Oleh :
A.A.N Andri Ginesthira
dr. Ida Bagus Gde Sujana,Sp.An.M.Si
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sangat sering perubahan fisiologis ini dapat menjadi sebuah kebingungan selama
pemeriksaan klinis dan laboratorium pada wanita hamil. Sebagai contoh, perubahan
biokimia yang terjadi pada darah wanita hamil menghasilkan interpretasi laboratorium
yang sangat berbeda bila dibandingakan dengan wanita yang tidak hamil. Mengetahui
secara mendalam tentang perubahan fisiologis pada ibu hamil juga dapat digunakan
sebagai bukti yang mengindikasikan bahwa wanita tersebut telah hamil. 1,2
Sangat perlu bagi kita untuk memahami perubahan fisiologis yang ada dalam
masa kehamilan, sehingga nantinya akan dapat mengenali atau mendeteksi lebih dini jika
ada keadaan pathologik atau kelainan yang akan di alami oleh ibu. Hal ini juga akan
menjadi sebuah landasan kuat untuk menentukan sebuah tindakan yang tepat dilakukan
kepada ibu hamil dan memperoleh luaran hasil yang optimal dari kehamilan dan
persalinan.1,2,3
Pada bab berikutnya akan dibahas secara lebih detail perubahan fisiologis yang
perlu kita ketahui pada ibu hamil.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Peningkatan volume total cairan tubuh adalah salah satu perubahan yang sangat
terlihat selama masa kehamilan berlangsung dan peningkatan didistribusikan dari tubuh
ibu ke janin. Pada masa kehamilan, total cairan tubuh akan meningkat kira kira sebanyak
6,5 sampai 8,5 liter. Volume total cairan pada fetus, plasenta dan cavitas amnion
terhitung 3,5 liter, darah ibupun juga meningkat sebanyak 1,5-1,6 liter dengan 1,2-1,3
liter adalah peningkatan volume plasma dan 0,3-0,4 liter adalah peningkatan volume sel
darah merah. Sisanya adalah peningkatan pada cairan ekstraseluler ibu.2
Segera setelah konsepsi peningkatan plasma akan dimulai. Perubahan ini akan
menurunkan osmolaritas. Pada minggu ke 12 usia kehamilan, osmolaritas serum menjadi
8 sampai 10 mOsm/kg lebih rendah dibandingkan dengan keadaan ibu saat sebelum masa
kehamilan. Selain itu, titik ambang terendah osmotik dan pelepasan antidiuretic hormone
akan menurun pada 10 mosmol, hal inipun akan berdampak pada peningkatan retensi dan
intake cairan. Pada seluruh masa kehamilan, 500-900 mmol natrium dan 350 mmol
kalium akan dipertahankan. Meskipun demikian rerata konsentrasi natrium dan sodium
menjadi lebih rendah (masing-masing 3-4 mEq/L(mmol/L) dan 0,2 mEq/L) setelah 12
minggu dibandingkan dengan saat sebelum kehamilan. Penurunan dalam konsentrasi
serum natrium dan kalium berhubungan dengan retensi air yang akan melebihi retensi
natrium dan kalium. 3
5
Kebanyakan dari perubahan ini bertujuan untuk menunjang suplai darah ke uterus,
plasenta dan payudara ibu. Uterus dan payudara akan menerima masing - masing 17 %
dan 2% dari cardiac output. Adanya peningkatan cardiac ouput adalah sebuah
kompensasi yang dikarenakan adanya peningkatan laju jantung, penurunan tahanan
vaskular dan peningkatan stroke volume. Penurunan tahanan vaskular akan sistemik terus
berlangsung hingga aterm, hal disebabkan oleh hormon progesteron yang menyebabkan
relaksasi pada otot polos dan berdampak pada vasodilatasi pada pembuluh darah.4
Saat persalinan dan masa nifas akan terjadi peningkatan cardiac ouput, dimana
peningkatan sebanyak 12 % terjadi pada kala 1 persalinan dan juga menjadi penyebab
utama meningkatnya stroke volume. Peningkatan ini diduga terjadi karena meningkatnya
preload pada saat setiap kontraksi uterus, fenomena ini sering disebut sebagai “uterine
autotransfusion”. Selama kala 2 berlangsung, cardiac output dapat meningkat mencapai
34%, dimana pada awalnya dimulai dari meningkatnya stroke volume lalu diikuti oleh
peningkatan cardiac output dan ditandai dengan meningkatnya denyut jantung. Segera
stelah persalinan ( 10-30 menit setelah bayi lahir) diperkirakan 300-500mL darah yang
sebelumnya mengalir ke uterus akan kembali mengalir ke sirkulasi vaskular ibu.
Peningkatan ini akan berperan dalam meningkatkan preload dan stroke volume lalu
selanjutnya akan juga meningkatkan cardiac output sebanyak 10-20%. Kejadian inilah
yang harus menjadi perhatian khusus pada pasien yang mempunya riwayat penyakit
jantung, karena dapat mengakibatkan oedem paru ataupun serangan jantung kongestif.
Cardiac output akan kembali seperti masa pra kehamilan dalam 2 minggu setelah
persalinan dan dalam 6 minggu setelah persalinan akan kembali seperti sebelum
kehamilan.3,4
Cardiac output juga terpengaruh pada posisi ibu pada saat masa kehamilan. Posisi
yang baik untuk masak kehamilan adalah knee –chest position atau posisi berbaring
miring. Ini disebabkan karena uterus akan menekan vena kava inferior pada posisi
supinasi (terlentang) dan akan menyebabkan venous return tersumbat kea rah ekstremitas.
Ditemukan 5-10 % ibu hamil akan merasa mual, sakit kepala atau bahkan mengalami
sinkope dikarenakan posisi berbaring terlentang. Tidur dengan posisi berbaring ke kiri
sangat disarankan untuk menangani hal seperti ini.3,4
Progesteron memiliki efek vasodilatasi dan akan membuat relaksasi pada otot
polos, maka dari itu terjadilah penurunan pada tahanan sistemik vaskular secara
signifikan. Kejadian ini berawal pada minggu ke 5 dan akan berkurang pada minggu ke
20 dan 32 umur kehamilan, setelah itu tahanan sistemik vaskular akan kembali meningkat
6
hingga umur kehamilan aterm. Penurunan tahanan vaskular ini akan bermanifestasi pada
penurnan tekanan darah. Tekanan diastolik dapat meningkat hingga 12 mmHg pada
pertengahan masa kehamilan, lalu diikuti dengan peningkatan secara bertahap sebanyak
10 mmHg sampai akhir kehamilan. Tekanan sistolik akan menunjukan perubahan yang
kecil sampai umur kehamilan 36 minggu. Oleh karena itu Mean Arterial Blood Preasure
(MAP) akan mencapai titik terendah pada masa pertengahan kehamilan dan akan
mencapai normal seperti masa sebelum kehamilan pada saat usia kehamilan aterm. 3,4
Pada saat masa kehamilan, posisi jantung akan terdorong keatas dan terotasi ke
depan. Semua suara jantung akan terdengar lebih keras dan suara jantung satu akan
terdengar terpisah (split). Terdengarnya suara murmur pada ejeksi sistolik adalah normal
karena adanya turbulensi sekunder akibat dari peningkatan aliran darah pada katup yang
normal. Terkadang juga akan terdengar suara diastolic murmur.
7
Selama masa kehamilan, fungsi paru, pola ventilasi dan pertukaran gas akan
terpengaruh pada perubahan biokimia dan juga mekanikal. Salah satu yang menjadi
penyebab utama dari perubahan ventilasi pada fungsi pernapasan adalah sistem kerja
hormon pada masa kehamilan.5
Adapun efek mekanikal yang juga menyebabkan adanya perubahan pada sistem
respiratori selama masa kehamilan. Perkembangan uterus yang progresif merupakan
penyebab utama dari adanya perubahan pada volume paru dan dinding dada selama
kehamilan. Hal ini meliputi penekanan pada diafragma dan perubahan bentuk toraks.
Perbesaran uterus meningkatkan tekanan akhir respiratori abdomen dan menyebabkan
diafragma tertekan keatas. Adapun dua konsekuensi terhadap kejadian ini, yang pertama
tekanan negatif pada pleura akan meningkat, lalu dapat menyebabkan penutupan dari
jalan nafas kecil akan lebih cepat dan mengakibatkan penurunan pada Funtional Residual
Capacity (FRC) dan expiratory reserve volume. Perubahan yang kedua terdapat pada
ukuran ketinggian dada akan lebih pendek namun pada sisinya akan meningkat untuk
mempertahankan kapasitas paru secara konstan. 5,6
Pada masa kehamilan diameter sisi anterior –posterior dan sisi melintang akan
meningkat lalu akan terus meningkat hingga 5-7 cm pada lingkar dinding dada.
Sedangkan costal angel akan melebar sebanyak 50 % dari 68 menjadi 103. Selanjutnya,
8
dalam keadaan istirahat posisi diafragma akan berubah menjadi 4-5 cm meningkat keatas.
Semua perubahan ini adalah dampak dari perkembangan uterus. Relaksasi pada ligament
juga akan menekan kosta dan menyebabkan perubahan awal terhadap bentuk dari ruang
dada. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37 dan akan kembali
normal pada 24 minggu setelah persalinan. 5,6
Perubahan struktur pada ruang dada juga akan menyebabkan fungsi pernapasan
berubah. FRC akan menurun 300 sampai 500 mL dan penurunan ini berdampak langsung
terhadap peningkatan posisi istirahat dari diafragma. Perubahan FRC selanjutnya akan
terbagi kedalam expiratory reserve volume dan residual volume yang masing masing
mengalami penurunan 100-300 mL dan 200-300 mL. Penurunan ini seiring dengan
penurunan inspiratory capacity volume hingga 100-300mL.
Kebutuhan oksigen akan meningkat selama masa kehamilan hingga lebih dari
20% untuk memenuhi kebutuhan metabolik terhadap ibu agar janinnya berkembang
dengan baik. Dengan begitu pada keadaan kehamilan ganda akan menimbulkan
kebutuhan oksigen yang lebih. Disamping itu, pada saat persalinan kebutuhan oksigenpun
lebih tinggi hingga 60%. Peningkatan progesterone menstimulasi pusat pernapasan pada
medulla yang akan menyebabkan peningkatan pada jalannya pernapasan. Saat kehamilan
berusia 8 minggu, minute ventilation meningkat hingga 30-50% dan begitu juga pada
volume tidal meningkat sampai 40%. Peningkatan minute ventilation bersamaan dengan
penurunan kapasitas residual fungsional mengakibatkan peningkatan pada ventilasi
alveolar hingga 50-70% dan akan berdampak juga pada peningkatan tekanan oksigen
alveolar (PaO2), penurunan tekanan karbon dioksida arterial (PaCO2) dan sedikit
penurunan pH darah. PaCO2 yang rendah sangat penting untuk mengimbangi
carbondioksida yang di hasilkan dari janin ke ibu. Rendahnya PaCO2 akan menyebabkan
alkalosis respiratorik dan selanjutnya akan dikompensasi oleh ginjal dengan
meningkatkan eksresi bikarbonat. Dengan adanya peningkatan kebutuhan oksigen dan
penurunan kapasitas fungsional residual, ibu hamil akan lebih mudah mengalami apnea
khususnya pada saat dilakukan intubasi. 5,6
9
Perubahan fungsi ini dapat bermanifestasi menjadi sebuah sindrom klinis selama
kehamilan ataupun dapat merubah hasil dari beberapa pemeriksaan laboratorium.6
Mual dan muntah mungkin menjadi gejala yang sangat sering ditemui pada
sekitar lebih dari 70% ibu hamil. Gejala ini mengalami puncaknya pada minggu ke 9
dengan 60% kejadian biasanya hilang pada awal trimester ke 3 dan 90 % biasanya juga
hilang pada minggu ke 20. Meskipun mekanisme yang sebenarnya terhadap perubahan
fisiologi yang menyebabkan mual dan muntah belum diketahui, diperkirakan peningkatan
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang dapat menyebabkan peningkatan pada
produksi estrogen adalah penyebab dari munculnya gejala tersebut. Kebanyakan wanita
menanggapi hal ini sebagai hal yang biasa dan sedikit dari wanita hamil akan mengalami
hyperemesis gravidarum, yaitu sebuah kondisi dimana ditemukan mual dan muntah yang
persisten, dehidrasi berat, ketidak seimbangan elektrolit dan penurunan berat badan yang
akan membutuhkan perawatan rumah sakit.6
Meskipun sedikit perubahan yang terdapat pada aliran darah ke hati pada masa
kehamilan, kemampuan sintesis dan aktivitas hati meningkat beberapa kali lipat. Sebagai
contohnya pada aka nada peningkatan terhadap produksi serum albumin, prealbumin, dan
total protein, sintesis hati terhadap fibrinogen, transferrin, ceruloplasmin dan ikatan
protein terhadap sex steroid, corticosteroid dan hormone tiroid. Estimasi albumin dapat
meningkat 15% sampai 123g pada 28 minggu masa kehamilan dibandingkan dengan
ditemukannya 107 g pada masa saat tidak hamil. Fosfat alkalin juga akan meningkat
setelah 24 minggu usia kehamilan yang berikutnya akan ikut berkaitan dengan isoenzyme
yang dihasilkan oleh plasenta. Sirkulasi estrogen dapat mempengaruhi produksi dan
sekresi asam empedu, hal ini akan menyebabkan cholestasis ringan. Namun hal ini tidak
berpengaruh terhadap kehamilan. 7
10
spider angiomata yang akan segera hilang pada saat setelah melahirkan. Hal ini diketahui
karena adanya penurunan serum albumin dan konsesntrasi protein total. Meskipun
konsentrasi serum albumin secara keseluruhan dan protein total akan meningkat pada
masa kehamilan, pengukuran terhadap volume plasma akan ditemukan lebih rendah.
Penurunan serum albumin akan terlihat pada pada pengukuran zat albumin terikat seperti
pada unconjugated bilirubin, kalsium dan zinc, meskipun pada sirkulasi juga dapat
terlihat lebih tinggi.8
Pada saat gejala mual dan muntah telah hilang, kebanyakan wanita akan
mengalami peningkatan nafsu makan dengan asupan kalori yang juga akan meningkat
sampai hampir 300 kcal/hari. Pica, yaitu kelainan pada kebiasaan memakan sesuatu yang
tidak seharusnya dimakan seperti besi, tanah, detergent atau es batu juga dapat
ditemukan. Peningkatan produksi saliva juga sering ditemukan pada beberapa wanita
hamil. Kondisi ini juga sering disebut dengan ptyalism yang dapat mengakibatkan
berkurangnya 1-2 L saliva perharinya dan akan menunjukan rasa mual pada wanita
karena harus banyak menelan saliva yang terus di produksi secara berlebihan tersebut.
Kuantitas yang adekuat terhadap vitamin dan mineral sangat perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin. Semntara jumlah retinol ( Vitamin A) rendah pada
masa kehamilan, tocopherol (Vitamin E) akan meningkat dalam kolesterol. Jumlah
keseluruhan pada 1,25 dihydroxyvitamin D akan meningkat dalam kehamilan namun, 25
hydroxyvitamin D tidak berubah. Konsentrasi sirkulasi mineral akan mempengaruhi
pembawa protein masing masing dan jumlah serum albumin. Dalam konteks ini
konsentrasi tembaga akan meningkat selama masa kehamilan karena adanya peningkatan
pada sintesis ceruloplasimn di hati. Penurunan kadar zinc berhubungan dengan adanya
penurunan pada kadar serum albumin. 7,8
11
Sama seperti pada bagian sistem kardiovaskular dan respiratori, pada sietem
genitourinary juga akan mengalami beberapa perubahan pada anatomi dan juga fungsinya
selama kehamilan. Ukuran dan berat ginjal akan meningkat selama kehamilan yang
disebabkan karena adanya peningkatan volume intersisial, vaskular renal dan urinary
dead space. Adanya pelebaran pada renal calyx ,pelvis dan ureter yang akan
mengakibatkan urinary dead space. Pelebaran pada pelvis dan ureter mulai terjadi pada
minggu ke 8 dan akan mengalami puncaknya pada trimester ke 2, dimana diameter ureter
akan menjadi lebih dari 2 cm. pelebaran pada ureter kanan biasanya lebih besar dari pada
yang kiri. Terkadang pelebaran yang terjadi pada ureter dan juga pelvis akan
mengganggu hasil evaluasi pada saat melakukan pemeriksaan radiologis untuk
mengatahui adanya obstruksi terhadap urinary track. Pada kehamilan juga ditandai
dengan ditemukannya perubahan pada anatomi bladder, dimana perubahan itu mencakup
ketinggian pada trigone dan peningkatan vaskular yang berliku-liku pada bladder.
Perubahan ini adalah penyebab utama adanya hematuria mikroskopis. Selanjutnya ukuran
kapasitas bladder akan mengecil karena adanya perbesaran uterus, dimana hal inipun juga
akan menyebabkan peningkatan frekuensi urinary, urgensi dan mungkin juga bisa
menyebabkan inkontinensia. 8
Peningkatan aliran plasma pada renal dan LFG juga akan menyebabkan
peningkatan pada ekskresi terhadap glukosa, asam amino dan protein. Maka dari itu
wanita hamil sering mengalami glukosuria. Wanita hamil juga akan kehilangan asam
amino lebih dari 2 g perharinya. Demikian pula, ekskresi protein pada urin dan
12
mikroalbumin akan hampir berlipat ganda dengan batas tertinggi 300 mg untuk
proteinuria dan 30 mg untuk albuminuria. Ekskresi kalsium pada urin juga akan
meningkat secara perlahan sampai umur kehamilan aterm. Peningkatan ini dapat
mencapai 8,75 – 15,5 mmol/hari. Suatu hal yang akan menjadi sangat penting untuk
diketahui, perubahan ekskresi urin berhubungan dengan peningkatan volume perjalanan
dari distribusi obat selama kehamilan, pemberian obat dengan dosis yang lebih sangat di
anjurkan untuk menkompensasi adanya peningkatan ekskresi urin.8,9
Selama kehamilan, beberapa perubahan yang terjadi pada sistem hematologi ibu
akan berguna untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan ibu maupun janinnya.
Volume total darah ibu hamil akan meningkat mencapai 1500 sampai dengan 1600 mL.
Jumlah peningkatan ini terdiri dari 1200 -1300 mL adalah volume plasma dan 300-400
adalah volume sel darah merah. Peningkatan volume darah ibu dimulai pada minggu ke 6
dan akan mencapai puncaknya pada minggu ke 30 dan 34. Peningkatan volume darah
pada ibu hamil akan lebih banyak terjadi pada kehamilan ganda dan multipara.
Sebaliknya, keadaan volume darah yang lebih rendah adalah suatu petanda yang
berhubungan dengan adanya penurunan pertumbuhan janin selama kehamilan seperti
misalnya pada pre-eklamsi.10
Kebutuhan terhadap sel darah merah akan meningkat secara nyata mengingat
adanya peningkatan kebutuhan fisiologis pada perkembangan ibu dan janinnya.
Mekanisme produksi sel darah merah sangat kompleks dan melibatkan mediator
hormonal seperti eritropoetin, human placental lactogen, estrogen dan juga progesteron.
Meskipun sel darah merah meningkat selama kehamilan, nilai peningkatanya berbeda
dengan peningkatan volume plasma. Akbat dari adanya peningkatan yang sangat cepat
dari volume plasma ibu pada awal kehamilan dan nantinya akan berlanjut pada
peningkatan sel darah merah, hematokrit akan menurun sebanyak 10 % pada awal
trimester ke 3 dan pada akhirnya akan stabil kembali pada usia kehamilan aterm. Keadaan
penurunan hemtokrit dan hemoglobin ini sering disebut sebagai “anemia fisiologis pada
kehamilan”.9,10
Setelah persalinan ibu akan mengalami kehilangan dara, namun volume darah ibu
tidak akan kembali seperti sebelum persalinan. Sebagai gantinya, akan terjadi diuresis
volume plasma selama periode post partum. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan
13
secara bertahap terhadap hematokrit pada ibu untuk menstabilkan keadaan volume darah.
Bila 5 sampai 7 hari setelah persalinan kadar hematokrit tetap jauh lebih rendah
dibandingkan dengan sebelum persalinan, maka mungkin ada kehilangan darah pada ibu
yang tidak terestimasi sebelumnya.
Pada kehamilan yang normal, jumlah sel darah putih perifer terhitung mulai
ditemukan meningkat pada pertengahan trimester pertama dan akan mengalami
puncaknya pada usia kehamilan ke – 30 minggu. Jumlah sel darah putih meningkat saat
persalinan dan dapat mencapai lebih dari 25 x 109 /L sampai 30 x 109 /L. Peningkatan
fisiologis pada sel darah putih ini terutama akibat dari peningkatan jumlah neutrofil dan
granulosit pada sirkulasi darah ibu. Sangat perlu di perhatikan bila peningkatan ini juga
dapat disebabkan oleh adanya suatu infeksi pada saat persalinan. Jumlah sel darah putih
akan kembali normal 1-2 minggub setelah persalinan.9
Bebrapa ahli sepakat bahwa jumlah trombosit pada kehamilan menurun menjadi
dibawah 150 x 109 /L. Pada trombositopeni gestasional akan ditemukan nilai trombosit
antara 70 sampai 150 x 109 /L. Nilai dibawah 70 x 109 /L ditemukan pada preeklamsi,
solusio plasenta atau heart syndrome.10
14
pada masa perkembangan awal embrio dan fetus tetapi juga hal ini menjadi sangat
penting terhadap mobilisasi energy dan nutrisi selama kehamilan. Berikut adalah
perubahan pada sistem endokrin yang ikut serta dalam pertumbuhan dan perkembangan
ibu dan janin.3
A. Kelenjar adrenal
Pada masa kehamilan akan terjadi suatu peningkatan pada konsentrasi serum
kortisol, kortisol bebas, aldosteron, deoxycorticosterone, corticosteroid binding globulin,
dan adrenocorticotropic hormone. Meskipun berat daripada kelenjar adrenal tidak
meningkat pada masa kehamilan, namun telah ditemukan adanya peningkatan zona
fasikulata. Pada trimester ke dua akan ditemukannya peningkatan pada corticosteroid
binding globulin dan akan meningkat dua kali lipat pada saat usia kehamilan aterm.
Konsentrasi kortisol bebas dan total akan meningkat pad awal trimester kedua. Pola
harian produksi kortisol sangat terjaga selama kehamilan dan akan ditemukan leih tinggi
pada pagi dibandingkan pada malam hari. Kelenjar adrenal akan menjadi lebih responsif
terhadap adrenocorticotropic hormone selama kehamilan, ini disebabkan karena adanya
peningkatan yang besar terhadap konsentrasi kortisol untuk menunjang dosis pada
adrenocorticotropic hormone. Meskipun demikian , ekskresi cathecolamines,
vanillymandelic acid dan metanephrines pada urin tidak akan berubah.
B. Pankreas
15
C. Kelenjar Pituitari
Ukuran kelenjar pituitary akan membesar selama masa kehamilan dan hal ini
berhubungan dengan proliferasi estrogen pada produksi sel prolaktin. Perbesaran ini
mungkin akan berpengaruh pada kebutuhan darah terhadap kelenjar pituitary, terutama
mengingat tingginya risiko pada perdarahan yang banyak pada saat postpartum. Serum
prolaktin akan mulai meningkat pada awal trimester pertama dan akan sepuluh kali lipat
lebih tinggi pada usia kehamilan aterm. Pada wanita yang tidak menyusui, kadar prolaktin
akan menurun pada 3 bulan setelah persalinan. Kadar oksitosin akan meningkat selama
masa kehamilan dari 10 ng/L pada trimester pertama menjadi 30ng/L pada trimester ke
tiga dan 75 ng/L pada saat usia kehamilan aterm. Peningkatan inipun terlihat meningkat
secara perlahan dan akan mengalami puncaknya pada saat persalinan.
D. Kelenjar Tiroid
Pada kehamilan fungsi kelenjar tiroid akan tetap normal, meskipun aka nada
perubahan pada morfologi dan histolgi kelenjar tiroid selama kehamilan. Dengan adanya
intake iodine yang adekuat ukuran kelenja tiroid tidak akan berubah. Peningkatan
vaskular dan histological kelenjar tiroid akan ditemukan pada keadaan hyperplasia
folikular. Meskipun, perkembangan goiter bisa saja terjadi pada masa kehiman
bergantung pada kondisi yang abnormal dan seharusnya dapat di evaluasi sebelumnya.
Selama trimester pertama, total tiroksin dan triiodothironin akan mulai meningkat
dan puncaknya pada saat pertengahan masa kehamilan, terutama akan menghasilakan
peningkatan pada peningkatan thyroid binding globulin. Kadar tiroksin bebas selama
masa kehamilan tidak akan berubah, meskipun pada trimester kedua dan ketiga akan
adanya penurunan sebanyak 25%. Thyroid stimulating hormone sementara akan menurun
pada trimester pertama. Setelah penurunan ini, kadarnya akan meningkat seperti pada
keadaan sebelum hamil pada akhir trimester ketiga. Adanya penurunan Thyroid
stimulating hormone di mediasi dengan efek terhadap tirotopik pada human chorionic
gonadotropin yang terjadi bersamaan dengan peningkatan free thyroxine pada trimester
pertama.\
Adaptasi yang terjadi pada imunologi dalam kehamilan terjadi sebagian antara
ibu dan janinnya sendiri, hal ini meliputi adanya mekanisme yang kompleks terjadi untuk
16
pertumbuhan fetus sementara juga mencegah ibu untuk menolak keberadaan janinnya.
Mekanisme ini disebabkan oleh faktor pada fetus sendiri seperti perubahan pada major
histocompatibility complex class I dan faktor pada ibu yaitu seperti uterine natural killer
cell, selanjutnya adanya perubahan pada T–helper tipe 1 yang dihubungkan dengan
imunitas selular menjadi tipe 2, hal inilah yang mungkin akan menjelaskan mengapa
wanita hamil akan rentan terkena infeksi virus.3
17
BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam masa kehamilan begitu
banyak perubahan fisiologis yang akan terjadi pada tubuh ibu. Banyak keuntungan yang
akan diperoleh bila kita mengetahui perubahan yang akan terjadi pada ibu hamil. Salah
satu manfaat kita mengetahui perubahan fisiologis tersebut ialah kedepannya kita akan
dapat mendeteksi lebih dini kelainan yang akan terjadi pada ibu hamil dan maka dari itu
kita akan mampu memberikan perawatan dan terapi yang optimal untuk kesehatan ibu
dan janinnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19