Anda di halaman 1dari 7

TUGAS UTS RESUME JURNAL TENTANG PENDIDIKAN GIZI

PENTINGNYA PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAHUAN,


SIKAP DAN PRAKTIK PADA ANAK-ANAK

Disusun Oleh:
Ayuni Melinda
2130019077

Dosen Pengampu:
Kartika Yuliani, S.Gz., M.P.H

MAHASISWA PRODI S1 KESEHATA MASYRAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

TAHUN 2022

1
POTENSI PENDIDIKAN GIZI DALAM MENINGKATKAN ASUPAN
GIZI PADA REMAJA PUTRI YANG ANEMIA DI KOTA MEDAN

Remaja putri merupakan kelompok anemia berisiko tinggi dibandingkan putra


den- gan prevalensi di Indonesia 26,5%. Penelitian quasy experiment dengan
desain pre-post intervention bertujuan menganalisis pengaruh pendidikan gizi
terhadap pengetahuan gizi dan konsumsi zat gizi remaja putri. Sampel berjumlah
51 orang yang dilakukan di SMP Negeri 21 Medan tahun 2015. Pendidikan gizi
diberikan dua kali dengan me- tode ceramah, tanya jawab dengan booklet. Asupan
gizi diketahui dengan metode food recall 24 jam (dua kali). Hasil menunjukkan
bahwa skor pengetahuan gizi meningkat dari 62,39±12,05 poin menjadi
72,31±17,01 poin. Asupan gizi (protein, vitamin C, vita- min A, asam folat, besi,
zink, tembaga) mengalami penurunan sesudah intervensi.
Anemia masih merupakan masalah kesehatan utama masyarakat dunia, khususnya
di negara sedang berkembang (WHO, 2008; Milman, 2011). Sekitar 50-80%
anemia di dunia disebabkan kekurangan zat besi (Milman, 2011). Prevalensi
anemia pada remaja wanita (usia 15-19 tahun) sebesar 26,5% dan pada wanita
subur sebesar 26,9% (Depkes RI, 2005). Berdasarkan hasil Riskesdas 2013,
proporsi anemia di Indonesia pada kelompok umur 5-14 tahun adalah sebesar
26,4% (Kemenkes RI, 2014).
Remaja putri merupakan kelompok risiko tinggi mengalami anemia dibandingkan
remaja putra dimana kebutuhan absorpsi zat besi memuncak pada umur 14-15
tahun pada remaja putri, sedangkan pada remaja putra satu atau dua tahun
berikutnya (WHO, 2011). Faktor risiko utama anemia defisiensi besi adalah
asupan zat besi yang rendah, penyerapan zat besi yang buruk, dan periode
kehidupan ketika kebutuhan akan zat besi tinggi seperti pada masa pertumbuhan,
kehamilan, dan menyusui. Kekurangan zat gizi lainnya seperti vitamin A, B12,
folat, riboflavin, dan tembaga (Cu) serta adanya penyakit akut dan infeksi kronis
seperti malaria, kanker, tuberkulosis, dan HIV juga dapat meningkatkan risiko
anemia (WHO, 2008; Milman, 2011). Dampak anemia pada remaja putri dan
status gizi yang buruk memberikan kontribusi negatif bila hamil pada usia remaja
ataupun saat dewasa yang dapat menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan

2
lahir rendah, kesakitan bahkan kematian pada ibu dan bayi. Selain itu, anemia
juga mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan fisik dan kognitif
remaja. Intervensi pendidikan gizi yang diberikan meningkatkan skor
pengetahuan gizi remaja putri, tetapi tidak mengubah asupan gizi protein, vitamin
C, vitamin A, asam folat, besi, zink dan tembaga. Ada perbedaan bermakna skor
pengetahuan gizi remaja putri yang anemia sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan gizi. Namun, tidak ada perbedaan bermakna asupan gizi remaja putri
yang anemia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi, kecuali asupan
tembaga.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEBERHASILAN TENAGA PELAKSANA GIZI DALAM
MELAKSANAKAN TUGAS PROGRAM GIZI DI PUSKESMAS KOTA
MANADO

Pembangunan manusia (Human Development) diantaranya pendidikan dan


kesehatan merupakan salah satu dari tiga pilar yang menjadi indikator dalam
konsep pengembangan Sustainabale Development Goals (SDGs). Salah satu
tujuan dari konsep SDGs, antara lain mengakhiri segala bentuk kelaparan,
mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi serta menjamin adanya
kehidupan yang sehat, serta mendorong kesejahteraan untuk semua orang di dunia
pada semua usia. Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program
pokok Puskesmas dimana salah satu fungsi utama ialah mempersiapkan,
memelihara dan mempertahankan agar setiap orang mempunyai status gizi baik,
dapat hidup sehat dan produktif.
Keberhasilan Tenaga Pelaksana Gizi dalam melaksanakan program gizi di
Puskesmas dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari tenaga pelaksana
gizi maupun pihak yang terkait. Di Kota Manado tahun 2015 masih terdapat
masalah dalam mencapai target program gizi maupun dalam hal pelaporan.
terdapat hubungan antara pengetahuan, motivasi, supervisi, dukungan pemimpin
dan kelengkapan sarana dan prasarana dengan keberhasilan tenaga pelaksana gizi
dalam melaksanakan program gizi. Sarana dan prasarana merupakan faktor yang

3
paling dominan.
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAHUAN GIZI
DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERKAIT PENCEGAHAN ANEMIA
REMAJA

Pemberian pendidikan gizi kepada remaja menjadi alternatif untuk meningkatkan


pengetahuan dalam memperbaiki tingkat kecukupan gizi khususnya untuk
pencegahan anemia. Penelitian ini menggunakan desain Quasy Experimental
dengan jumlah sampel kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing 35 orang
yang diambil dengan teknik purposive sampling. Setiap kelompok diberikan
pretest kemudian dilakukan penyuluhan dengan media buku saku kepada
kelompok perlakuan selama 1 minggu, dilanjutkan dengan pemberian posttest
kepada kedua kelompok. Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk.
Populasi remaja telah mendominasi jumlah penduduk di Indonesia. Remaja dalam
bahasa Inggris “adolesence”, berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti
tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa antara usia 10
sampai 24 tahun.1 Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2006
menunjukkan bahwa remaja yang berusia 10-19 tahun berjumlah 43 juta jiwa dari
227,7 juta penduduk.2 Tahun 2008, jumlah remaja di Indonesia mencapai 62 juta
jiwa3 sedangkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan remaja usia 10-
24 tahun yang terdiri dari laki-laki sebesar 50,70 % dan perempuan 49,30 % dari
63,4 juta remaja Indonesia.1 Besarnya jumlah penduduk kelompok remaja ini
akan sangat mempengaruhi kualitas penduduk yaitu pertumbuhan penduduk di
masa yang akan datang.
Salah satu masalah dalam pertumbuhan di masa remaja yang dapat mengganggu
kualitas penduduk adalah anemia. Pengetahuan remaja yang kurang tentang
anemia merupakan salah satu alasan kelompok remaja menjadi kelompok rawan
menderita anemia. Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb
berada di bawah normal yaitu ≤ 12 gr% untuk anak yang berusia 12-13 tahun, ≤
13 gr% untuk dewasa laki- laki dan < 12 gr% untuk dewasa perempuan.
Karakteristik responden pada kelompok perlakuan sebagian besar berusia 16
tahun dan 17 tahun pada kelompok kontrol, sebagian besar perempuan dengan

4
orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dan pekerjaan non PNS dengan
tingkat pendapatan sebagian besar di bawah UMR serta status gizi responden
sebagian besar dalam kategori normal.

DAFTAR PUSTAKA
1. BKKBN. Policy Brief :Kajian Profil Penduduk Remaja (10-24 Tahun) :
Ada Apa dengan Remaja. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kependudukan. 2011.
2. Barasi, M.E., 2009. At a Glance: Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga.
Chang, M.C., et al. 2009. A Study of Prevalence of Anemia in Adolescent
Girls and Reproductive-Age Women in Kuala Lumpur. Archives of
Medical Science (AMS), 5(1):63- 68.
DepartemenKesehatanRI,2005.GizidalamAngka. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
Dwiriani, C.M., Rimbawan, Hardinsyah, Riyadi, H., dan Martianto, D.,
2011. Pengaruh Pemberian Zat Multi Gizi Mikro dan Pendidikan Gizi
terhadap Pengetahuan Gizi, Pemenuhan Zat Gizi dan Status Besi Remaja
Putri. Jurnal Gizi dan Pangan, 6(3): 171-177.
Eicher-Miller, et al. 2009. Food Insecurity is Associated with Iron
Deficiency Anemia in US Adolescents. Am. J. Clin Nutr., 90:1358- 71.
3. Adiputri. 2014. Hubungan Kompetensi, Kompensasi Finansial dan
Supervisi dengan Kinerja Bidan Desa di Kabupaten Bangli. Tesis
Universitas Udayana.
Adil, M. Kinerja TPG Puskesmas di Kota Depok Jawa Barat.
Etd.ugm.ac.id/index.php/jmpk/artic le (diakses 19 Februari 2015).

5
6
DAFTAR PUSTAKA

M. Ghozi Ubaidillah As-Shodiq (2018). KH. Abdul Ghani Pendiri Pondok Tahsinul
Akhlaq, Rangkah Surabaya : https://www.halaqoh.net/2018/03/kh- abdul-ghani-
pendiri-pondok-tahsinul.html

Krismiatun, T. (2020). Implementasi Pendidikan Kebersihan di Pondok Pesantren


Darussalam Dukuhwaluh Kembaran Banyumas. Purwokerto: IAIN
PURWOKERTO.

Nurul Fitria Herman (2021). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian
Penyakit Kulit Clean and Healthy Lifestyle Behaviors with Skin Disease
Patmawati: Universitas Al Asyarah Mandar

Elamin, M. Z. (2018). Analisis Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Desa Disanah


Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10(04)
368-375.

Anda mungkin juga menyukai