Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

STUNTING DI INDONESIA: PENYEBAB DAN UPAYA


PENANGGULANGANNYA

Dosen Pengampu : Ns. Retno Pujihastuti, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh:
POPI RIZKANTI
2114301095
STr Keperawatan Tanjung Karang
Tk 3 Reg 2
Tahun Ajaran
2023/2024
STUNTING DI INDONESIA: PENYEBAB DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

Indonesia, sebagai negara berkembang, masih dihadapkan dengan sejumlah


permasalahan umum yang wajar terjadi mengingat masih ada sektor-sektor di Indonesia yang
belum sepenuhnya berkembang dan masih dalam tahap perkembangan. Permasalahan
kesehatan kerap menjadi sorotan di kalangan masyarakat indonesia dan terus menjadi fokus
penting pemerintah dalam penanganannya, Isu kesehatan di Indonesia terus menjadi sorotan
karena populasi yang besar, ketimpangan geografis, keterbatasan infrastruktur kesehatan,
masalah gizi dan penyakit menular, kesenjangan sosial-ekonomi, serta peningkatan penyakit
tidak menular. Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan akses terhadap pelayanan
kesehatan, infrastruktur kesehatan, pemahaman masyarakat tentang gaya hidup sehat, serta
penanganan dan pencegahan penyakit yang lebih efektif.

Salah satu isu kesehatan yang sedang menjadi sorotan di Indonesia adalah peristiwa
stunting pada anak-anak. Stunting merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang serius
di Indonesia, terutama pada anak-anak. Stunting adalah kondisi ketika pertumbuhan fisik dan
perkembangan otak anak terhambat akibat kekurangan gizi yang berkepanjangan, terutama
pada periode 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu mulai dari konsepsi hingga usia 2 tahun.
Permasalahan ini memiliki dampak jangka panjang yang signifikan terhadap kualitas hidup
anak dan kemampuan mereka untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Anak-anak
yang mengalami stunting cenderung memiliki tinggi badan yang lebih rendah dibanding
anak-anak seumurannya. Tidak berhenti sampai di situ, stunting nyatanya mengundang
berbagai resiko penyakit kronis seperti diabetes, gangguan jantung, dan obesitas.

Dalam konteks Indonesia, prevalensi stunting masih cukup tinggi. Menurut data
Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2022, persentase anak di bawah usia 5 tahun
yang mengalami stunting adalah sekitar 21,6%, menurun dari tahun 2018 yang berjumlah
30,8%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir 1 dari 4 anak di Indonesia mengalami hambatan
pertumbuhan yang signifikan.

Stunting memiliki konsekuensi jangka panjang yang serius bagi kesehatan dan
perkembangan anak. Anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki risiko lebih
tinggi mengalami penurunan kapasitas kognitif, masalah perkembangan psikomotorik, dan
penurunan kemampuan belajar di masa depan. Mereka juga lebih rentan terhadap penyakit
kronis, kelemahan fisik, dan penurunan produktivitas di masa dewasa.

Permasalahan stunting di Indonesia terkait dengan beberapa faktor yang saling terkait.
Faktor-faktor tersebut meliputi kurangnya akses terhadap gizi yang baik, praktik pemberian
2
makan yang buruk, sanitasi yang buruk, rendahnya tingkat pendidikan ibu, dan keterbatasan
akses terhadap perawatan kesehatan. Kondisi sosial-ekonomi juga berperan penting, di mana
keluarga dengan tingkat pendapatan rendah cenderung menghadapi risiko lebih tinggi
terhadap stunting.

Kurangnya akses terhadap gizi yang baik menjadi salah satu faktor utama penyebab
stunting. Banyak anak di Indonesia tidak mendapatkan asupan nutrisi yang memadai,
termasuk protein, zat besi, dan vitamin penting lainnya. Pola pemberian makan yang buruk,
seperti pemberian makanan padat terlalu dini atau makanan yang tidak seimbang secara gizi,
juga dapat berkontribusi terhadap risiko stunting.

Selain itu, sanitasi yang buruk dan kurangnya akses terhadap air bersih juga
merupakan faktor penting yang berkontribusi terhadap masalah stunting. Anak-anak,
terutama pada periode pertumbuhan awal mereka, sangat rentan terhadap penyakit dan infeksi
yang disebabkan oleh sanitasi yang tidak memadai dan akses terbatas terhadap air yang layak.

Di banyak daerah pedesaan atau terpencil di Indonesia, masalah sanitasi masih


menjadi tantangan yang serius. Kurangnya akses terhadap toilet yang higienis dan sanitasi
yang memadai meningkatkan risiko paparan anak-anak terhadap kuman, parasit, dan
penyakit. Praktik-praktik kebersihan yang buruk juga dapat menyebabkan penyebaran
penyakit melalui kontaminasi air dan makanan.

Kurangnya tingkat pendidikan ibu memiliki dampak yang signifikan terhadap


permasalahan stunting di Indonesia. Ibu yang kurang teredukasi sering kali tidak memiliki
pengetahuan yang memadai tentang pentingnya gizi dan perawatan yang baik untuk anak.
Mereka mungkin tidak menyadari pentingnya memberikan makanan bergizi dan seimbang
kepada anak-anak mereka, serta tidak memahami dampak negatif dari praktik pemberian
makan yang buruk.

Ketika seorang ibu tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang gizi, ia mungkin
cenderung memberikan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Misalnya,
mereka mungkin memberikan makanan padat terlalu dini atau tidak memberikan variasi
makanan yang mencukupi dalam pola makan anak. Kurangnya variasi dalam pola makan
dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi yang penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak.

Di Indonesia, permasalahan stunting pada anak-anak telah menjadi perhatian serius


bagi pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait. Untuk mengatasi masalah ini,
berbagai upaya telah dilakukan dengan tujuan mengurangi prevalensi stunting dan
meningkatkan kualitas hidup anak-anak.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan akses terhadap gizi yang baik
dan pendidikan kesehatan. Program pemberian makanan bergizi dan seimbang kepada anak-
anak diperluas, dengan fokus pada daerah yang rawan stunting. Dalam program ini, ibu-ibu

3
dan keluarga diberikan edukasi tentang pentingnya pola makan yang sehat dan praktik
pemberian makan yang baik. Mereka diberi pengetahuan tentang makanan bergizi, cara
memasak yang tepat, dan pentingnya variasi dalam pola makan anak. Melalui program ini,
diharapkan kesadaran dan pemahaman akan gizi yang baik dapat meningkat, serta praktik
pemberian makan yang buruk dapat diubah.

Selain itu, pendidikan kesehatan juga menjadi bagian penting dalam upaya
pencegahan stunting. Program pendidikan kepada ibu-ibu dan masyarakat secara umum
diberikan melalui berbagai saluran komunikasi, seperti pelatihan langsung, kampanye
penyuluhan di masyarakat, atau melalui media massa. Dalam program ini, mereka diberikan
pengetahuan tentang pentingnya kunjungan rutin ke fasilitas kesehatan, pemeriksaan tumbuh
kembang anak, dan perawatan kesehatan yang baik. Kesadaran akan pentingnya stimulasi
perkembangan anak dan pendidikan awal juga ditingkatkan. Dengan peningkatan
pengetahuan dan pemahaman ini, diharapkan praktik perawatan kesehatan yang optimal
dapat diterapkan oleh ibu dan keluarga.

Upaya lainnya adalah perbaikan sanitasi dan akses terhadap air bersih. Program
pengembangan infrastruktur sanitasi yang memadai dipercepat, terutama di daerah pedesaan
atau terpencil. Toilet yang higienis dan sistem pengelolaan limbah yang tepat dibangun, dan
kesadaran tentang pentingnya kebersihan diri dan lingkungan ditingkatkan melalui kampanye
penyuluhan. Selain itu, investasi dalam pengembangan sumber air bersih yang aman dan
terjangkau dilakukan, sehingga anak-anak dapat mengakses air yang layak untuk keperluan
sehari-hari mereka.

Dalam rangka mencapai kesuksesan dalam upaya pencegahan stunting, kolaborasi


lintas sektor menjadi kunci. Pemerintah bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil,
lembaga internasional, sektor swasta, dan komunitas setempat untuk menciptakan sinergi
dalam melaksanakan program-program ini. Sinergi ini mencakup pendanaan, sumber daya
manusia, dan pemantauan serta evaluasi yang terus menerus.

Dalam perjuangan melawan stunting di Indonesia, setiap individu memiliki peran


penting. Ibu-ibu menjadi garda terdepan dalam merawat dan memberikan gizi yang baik
kepada anak-anak mereka. Petugas kesehatan dan kader kesehatan setempat memberikan
bimbingan dan dukungan kepada ibu-ibu dalam praktik perawatan dan pemberian makanan
yang sehat. Masyarakat luas terlibat dalam mendukung program-program ini dan
menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak. Pemerintah berperan
dalam menyusun kebijakan yang mendukung dan mengkoordinasikan program-program
tersebut sehingga misi Indonesia bebas stunting dapat tercapai.

4
Daftar Pustaka
Nirmalasari, N. O. (2020). Stunting Pada Anak: Penyebab dan Faktor Risiko Stunting di
Indonesia. QAWWAM, 22-24.
Rini Archda Saputri, J. T. (2019). HULU-HILIR PENANGGULANGAN STUNTING DI
INDONESIA. Journal of Political Issues, 3-8.
Trihono, A. D. (2015). PENDEK (STUNTING) DI INDONESIA, MASALAH DAN
SOLUSINYA. Jakarta: Balitbangkes.

Anda mungkin juga menyukai