Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK FISIOLOGIS REMAJA & PRANIKAH

PADA Nn. S USIA 19 TAHUN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK)


DI DESA BANJAR REJO KEC BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2021

LAPORAN PRAKTIK KLINIK

Oleh:

Linda Anisa
NIM. P17312215223

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Holistik Fisiologis Remaja & Pranikah Pada Nn. S Usia 19 Tahun dengan
Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Desa Banjar Rejo Kec Batanghari Kabupaten Lampung
Timur Tahun 2021, telah di setujui dan disahkan pada tanggal………………….

Dosen Pembimbing

Asworoningrum Yulindahwati, SST., M.Keb


NIP. 198207052008122003

Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Program Studi Profesi Bidan Malang


Poltekkes Kemenkes Malang

Herawati Mansur, SST., M. Pd., M.Psi Ika Yudianti, SST., M.Keb


NIP. 196501101985032002 NIP. 198007272003122002

2
Nn. S Usia 19 Tahun Dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) Di Desa Banjar Rejo

Linda Anisa
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Indonesia
Email: lindaanisa5@gmail.com

Abstrak
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dalam menilai derajat
kesehatan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator
keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Risiko Kurang Energi Kronis merupakan suatu
manifestasi masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil. Masalah gizi makro
adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan
protein (Triatmaja, 2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi KEK terdiri dari faktor sosial ekonomi
yaitu pendapatan keluarga, pendidikan ibu, faktor pola konsumsi, faktor perilaku, dan pekerjaan.
Selain itu, dapat juga disebabkan oleh faktor biologis seperti usia wanita, jarak kehamilan yang terlalu
dekat, jumlah paritas, serta berat badan ibu selama hamil (Musni, 2017).
Dilaporkan satu kasus seorang remaja putri yaitu Nn. S berumur 19 tahun dengan keluhan
sering merasa lelah meski sudah beristirahat. Pada hasil anamnesis Nn.S mengatakan sering
mengantuk. Pada pemeriksaan fisik klien didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, BB saat ini 38 kg,
tinggi badan 151 cm, LILA 22 cm (KEK) , IMT 16,6 (kurus). Dari semua hasil anamnesis dan
pemeriksaan, klien didiagnosis dengan Nn. S usia 19 tahun dengan KEK (Kekurangan Energi Kronis).
Penangan yang diberikan adalah pemberian KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang KEK
(Kekurangan Energi Kronis) sampai dengan cara penanganannya, edukasi gizi, cara pemilihan
makanan yang tepat dan pola hidup sehat bagi remaja.

Kata Kunci : Remaja, Kekurangan Energi Kronis.

Abstract
Maternal mortality rate (MMR) is one of the important indicators in assessing health status.
The MMR's sensitivity to the improvement of health services makes it an indicator of the success of the
development of the health sector. Risk of Chronic Energy Deficiency is a manifestation of
macronutrient problems when it occurs in women of childbearing age and pregnant women.
Macronutrient problems are problems that are mainly caused by a lack or imbalance in energy and
protein intake (Triatmaja, 2017). According to Musni (2017) the factors that affect SEZ consist of
socio-economic factors, namely family income, mother's education, consumption pattern factors,
behavioral factors, and work. In addition, it can also be caused by biological factors such as the age
of the woman, the distance between pregnancies that are too close, the amount of parity, and the
mother's weight during pregnancy.
A case of a young woman is reported, namely Ms. S is 19 years old with complaints that he
often feels tired even though he has rested. In the anamnesis, Ms. S said she was often sleepy. On
physical examination, the client found blood pressure 110/70 mmHg, current weight 38 kg, height 151
cm, LILA 22 cm (KEK), BMI 16.6 (thin). From all the history and examination results, the client was
diagnosed with Ms. S is 19 years old with KEK (Chronic Energy Deficiency). The treatment provided
is the provision of IEC (communication, information and education) about KEK (Chronic Energy
Deficiency) to how to handle it, nutrition education, how to choose the right food and healthy lifestyle
for teenagers.

Keywords: Adolescents, Chronic Energy Deficiency.

3
Pendahuluan
Masa pubertas atau yang biasa dikenal dengan masa peralihan merupakan masa transisi
dari masa kanak-kanak menjadi dewasa (Rumini S, 2017). Pada masa peralihan ini gadis
remaja akan mengalami banyak perubahan yang terjadi karena bertambahnya masa otot,
bertambahnya jaringan lemak dalam tubuh juga terjadi perubahan hormonal. Perubahan-
perubahan itu mempengaruhi kebutuhan gizi dan makanan mereka (S,Gotri, 2016).
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai
kecenderungan menderita KEK (Kurniasari AD, 2017). Program Perbaikan Gizi Makro
menyatakan bahwa Kurang Energi Kronik merupakan keadaan dimana penderita kekurangan
makanan berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan,
Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan KEK jika diderita oleh remaja putri adalah
kekurangan zat besi dengan dampak anemia, kekurangan kalsium dengan dampak
ostcoporosis, dan kekurangan gizi dengan dampak terganggunya proses pertumbuhan remaja.
(Nomate ES dkk, 2017)
Gizi kurang sudah menjadi masalah di dunia World Health Organization (WHO)
menyebutkan prevalensi gizi kurang di dunia adalah 14,9% dan regional dengan prevalensi
tertinggi Asia Tenggara sebesar 27,3%. Sedangkan Menurut data Riskesdas 2013, di
Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi kurus pada remaja umur 16-18 tahun secara
nasional sebesar 9,4 %(1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus).(12) Sedangkan untuk prevalensi
sangat kurus yaitu sebesar 2,7% pada remaja laki-laki dan 4% pada remaja putri, serta
prevalensi kurus untuk remaja putra yaitu sebesar 9,1% dan remaja putri sebesar 6,4%.
Berdasarkan data hasil Riskesdas (2013), prevalensi kekurusan yang terjadi pada remaja umur
16-18 tahun diketahui mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 sebesar 8,9% (1,8% sangat
kurus dan 7,1% kurus) dan mengalami kenaikan pada 2013 menjadi 9,4% (1,9% sangat kurus
dan 7,5% kurus) (Aminin, 2017).
Kurangnya asupan gizi dapat menyebabkan turunnya berat badan, anemia, hingga
kekurangan energy kronik. Kekurangan gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang cukup
besar terhadap proses pertumbuhan janin dan anak yang akan dilahirkan. Sementara itu, jika
ibu mengalami kurang gizi maka akibat yang akan ditimbulkan pada bayi antara lain
keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, dan bayi lahir
dengan BBLR. Ketidakseimbangan antara asupan nutrisi untuk pemenuhan kebutuhan dan
pengeluaran energi berakibat pada keadaan risiko kekurangan energi kronis. Jumlah konsumsi
energi erat kaitannya dengan kejadian risiko kekurangan energi kronis pada remaja
(Triatmaja, 2017). Selain itu, ekonomi seseorang juga mempengaruhi dalam pemeliharaan
makanan yang dikonsumsi sehari-harinya. Seseorang dengan ekonomi tinggi yang kemudian
hamil maka besar kemungkinan gizi yang dibutuhkan tercukupi (Wijayanti, 2016). Faktor
yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah tingkat sosial ekonomi,
dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan
antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga makanan itu sendiri,
serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan (Musni, 2017).
Oleh karena itu perlu adanya edukasi atau penyuluhan mengenai Kekurangan Energi
Kronik (KEK) agar remaja putri pranikah bisa mengenali tanda gejalanya dan dapat
memberikan penanganan yang tepat.

4
Kasus
Remaja usia 19 tahun bernama Nn. S mengatakan merasa mudah lelah meski sudah
beristirahat, tampak kurus. Nn. S mengatakan bahwa kelelahan terus menerus,wajahnya pucat
dan tidak bugar. Saat dilakukan anamnesis Nn.S mengatakan bahwa sering letih juga sering
mengantuk. Nn. S beraktivitas membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan membantu orang
tua berdagang dipasar.
Nn. S mengatakan menarche saat usia 14 tahun, menstruasi berlangsung sekitar 6-7 hari
dan rutin setiap bulannya serta banyak darah haid sekitar 3 kali ganti pembalut perharinya.
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular maupun kronis baik dari
dirinya sendiri maupun keluarga. Klien makan 2x sehari dengan porsi sedang, sayur dan lauk
serta mengaku suka memakan makanan cepat saji. Minum 6-8 gelas/hari berupa air putih dan
terkadang juga mengonsumsi susu. Klien tidur malam sekitar 6-7 jam dan jarang tidur di
siang hari. Klien mandi 2 kali/hari, sikat gigi 2 kali/hari, dang ganti CD 3 kali/hari. Klien
beraktifitas mengerjakan pekerjaan rumah dan membantu orang tua berdagang dipasar, serta
klien mengaku suka berolahraga sekitar 3 kali/minggu. Klien mengatakan tidak pernah
merokok.
Pada pemeriksaan fisik klien didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, LILA 22 cm, BB saat ini 38 kg, tinggi badan 151 cm
dan IMT 16,6 (kurus) dan pada inspeksi mata terlihat konjungtiva merah muda.
Dari semua hasil anamnesis dan pemeriksaan, klien didiagnosis dengan Nn. S usia 19
tahun dengan kekurangan energi kronik (KEK). Penatalaksanaan yang diberikan yaitu
memberitahukan hasil pemeriksaan kepada klien dan menjelaskan bahwa klien sedang
mengalami kekurangan energi kronik (KEK) yang merupakan keadaan dimana remaja
putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. Risiko kekurangan energi kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja
putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita
risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm. Menjelaskan tanda gejala kekurangan energi kronis
(KEK) serta hal-hal yang dapat menyebabkan kekurangan energi kronik (KEK) tersebut.
Kemudian juga diinformasikan kepada klien mengenai cara penanganan kekurangan energi
kronik (KEK) yaitu dengan meningkatkan energi dan zat gizi, selain itu menganjurkan klien
untuk memperbaiki pola makan yaitu dengan makan makanan yang bervariasi dan cukup
mengandung kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap
hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau
susu sekurang-kurangnya sehari sekali.

Pembahasan
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko
Kurang Energi Kronis merupakan suatu manifestasi masalah gizi makro bila terjadi pada
remaja putri/wanita. Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya disebabkan
kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein (Kurniasari AD, 2017). Pada
Nn. S didapatkan kriteria sesuai dengan kondisi kekurangan energi kronik (KEK) yakni Nn. S
mengeluh merasa mudah lelah meski sudah beristirahat dan Nn. S masih berusia 19 tahun.
Secara teori, Menurut (Putri, dkk, 2018) Status gizi pada remaja dipengaruhi oleh
persepsi citra tubuh. Status gizi yang di maksud adalah keadaan tubuh seseorang yang
diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status gizi
seseorang tersebut dapat diukur dan dinilai dengan indeks massa tubuh (IMT), maka dapat
diketahui apakah seseorang tersebut status gizinya tergolong normal ataukah tidak normal.
IMT merupakan perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat.

5
Cara pengukurannya dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badannya.
Selanjutnya dihitung IMT-nya, yaitu:

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK) terdiri


dari faktor sosial ekonomi yaitu pendapatan keluarga, pendidikan ibu, faktor pola makan,
faktor perilaku, dan pekerjaan. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh faktor biologis seperti
usia wanita, jarak kehamilan yang terlalu dekat, jumlah paritas, serta berat badan ibu selama
hamil (Musni, 2017). Jika dilihat dari kondisi Nn. S terdapat kondisi-kondisi yang mampu
menyebabkan kekurangan energi kronik (KEK) seperti yang dijelaskan oleh (Musni, 2017)
sehingga kemungkinan penyebab kekurangan energi kronik (KEK) yang sedang dialami Nn.
S dikarenakan pola makan yang belum sesuai dengan kebutuhan gizi yang seharusnya baik
dari kuantitas maupun kualitas makanan, dan juga sering mengkonsumsi makanan cepat saji.
Saat dilakukan anamnesis Nn.S mengatakan bahwa mudah lelah meski sudah
beristirahat dan tampak kurus. Hal tersebut sesuai dengan teori yang disebutkan oleh
(Wijayanti, 2016) yang mengatakan tanda dan gejala terjadinya kurang energi kronik (KEK)
adalah berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus, dan sering lelah meski sudah
beristirahat.
Setelah dilakukannya anamnesis dan pemeriksaan, klien diberikan penjelasan tentang
kondisinya bahwa sedang mengalami kekurangan energi kronik (KEK). Kemudian klien
diberikan KIE seputar kekurangan energi kronik (KEK) sampai dengan cara mengatasinya
yaitu dengan dengan meningkatkan energi dan zat gizi, selain itu menganjurkan klien untuk
memperbaiki pola makan yaitu dengan makan makanan yang bervariasi dan cukup
mengandung kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap
hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau
susu sekurang-kurangnya sehari sekali.
Seperti halnya menurut (Kemenkes, 2017) yang mengatakan bahwa gizi seimbang
adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan,
aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk
mencecah masalah gizi. Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung
zat gizi dalam ragam dan kuantitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Status gizi remaja juga dipengaruhi oleh pola konsumsi. Pola konsumsi pada remaja
sendiri dipengaruhi oleh pengetahuan gizi remaja tersebut. Pola konsumsi ini dapat meliputi
pola konsumsi zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak juga meliputi pola
konsumsi zat mikro seperti vitamin dan mineral (Kemenkes, 2017).

Kesimpulan
Masa pubertas atau yang biasa dikenal dengan masa peralihan merupakan masa transisi
dari masa kanak-kanak menjadi dewasa (Rumini S, 2017). Pada masa peralihan ini gadis
remaja akan mengalami banyak perubahan yang terjadi karena bertambahnya masa otot,
bertambahnya jaringan lemak dalam tubuh juga terjadi perubahan hormonal. Perubahan-
perubahan itu mempengaruhi kebutuhan gizi dan makanan mereka (S,Gotri, 2016).

6
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai
kecenderungan menderita KEK (Kurniasari AD, 2017). Program Perbaikan Gizi Makro
menyatakan bahwa Kurang Energi Kronik merupakan kcadaan dimana penderita kekurangan
makanan berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan,
Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan KEK jika diderita oleh remaja putri adalah
kekurangan zat besi dengan dampak anemia, kekurangan kalsium dengan dampak
ostcoporosis, dan kekurangan gizi dengan dampak terganggunya proses pertumbuhan remaja
(Nomate ES dkk, 2017).
Pada pengkajian kasus Nn. S umur 19 tahun dengan data subjektif yaitu mengeluh
mudah lelah meski sudah beristirahat, dan tampak kurus. Pada data objektif didapatkan
keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, LILA 22 cm,
BB saat ini 38 kg, tinggi badan 151 cm dan IMT 16,6 (kurus) dan pada inspeksi mata terlihat
konjungtiva merah muda. Sehingga dengan demikian diagnosanya yaitu Nn.S usia 19 tahun
dengan kekurangan energi kronik (KEK). Kemudian diberikan edukasi kepada Nn.S seputar
kekurangan energi kronik (KEK) sampai dengan cara mengatasinya dengan meningkatkan
energi dan gizi yang seimbang berupa susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan pemantauan pertambahan
berat badan, pemeriksaan kadar Hb, dan pengukuran LILA sehingga diharapkan setelah
mendapatkan edukasi tersebut Nn.S mengetahui dan memahami seputar kekurangan energi
kronik (KEK), dapat meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi remaja pranikah yang
menderita KEK dan penanggulangan KEK sehingga ia bisa menangani dengan tepat untuk
permasalahan gizinya.

Daftar Pustaka

World Health Organization. Prevalensi Gizi Kurang. Geneva; 2016.

Aminin, Fidyah dkk. (2017). Pengaruh Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil

Atika W, Punuh M., Kapantov N.2015. Hubungan Antara Asupan Energi Dan Zat Gizi Makro
Dengan Status Gizi Pada Pelajar Di Smp Negeri 13 Kota Manado. Pharmacon.

Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tentang
Pedoman Umum Gizi Seimbang. Tersedia Dari:

Kurniasari AD.2017. Nurhayati F. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan , Pekerjaan dan


Pendapatan Orang Tua Dengan Status Gizi Pada Siswa SD Hangtuah 6 Surabaya.

Musni. 2017. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)
pada Ibu Hamil UPTD Puskesmas Ajangale”. Jurnal Ilmiah Kesehatan Daignosis Vo. 11
No.1

Nomate ES, Nur ML, Toy SM.2017. Teman Sebaya, Citra Tubuh, Pola Konsumsi, dan Status
Gizi Remaja Putri. Unnes J Public Heal.

7
S,Gotri Marsedi dkk. (2016). Jurnal Kesehatan Masyarakat : Hubungan Sosial Ekonomi dan
Asupan Gizi dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah
Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjung Pinang.

Putri, N. M. D. P., Ani, L. S., & Ariastuti, L. P. (2018). Persepsi Body Image Berhubungan
Dengan Status Gizi Pada Pelajar Sma Negeri 1 Gianyar Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Departemen Kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 7(11)

Triatmaja, Nining Tyas. 2017. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Kurang
Energi Kronis (KEK) Ibu Hamil di Kabupaten Kediri”. Jurnal Wiyata. Vol. 4 No.2

Rumini S, Sundari S. 2017.Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Wijayanti, Ribut Eko. 2016. “Analisis Faktor Determinan Kejadian KEK pada Ibu Hamil di
RSIA Citra Keluarga Kediri Tahun 2015”. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 5 No. 1 ISSN 2303-
1433

Anda mungkin juga menyukai