ketiga. Adanya penurunan Thyroid stimulating hormone di mediasi
dengan efek terhadap tirotopik pada human chorionic gonadotropin yang
terjadi bersamaan dengan peningkatan free thyroxine pada trimester
pertama.\

18
2.8 Perubahan pada Sistem Imunologi
Adaptasi yang terjadi pada imunologi dalam kehamilan terjadi

sebagian antara ibu dan janinnya sendiri, hal ini meliputi adanya
mekanisme yang kompleks terjadi untuk pertumbuhan fetus sementara
juga mencegah ibu untuk menolak keberadaan janinnya. Mekanisme ini
disebabkan oleh faktor pada fetus sendiri seperti perubahan pada major
histocompatibility complex class I dan faktor pada ibu yaitu seperti uterine
natural killer cell, selanjutnya adanya perubahan pada T–helper tipe 1
yang dihubungkan dengan imunitas selular menjadi tipe 2, hal inilah yang
mungkin akan menjelaskan mengapa wanita hamil akan rentan terkena

infeksi virus.3

19
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam masa
kehamilan begitu banyak perubahan fisiologis yang akan terjadi pada
tubuh ibu. Banyak keuntungan yang akan diperoleh bila kita mengetahui
perubahan yang akan terjadi pada ibu hamil. Salah satu manfaat kita
mengetahui perubahan fisiologis tersebut ialah kedepannya kita akan dapat
mendeteksi lebih dini kelainan yang akan terjadi pada ibu hamil dan maka
dari itu kita akan mampu memberikan perawatan dan terapi yang
optimal untuk kesehatan ibu dan janinnya.

Sangat sering perubahan fisiologis ini dapat menjadi sebuah


kebingungan selama pemeriksaan klinis dan laboratorium pada wanita
hamil. Sebagai contoh, perubahan biokimia yang terjadi pada darah wanita
hamil menghasilkan interpretasi laboratorium yang sangat berbeda bila
dibandingakan dengan wanita yang tidak hamil. Mengetahui secara
mendalam tentang perubahan fisiologis pada ibu hamil juga dapat
digunakan sebagai bukti yang mengindikasikan bahwa wanita tersebut
telah hamil.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Kami sadar makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.
Kami minta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan isi makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono, Prawirohardjo.(2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina


Pustaka
2. Chandraharan E. (2012). Obstetric and Intrapartum Emergencies.
New York. Cambridge University Press.
3. Lisa EM, Nigel P. (2013). Physiological Changes of Pregnancy.
New York. Cambridge University Press
4. Monika S, John DR, (2014). Cardiovaskular Physiology of
Pregnancy. American Heart Association
5. Antonella LM, Andrea A. (2015). Respiratory Physiology of
Pregnancy. Italy. Politecnico di Milano.
6. David RG, Brenda AB. (2009). Obstetric Anesthesia. USA. Lippincott
Williams and Wilkins
7. Candice KS, Jack MC.(2007). Physiologycal Changes in Pregnancy
Second Edition. USA. Blackwell Publishing
8. Bernhard HH, John HM, (2003). Changes in Maternal Physiology During
Pregnancy. British Journal of Anesthesia
9. Datta S et al. (2010). Obstetric Anesthesia Handbook Fifth
Edition. Springer Science+Business Media
10. 10. Surabhi C, Annil K. (2012) Physiologycal Changes in
Hematologycal Parameters During Pregnancy. India. Departement
of Clinical Hematology and Medical Oncology. CSM Medical
University

21

Anda mungkin juga menyukai